Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TEKNIK
PENGELASAN
KAPAL
JILID 1
SMK
TEKNIK
PENGELASAN
KAPAL
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Hery Sunaryo
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
iv
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. GAMBARAN UMUM PENGELASAN PADA KAPAL ................... 1
v
TEKNOLOGI LAS KAPAL
I.4. PEMOTONGAN......................................................................... 51
I.4.1. Pemotongan Gas ...................................................................... 51
I.4.2. Pemotongan Busur Plasma ...................................................... 58
I.4.3. Pemotongan dengan Sinar Laser .............................................. 66
I.4.4 Teknik Pemotongan................................................................... 70
vi
TEKNOLOGI LAS KAPAL
vii
TEKNOLOGI LAS KAPAL
viii
TEKNOLOGI LAS KAPAL
ix
TEKNOLOGI LAS KAPAL
x
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB I
PENDAHULUAN
1
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1.2.3.1 Besi
Logam besi terbuat dari biji – biji besi yang didapat dari hasil
tambang, kemudian diolah pada dapur tinggi sehingga menghasilkan
besi kasar.
Adapun macam – macam besi sebagai berikut :
(a) Besi kasar putih, mempunyai sifat – sifat :
y Titik cair + 11000 C
y Mempunyai kandungan karbon sebesar 2,3 % sampai
dengan 3,5 %
y Berwarna putih
y Keras, mudah pecah, cepat membeku
y Baik untuk pembuatan baja
(b) Besi kasar kelabu, mempunyai sifat – sifat :
y Titik cair + 13000 C
y Mempunyai kandungan karbon sebesar 3,5 % sampai
dengan 5%
y Berwarna kelabu
y Mudah dituangkan, kenyal dan agak rapuh
Nama
Simbol Karakteristik Sifat Mampu Las
elemen
Paling besar
pengaruhnya pada sifat
Umumnya kandungan
baja. Menambah
karbon 0.2% atau lebih
kekuatan tarik,
Karbon C rendah menjamin sifat
kekerasan dan
mampu las yang lebih
kemampuan baja untuk
baik.
mengeras, tetapi
mengurangi kemuluran.
3
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1.2.3.2 Baja
Logam baja dihasilkan dari pengolahan lanjut besi kasar pada
dapur konventer, Siemens Martin atau dapur listrik, dimana hasil
pengolahan dari dapur – dapur tersebut menghasilkan baja karbon yang
mempunyai kandungan karbon maksimum 1,7 %.
Baja karbon sangat banyak jenisnya, dimana komposisi kimia,
sifat mekanis, ukuran, bentuk dan sebagainya dispesifikasikan untuk
masing - masing penggunaan pada Standar Industri Jepang (JIS). Pada
bab ini menjelaskan tentang baja karbon.
4
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Besi murni lunak, tidak kuat sehingga tidak dapat dipakai. Untuk
menambah kekuatan, karbon (C) 2% atau kurang ditambahkan ke besi
murni membentuk material struktur campuran besi karbon. Material ini
disebut baja karbon. Disamping karbon, baja karbon terdiri dari sejumlah
kecil mangan (Mn), dan silikon (Si), dan sedikit phospor (P) serta
belerang (S) sebagai unsur - unsur pada pembuatan baja. Elemen -
elemen ini disebut 5 elemen untuk besi. Tabel II.6 menspesifisikan
karakteristik dari masing - masing 5 elemen tersebut. Besi yang
mengandung silikon dan karbon 2-4,5% disebut Besi Tuang. Baja
campuran yang dibuat untuk penggunaan dan perlakuan khusus,
mengandung nikel (Ni), khrom (Cr), tembaga (Cu), molybden (Mo),
vanadium (V), aluminium (Al), titan (Ti), boron (B) dan sebagainya
disamping karbon. Baja campuran diklasifikasikan menjadi baja
campuran tinggi dan baja campuran rendah, sesuai dengan jumlah
kandungan elemen campurannya. Baja campuran juga disebut Baja
Khusus. Normalnya walaupun baja khusus juga merupakan baja karbon
tingkat tinggi misalnya baja perkakas, baja potong atau baja diperkeras,
yang dibuat dengan produksi khusus atau metode perlakuan panas dan
lain-lain.
5
TEKNOLOGI LAS KAPAL
6
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kandungan
Jenis Penggunaan utama
karbon
Baja karbon rendah Baja roll biasa atau plat baja, profil,
0,08% - 0,3%
atau baja lunak pipa, gulungan
Baja karbon tinggi atau Rel kereta api, baja perkakas, baja
0,6% - 2,0%
baja keras pegas, baja alat ukur
ik
n tar
ata
Kekuatan ta rik (kgf /mm )
ku
2
Ke
Kekua tan tegan gan
Perpanjang an (%)
san
era
(N/m m 2)
Ke k
T
Perpanjangan
7
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Bahan baku baja adalah biji besi. Biji besi dibuat menjadi besi
kasar yang mana baja karbon, baja campuran atau besi tuang dibuat.
3) Proses pengerolan
Hasil dari cetakan baja dibawa ke proses pengerolan panas atau
dingin menjadi plat/lembaran baja, pipa baja, batangan atau profil.
8
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Dapur t inggi
Batu Batu
Kokas bara
Biji besi kapur
Gas dapur
tinggi
Tungku kokas
Pemanas dapur
Generator gas
Pemanas
tinggi
Terak
Besi Udara
kasar
Besi Baja
campuran skrap
Bukaan
Konverter
Dapur
listrik
Kubah
Dapur
uji
Pengeluaran
Baja tingkat
Cetakan
Udara
baja
tinggi
tempa
Mesin
press
Ro l
Rol
ani lin g
Baja profil
D apur
Pipa baja
lembara n
Plat b aja/
Pipa baja
Batang
Bat ang
kawat
Baja tempa
profil
kawat
B e s i tua ng
Baja tuang
Baja
Besi tuang
Rel
lu n ak
y Plat baja
Tipikal produk baja adalah plat baja. Plat baja diklasifikasikan
berdasarkan pemakaiannya oleh Standar Industri Jepang (JIS). Juga
diklasifikasikan sesuai dengan ketebalannya menjadi plat tebal (25 mm
atau lebih), plat (3 mm sampai dengan kurang dari 25 mm) dan plat tipis
(kurang dari 3 mm).
9
TEKNOLOGI LAS KAPAL
10
TEKNOLOGI LAS KAPAL
11
TEKNOLOGI LAS KAPAL
A B C D
12
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1.2.5 Aluminium
Material aluminium merupakan logam kedua setelah baja yang
digunakan untuk pembuatan lambung kapal, oleh sebab itu logam non
ferrous yang dijelaskan pada kesempatan ini adalah logam aluminium.
13
TEKNOLOGI LAS KAPAL
14
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Contoh pembacaan
ASTM 2017 artinya Adalah paduan aluminium – cupper tanpa
perhatian khusus dan mengalami modifikasi
dari paduan Al – Cu
ASTM 2117 artinya Adalah paduan aluminium – magnesium
tanpa perhatian khusus dan mengalami
modifikasi dari paduan Al - Mg
ASTM 5056 artinya Adalah paduan aluminium – magnesium
dengan perhatian khusus dan mengalami
modifikasi dari paduan Al – Mg
ASTM 1030 artinya Adalah aluminium murni tanpa perhatian
khusus, dengan kadar aluminium sebesar
99,30%
ASTM 1130 artinya Adalah aluminium murni dengan perhatian
khusus dengan kadar aluminium sebesar
99,30%
ASTM 1230 artinya Adalah aluminium murni dengan perhatian
khusus dengan kadar aluminium sebesar
99,30
15
TEKNOLOGI LAS KAPAL
16
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel I.4 Jenis logam pengisi yang digunakan pada proses logam
aluminium pada pengelasan MIG
Logam pengisi
Logam induk
Tegangan tarik
Maximum elongation
maksimum
1100 1100 / 4043 1100 / 4043
2014 4145 4043 / 2319
2214 2319 4043 / 2319
3003 5183 1100 / 4043
3004 5554 5183 / 4043
5005 5183 / 4043 5183 / 4043
5050 5356 5183 / 4043
5052 5356 / 5183 5183 / 4043
5083 5183 5183
5086 5183 5183
5154 5356 5183 / 5356
5357 5354 5356
5454 5554 5183
5456 5556 5183
6061 4043 / 5153 5356
6063 4043 / 5183 5783
7039 5039 5183
7075 5183
7079 5183
7478 5183
17
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Mistar
(a) Mistar baja lurus
Mistar lurus terbuat dari baja / baja tahan karat, digunakan
untuk pengukuran panjang. Kebanyakan memiliki kebalan 1 – 1,5 mm,
lebar 25 mm dan panjang 300 – 1000 mm.
18
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2. Caliper
(a) Calipers outside
Caliper outside digunakan untuk mengukur diameter luar dari
material / benda bulat atau ketebalan.
19
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Jangka sorong
20
TEKNOLOGI LAS KAPAL
7. Busur baja
21
TEKNOLOGI LAS KAPAL
22
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Alat ini disebut juga pengukur radial. Alat ini digunakan untuk
mengukur bagian – bagian lingkaran dari benda kerja.
23
TEKNOLOGI LAS KAPAL
24
TEKNOLOGI LAS KAPAL
16. Blok V
25
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Alat ini disebut juga penglass. Alat ini digunakan untuk menahan
benda kerja yang tipis secara vertikal atau benda kerja dengan bentuk
yang tidak beraturan yang tidak dapat dipasang dengan chuck atau
ragum.
26
TEKNOLOGI LAS KAPAL
21. Jangka
Untuk
Ujung dari jangka dibentuk tepat penandaan
450 untuk penandaan kasar, kasar
450
sedangkan untuk penandaan
halus dibentuk dengan sudut 300.
Untuk
penandaan
halus
300
27
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Pena penandaan
2. Penitik
28
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Palu single
4. Pahat
29
TEKNOLOGI LAS KAPAL
5. Ragum
30
TEKNOLOGI LAS KAPAL
6. Kikir
Kikir terutama digunakan untuk menghaluskan benda kerja dari
metal dengan menggunakan tangan. Ditinjau dari bentuknya, kikir
diklasifikasikan dalam lima jenis yaitu datar, segiempat, segitiga, bulat
dan setengah bulat. Ditinjau dari sisi potongnya adalah sisi potong
tunggal dan sisi potong ganda. Kekasaran sisi potong kikir
diklasifikasikan antara lain ”kasar”, ”medium / setengah kasar”, ”halus”
dan ”licin”. Kikir baru harus digunakan untuk baja lunak.
31
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Panjang kikir
ujung
depan
permukaan sisi
7. Gagang kikir
Alat ini dipasangkan ke ujung gagang kikir.
8. Sikat kawat
Alat ini digunakan untuk membersihkan bekas pemotongan dari
kotoran metal.
32
TEKNOLOGI LAS KAPAL
9. Tap tangan
Sebuah handel dipasangkan ke bagian yang terbentuk segi
empat dari batang tap, yang digunakan untuk membuat sekrup dalam
terutama dengan tangan. Tujuh ulir pertama dari tap pertama disebut
“kepala tap”. Kepala tap ini dipingul sehingga dapat dengan mudah
masuk ke bawah lubang sekrup.
Tiga sampai empat ulur pertama dari tap kedua disebut tap
tengah juga dipingul. Ulir pertama dari tap ketiga dipingul, dimana
disebut tap akhir dan digunakan untuk penghalusan akhir.
Tap pertama
Tap kedua
Tap ketiga
33
TEKNOLOGI LAS KAPAL
34
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Jenis tetap
15. Landasan
Alat ini digunakan sebagai alas dimana material dipukul ketika
penempaan. Alat ini disebut juga dudukan / alas tanduk. Bentuk alat ini
sesuai untuk pekerjaan – pekerjaan seperti bending / menekuk,
stretching / pelurusan dan cutting / pemotongan.
35
TEKNOLOGI LAS KAPAL
36
TEKNOLOGI LAS KAPAL
37
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Bilah lurus
Bilah melengkung
Bilah sekop
Garis penandaan
38
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kunci Inggris
Kunci L
Kunci soket
Kunci pipa
24. Obeng
Alat ini terutama digunakan untuk mengencangkan atau
mengendurkan sekrup kepala bercelah. Ukuran dari alat ini dinyatakan
dengan panjang keseluruhannya.
39
TEKNOLOGI LAS KAPAL
26. Tang
Alat ini digunakan untuk mengencangkan dan mengendurkan
sekrup. Tang ini untuk menahan benda panas dimana tang datar
berukuran kecil dapat digunakan.
40
TEKNOLOGI LAS KAPAL
29. Bor
Alat ini digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja.
Terdapat bor datar dan bor khusus disamping bor pilih seperti
ditunjukkan pada gambar disini. Mata bor miring dibuat mengikuti kode
kemiringan, dimana penggunaannya dengan menyisipkan ke dalam
lubang dari sumbu utama secara langsung atau dengan menggunakan
sleeve atau soket. Mata bor lurus digunakan untuk membuat lubang
berdiameter di bawah 13 mm yang ditahan dengan chuck bor.
Gambar I.66 Bor dengan mata Gambar I.67 Bor dengan mata
bor miring bor lurus
41
TEKNOLOGI LAS KAPAL
32. Soket
Alat ini digunakan ketika panjang sumbu utama dari mesin tidak
cukup atau peralatan sering diganti.
