Sie sind auf Seite 1von 6

Modul V

Dinamika PBL
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami macam-macam skema PBL yang digunakan dalam
WRF
2. Memahami proses-proses yang terjadi dalam PBL
3. Mengetahui dan memahami pengaruh skema PBL terhadap parameter-parameter
dalam WRF
4.
5.

II. Teori Dasar
2.1 Planetary Boundary Layer
PBL merupakan area antara permukaan dan atmosfer bebas dimana permukaan
memiliki pengaruh langsung terhadap pemanasan, kelembaban, dan momentum.
Sejumlah komponen fisis seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dsb,
menunjukkan fluktuasi yang berubah dengan cepat, dan dengan kondisi percampuran
vertikal yang kuat.
Di atas PBL merupakan atmosfer bebas dimana kondisi angin diperkirakan geostropik
yang paralel dengan isobar, sementara di dalam PBL angin dipengaruhi oleh gesekan
dengan permukaan disekitar geostropik yang paralel dengan isobar.
Ciri-ciri lapisan batas:
1. Turbulensi hampir kontinu diseluruh ketinggian
2. Gaya gesekan yang besar terhadap permukaan besar sehingga terdapat sejumlah
besar energi yang terdisipasi
3. Percampuran turbulen yang sangat cepat secara vertikal dan horizontal
4. Transpor vertikal didominasi oleh turbulensi
5. Kedalaman bervariasi antara 100-3000 km yang bervariasi terhadap ruang dan
waktu dengan variasi diurnal

Forcing Mechanism:
1. Heat transport from/to ground
2. Frictional drag
3. Evaporation/transpiration
4. Terrain-induced flow modification
5. Pollution emision

PBL dalam Prediksi Cuaca Numerik bertugas untuk:
1. Menentukan fluks dari permukaan bumi ke atmosfer
2. Merumuskan atau mendiagnosis lapisan model dimana pengaruh permukaan
dirasakan
3. Memperhitungkan transpor panas, kelembaban, dan momentum melalui lapisan-
lapisan ini.

Untuk menentukan jumlah lapisan dalam model PBL bergantung pada:
1. Rata-rata luas grid temperatur skin yang diprediksi dan rata-rata temperatur,
kelembaban, dan angin grid-kubus pada lapisan pertama, dari gradien vertikal
temperatur, kelembaban, dan angin pada permukaan didiagnosis.
2. Lapse rate, gradien kelembaban vertikal, dan geser angin vertikal antara lapisan
model yang berbatasan bergerak naik dari permukaan.
3. Estimasi hubungan antara gradien vertikal skala grid di atasnya dan turbulensi
buoyant dan mekanik aktual, yang mengendalikan PBL.

Gambar di bawah ini memberikan gambaran tentang komponen-komponen yang dapat
mempengaruhi lapisan batas planeter dan menunjukka bagaimana perubahan ketinggian
dan orientasinya pada keseluruhan siklus diurnal.

Sumber : http://cirrus.geoph.itb.ac.id/?cat=elearning&id=comet
Gerak ke atas dari permukaan untuk masing-masing lapisan model, apabila kombinasi
dari lapse-rate skala grid dan geser angin vertikal menghasilkan ketidakstabilan,
lapisan-lapisan tersebut diasumsikan menjadi turbulen dan bagian dari PBL. Kecepatan
transpor vertikal momentum, panas, dan kelembaban berdasarkan pada gradien skala
grid ini.
Ketika ketinggian dari PBL sebenarnya maupun ketinggian PBL model mengalami
perubahan, bilangan level model yang meliputinya dan kemampuan model untuk
mengumpulkan data tentang proses-proses di PBL juga akan mengalami perubahan.
Komponen-komponen harian dikendalikan oleh konduksi, konveksi, dan turbulensi.
Komponen pada malam hari dikendalikan oleh konduksi dan pendinginan radiasi.

2.2 Macam Skema PBL

Dalam menjalankan model WRF ini terdapat 6 macam setting PBL:
No Jenis Skema Keterangan
0 No boundary-layer Dalam setting PBL 0 ini model menjalankan simulasi tanpa
memperhitungakan ketinggian PBL. Ketinggian PBL 0 meter.
1 YSU scheme Generasi setelah MRF-PBL. Skema non-lokal-K dengan
lapisan entraintment eksplisit dan profil parabolik K pada
lapisan campuran yang tidak stabil (Skamarock et al. 2005).
(Skema ini telah diuji untuk WRF-NMM)
Yensei University scheme ini merupakan modifikasi dari
skema MRF yang bertujuan untuk mengurangi efek
percampuran nonlokal dan juga untuk memasukkan fluks
entrainment eksplisit dari panas, kelembaban dan momentum,
menghitung transpor gradien momentum, dan perbedaan
spesifikasi dari ketinggian PBL (Hong and Dudhia 2003
dalam S. Chiao 2006)
Ketinggian PBL dari skema YSU ditentukan oleh profir
termal, dan juga asumsi percampuran nonlokal untuk panas
dan kelembaban yang akan berpengaruh pada prediksi
temperatur permukaan serta mixing ratio uap air.
2 Mellor-Yamada-
Janjic TKE
Skema prognostik kinetik turbulen satu dimensi dengan
campuran vertikal skala lokal. (Janjic 1990, 1996a, 2002).
bl_pbl_physics (max_dom) boundary-layer option
= 0, no boundary-layer
= 1, YSU scheme
= 2, Mellor-Yamada-Janjic TKE scheme
= 3, NCEP Global Forecast System scheme (NMM only)
= 7, ACM2 (Pleim) PBL (ARW)
= 99, MRF scheme (to be removed)