42
TEKNOLOGI LAS KAPAL
lubang masuk
asetilin
lubang keluar
asetilin Pipa karet
filter
air
Penunjuk
batas air
lubang masuk
Katup
pembuangan air
Gambar I.72 Alat penyekat dengan air
43
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Penunjuk
tekanan rendah Penunjuk
tekanan tinggi
Katup kecil
Lubang
sambungan
Katup
Pegangan pengaman
regulator
Penunjuk Penunjuk
tekanan rendah tekanan tinggi
Katup kecil
Lubang
sambungan
Pegangan regulator
44
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Sambungan
fitting metal
Lubang Pegangan
sambungan regulator
45
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tipe
Jenis tekanan
Item Jenis tekanan tetap
variabel
Dapat dilakukan
Dengan regulator
Pengaturan oksigen dengan katup jarum
oksigen
dari torch
46
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Ketebalan pelat
Torch Nosel
yang akan dipotong
1 1–7
1 2 5 – 15
3 10 – 30
1 3 – 20
2 2 5 – 50
3 40 – 100
1 50 – 120
3 2 100 – 200
3 180 – 260
47
TEKNOLOGI LAS KAPAL
48
TEKNOLOGI LAS KAPAL
49
TEKNOLOGI LAS KAPAL
50
TEKNOLOGI LAS KAPAL
I.4 PEMOTONGAN
Jika sebuah struktur dibuat, prosedur pertama adalah pemotongan
material dan ada beberapa metode pemotongan. Tenaga mekanis
digunakan untuk pengguntingan dan penggergajian, dan sumber panas
temperatur tinggi untuk pemotongan dengan gas dan mesin potong
busur plasma. Berbagai macam teknik pemotongan digunakan dalam
sehari-harinya, tergantung dengan kebutuhannya, misalnya seperti
kapasitas pemotongan, jenis material yang dipotong, akurasi
pemotongan, kualitas permukaan potong, kemampuan operasinya,
efisiensi biaya dan faktor keamanan.
Sumber energi panas yang digunakan untuk pemotongan termal
termasuk reaksi oksidasi, energi listrik, energi sinar dan kombinasi dari
tersebut diatas. Bagaimanapun juga pemotongan termal sangat jarang
digunakan hanya dengan energi termal saja. Sebagian besar dari potong
termal dilakukan dengan pemanasan bagian logam yang dipotong dan
peniupan terak yang timbul sebagai hasil dari pemotongan oleh gas.
Energi hidrodinamik dari gas adalah sangat penting.
Kita menyimpulkan disini bahwa prinsip-prinsip dan gambaran dari
c pemotongan gas, d pemotongan busur plasma dan, e
pemotongan sinar laser yang mana semua ini paling praktis dan
sangat luas penggunaannya diantara berbagai metode potong termal
temperatur tinggi.
51
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tip potong
Arah potong
Api preheating
Aliran oksigen Pemotong
Aliran oksigen Pemotong
Garis Area reaksi
Material yang hendak dipotong
Terak
52
TEKNOLOGI LAS KAPAL
53
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kecepatan potong
(mm/menit)
Kemurnian
oksigen (%)
54
TEKNOLOGI LAS KAPAL
55
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabung pilot
Air pendingin
Posisi pengukuran
Mengangkut (c)
56
TEKNOLOGI LAS KAPAL
57
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kavitasi
x Ketelitian pembevelan
Ketinggian
kampuh
Gambar I.93 Faktor-faktor yang menentukan kualitas pemotongan
permukaan
58
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Bila udara dalam kondisi plasma ini disuplai energi listrik untuk
membentuk sebuah kolom busur dan daerah disekitarnya didinginkan,
arus tidak bisa mengalir dengan mudah pada lingkungan/kondisi dingin
disebabkan oleh naiknya tahanan listrik, sehingga arus terkonsentrasi ke
daerah busur di pusat nyala api; semua ini menaikkan temperatur
daerah tersebut.
Elektroda
Gas plasma
Nosel
Busur api
Material yang
akan dipotong
59
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kommponen
Fungsi
Sistem
60
TEKNOLOGI LAS KAPAL
61
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektroda
(Elektroda negatif)
Aliran gas
Diameter nosel
Panjang nosel
pelurus
(a) Tipe aliran aksial /lurus (b) Tipe aliran putar /melingkar
Gambar I.95 Bentuk elektroda dan sistim suplai gas orifice
62
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektroda
Gas plasma
Baja
Injeksi
Nosel
Keramik
63
TEKNOLOGI LAS KAPAL
64
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Jarak yang lebih besar dari nosel, diameter plasma yang lebih
sempit dan temperatur yang lebih rendah. Turunnya temperatur
menjelaskan bahwa putaran alirannya kuat. Jika busur plasma
memasuki material, selanjutnya busur plasma tersebut ditekan turun dan
menyebabkan terjadinya kemiringan.
Pada kasus plasma argon-hidrogen, yang mana dilakukan secara
normal dengan aliran arah aksial, pengerucutan tidak terjadi sama sekali.
Walaupun dalam kasus plasma oksigen, oksidasi membuat kerucut lebih
nyata. Pada permukaan potong kerucut cenderung menjadi simetris
pada sekitar kiri kanannya dengan pancaran mengalir secara aksial dan
tidak simetris dengan aliran yang berputar.
Ketegaklurusan
Kedataran
Kekasaran permukaan
Material yang
harus terbuang
65
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektroda
Gas
plasma
Nosel
Gas
sekunder
Bagian luar
nosel
66
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kaca pembias
Lensa
(jarak titik pusat)
Gas pelindung
(jumlah aliran, jenis)
67
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Baja lunak
Kecepatan potong (meter/menit)
Ketebalan plat
68
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kekasaran permukaan
69
TEKNOLOGI LAS KAPAL
70
TEKNOLOGI LAS KAPAL
71
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(f) Bukalah katup tabung gas asetilin dan nyalakan api gas, kemudian
bukalah katup sebelum pemanasan dan setel ke ukuran nyala api
gas netral.
(g) Bukalah katup tabung gas oksigen (Gambar I.103 - g) dan
kosongkan tabung gas oksigen pemotong dari pipa pereciknya.
(Gambar I.104 - b).
Oksigen
Gas
campuran Perecik nyala
api sebelum
pemanasan
Perecik gas
oksigen
alat potong
(h) Matikan tabung gas oksigen pemotong dan padamkan nyala api gasnya.
72
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Panjang
Lobang aliran Konsumsi gas
Ketebalan Tekanan Tekanan Kecepatan
Tip oksigen oksigen
plat oksigen asetilen potong
potong potong yang C2H2
mm tampak Kg/cm Kg/cm mm/km O2
mm 3 liter/
mm m /jam
jam
73
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Mengatasi masalah
Bagian
Obyek Permasalahan yang Metode Perbaikan
diperiksa
Dengan Dikeraskan Pada awal
Sambungan
Kebocoran busa sabun atau diganti pekerjaan
gas Dengan Pada awal
Brander Klep Ganti brander
busa sabun pekerjaan
Dengan Dikeraskan Pada awal
Bagian
busa sabun atau diganti pekerjaan
Bentuk Pada awal
Pemeriksaan
nyala Bersihkan pekerjaan
visual pada
pemanas atau diganti atau secara
nyala netral
Tip awal acak
pemotong Bentuk Pada awal
Pemeriksaan
aliran Bersihkan pekerjaan
visual pada
oksigen atau diganti atau secara
aliran gas
pemotong acak
74
TEKNOLOGI LAS KAPAL
5. Pemotongan Manual
Sebagai langkah pemotongan manual, perhatikan dan lakukan hal-
hal sebagai berikut :
(1) Tarik garis-garis pada pelat dengan pena penggores kemudian
letakan plat pada meja dan tempatkan bagian yang dipotong bebas
dari material dibawahnya / menggantung.
(2) Ambil posisi tubuh siap memotong, lakukan pemanasan awal
dengan menyetel ketinggian inti nyala sekitar 3 mm dari permukaan
plat kemudian setel brander pada posisi tegak dan arahkan ke
pinggir permukaan pelat.
(3) Bila bagian ujung menjadi merah, buka katup potong oksigen.
(4) Laksanakan pemotongan
75
TEKNOLOGI LAS KAPAL
d d
f
76
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2. Pasanglah ujung alat potong No. 1 dan aturlah tekanan gas oksigen
ke 2 kg/cm2 dan gas asetilin ke 0,2 kg/cm2. Kemudian nyalakan
kerucut nyala api netral sepanjang 3 mm. Setelah itu, cobalah
mengosongkan tabung gas oksigen pemotong dan periksalah arus
gas oksigen agar mencapai panjang kira- kira 150 mm. (Gambar
I.110)
Jika perecik oksigen pemotong dalam keadaan abnormal,
jangkauan arus oksigen menjadi lebih pendek.
Kira – kira 3 mm
77
TEKNOLOGI LAS KAPAL
an
ng
ot o
em
hp
A ra
78
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kira-kira 3 m
(c) Gerakkan torch las gas dan potonglah material sambil memastikan
bahwa gas oksigen pemotong menembus material dan terak
lelehan jatuh ke dalam dengan bebas. (Pada saat ini jagalah agar
torch las gas tetap bergerak dan jagalah agar kecepatannya
sekonstan mungkin. (Gambar I.114)
79
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Kondisi pemotongan
80
TEKNOLOGI LAS KAPAL
81
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(6) Atur nyala preheating. Setel tekanan gas sesuai dengan kondisi
standar pemotongan. Gerakkan tip naik-turun untuk menyetel
ketinggian inti nyala sekitar 3 mm.
(7) Lakukan pemanasan awal. Luruskan tip dengan bagian luar dari
garis potong. Luruskan nyala api ke ujung plat dan setel kopling ke
STOP.
(8) Lakukan pemotongan. Jika pada titik awal merah membara, buka
katup oksigen potong, kemudian setel kopling ke posisi
maju/mundur.
Amati hasil potongannya dan bila hasil pemotongan belum
maksimal maka setel kembali untuk mendapatkan hasil potongan
yang optimal.
Dengan mengamati :
a. Tekanan gas
b. Rangkaian selang dan kabel
c. Kecepatan potong
d. Ketinggian inti nyala api
e. Keadaan oksigen potong
f. Kelurusan dari kampuh potong dan garis potong
g. Timbulnya distorsi
h. Terbangnya percikan
i. Aliran terak
j. Kebisingan pemotongan
k. Pelelehan ujung atas
l. Timbulnya takik
(9) Matikan api. Bila pemotongan telah selesai, tutup katup oksigen
potong dan kembalikan kopling ke STOP. Tutup katup asetilen dan
katup oksigen preheating. Matikan tombol/saklar.
(10) Periksa permukaan potong :
a. Periksa apakah tarikannya optimal
b. Periksa apakah parit pada tarikan dangkal dengan ketidakrataan
minimum
c. Periksa apakah permukaan potong halus
d. Periksa apakah terak mudah dibuang.
82
TEKNOLOGI LAS KAPAL
83
TEKNOLOGI LAS KAPAL
84
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2
Kira 150 mm
Fig. 2 2
Fig.
5. Aturlah jarak antara logam dasar dan kerucut nyala api kira-kira 3
mm. Kemudian aturlah posisi pucuk alat potong ke garis potong
sama seperti pada pemotongan manual. (Gambar I.118)
85
TEKNOLOGI LAS KAPAL
n
t on ga
o
em
hp
Ara
g
ot on
p
ris
Ga
86
TEKNOLOGI LAS KAPAL
87
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Kondisi-kondisi pemotongan :
(a) Tabel I.16 menunjukkan kondisi-kondisi pemotongan siku-siku
menggunakan gas asetilin. Karena tekanan yang ditunjukkan
pada Tabel I.16 merupakan tekanan arus masuk, perlu
dilakukan koreksi sesuai dengan ukuran panjang dan diameter
selang.
(b) Dalam pemotongan pinggiran miring, naikkan tingkat arus aliran
gas asetilin 2 x lipat dari kondisi normal dan kurangi kecepatan
10~20%. Pada saat yang sama, peningkatan tekanan arus
oksigen dapat menyebabkan hasil pemotongan yang kurang
baik, maka pertahankanlah kecepatan yang sama (Gambar
I.118)
88
TEKNOLOGI LAS KAPAL
89
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Pembungkus
Fig .3
Gambar I.122 Ujung
Gb. 3 alat potong otomatis
90
TEKNOLOGI LAS KAPAL
91
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Joint Detail
Joint Design Unit : mm Welding Sequence
Welding Detail
Size Type of Travel
Current Voltage Hl*
Run Process Filler Current / Speed
A V Kj/cm
Metal Polarity Cm/min
Manufacturer
Examiner of Test Body
PT …………..
Date : Date :
92
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Test Date :
Witnessed by :
JOINT DETAIL
Joint Design Unit : mm Welding Sequence
Welding Detail
Size of Type of
Current Voltage Travel Sped Heat Input
Run Process Filler Current
A V Cm/min Kj/cm
Metal /Polarity
MANUFACTURER
PT ……………. CLASSIFICATION APROVAL WINESSED BY
93
TEKNOLOGI LAS KAPAL
94
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Pelaksanaan Pengelasan
(1) Pengelasan dari satu sisi dengan tembusan penuh, las balik
pada posisi lain tidak diperbolehkan.
(2) Pengelasan dari lapisan pertama (akar) sampai lapisan akhir
dilaksanakan sesuai dengan posisi pengelasan yang sama.
(3) Pengelasan ulang pelat uji pada satu sisi pengelasan hanya
boleh dilaksanakan dua kali.
(4) Dianjurkan untuk pengelasan lapisan pertama (akar)
menggunakan kawat las diameter 3,2 mm dan lapisan
selanjutnya dengan diameter 4,0 atau 5,0 mm
(5) Pengujian pengelasan dengan posisi vertikal turun (v-d) harus
dengan persetujuan surveyor BKI dan dicatat dalam sertifikat
juru las
95
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Perpanjangan Sertifikat
(1) Perpanjangan sertifikat dapat dilakukan tanpa uji ulang bila :
a. Pekerjaan las sesuai dengan kualifikasi yang tercantum
dalam sertifikat, harus dilaksanakan secara kontinu dibawah
pengawasan surveyor BKI dan supervisor galangan dan
tidak boleh terhenti selama 3 (tiga) bulan.
b. Paling kurang untuk setiap 3 (tiga) bulan harus ada hasil
pengelasan seauai kualifikasi juru las yang bersangkutan,
pengelasannya harus diuji radiografi.
(2) Jika syarat tersebut tidak dilaksanakan atau hasil evaluasi dari
laporan pekerjaan juru las dan film radiografi tidak memenuhi
persyaratan maka harus dilakukan uji ulang.
96
TEKNOLOGI LAS KAPAL
97
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Vertikal ke
Datar Horisontal Vertikal ke atas Atas kepala
bawah
Vertikal ke
Datar Horisontal Vertikal ke atas Atas kepala
bawah
2. PIPA
(1) Las tumpul (Butt weld)
98
TEKNOLOGI LAS KAPAL
99
TEKNOLOGI LAS KAPAL
100
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Gambar Kerja
Berdasarkan gambar Pemenuhan
& standard kerja Kualitas
Standard Kerja
Proses OUTPUT
INPUT Produksi
WPS /
Instruction manual
2. Standard Kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan seorang Supervisor las wajib
memahami standard kerja dan pelaksanaannya harus mengikuti / sesuai
dengan standard kerja tersebut.
Contoh : Standard kerja Fit-up, Welding, Firing
101
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Material
Supervisor las harus dapat memastikan bahwa material yang
diperlukan telah tersedia dan sesuai dengan persyaratan antara lain:
(a) Bersertifikat bila diperlukan dan sudah teridentifikasi
(b) Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
(d) Jenisnya dan spesifikasinya sama dengan yang seharusnya
diperlukan
Apabila material yang diperlukan tidak tersedia atau tidak sesuai
persyaratan, maka Supervisor harus berkoordinasi dengan bagian yang
mempunyai peran penentu keputusan (bisa atasan langsung atau bagian
lain ) yang bertanggung jawab tentang material
102
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2. Self Control
Seorang Supervisor harus bisa memberikan contoh dan membina
anak buahnya untuk melakukan pemeriksaan sendiri terhadap setiap
hasil kerjanya. Sehingga apabila diketahui sendiri terdapat
ketidaksesuaian maka segera diperbaiki tanpa menunggu rekomendasi
dari Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).
Self control bukan pemborosan waktu tapi sebaliknya dengan self
control akan menghemat banyak waktu dan biaya yang bisa terbuang
akibat kesalahan lanjut, dimana self kontrol ditujukan untuk mengurangi
tingkat kesalahan yang lebih besar sehingga peran QC dan QA akan
lebih aman dari kesalahan dan keteledoran, mengingat QC dan QA
biasanya jumlahnya sedikit. Bila dibanding jumlah pengelasan yang ada
dalam suatu kapal.
Tiga hal penting untuk pemenuhan target pekerjaan yaitu :
(1) Pemenuhan Kualitas ( Quality )
Suatu pekerjaan apabila telah dilakukan dengan inputan yang
benar dan proses produksi yang benar maka dapat diyakini akan
menghasilkan produk/hasil kerja dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan, spesifikasi teknis, Rules Class dan Regulasi yang
berlaku. Dengan pemenuhan kualitas maka owner akan lebih puas
dan yakin akan produk yang dihasilkan.
(2) Pemenuhan akan Efisiensi Biaya ( Cost )
Hasil kerja yang tepat dan tidak banyak mengalami perbaikan
atau pekerjaan ulang merupakan kinerja produksi yang mengarah
kepada efisiensi biaya disini peran welder sangat besar untuk dapat
membantu mengurangi biaya yaitu dengan berperan sebagai juru las
yang mempunyai kecepatan pengelasan yang tinggi dan tidak banyak
mengalami pekerjaan ulang serta bermutu tinggi.
(3) Pemenuhan akan Penyerahan Pekerjaan Tepat Waktu ( Delivery )
Penyelesaian item-item pekerjaan yang sesuai dengan schedule
memberikan kontribusi terhadap penyerahan kapal yang tepat waktu
(On Time Performance). Sedapat mungkin pihak galangan kapal
menghendaki penyerahan yang tepat waktu bila mungkin penyerahan
dapat dilakukan sebelum waktu yang ditentukan (Ahead Schedule)
103
TEKNOLOGI LAS KAPAL
104
TEKNOLOGI LAS KAPAL
T
T Acc? Pemeriksaan Y Acc?
Pemeriksaan
QA QC
Y
T Acc?
Pemeriksaan
Class/OS
Y Keterangan :
Y = Ya / Accepted
Closed / T = Tidak / Rejected
Next Step
105
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Kondisi Fisik
Untuk dapat melakukan tugasnya, kondisi fisik seorang Inspektur
harus baik. Pekerjaan Inspeksi Las termasuk inspeksi sebelum
pengelasan (persiapan), pada saat pengelasan dan setelah pengelasan.
Sering seorang Inspektur harus naik ke atas suatu konstruksi yang tinggi
atau masuk ke dalam ketel-uap atau bejana tekan untuk melakukan
inspeksi. Kondisi inspeksi sering dalam keadaan sulit.
Ingat bahwa posisi pekerjaan adalah untuk memudahkan seorang
Juru Las atau Operator Las, bukan Inspektur las.
2. Daya Penglihatan
Daya Penglihatan adalah penting. Seorang Inspektur Las harus
mampu memeriksa sambungan – sambungan las secara visual dan
mampu memeriksa hasil radiografik atau uji tak merusak lain (NDT).
Apabila seorang Inspektur berkacamata, maka pada waktu melakukan
inspeksi kacamatanya harus dipakai.
3. Sikap
Sikap dari seorang Inspektur adalah penting, dapat menentukan
apakah seorang Inspektur berhasil atau gagal untuk melakukan tugasnya.
Keberhasilan seorang Inspektur tergantung dari kerjasama dengan
petugas-petugas dari bagian - bagian yang berhubungan dengan
pekerjaan las yang diperiksa, harus bisa bergaul, jangan angkuh tapi
berwibawa.
Dalam mendiskusikan sesuatu pekerjaan seorang Inspektur harus
toleran terhadap pendapat orang lain, tidak boleh memihak, tetapi harus
konsekuen atas keputusannya. Ikuti dengan seksama prosedur inspeksi
yang ditetapkan, tidak boleh terpengaruh oleh debat - debat yang
menekan.
Ingatlah bahwa dalam dokumen kontrak telah tercantum syarat - syarat
yang ditentukan termasuk tugas, kewenangan dan pertanggung
jawaban seorang Inspektur.
Seorang Inspektur Las harus jujur, tangkas, teliti, kritis, tegas dan kreatif.
4. Pengetahuan Las
Seorang Inspektur Las harus memiliki cukup pengetahuan
mengenai proses - proses pengelasan, mengetahui kesalahan -
kesalahan atau cacat - cacat las dan tempat - tempat yang sering
terdapat cacat - cacat las. Apa yang menyebabkan terjadinya cacat -
cacat las dan bagaimana cara mencegahnya dan membetulkannya
(reparasi).
106
TEKNOLOGI LAS KAPAL
7. Rekaman (Records)
Inspektur harus memelihara rekaman dengan baik. Dia harus
dapat menulis laporan yang ringkas dan mudah dimengerti. Laporan
harus cukup lengkap sehingga alasan pengambilan keputusan adalah
jelas meskipun setelah beberapa lama kemudian.
Rekaman tidak hanya mencakup semua hasil inspeksi dan tes,
tapi juga prosedur las, kualifikasi prosedur las dan pengendalian bahan -
bahan pengelasan. Rekaman yang baik melindungi reputasi sebagai
Inspektur membantu dalam hal penulisan laporan yang ringkas dan
lengkap.
8. Pengalaman Las
Pengalaman las untuk seorang Inspektur Las bukan suatu
persyaratan yang penting, akan tetapi seorang Inspektur Las yang
mempunyai pengalaman sebagai Juru Las atau Operator Las sangat
menguntungkan, oleh karena akan lebih mudah memberi saran - saran
untuk mencegah atau membetulkan kesalahan – kesalahan las.
9. Pendidikan
Dasar pendidikan atau latihan khusus dalam bidang keteknikan
dan metalurgi akan sangat membantu meningkatkan mutu seorang
Inspektur Las. Kebanyakan Inspektur mendapatkan pengetahuannya dari
pengalaman dan belajar sendiri. Lebih banyak memiliki pengetahuan dan
pengalaman seorang Inspektur akan lebih trampil membuat keputusan.
107
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1 Integritas
Seorang Inspektur Las berkewajiban untuk bertindak dengan
integritas penuh dalam hal-hal yang profesional, berpendapat dengan
jujur dan terus terang pada hal-hal yang berkaitan dengan tugasnya.
108
TEKNOLOGI LAS KAPAL
4. Perselisihan Kepentingan
Inspektur Las harus mencegah perselisihan kepentingan dengan
pemberi kerja atau rekanan yang akan menyingkap hubungan bisnis,
kepentingan atau keadaan yang mungkin harus dipertimbangkan.
Inspektur Las tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk uang atau
lainnya dari lebih dari satu pihak untuk proyek yang sama, kecuali
keadaannya telah tersingkap dan disetujui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Inspektur Las tidak boleh meminta atau menerima persenan langsung
atau tidak langsung dari pihak rekanan atau pemberi kerja yang
berhubungan dengan pekerjaan dari Inspektur Las. Inspektur Las
menginspeksi, mereview atau menyetujui pekerjaan untuk pihak yang
memberi kerja. Inspektur Las tidak boleh menginspeksi, mereview
atau menyetujui pekerjaan yang sama seperti tersebut diatas atas
nama pihak lain.
I.5.4.4. Komunikasi
Seorang Inspektur tidak hanya harus memiliki kualifikasi fisikal,
teknikal dan ethikal saja, tetapi ,juga harus memiliki keterampilan
berkomunikasi. Inspektur Las harus mampu berkomunikasi dengan
bagian atau orang yang berkaitan untuk menyempurnakan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Orang-orang yang ada
hubungannya dengan Inspektur adalah Pengawas Fabrikasi (Supervisor),
Juru Las/Operator Las, Kepala Las (Welding Foreman), Pemimpin
bengkel atau lapangan, Manager proyek, Engineer Proyek dan Engineer
las (Welding Engineer).
1. Pelaporan
Setiap Inspektur harus membuat laporan untuk pihak tertentu
seperti Inspektur Kepala (Chief Inspector), Engineer Proyek, Manager
Pabrik, Petugas Pemerintah atau Manager Pengendalian Mutu (Quality
Control) atau Kepastian Mutu (Quality Assurance).
2. Juru las
Keterkaitan antara Inspektur dan Juru Las adalah sangat penting.
Juru Las mengetahui lasan yang meragukan dan bila penyetelan
sambungan (Joint fit–up) kurang tepat atau tidak seperti yang
dispesifikasikan. Juru Las yang menganggap seorang inspektur sebagai
penghambat adalah tidak dibenarkan. Inspektur ditugaskan membantu
Juru Las untuk membuat lasan yang berkualifikasi. Hubungan kerja
antara Inspektur dan Juru Las harus baik.
109
TEKNOLOGI LAS KAPAL
5. Manager pabrik
Manager Pabrik juga menginginkan agar pekerjaan selesai pada
waktunya. Inspektur harus selalu mernberi informasi untuk
memungkinkan bahwa pekerjaan memenuhi ketentuan jadwal.
6. Engineer Proyek
Engineer proyek adalah penafsir utama dari gambar dan
spesifikasi untuk pekerjaan yang dilakukan. Biasanya dokumen ini
menunjukkan rincian untuk setiap sambungan untuk memenuhi tujuan
dari Engineer Desain. Peninjauan yang luas dari pekerjaan dengan
berkonsultasi dengan Engineer Proyek akan menghasilkan tugas yang
memerlukan perencanaan ekstra. Misalnya pada tautan multiple, urutan
pengelasan diperlukan untuk menjamin sambungan yang mulus, atau
untuk revisi desain dan perincian dapat memudahkan inspeksi yang
berarti.
7. Engineer Las
Engineer Las menyetujui bahan yang dipilih oleh Engineer Desain.
Inspektur perlu mendapatkan informasi dari Engineer sehingga bila ada
kemungkinan masalah konstruksi dapat disampaikan kepada Engineer
Las (Welding Engineer ) untuk mendapatkan perhatian sebelum menjadi
masalah dalam inspeksi.
110
TEKNOLOGI LAS KAPAL
111
TEKNOLOGI LAS KAPAL
112
TEKNOLOGI LAS KAPAL
113
TEKNOLOGI LAS KAPAL
- sifat mekanis dan kondisi bahan (as rolled, normalized dan sebagainya).