scheme (Skema ini telah diuji untuk WRF-NMM, pada NCEP)
3 NCEP Global
Forecast System
scheme (NMM
only)
Skema vertikal difusi orde pertama dari Troen dan Mahrt
(1986) ditentukan menggunakan pendekatan iterasi bulk-
Richardson yang bekerja dari permukaan tanah ke atas
dimana profil dari koefisien difusivitas dispesifikasikan
sebagai fungsi kubistik dari ketinggian PBL. Nilai koefisien
ditentukan dengan mencocokkan lapisan permukaan fluks.
Parameterisasi flux gradien dimasukkan dalam skema ini.
(skema ini telah diuji-coba untuk WRF-NMM)
7 ACM2 (Pleim)
PBL (ARW)
Model konvektif asimetris dengan tanpa percampuran ke atas
dan ke bawah skala lokal.
Skema ini berdasarkan pada konsep bahwa transpor vertikal
di dalam lapisan campuran asimetris secara tidak terpisah.
Transpor ke atas (upward transport) oleh buoyant plumes
dimulai pada lapisan permukaan yang disimulasikan oleh
percampuran dari lapisan model yang lebih rendah secara
langsung ke seluruh lapisan yang lain dalam lapisan
campuran.
99 MRF scheme Versi lama dari skema YSU dengan treatment implisit untuk
lapisan entraintment sebagai bagian dari non lokal-K lapisan
campuran. (Hong and Pan 1996).
Skema MRF memerlukan profil difusivitas Eddy terhadap
ketinggian, dengan magnitude yang bergantung pada
karakteristik skala kecepatan pada lapisan permukaan. Skema
ini terdapa transpor panas non-lokal sepanjang hari.

III. Langkah Pengerjaan
1. Namelist.input dalam WRFV3/run
Ubah namelist.input dalam WRFV3/run, bl_pbl_physic sesuai dengan jenis
skema yang ingin dijalankan.
Sesuaikan domain dan tanggal pada namelist.input sesuai simulasi yang
akan dijalankan.
Parameter fisis yang lain harus dalam setting default.

2. Running hasil pre processing system WRF
3. Lakukan analisis kualitatir dan kuantitatif dibandingkan dengan data observasi
untuk parameter yang dikaji.
IV. Tugas Praktikum
1. Running WRF dengan 3 skema PBL yang berbeda
2. Pilih minimal 2 parameter kajian. Bandingkan hasil keluaran dari ketiga skema
dengan data observasi. Lakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

V. Pekerjaan Rumah
1. Analisis ketinggian PBL pada masing-masing skema. Ambil 3 sampel wilayah di
atas darat, laut, dan wilayah perbatasan darat-laut. Jelaskan kondisi PBL dari
masing-masing skema pada ketiga wilayah tersebut.
2. Jelaskan masing-masing skema baik dari segi pemicu, kekurangan dan kelebihan
3. Dari hasil perbandingan terhadap data observasi, tentukan skema mana yang
paling sesuai di domain kajian.

VI. Laporan
Buatlah laporan dengan format sebagai berikut :
1. Cover
2. Teori Dasar
3. Tugas praktikum
4. Analisis
5. Kesimpulan
4. Daftar Pustaka

&physics
mp_physics = 3, 3, 3,
ra_lw_physics = 1, 1, 1,
ra_sw_physics = 1, 1, 1,
radt = 30, 30, 30,
sf_sfclay_physics = 1, 1, 1,
sf_surface_physics = 1, 1, 1,
bl_pbl_physics = 1, 1, 1,
bldt = 0, 0, 0,
cu_physics = 1, 1, 0,
cudt = 5, 5, 5,
VII. Referensi
http://cirrus.geoph.itb.ac.id/?cat=elearning&id=comet
http://www.dtcenter.org/wrf-nmm/users/docs/user_guide/V3/users_guide_nmm_chap5.
htm

Das könnte Ihnen auch gefallen