Laporan uji diperiksa apakah sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
114
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kondisi Penyimpanan
Klasifikasi Pemanasan
AWS Kondisi Ruangan Ulang
Peti Pemanas
(Normal)
270 C + 110 C
Untuk kondisi penyimpanan dan
(800 F + 200 F)
E 6010, E 6011 pemanasan ulang harus
20-60% kelembaban dikonsultasikan pada pemasok.
relatif
115
TEKNOLOGI LAS KAPAL
116
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(1) Persiapan pinggiran yang akan dilas (sudut bevel, sudut galur,
muka akar) dimensi dan penyelesaiannya
(2) Ukuran strip, cincin atau logam pengisi penahan balik
(3) Kesetangkupan (alignment) dan penyetelan (fit-up) dari bagian -
bagian yang akan dilas
(4) Pembersihan (harus tidak terdapat kotoran-kotoran seperti lemak,
minyak, cat dan lain-lain pada sisi yang akan dilas dan sekitarnya)
Inspeksi yang teliti sebelum pengelasan dapat meniadakan atau
mengurangi kondisi yang mengakibatkan lasan mengandung
diskontinuitas.
117
TEKNOLOGI LAS KAPAL
118
TEKNOLOGI LAS KAPAL
RANGKUMAN
119
TEKNOLOGI LAS KAPAL
120
TEKNOLOGI LAS KAPAL
121
TEKNOLOGI LAS KAPAL
LATIHAN SOAL
4. Plat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam
dari suatu pipa adalah dengan menggunakan ...............
a. Mistar d. Busur bevel universal
b. Micrometer e. Calipers
c. Jangka sorong
122
TEKNOLOGI LAS KAPAL
11. Berikut ini adalah peralatan yang perlu dipersiapkan pada proses
pemotongan dengan gas oksigen dan asetilin, kecuali ..........
a. Slang, regulator asetilin & oksigen jet coupling
b. Brander tangan, jarum pembersih (tip cleaner)
c. Pematik (korek)
d. Kunci botol
e. Tabung oksigen dan asetilin
12. Berikut ini adalah jenis gas untuk digunakan dalam proses
pemotongan pelat, kecuali .............
a. Oksigen d. Nitrogen
b. LPG e. Halogen
c. Propana
123
TEKNOLOGI LAS KAPAL
13. Alat yang paling tepat untuk mengukur gap pada kampuh pengelasan
adalah ...........
a. Sketmat d. Mikrometer
b. Roll meter e. Filler gauge
c. Tapper gauge
124
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB II
PROSES PENGELASAN SECARA UMUM
Pasak paralel
Pasak tirus
Pasak tirus
berkepala
125
TEKNOLOGI LAS KAPAL
126
TEKNOLOGI LAS KAPAL
127
TEKNOLOGI LAS KAPAL
di dalam merkuri (air raksa) adalah sama seperti batang yang patah pada
kondisi ruang vakum (hampa); patahan tidak terkontaminasi sama sekali
dan aktif. Karena merkuri (air raksa) merupakan zat cair, semua atom
merkuri mendekati atom logam pada permukaan patahan dan
bersenyawa (bereaksi) dengan logam tersebut, meskipun hanya pada
permukaan. Tentu saja, percobaan ini berbahaya dan tidak harus dicoba,
tetapi merupakan suatu contoh yang menarik dari persyaratan kondisi
untuk pencapaian sebuah pengelasan.
128
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Jika nitrogen yang ada di udara masuk ke logam las maka akan
membentuk lubang cacing (blow holes). Oksigen juga bisa masuk ke
logam las. Bagaimanapun juga metode oksidasi ini sering mengatasi
masalah-masalah tersebut. Dengan proses SMAW, terak dan
pembakaran gas membantu dalam menjamin keberhasilan pengelasan,
dan metode ini menggunakan jenis fluks yang dilindungi gas-slag (terak).
Dengan GMAW, las busur berpelindung gas dilaksanakan
dengan melindungi logam las dengan cara menutupi logam las dengan
gas CO2 atau gas campuran CO2 dan argon atau gas mulia misalnya
argon atau helium seperti pada las GTAW. Gas-gas tersebut adalah
sebagai gas pelindung. Bagaimanapun, gas-gas tersebut merupakan
penahan terhadap udara dan hanya menjaga masuknya oksigen atau
nitrogen di udara dan tidak mempunyai efek deoksidasi. Dengan metode
proses GMAW untuk pengelasan baja yang disebutkan sebelumnya,
sejumlah besar dari mangan dan silikon yang terkandung dalam kawat
las berperan sebagai deoksidan, membantu untuk menjamin mutu logam
las.
129
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Sumber tenaga
Serbuk
Gas pelindung
untuk pilot
Logam untuk
bantalan Busur plasma
Logam induk
130
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Pengelasan Pengelingan
131
TEKNOLOGI LAS KAPAL
4. Fasilitas produksi lebih murah, berat yang lebih ringan dan batas
mulur ( yield ) yang lebih baik.
Proses penyambungan dapat diselesaikan sangat cepat dengan
cara pemanasan setempat dan bergerak sepanjang sambungan
mengikuti material untuk melebur dan membeku, yang mana akan
disertai dengan berbagai problem.
132
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kelebihan-kelebihan pengelasan
1. Bentuk geometrinya sederhana dari bagian yang disambung
memungkinkan penurunan biaya dan berat material, jam orang
pelaksanaan, meningkatkan nilai ekonomis dan produktivitas.
4. Fasilitas produksi lebih murah, berat yang lebih ringan dan batas
mulur ( yield ) yang lebih baik.
1. Kualitas logam las berbeda dengan logam induk, dan kualitas dari
logam induk pada daerah yang tidak terpengaruh panas ke bagian
logam las berubah secara kontinyu.
133
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Logam yang dilas pada umumnya lebih kuat dari logam induk,
tetapi daya tempanya rendah. Kekuatan dari daerah terkena pengaruh
panas, yang juga tergantung pada struktur logam,
)Logam tergantung pada bentuk dan lokasi masuknya panas,
yang dilas yang dipengaruhi oleh temperatur pemanasan
pada maksimum, waktu penahan panas dan kecepatan
umumnya pendinginan. Sifat-sifat dari daerah pengelasan
lebih kuat dari ditentukan secara metalurgi dimana daerah
logam induk, pengelasan dibentuk, penamaan, reaksi kimia antara
tetapi daya cairan terak dan cairan logam, perubahan struktur dan
tempanya dan sifat-sifat mekanis yang disebabkan oleh
rendah. penyerapan gas dari peleburan logam dan pengaruh
dari panas pengelasan dan terjadinya cacat-cacat las.
134
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Sebelum pengelasan
(Penyusutan)
135
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tegangan Kompresi
(a) Distribusi tegangan setelah (b) Distribusi tegangan tegak lurus dengan
pengelasan garis las
136
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Retak Retak
137
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Bibir/tepian
Arah perambatan retak Permukaan retak tajam
rapuh
Titik awal
Lekukan
Akhir retakan
Bila gaya terjadi dengan arah seperti yang terlihat pada gambar
II.11, aliran gaya dalam keadaan rata hilang dan terkonsentrasi pada titik
yang spesifik, akan sering mempercepat kerusakan. Hal ini dinamakan
konsentrasi tegangan. Sebuah aliran tegangan yang lurus dan rata
seperti terlihat pada gambar II.11 (a); perubahan mendadak dari aliran
tegangan terlihat pada (b) dan (c).
(a) Sambungan tumpul (b) Sambungan siku tumpuk (c) Sambungan siku
(sambungan keduanya melintang
Perubahan mendadak
Aliran tegangan
138
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tegangan
Bentuk Area yang dilas
Tarik
Di-rol dengan permukaan
226 – 235
hitam
139
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kekurangan-kekurangan pengelasan
140
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(Drop anoda)
Tegangan
(Drop katoda)
141
TEKNOLOGI LAS KAPAL
P = Ea x Ia (W)
142
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tegangan busur
Arus : 200 A
143
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Dengan kata lain, temperatur tinggi dari kolom busur, yang diturunkan
oleh gas disekitarnya, hanya memanaskan udara disekitarnya. Rasio
antara energi termal yang disuplai ke logam induk dan energi listrik yang
disuplai dinamakan efisiensi termal. Efisiensi termal las busur,
tergantung pada metode pengelasan, nilainya sekitar 50% hingga 95%.
Substansi terjadi pada satu dari tiga kondisi : fase padat, cair atau
gas. Walaupun demikian, sebuah busur dianggap menjadi sebuah gas
pada kondisi tidak jelas pengisiannya, atau mungkin kondisi keempat,
misalnya percikan api yang berhubungan dengan kereta listrik atau trem
atau kilatan dari penyinaran. Untuk menjaga pelepasan busur, perlu
mengionisasi gas dalam ruang busur untuk menimbulkan elektron dan ion
positif, dan pada saat yang sama melepaskan elektron dari elektroda
negatif. Kolom busur terdiri dari 99,9% elektron dan 0,1% ion positif
dibentuk oleh tubrukan ionisasi yang terjadi melalui ionisasi termal oleh
busur plasma dan percepatan berulang dan tubrukan dari elektron. Ini
sangat mirip dengan aliran arus listrik, tetapi ada perbedaan bentuk
kondisinya yang mana arus listrik mengalir pada sebuah logam.
Bila arus listrik mengalir pada konduktor logam, sebuah tegangan
yang proporsional dengan arus timbul antara 2 terminal sesuai dengan
Hukum Ohm. Walaupun demikian, bila sebuah busur yang ditimbulkan
antara plat tembaga berpendingin air dan elektroda tungsten sementara
perubahan jarak (panjang busur) diantara plat tembaga dan elektroda
tungsten tersebut dalam sebuah atmosfir argon (las TIG), didapatkan
karakteristik arus - tegangan dari busur seperti pada Gambar II.15. Pada
range arus rendah, terjadi suatu "karakteristik tahanan negatif" yang
mana tegangan busur menurun dengan adanya kenaikan dari arus,
sementara itu pada range arus menengah, tegangan pada Terminal tetap
konstan karena kenaikan arus, yang disebut "karakteristik tegangan
konstan".
144
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tegangan busur
Panjang busur :
10 mm
Panjang busur :
5 mm
Panjang busur :
2.5 mm
Arus (A)
2. Bagian-bagian busur AC
Waktu Waktu
Waktu
(a) Arus datar (b) Arus
145
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Efek polaritas
Dengan mesin las busur DC misalnya mesin las TIG, elektroda dan
sumber daya las dihubungkan dengan satu dari dua cara. Bila batang
atau kawat elektroda las dihubungkan ke terminal plus (+) mesin,
hubungan ini disebut DC elektroda positif (DCEP). Bila dihubungkan ke
terminal minus (-), hubungan ini disebut DC elektoda negatif (DCEN).
Material yang dilas (material induk) dihubungkan dengan terminal yang
lainnya. Ini disebut polaritas.
Untuk las busur dengan elektroda pengisi seperti las MAG atau las
MIG, dipakai sistem elektroda DC (kawat las) positif. Gambar II.18.
memperlihatkan efek polaritas dari las TIG-DC.
146
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Aliran gas
plasma Film
Kolom oksida
Sumber busur Sumber Titik katoda
daya DC daya DC
147
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektroda
Panas berlebih
Tidak ada aksi pada elektroda
pembersihan Film
Ada aksi
ڈ Tidak seperti las TIG DC, negatif elektroda dan positif elektroda muncul
bergantian, sehingga terdapat (bersamaan) aksi pembersihan yang cukup dan
pelelehan sedang/intermediate, yang membuatnya ideal untuk pengelasan
aluminium (campuran).
148
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kawat
Ujung katoda
terdispersi
Kawat
Butiran logam
Tepian
busur Logam
lelehan/cair
Arc
(a)DC elektroda positif (b) DC elektroda negatif Busur
Gambar II.20 Bentuk tip kawat Gambar II.21 Las MAG (100%
las MIG CO2)
Bila Gas CO2 digunakan sebagai gas pelindung untuk las MAG
seperti yang terlihat pada Gambar II.21, busur mengerucut lebih tajam
daripada apabila berpelindung gas argon, menyebabkan busur
mengumpul pada butiran dari kawat untuk mendorong butiran tersebut,
jadi butiran tidak segera berpindah tapi mengumpul menjadi lebih besar.
Hal ini adalah mekanisme transer globular. Sebagaimana arus listrik
mengalir pada butiran, gaya jepit elektromagnetik dan gaya dari busur
menyebabkan butiran-butiran menjadi berbentuk tidak simetris.
5. Pembersihan
149
TEKNOLOGI LAS KAPAL
150
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Penetrasi pada las MAG atau MIG sangat dipengaruhi oleh arus las,
tegangan busur dan kecepatan las, namun juga sangat dipengaruhi
oleh arah pengelasan dan kemiringan dari permukaan las. Dengan
kata lain, penetrasi akan dalam bila pengelasan secara mundur
(backhand) atau naik (upward) dan penetrasi akan dangkal bila
pengelasan maju (forehand) atau turun (downward).
151
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektroda
Gaya elektromagnetik
Logam
Gambar II.23 Aliran gas
Hal ini karena pada pengelasan maju (fore hand) atau pengelasan
turun (down ward), logam yang melebur masuk dibawah busur dan
berlaku sebagai dasar logam las seperti yang terlihat pada Gambar II.24,
sehingga gerak menggali dari busur dihalangi. Gerak menggali dari
pengelasan turun dihubungkan ke polaritas dari kawat las. Bila polaritas
dari kawat las adalah negatif, busur tidak menekan dan gas plasma
mengalir lemah, penetrasi dangkal dan sebab itu hasilnya berlawanan
dengan proses SMAW atau GTAW.
Las Las
maju mundur
Arah
pengelasan
Arah
Arah gaya pengelasan pengelasan Arah gaya
pengelasan
Turun Naik
h
Ara s a n
ela h
pe n
g A ra s a n
e ng el a
p
152
TEKNOLOGI LAS KAPAL
7. Hembusan busur
Busur adalah konduktor yang dapat berubah
) Untuk bebas seperti pada gas umumnya. Arah dari busur
mencegah berubah meskipun dengan gaya listrik yang kecil.
terjadinya Pada keliling seputar busur medan magnit muncul
hembusan busur, yang disebabkan oleh arus las yang mengalir
medan magnit langsung pada kabel, logam induk dan torch. Jika
harus dibuat medan magnit bergerak tidak simetris pada kolom
sesimetris busur, busur tersebut mungkin ditarik dalam
mungkin dengan beberapa arah atau dihembus keluar dan hilang.
cara merubah Hal ini diindikasikan dalam Gambar II.25. Kejadian
posisi dan (fenomena) ini disebut "hembusan busur" dan
metode/cara cenderung terjadi pada las busur DC dititik awal
menghubungkan atau akhir pengelasan. Untuk mencegah terjadinya
kabel ke logam hembusan busur, medan magnit harus dibuat
induk atau sesimetris mungkin dengan cara merubah posisi
menggunakan dan metode/cara menghubungkan kabel ke logam
ukuran yang induk atau menggunakan ukuran yang memadai.
memadai. Pada kasus sebuah busur AC arah aliran arus
berubah setiap setengah gelombang dimana tidak ada waktu untuk
hembusan busur timbul sehingga sulit terjadi.
Arus Elektroda
Medan magnetik
Medan magnetik
besar Busur
Logam induk
153
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Busur
(Transfer
(Transfer mengalir) terarah/terproyeksi)
Transfer bentuk
menyemprot
Busur
Busur
Genangan
Busur
Busur
154
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Jenis ini dilakukan pada las MIG dengan arus besar. Bila arus yang
besar digunakan pada kawat berdiameter kecil, gaya jepit
elektromagnetik yang proporsional dengan kuadrat arus adalah besar,
gaya gerak resultan pada ujung kawat memotong/menyobek logam cair
dan mendorong butiran-butiran kecil jatuh dari tegangan permukaan. Bila
arus kecil dibandingkan dengan diameter kawat, gaya jepit tidak cukup
kuat untuk memisahkan butiran logam cair, butiran logam yang besar
terjadi pada las MIG. Aliran perpindahan bila ditinjau dengan las MIG dan
proyeksi perpindahan ditinjau dengan las MAG menggunakan gas
campuran.
Sirkuit
Busur pendek Jepit
Arus
Sirkuit Sirkuit
pendek Busur Busur
pendek
Waktu
155
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Busur
156
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Jangkauan
transfer bentuk
Arus pengelasan
menyebar
157
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kawat 1.2mm 1
158
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Karakteristik arus
konstan
159
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kurva karakteristik
Panjang busur
busur
Arus output
Gambar II.33 Karakteristik menurun dan titik aksi busur
160
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Arus output
Gambar II.34 Titik gerak busur dari sumber daya tegangan konstan
161
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tipe rektifier
162
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Perubahan
Memungkinkan Tidak mungkin
polaritas
Tegangan tanpa
Relatif rendah Tinggi
beban
Bahaya kejutan
Relatif tidak ada Sering terjadi
listrik
Kompleks pada
Perawatan Mudah
beberapa bagian
Agak sering untuk tipe
Pembongkaran Minimal
berputar (rotating)
Tipe berputar agak
Kebisingan bising, tetapi tipe Tidak bising
rektifier tidak
Dimana
I : Arus pengelasan
R : Tahanan pada sisi output
E : Tegangan tanpa beban
jX : Reaktansi pada sisi output
163
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Inti bergerak
Tegangan output
Perubahan fluks
magnetik
Arus output
164
TEKNOLOGI LAS KAPAL
165
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Thiristor Reaktor
Transformator
Busur
Output
Frekuensi
komersial (50/60
Hz)
Transformator
frekuensi tinggi
Rektifikasi
Transistor Reaktor
Busur
AC frekuensi
tinggi Rectifier
166
TEKNOLOGI LAS KAPAL
mesin las
Kontak elektroda
Waktu
Gambar II.38 Prinsip operasi dari alat penurun tegangan otomatis
Selama pengelasan busur AC, arah dari busur berubah - ubah pada
setiap setengah siklus dan sehubungan dengan frekwensi dari tegangan
busur nol adalah dua kali dari besarnya sumber daya listrik. Maka selang
waktu busur yang pertama dan ditimbulkan kembali dengan tegangan
pada arah yang berlawanan. Tegangan ini disebut tegangan penyalaan
ulang.
Sebagaimana hal ini terjadi terus menerus dengan las busur AC,
tegangan tanpa beban dari mesin las harus selalu lebih tinggi daripada
tegangan penyalaan ulang. Sehubungan dengan hal ini tegangan tanpa
beban dari mesin las busur AC disetel pada sekitar 85 - 95 V. Walaupun
tegangan ini baik sekali untuk penyalaan busur, perawatan operasional
dan stabilitasnya sangat bagus, tegangan tersebut menyebabkan kejutan
listrik yang berbahaya, maka alat penurun tegangan otomatis perlu
dipasang. Sebagaimana terlihat pada Gambar II.38, tegangan tanpa
beban disetel dibawah 25 V pada alat ini. Bila elektrode dikontakkan
dengan logam induk, kontak utama dari kontaktor elektromagnetik pada
alat ini menutup sekitar 0,06 detik (disebut waktu start), menurunkan
tegangan ke tegangan tanpa beban aslinya dari mesin, dan
memungkinkan untuk busur ditimbulkan. Selama penyalaan busur,
tegangan normal dari busur dijaga. Jika busur dimatikan, keadaan
tegangan tanpa beban asal dari mesin dijaga selama sekitar satu detik,
kemudian tegangan diturunkan ke tegangan tanpa beban dari alat
penurun tegangan otomatis. Waktu tersebut dinamakan waktu
penundaan. Metode ini diambil pada beberapa problem dari penurunan
produktivitas dan keausan dari kontaktor utama ketika busur sering
terputus pada kasus las ikat. Bagaimanapun juga penyetelan waktu tunda
yang terlalu panjang akan meningkatkan bahaya listrik kejut, waktu tunda
maksimum dibatasi sampai 1,5 detik.
167
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tegangan beban
(a) Tipe AW300 (f) 35 V
terukur
Tegangan input
(b) 200 V (g) Daya input terukur 24 kVA – 13 kW
terukur
Tegangan tanpa
(c) Frekuensi terukur 50 Hz (h) 80 V
beban maksimum
Siklus kerja Kenaikan
(d) 40% (i) 1600C
terukur temperatur
(a) Tipe
AW menunjukkan standar tipe mesin las busur AC dan 300
menunjukkan besarnya arus output dari mesin las, artinya maksimum
arus las yang dapat digunakan adalah 300 A. Bila mesin las busur AC
tipe kecil, diindikasikan dengan AWL yang berarti tipe siklus kerja rendah
dari besarnya arus output.
168
TEKNOLOGI LAS KAPAL
169
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2
ª Arus output terukur º
Toleransi siklus kerja « » x Siklus kerja terukur (%)
¬ Arus pengelasan yang dipakai ¼
Bila mesin las dengan arus output 350A dan siklus kerja
50% digunakan dengan siklus kerja 90% pada aktual
operasinya, arus output sesuai dengan titik A pada Gambar
II.39 adalah sekitar 75%. Jadi jika mesin digunakan pada 75%
dari arus output, siklus kerja-nya tetap 90%. Hal ini dapat
diterima.
Arus output (berlawanan dengan
170
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1
Output sekunder Tegangan beban terukur V x Arus output terukur (A) x (kW)
1000
Dalam hal mesin las ini, output sekundernya adalah 10,5 kW.
Dalam hal ini input fase tunggal N = 1, sedangkan pada input tiga
fase N = 3. Dengan mesin las ini, bila pengelasan dilakukan dengan arus
300A, arus 95A mengalir dalam kabel input primer.
171
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Ukuran dari kabel sisi input, logam induk dan stang elektrode dapat
dipilih dengan melihat pada Tabel II.4 dan menambahkan beberapa
kelonggaran.
1
Daya input terukur Tegangan tanpa beban maksimum (V) x Arus output terukur (A) x (kVA)
1000
Dengan contoh mesin las ini, faktor dayanya adalah 54,2%. Juga
dimungkinkan untuk memperoleh effisiensi dari mesin las dari rasio
perolehan awal output sekunder (kW) dan daya input (kW) dan [Daya
172
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1
Input Tegangan tanpa beban maksimum (V) x Arus yang digunakan (A) x (kVA)
1000
Daya input (kVA) mesin las busur DC juga dapat dihitung secara
kasar dengan rumus sebagai berikut :
Daya input (kVA) dan arus output diberikan pada plat nama di
mesin las, sementara arus yang digunakan dapat dibaca pada
amperemeter, daya input yang digunakan (kVA) juga dapat dihitung
dengan mudah. Daya input yang digunakan (KW) juga dapat diperoleh
dengan rumus yang sama dengan diatas ke daya input yang digunakan :
173
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Konsumsi daya listrik (kWh) = Daya input (kW) x Jumlah waktu selama
pengelasan dilaksanakan (h)
174
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Ketika memasang mesin las, hindari lokasi bagian yang bocor, air,
lembab atau berdebu. Bila pemasangan didalam ruang, yakinkan
bahwa ruang yang diijinkan sekitar 30 cm dari jendela dan dinding
untuk menghindari gangguan ventilasi karena efek pendinginan. Bila
mesin las busur AC digunakan, pastikan bahwa rektifier didinginkan
dengan menggunakan kipas pendingin. Bila dua buah mesin
dioperasikan berdampingan, ruang diantara mesin - mesin tersebut
yang diijinkan adalah 30 cm.
175
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Arus
Terminal Operator
Kabel input Mesin las output Potongan yang akan
Terhubung dengan dilas
kabel las
Jika bumi dan kabel sisi balik dihubungkan ke terminal yang sama
sebagaimana yang ditulis diatas untuk pabrik konvensional, kebakaran
bisa terjadi yang disebabkan oleh arus tidak terduga yang mengalir
bercabang dibawah tanah. Pengkabelan dengan kondisi tersebut harus
dihindari. Berbagai problem bisa terjadi jika sebuah batang plat yang
kelistrikannya tidak dihubungkan dengan baik digunakan untuk
pembumian, atau jika kabel yang digunakan mempunyai tahanan listrik
yang tinggi karena luasan penampangnya tidak memadai.
Problem-problem ini termasuk selang waktu dari busur karena arus
atau tegangan las tidak memadai, kehilangan daya listrik atau tidak
berfungsi bila peralatan penurun tegangan atau peralatan bantu seperti
alat pengendali jarak jauh (remote control) digunakan. Jika sambungan
pengkabelan tidak sempurna, maka akan mengandung resiko terbakar
dikarenakan oleh variasi arus las atau panas yang berlebihan. (lihat
Gambar II.42)
176
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Perbedaan potensial
listrik
Arus
Terminal
Mesin las output
Kabel balik
tidak sempurna
Aliran arus
Pembunian casing & bercabang
sambungan terminal output
Dasar
Perbedaan potensial
listrik
(iii) Bila kabel panjang digunakan untuk sisi output dari mesin
las busur AC dan kabel melilit membentuk gulungan,
arus/amper yang ada pada kabel yang tergulung lebih
rendah dibandingkan dengan kabel yang lurus.
Menunjuk ke Gambar II.43, perbedaan arus diantara kabel-kabel ini
disebabkan karena tahanan oleh reaktansi yang menghalangi aliran arus
las, kejadian ini harus diperhatikan untuk pertimbangan.
Konduktor Pembumian
holder
Gambari Penurunan
Pada plat baja
kiri tegangan (V)
177
TEKNOLOGI LAS KAPAL
178
TEKNOLOGI LAS KAPAL
179
TEKNOLOGI LAS KAPAL
15 s/d 21
SS490 490 – 610
atau lebih
180
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kandungan elemen kimia (maks) Kekuatan Titik mulur atau kekuatan Penyerapan energi
(%) tarik (N/mm2) Charpy
(ketebalan
Simbol plat maks 100
C Batas rata
mm) Suhu
Si Mn <16mm 16~40mm >40mm rata terendah
(N/mm2) (0C)
<50mm >50mm (J)
SM490C 0.18 -- 0 47
SM490YA -- --
0.20 -- 0.55 1.6 490~610 >365 >355 >355
SM490YB 0 27
SM520B 0 27
0.20 -- 0.55 1.6 520~610 >365 >355 >355
SM520C 0 47
181
TEKNOLOGI LAS KAPAL
182
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel II.10 WES Plat Baja berkekuatan tarik tinggi untuk struktur las
(WES) 3001)
(2)
Pengujian tarik PCM (%)
Pengujian
Impact Charpy
Kelas A Kelas B
Kekuatan Mulur
Kekuatan tarik
Simbol
Kemuluran
Spesimen
(N/mm )
(N/mm )
Plat baja yang Plat baja
2
2
temperatur
Penyerapa
Pengujian
(min)
n energi
(%)
diquenching & ditemper normal
(Min)
( C)
0
< 50 mm 50-70 mm < 50 mm < 50 mm 50-70 mm
No 1A 14 +15
HW36 > 353 520-637 No 1A 17 - - 0.32 - - 0 47
No 4 23 -5
No 5 22 +15
HW40 > 392 559-677 No 5 30 - - 0.34 - - 0 47
No 4 22 -5
No 5 20 +10
HW46 > 451 588-706 No 5 28 0.28 0.30 0.35 0.26 0.28 -5 47
No 4 20 -10
No 5 18 +5
HW50 > 490 608-726 No 5 27 0.28 0.30 0.35 0.26 0.28 -10 47
No 4 19 -15
No 5 18 +5
HW56 > 549 667-804 No 5 26 0.30 0.32 0.28 0.30 -10 47
No 4 18 -15
No 5 17 0
HW63 > 618 706-843 No 5 25 0.31 0.33 0.29 0.31 -15 39
No 4 17 -20
No 5 16 -5
HW70 > 686 785-932 No 5 24 0.33 0.35 0.30 0.32 -15 35
No 4 16 -20
No 5 14 -5
HW80 > 785 883-1030 No 5 21 0.35 0.37 0.33 0.35 -20 27
No 4 14 -25
No 5 12 -10
HW90 > 883 951-1128 No 5 19 0.36 0.38 0.34 0.36 -25 27
No 4 12 -30
Catatan : (1) Ketebalan bahan pengujian (mm) : Atas = 16 kurang; Tengah = lebih dari 16;
Bawah = lebih dari 20
S M C N C M
(2) P (%) C 1 n u i r o V 5B
cm 30 20 20 60 20 15 10
(3) Ketebalan bahan pengujian (mm) : Atas = lebih dari 13 sampai sama dengan 20;
Tengah = lebih dari 20 sampai dengan 32; Bawah = lebih dari 32
183
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel II.11 Plat baja karbon untuk bejana tekan untuk servis
temperatur rendah
Titik atau
Temperatur Pengujian Impact
kekuatan Temperat
Kekuatan Charpy
mulur ur kerja Perlakuan 0
Simbol 2 tarik ( C)
(N/mm ) 2 minimum panas
(N/mm ) 0
( C)
T<40 40>t 6<t<8.5 8.5<t<11 11<t<20 20<t
184
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Logam induk
Daerah pengaruh panas
Endapan logam
Logam
Daerah lebur las
185
TEKNOLOGI LAS KAPAL
186
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Rentang
Nama temperatur Pengertian
pemanasan
Daerah Logam
200°C ke temperatur Bagian logam induk yang tidak
Induk yang Tidak
ruang dipengaruhi oleh panas.
berubah
187
TEKNOLOGI LAS KAPAL
l
Logam las
Kekerasan (Hv)
Kekerasan
Logam Induk
Logam las
188
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1. Pemanasan awal
189
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2. Pemanasan akhir
Pemanasan akhir termasuk pemanasan kembali daerah las dengan
segera setelah pengelasan selesai. Tujuannya adalah melepas hidrogen
dari daerah las. Pelunakan dari daerah las tidak dapat terjadi jika
pemanasan akhir dilakukan pada temperatur relatif rendah sekitar 300°C.
Bila pemanasan akhir dilakukan pada temperatur lebih tinggi dan pada
periode waktu yang lebih panjang, pengurangan kandungan hidrogen
yang lebih besar dapat dicapai.
190
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Agar dapat memilih elektroda / filler metal yang tepat sesuai dengan
standar / code, dan dapat menghasilkan sambungan las yang dapat
diterima sesuai dengan persyaratan standar / code maka logam
pengisi yang dipilih sesuai dengan sifat logam induknya.
Diameter fluks
Panjang
Inti terbuka
elektrode
Fluks pelapis
Kawat Inti
Diameter inti
1. Kawat Inti
Material kawat inti bervariasi dengan tipe dari salutan
elektrodenya, seperti yang terlihat pada Tabel II.14.
191
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Campuran
Elektroda untuk baja
Baja lunak ditambahkan dari
lunak
fluks
Elektroda untuk baja kuat
Baja lunak Sama dengan diatas
tarik tinggi
Untuk kawat inti baja
Elektrode untuk baja Baja lunak atau
lunak campuran
temperatur rendah dan baja campuran
ditambahkan dari
baja campuran rendah rendah
fluks
Elektrode untuk baja
Baja tahan karat
tahan karat
Kawat inti yang berfungsi sebagai logam pengisi ini terbuat dari
bahan logam yang disesuaikan dengan logam induk yang akan di las, bisa
mild steel, low carbon steel, alloy steel dll. Yang mempunyai ukuran
diameter antara 1,2 y 6 mm dengan panjang antara 250 y 450 mm.
Komposisi kimia dari kawat inti ini cukup berpengaruh terhadap sifat
mekanis dari logam las yang terbentuk, dan yang paling berpengaruh
terhadap sifat mekanik logam las ini adalah material dari coating
(pembungkus) yaitu fluksnya.
2. Coating (Pembungkus)
Dalam proses pengelasan, pembungkus elektroda ini akan
terbakar dan membentuk terak (slag) cair yang kemudian membeku
sehingga melindungi logam las dari pengaruh atmosfir atau mencegah
terhadap kontaminasi dari udara sekitarnya.
192
TEKNOLOGI LAS KAPAL
193
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Penguatan
Pengurangan
Menstabilk
Penambahan
Penyalaan
(De-oksidasi)
Pembetuk
Daya ikat
an busur
Oksidasi
an terak
paduan
elemen
fluks
fluks
gas
Komponen
Selulosa { ~ {
Tanah liat ~
Talek ~
Titanium oksida ~ ~
Ilmenite { ~
Oksida besi { ~ ~
Kalsium
{ { { ~
Karbonat
Ferro Mangan { ~ ~
Ferro Silikon { ~ ~
Mangan
~ {
Dioksida
Pasir Kuarsa ~
Potasium
~ ~ ~
Silikat
Sodium Silikat ~ ~ ~
Keterangan
~ = Fungsi utama
{ = Fungsi kedua
194
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Karbon
D4311
Oksida Ferro
(Elektroda Selulosa Asbestos Talek
Titanium Mangan
Selulosa 21 11 Medium 10
11
Tinggi)
8
Karbon
D4311
Ferro
(Elektroda Rutile Kanji Talek Selulosa Feldspar Karbonat
Mangan
Selulosa 45 Medium 2 12 5 20 4
Tinggi)
13
Karbon
D4316 Ferro Ferro Serbuk
(Elektroda Karbonat Fluorite Mika
Silikon Mangan Besi
Hidrogen 50 20 Medium 7
10 10
Rendah)
2
Karbon
D4327 Serbuk
Ferro Potasium Pasir Biji
(Elektroda Selulosa Talek
Mangan Feldspar Kuarsa Besi Besi
Oksida 3 10 Medium 10 20 30 50
Serbuk Besi)
16
195
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Karbonat
Karbonat besi Fe CO3 Siderite
Kalsium karbonat Ca CO3 Limestone
Kalsium magnesium Ca CO3+ Dolomite
Karbonat Mg CO3
Magnesium karbonat Mg CO3 Magnesite
Besi paduan
Ferro manganese Fe – Mn
Ferro silicon Fe – Si
Ferro titanium Fe – Ti
Ferro silicon manganese Fe – Si – Mn
Ferro silicon titanium Fe – Si – Ti
Ferro chromium Fe – Cr
Ferro molybdenum Fe – Mo
Ferro titanium colombium Fe – Ti – Cb
Logam Murni
Cr, Fe, Mn, Mo, Ni, Ti, Cb, V, Wo
Garam logam
Calcium fluoride Ca F2 Fluorspar
Sodium aluminium fluoride Na3 Al F3 Cryolite
196
TEKNOLOGI LAS KAPAL
b. Ekonomi :
x Tingkatan endapan tinggi
x Daya pembentukan kembali tinggi
x Percikan yang terbentuk rendah
x Penghilangan terak/slag mudah
x Kapasitas melebihi batas
x Kecepatan pengelasan tinggi
x Panjang endapan rigi las besar
x Kemampuan untuk upset baik
x Permukaan rigi las baik
c. Metalurgi :
x Sifat-sifat mekanik sangat baik
x Tidak menimbulkan keropos ketika mengelas
x Tidak sensitif terhadap debu, kotoran, minyak pada
permukaan logam induk
x Insensitive to segregation
x Daya tahan terhadap retak panas dan retak dingin
x Coating tidak sensitif terhadap kelembaban
Symbol :
A : Acid
R : Rutile (tipis, medium)
RR : Rutile (tebal)
AR : Rutile / acid (mixed type)
C : Cellulose
R (c) : Rutile cellulose (medium)
RR (c) : Rutile cellulose (tebal)
B : Basic
B (R) : Basic dengan non basic (R)
RR (B) : Rutile basic (tebal)
197
TEKNOLOGI LAS KAPAL
198
TEKNOLOGI LAS KAPAL
199
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Sifat-sifat Mekanik
Tipe Ys Ts E Impact Strength ( Joule )
(MPa) (Mpa) (%) + 200 C 200 C
Basic 420 530 30 140 102
200
TEKNOLOGI LAS KAPAL
201
TEKNOLOGI LAS KAPAL
elektrode bersalut tipe yang lain, sehingga sangat sulit terjadi retak.
Karena logam las yang terjadi memberikan sifat mekanis yang baik,
seperti ketangguhan yang tinggi, ketahanan terhadap retak tinggi,
elektrode ini dapat dipakai untuk pengelasan plat tebal, struktur yang
penting dengan batasan yang ketat, baja dengan kandungan karbon
tinggi, baja tegangan tarik tinggi dan lain-lain. Kerugian dari
elektrode ini adalah pengoperasiannya lebih sulit dibandingkan
dengan elektrode yang lainnya dan busurnya tidak stabil. Bila
busurnya panjang ketika penggoresan, parit dan lubang akan
terbentuk. Untuk menghindari problem ini, beberapa cara harus
dilakukan seperti melakukan metode langkah mundur (back step),
menggunakan plat tambahan diawal dan akhir las, merubah ujung
elektrode untuk menaikkan kerapatan arus pada saat penggoresan
busur atau salutan ujung elektrode ditambahkan bahan konduksi
untuk membentuk gas.
(f) Tipe elektrode serbuk besi titania (D4324)
Fluks dari elektrode ini sama seperti elektrode D4313 selama
itu mengandung serbuk besi. Elektrode ini ciri-cirinya bagus, mudah
digunakan seperti elektrode titanium oksida tinggi dan effisiensi
lasnya tinggi seperti elektrode serbuk besi. Sifat mekanis dari logam
las hampir sama seperti bila menggunakan elektrode D4313.
Penggunaan elektrode ini terbatas pada pengelasan posisi datar dan
horisontal sudut.
(g) Tipe elektrode serbuk besi hidrogen rendah (D4326)
Fluks dari elektrode ini sama dengan elektrode D4316 selama
itu mengandung serbuk besi untuk memperbaiki effisiensi las dan
bentuk riginya. Elektrode ini menghasilkan logam las yang hampir
sama sifat mekanisnya dengan D4316. Meskipun demikian
pembersihan teraknya lebih bagus dan permukaan riginya lebih
halus. Penggunaan elektrode ini terbatas untuk pengelasan posisi
datar dan datar sudut (Horisontal Fillet).
(h) Tipe elektrode oksida serbuk besi (D4327)
Elektrode las ini disalut dengan lapisan fluks tebal yang
mengandung oksida besi sebagai komponen utamanya dan serbuk
besi sebagai campurannya. Prosentase salutannya (berat fluks/berat
elektrode) lebih dari 50%. Elektrode ini digunakan untuk pengelasan
datar dan datar sudut satu lajur dan paling dapat dipakai untuk satu
lapis las sudut dengan panjang kaki las 5-9 mm. Menghasilkan
semprotan logam cair dan percikannya sedikit.
Tembusannya lebih dalam dibandingkan dengan elektrode
D4324. Terak dapat dibuang dengan mudah. Kontak pengelasannya
mudah dengan elektrode ini. Bila elektrode panjang (550-990 mm)
digunakan, memungkinkan untuk melaksanakan pengelasan dengan
202
TEKNOLOGI LAS KAPAL
menggunakan jig gravitasi atau jig las sudut miring. Dengan metode
ini, beberapa peralatan las ini dapat dioperasikan dengan satu
orang, effisiensi las sangat tinggi.
(i) Tipe elektrode khusus (D4340)
Elektrode khusus ini merujuk pada elektrode yang
menggunakan fluks yang sama dengan kategori elektrode yang telah
disebut diatas atau sebuah elektrode dengan unjuk kerja khusus.
203
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(EX) D 43 01
Tiap – tiap simbol huruf yang digunakan untuk menyatakan posisi pengelasan
mempunyai arti sebagai berikut :
F : Posisi Datar V : Posisi Vertikal
O : Posisi Overhead H : Posisi Pengelasan Horisontal / Sudut
Horisontal
Tiap – tiap simbol yang digunakan untuk menyatakan jenis arus mempunyai arti sbb :
AC : Arus bolak – balik DC ( + ) : Arus searah (Elektrode positif / negatif
DC ( - ) : Arus searah (Elektrode negatif)
DC ( + ) : Arus searah (Elektrode positif)
Tabel II.18 Standar elektroda bersalut untuk baja kuat tarik tinggi
(JIS Z 3212)
Jenis elektroda pengelasan
Klasifikasi Jenis Fluks Posisi Pengelasan Jenis Arus
D5001 Ilmenite F, V, O, H AC atau DC ( + )
D5003 Lime Titania F, V, O, H AC atau DC ( + )
D5016
D5316
D5816
D6216 Hidrogen rendah F, V, O, H AC atau DC ( + )
D7016
D7616
D8016
D5026
D5326 Serbuk besi
FH AC atau DC ( + )
D5826 hidrogen rendah
D6226
F,V,O dan H atau Posisi
D5000
Khusus pengelasan selain posisi AC atau DC ( + )
D8000 tersebu
204
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Kandungan
hidrogen
endapan
logam
dalam
Pengujian Tarik Pengujian Impact
Klasifikasi
Titik
mulur / Penyerapan
Kekuatan Temperatur Kandungan
kekuatan Kemuluran energi
tarik pengujian hidrogen
2
mulur (%) o
Charpy
(N/mm ) 0,2% ( C) (ml/100g)
(J)
2
(N/mm )
D5001 --
Catatan : Salah satu nilai apakah titik mulur atau kekuatan mulur 0.2 %, harus ditentukan
Misal :
A W S A 5.1 , ASTM 233 untuk Mild Steel
A W S A 5.5 , ASTM 316 untuk Low Alloy Steel
205
TEKNOLOGI LAS KAPAL
________Elektroda_
_____Posisi pengelasan_
7. Pemilihan Elektroda
Pemilihan elektroda berdasarkan :
x Material (base metal) composition
x Posisi pengelasan
x Bentuk desain sambungan
x Arus las, AC atau DC polaritas EP / EN
x Persyaratan penetrasi, Heat Input
x Biaya operasional, deposition rate
x Juru las (welder qualification) untuk spesial proses
206
TEKNOLOGI LAS KAPAL
207
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel II.20 Metode las busur semi otomatis dan material las
Kawat las
Karakteristik statis /
Inti Gas
Metode pengelasan tetap dari Kawat
kawat pelindung
pengelasan busur solid
fluks
Jenis
elektroda
tidak habis
TIG Meredup (DC, AC) { Ar
pakai
208
TEKNOLOGI LAS KAPAL
209
TEKNOLOGI LAS KAPAL
AT-5 5 + 1.0
Tidak
Tidak lebih Tidak Tidak Tidak lebih
lebih
tinggi dari lebih tinggi lebih tinggi tinggi dari
AT-15 15 + 2.0 tinggi dari
harga dari harga dari harga harga
harga
diatas diatas diatas diatas
diatas
AT-20 20 + 2.0
210
TEKNOLOGI LAS KAPAL
ER XX S – X Komposisi kimia
Kawat solid
Batang
Electroda
Contoh :
ER 70 S – 2
ER 70 S – 4
211
TEKNOLOGI LAS KAPAL
1.1. Kawat padat (solid) untuk las MAG (Metal Active Gas)
Kawat padat seluruhnya dibuat dari logam dan dilapisi dengan
lapisan tembaga dengan ketebalan 1 mikron atau kurang untuk mencegah
karat dan merubah konduktivitas. Diameter dari kawat padat khusus ini
sekitar 0.8-1.6 mm. Kawat padat dari komposisi kimia yang berbeda
digunakan sesuai dengan tipe baja, komposisi gas pelindung, jenis arus
yang digunakan dan lain-lain. JIS mengklasifikasikan kawat lunak menjadi
empat kelompok : kawat untuk baja lunak dan baja kuat tarik tinggi; kawat
untuk anti cuaca; kawat untuk baja Mo dan baja Cr Mo; dan kawat untuk
baja tahan karat.
YGW 11 dan YGW 12 adalah yang paling banyak digunakan pada
kawat solid untuk las MAG. YGW 11 dirancang untuk pengelasan dengan
arus besar. Mengandung sejumlah kecil dari A dan Ti + Zr, untuk
menjamin kestabilan busur dalam daerah arus besar dan menaikkan
deoksidasi. YGW 12 dirancang untuk pengelasan dengan arus rendah.
Digunakan untuk pengelasan sirkuit pendek. Dapat digunakan untuk
pengelasan plat tipis dan semua posisi. Karakteristik dari YGW 15 dan
YGW 16 secara berturut-turut sama dengan karakteristik dari YGW 11 dan
YGW 12. YGW 15 dapat dipakai terutama sekali untuk pengelasan arus
besar dengan busur semprot (arc spray). YGW 21 sampai dengan YGW
24 dispesifikasikan sebagai kawat solid dapat dipakai untuk 590 N/mm2
baja kelas kuat tarik tinggi.
212
TEKNOLOGI LAS KAPAL
213
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2. Elektrode Las G T A W
Elektrode untuk proses las GTAW merupakan elektrode non filler
metal (bukan logam pengisi) yang terbuat dari bahan Tungsten atau
Tungsten Alloy
Klasifikasi Klasifikasi
Elemen Paduan
AWS Warna
214
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel II.25 Kawat las TIG dan kawat untuk baja lunak dan baja
campuran rendah (JIS Z 3316)
Baja yang
Klasifikasi Penggunaan terbesar
dipakai
Pengelasan baja lunak dan baja
YGT50
kekuatan tarik tinggi kelas 490 N/mm2
Pengelasan baja kekuatan tarik tinggi
YGT60
kelas 590 N/mm2
Baja lunak dan
Pengelasan baja kekuatan tarik tinggi
YGT62 baja kekuatan
kelas 590 N/mm2
tarik tinggi
Pengelasan baja kekuatan tarik tinggi
YGT70
kelas 690 N/mm2
Pengelasan baja kekuatan tarik tinggi
YGT80
kelas 780 N/mm2
YGTM Pengelasan baja dengan 0.5 % Mo
Pengelasan baja dengan 0.5 % Mo
YGTML
(karbon rendah)
Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 1.25%; Mo
YGTICM
= 0.5 %)
Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 1.25%; Mo
YGTICML
= 0.5 %) (karbon rendah)
Baja Mo dan
Baja Cr Mo Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 2.25 % ;
YGT2CM
Mo = 0,5 %)
Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 2.25%; Mo
YGT2CML
= 0.5 %) (karbon rendah)
Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 3 %; Mo =
YGT3CM
1 %)
Pengelasan baja Cr Mo (Cr = 5 %; Mo =
YGT5CM
0.5 %)
215
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Komposisi Kimia
Klasifikasi Simbol (%)
W Oxide Lainnya
Elektrode tungsten
YWP > 99.90 -- < 0.1
murni
Elektrode tungsten
YWTh–1 Tetap ThO2 0.8-1.2 < 0.1
1% thoria
Elektrode tungsten
YWTh–2 Tetap ThO2 1.7-2.2 < 0.1
2% thoria
Elektrode tungsten
1% Lanthanum YWLa–1 Tetap La2O3 0.9-1.2 < 0.1
Oksida
Elektrode tungsten
2% Lanthanum YWLa–2 Tetap La2O3 1.8-2.2 < 0.1
Oksida
Elektrode tungsten
YWCe–1 Tetap Ce2O3 0.9-1.2 < 0.1
1% Cerium Oksida
Elektrode tungsten
YWCe–2 Tetap Ce2O3 1.8-2.2 < 0.1
2% Cerium Oksida
216
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Simbol Warna
YWP Hijau
YWTh – 1 Kuning
YWTh – 2 Merah
YWLa – 1 Hitam
YWLa – 2 Hijau Muda
YWCe – 1 Merah Muda
YWCe – 2 Abu - abu
Tabel II.28 Diameter elektrode tungsten dan arus yang dapat dipakai
Arus las
Diameter
Elektrode Elektrode
elektrode AC
negatif positif
mm
YWP YWth Ywp, YWth Ywp, YWth
0.5 5 ~ 15 5 ~ 20 5 ~ 20 --
1.0 10 ~ 60 15 ~ 80 15 ~ 80 --
3. Elektroda Las F C A W
Elektroda berinti fluks adalah logam pengisi dalam proses las
berupa wire roll, diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dan
persyaratan sifat mekanis logam las untuk proses FCAW ( Flux Cored
Arc Welding ).
217
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tubuler
Electrode
218
TEKNOLOGI LAS KAPAL
YFW – S5OGX
Jenis fluks
219
TEKNOLOGI LAS KAPAL
F XXX–E XXX
1 2 3 4 5 6
1. Menyatakan flux
2. Kuat tarik minimum X 10.000 psi
3. Kondisi perlakuan panas : A = as welded; P = P W H T
4. Suhu terendah X 100 F, Impact strength 20 ft-lb ( 27 Joule )
atau lebih
5. Menyatakan Elektroda ( filler metal )
6. Kelas elektroda / spesifikasi
Contoh : F 7 A 6 E M 12 K
Kelas C Mn Si S P Cu
Elektroda % % % % % %
Baja Karbon Mn rendah :
220
TEKNOLOGI LAS KAPAL
EF 6 0,15% C, 0,20% Si, 1,70% Mn, 0,30% Cr, 0,3% Mo, 2,20% Ni
E Ni 2 0,11% C, 0,10% Si, 1,00% Mn, 2,20% Ni
Pada las busur terendam, kawat inti dan fluks dari elektrode terlapis
digunakan secara terpisah. Kombinasi dari kawat dan fluks menentukan
sifat dari logam las, tampilan rigi dan mampu pengoperasiannya.
Dalam pengelasan khususnya dengan arus tinggi, karena logam
induk melebur secara signifikan, sifat dari logam induk bisa berubah
secara luas dibawah pengaruh komposisi baja. Perlu berhati-hati dalam
pemilihan kawat dan fluks, dengan memperhitungkan sifat dari baja yang
digunakan sebagai logam induk, sifat dari daerah las, konfigurasi
sambungan las dan kondisi pengelasan (arus las dan kecepatan serta
jumlah lapisan las).
221
TEKNOLOGI LAS KAPAL
4.1. Kawat
Kawat untuk las busur terendam terdiri dari tiga tipe : solid, inti fluks
dan pita (strip). Yang paling terkenal adalah kawat solid dilapisi dengan
tembaga tipis untuk mencegah karat dan untuk merubah kontak listrik
pada bagian yang terhubung. JIS mengklasifikasikan kawat las busur
terendam untuk baja lunak dan baja campuran rendah (baja kuat tarik
tinggi, baja tahan panas, baja temperatur rendah, dan baja tahan korosi
udara), berdasarkan komposisi kimia, ke dalam tujuh kelompok seperti
yang terlihat pada Tabel II.31. Lagipula kawat-kawat ini juga adalah
kawat untuk baja tahan karat.
Tabel II.31 Kawat las busur terendam untuk baja karbon dan
baja campuran rendah (JIS 3351)
Klasifikasi Komposisi
Diameter dan toleransi kawat las Tiap simbol untuk klasifikasi mempunyai
arti sbb :
2.4,3.2,4.0
Diameter 1.2 1.6,2.0 (EX) Y S S1
,4.8,6.4
+ 0.02 + 0.03 Komposisi kimia
Toleransi + 0.05
- 0.03 - 0.05
Las busur
Kawat las
222
TEKNOLOGI LAS KAPAL
4.2. Fluks
Seperti pada elektrode bersalut, fluks untuk las busur terendam
membantu untuk menstabilkan busur, melindungi daerah sekitar busur,
menghaluskan kembali logam cair, penambahan elemen campuran yang
diperlukan ke logam las, dan membentuk rigi. Fluks diklasifikasikan
menurut metode pembuatannya ke dalam dua tipe : Fluks Fused dan
Fluks Bonded
Fluks fused dibuat dengan metode berikut: Berbagai material
mineral dilebur pada suhu sekitar 1300oC, dibekukan ke dalam bentuk
seperti kaca, kemudian ditumbuk menjadi partikel - partikel dan diukur
dengan pengayakan. Sejak material - material dilebur, sebagian besar
komponen logam yang terdapat dalam fluks timbul dalam bentuk oksida.
Sehingga deoksidasi dari logam cair dan penambahan dari elemen
campuran yang diperlukan ke logam las harus diandalkan pada kawat
las. Karena fluks seperti kaca dan menyerap uap air secara besar, fluks
dapat digunakan berulang kali dan menjamin kemampuan pengoperasian
yang tinggi dan pengelasan kecepatan tinggi. Fluks dengan ukuran
partikel yang berbeda digunakan sesuai dengan arus pengelasan.
Partikel fluks yang lebih halus dipilih untuk pengelasan dengan arus yang
lebih tinggi. Penggunaan fluks dengan partikel kasar untuk pengelasan
dengan arus tinggi akan menghasilkan tampilan rigi yang buruk.
Sebaliknya, penggunaan fluks dengan partikel halus untuk pengelasan
arus rendah akan merintangi penghilangan gas dan kemungkinan
menghasilkan bopeng / burik. Sebelum digunakan, fluks fused harus
dipanasi hingga kering selama kira - kira satu jam pada temperatur antara
150o ~350oC.
Fluks bonded dibuat dengan cara berikut. Berbagai material
mineral, dioksidan, elemen campuran yang tepat dan lain-lain dijadikan
bubuk kemudian dijadikan butiran dengan menambahkan pengikat,
misalnya air kaca dan dioven pada temperatur antara 400o dan 600oC.
Komposisi kimia dan sifat - sifat mekanis dari logam las dapat dikontrol
dengan mudah bila fluks bonded digunakan, karena mengandung
deoksidan dan campuran elemen yang tepat ditambahkan ke logam las.
Kebutuhan konsumsi fluks sedikit. Lagipula fluks bonded menjamin
kemampuan pengoperasian yang tinggi meskipun pengelasan
menggunakan masukan panas yang besar. Bagaimanapun juga, karena
fluks ini mudah menyerap kelembaban, disyaratkan pengeringan ulang
selama satu jam pada suhu 200o~300oC sebelum digunakan.
Pada umumnya, fluks tidak boleh didistribusikan dalam jumlah
banyak, sebab kelebihan jumlah fluks merintangi penghilangan gas,
menghasilkan tampilan rigi yang buruk. Jumlah fluks harus dijaga
sesedikit mungkin, agar cacat las tidak terjadi. Apabila fluks digunakan
secara berulang, jumlah kotoran, debu dan sebagainya yang terkandung
dalam fluks akan meningkat dan ukuran partikel yang tidak sama
223
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Tabel II.32 Fluks las busur terendam untuk baja karbon dan baja
campuran rendah (JIS Z 3352)
Komposisi Kimia
(%)
Klasifikasi Jenis Fluks SiO2+
CaO+
SiO2 MnO+ Fe
MgO
TiO2
FS-FG1 > 50 -- -- 0
FS-FG2 < 55 > 60 -- 0
Fluks melebur
FS-FG3 < 55 30~80 12~45 0
FS-FG4 -- < 50 > 22 0
Fluks melebur
FS-FP1 -- > 50 -- 0
(mengambang)
FS-DN1 -- -- < 50 < 10
Fluks terikat
FS-DN2 -- -- 40~80 < 10
FS-DT1 Fluks terikat (jenis -- -- < 50 15~60
FS-DT2 serbuk besi) -- -- 40~80 15~60
(EX) P S F G1
Komposisi kimia
Jenis Fluks
Las Busur
Fluks las
224
TEKNOLOGI LAS KAPAL
225
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Flens ganda --
Flens tunggal --
226
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Kampuh U
Untuk pengelasan dengan kampuh U ganda,
tunggal, bentuk H
cantumkan simbol ini secara simetris pada
(kampuh U
kedua sisi garis dasar
ganda)
Plug, Slot --
Rigi las, las Untuk las buildup, letakkan dua simbol ini
buildup bersisian
227
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Ekor Panah
Panah
Garis dasar
Panah Garis Panah Garis Garis dasar
dasar (patah) Panah
dasar
Gambar II.48 Garis keterangan
Keterangan tulisan
= Simbol dasar
S = Ukuran per bagian atau kekuatan daerah las (kedalaman
kampuh/alur, panjang kaki sudut, diameter lubang isian,
lebar celah/alur, lebar lapisan, diameter gumpalan atau
kekuatan satu titik pada las titik, dsb)
R = Jarak akar
A = Sudut kampuh
L = Panjang pengelasan pada las sudut terputus-putus,
atau panjang celah atau, jika perlu, panjang pengelasan
pada las celah
228
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
n = Jumlah las sudut terputus-putus, las lubang, las celah, las titik,
dsb
P = Jarak dari las sudut terputus-putus, las lubang, las
celah, las titik, dsb
T = Perintah-perintah khusus (jari-jari akar pengelasan
kampuh J, pengelasan kampuh U, dsb, metode
pengelasan, simbol NDT tambahan, dan lain-lainnya)
= Simbol tambahan yang menyatakan kondisi permukaan
G = Simbol tambahan yang menyatakan metode/cara
penyelesaian
= Simbol tambahan untuk seluruh bagian pengelasan
{ = Simbol tambahan untuk semua pengelasan
as ah
Ga
Atas At w r is
Ba da
s ar At
as
Garis dasar Bawah r
Garis dasar
a
as Ba
i sd wa
G ar h
Gambar II.50 Sisi atas dan sisi bawah dari garis dasar
229
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Bentuk sebenarnya
Bentuk sebenarnya
Datar
Bagian pengelasan
Simbol ini dapat diabaikan jika
Pengelasan keseluruhan pengelasan keseluruhan
telah jelas
Pengelasan keseluruhan bagian
230
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Pertimbangan-pertimbangan dalam
Perhitungan struktur
perancangan
1. Perencanaan struktur (penggunaan,
kondisi, efisiensi ekonomis, periode Gambar disain
kerja pengelasan)
2. Perhitungan tegangan, dan Prosedur pengelasan
karakteristik tegangan dari tiap-tiap
bagian (perencanaan dasar)
3. Penentuan bentuk tertentu dari tiap-tiap bagian, dan daerah
geometris las beserta ukurannya (kondisi pekerjaan)
4. Pemilihan material
5. Kondisi-kondisi dan metode pengelasan
6. Perlakuan pasca pengelasan dan metode-metode pemeriksaan
231
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Buruk Baik
Buruk Cukup Baik
baik
Buruk Baik Gaya
Buruk Baik
Buruk Baik
Gambar II.52 Sambungan las yang baik atau buruk
berdasarkan bending momen
Baik
Buruk Baik .
Buruk Minimal 100mm
Baik
Buruk Baik
Buruk
Buruk
Gambar Baik
II.54 Sambungan las tumpul antara dua logam
yang berbeda ketebalan
232
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Sambungan Sambungan
Sambungan dengan dengan Sambungan
tumpul penguat tunggal penguat ganda tumpang
Las tepi
Las lubang
233
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Double-J
T = Sudut kampuh
T’ = Sudut kemiringan
g = Jarak akar
R = Akar
d = Ketinggian kampuh
f = Permukaan akar
r = Jari-jari akar
234
TEKNIK PENGELASAN KAPAL
Tabel II.35 Bentuk geometri kampuh standar untuk las tumpul busur
terlindung (Asosiasi Struktur Baja Jepang)
Ketebalan Posisi Ketebalan Posisi
Ilustrasi pengelasan
Ukuran Ilustrasi Ukuran
plat plat pengelasan
235
TEKNOLOGI LAS KAPAL
236
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Logam induk
(lembar kerja)
Daerah las
Kolom
pemutar
Penahan Logam induk
belakang (lembar kerja)
237
TEKNOLOGI LAS KAPAL
5. Jika ditemui retak pada las ikat, atau jika bagian dengan
penguatan penting harus dilas ikat, logam las ikat harus dibuang
sebelum pengelasan utama.
6. Las ikat harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati sehingga
tidak menyebabkan cacat las, seperti terak yang terperangkap.
238
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Elektrode jenis
300 ~ 4000 C 1 sampai 2 jam
hidrogen rendah
Elektrode selain jenis
80 ~ 1500 C 30 menti sampai 1 jam
hidrogen rendah
239
Pemeriksaan Pemeriksaan Material
Pemeriksaan Juru Perlengkapan Pengelasan
Pemeriksaan Baja
Las Pengelasan
pengelasan
pengelasan
Disain das ar Kondisi pengelasan Pemerik saan bagian las ikat Uji penetran
Rincian disain Penga turan kondisi pengelasan Pemeriksaan kondisi pengelasa n Uji partikel magnetik
Disain pengelasan Pengaturan jumlah lapisan Data pekerjaan Ketepatan ukuran / penyimpangan
Pengaturan masukan panas
pengelasan Pemeriks aan iklim dan kondis i Uji mekanis
lingkungan
Uji tekan / uji kebocoran
Pemeriksaan pemanasan
awal dan suhu pasca
pengelasan
240
TEKNOLOGI LAS KAPAL
241
TEKNOLOGI LAS KAPAL
242
TEKNOLOGI LAS KAPAL
243
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Las tumpul Las tumpul Las tumpul Las tumpul Las sudut
posisi posisi posisi posisi posisi
datar vertikal horisontal overhead horisontal
Elektrode ilmenite
244
TEKNOLOGI LAS KAPAL
245
TEKNOLOGI LAS KAPAL
2
3
10~15 mm
246
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Arah pengelasan
247
TEKNOLOGI LAS KAPAL
3. Urutan pengelasan
Untuk struktur las dengan sambungan las majemuk, perlu untuk
ditentukan perintah bagaimana pengelasan harus dilakukan. Perintah ini
disebut "Urutan pengelasan".
4. Urutan pengerjaan
Urutan pengerjaan adalah perintah dimana logam las diperuntukkan
pada satu garis las. Urutan pengerjaan tersebut diberikan sepanjang
garis las atau melewati lapisan-lapisan las majemuk pada satu garis
las (Lihat gambar II.68)
248
TEKNOLOGI LAS KAPAL
P e n u m p u ka n p e n u h
249
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Peleburan kurang
Terak
terperangkap
250
TEKNOLOGI LAS KAPAL
(d) Retak-retak
Retak didalam daerah las adalah cacat las yang paling serius.
Meskipun kecil, retak membentuk takikan runcing dimana terdapat
konsentrasi tegangan, memungkinkan untuk menjadi sebab terjadinya
kerusakan serius pada struktur yang dilas.
Retak secara menyeluruh diklasifikasikan menurut tempat
terjadinya, kedalam retak logam las, retak daerah pengaruh panas dan
retak logam induk. Retak dapat juga diklasifikasikan menurut suhu
terjadinya, kedalam retak panas dan retak dingin. Retak panas terjadi
pada suhu atau sedikit dibawah rentang suhu pembekuan. Retak dingin
terjadi pada suhu 3000C atau dibawahnya. Pemanasan kembali retakan
dihasilkan dari perlakuan panas pasca pengelasan yang kurang tepat.
251
TEKNOLOGI LAS KAPAL
6. Retak dingin
Retak dingin adalah istilah umum untuk retak yang terjadi setelah
suhu daerah las turun sampai sekitar suhu normal.
Kebanyakan retak yang terdeteksi pada struktur lasan dari baja
lunak atau baja paduan rendah adalah retak dingin. Retak dingin dapat
diklasifikasikan kedalam retak akar yang dihasilkan dari konsentrasi
tegangan pada daerah akar, retak dibawah rigi yang terjadi pada daerah
pengaruh panas, retak rigi melintang, retak jari, dll.
Terdapat tiga penyebab retak dingin :
1. Jumlah daya sebar hidrogen besar;
2. Beberapa perkerasan (kemerosotan daya hantar) dari daerah
pengaruh panas; dan
3. Tingkat ketahanan sambungan las yang tinggi. Jika akumulasi
daya sebar hidrogen lambat, terjadinya retak dingin dapat ditunda
selama beberapa jam sampai beberapa hari tergantung pada
kondisi.
252
TEKNOLOGI LAS KAPAL
253
TEKNOLOGI LAS KAPAL
RANGKUMAN
6. Bila batang atau kawat las dihubungkan ke terminal plus (+) mesin,
hubungan ini disebut “Hubungan DC Elektroda positif (DCEP)”,
sedangkan bila dihubungkan ke terminal minus (-), hubungan ini
disebut “Hubungan DC Elektroda negatif (DCEN)”
10. Pada elektrode bersalut, kawat inti (core wire rod) berfungsi sebagai
logam pengisi sedangkan pembungkus (coating) berfungsi sebagai
pelindung dari pengaruh luar.
254
TEKNOLOGI LAS KAPAL
LATIHAN SOAL
3. Alur las terlalu lebar bila dibanding dengan tebal plat, hal ini
disebabkan oleh .........
a. Arus terlalu rendah
b. Jarak elektrode terlalu tinggi
c. Jarak elektrode terlalu nempel
d. Kecepatan megelas terlalu tinggi
e. Kecepatan mengelas terlalu lambat
4. Porosity adalah cacat las berupa lubang – lubang kecil yang tampak
pada permukaan penampang las, biasanya disebabkan oleh hal – hal
berikut kecuali .........
a. Elektrode basah
b. Kampuh kotor
c. Arus terlalu besar
d. Udara sewaktu mengelas terlalu basah
e. Gas yang berasal dari galvanisasi
255
TEKNOLOGI LAS KAPAL
6. Apabila daerah pinggir lasan termakan busur las dan tidak terisi oleh
logam las, hal ini dinamakan cacat las ........
a. Overlap d. Porositas
b. Pin hole e. Cracking
c. Under cut
7. Kode posisi las untuk sambungan sudut posisi horizontal adalah .......
a. 1 - F d. 4 - F
b. 2 - F e. 5 - F
c. 3 - F
256
TEKNOLOGI LAS KAPAL
11. Busur listrik timbul antara batan wolfram dan logam induk dan
dilindungi oleh gas argon disebut ........
a. Las MIG d. Las gaya berat
b. Las TIG e. Las busur listrik
c. Las busur rendam
12. Cara mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks dan logam
pengisi berupa kawat pejal diumpankan terus menerus disebut .........
a. Las SMAW d. Las GTAW
b. Las GMAW e. Las SAW
c. Las OAW
257
TEKNOLOGI LAS KAPAL
17. Arti huruf G pada posisi pengelasan 1G, 2G, 3G, 4G adalah ........
a. Good d. Grade
b. Groove e. Gouge
c. Gap
18. Porosity adalah cacat las berupa lubang kecil yang tampak pada
permukaan penampang las, hal tersebut terjadi karena ........
a. Ayunan elektrode terlalu cepat
b. Ayunan elektrode terlalu besar
c. Karena elektrode basah dan kotoran pada permukaan yang akan
dilas
d. Amper terlalu besar
e. Percikan logam pengisi mendahului busur las
19. Apa yang terjadi bila waktu pengelasan pemakaian arus terlalu besar
dan anyunan elektrode yang terlalu pendek :
a. Under cut d. Slag Unclution
b. Porosity e. Penetrasi kurang
c. Crack
258
TEKNOLOGI LAS KAPAL
20. Bila panjang busur las semakin panjang, maka besar tegangan
busurnya adalah :
a. Nol d. Tetap
b. OCV e. Semakin kecil
c. Semakin besar
259
TEKNOLOGI LAS KAPAL
29. Gas pelindung pada proses GMAW khususnya MAG adalah ........
a. Argon d. CO2
b. Oksigen e. H2O2
c. Helium
260
TEKNOLOGI LAS KAPAL
8
SMAW / 1-F
6
261
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR PUSTAKA
A1
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR ISTILAH
A
Alur (Groove)
Alur las (Welding groove)
Ambang palka (Head coaming)
B
Baja bangunan (Steel Structure)
Baja cor (Cast steel)
Baja kuat (High tension steel)
Baja paduan (Alloy steel)
Baja tahan karat (Stainless steel)
Balok geladak (Deck beam)
Batang uji (Speciment)
Batas las (Weld bound)
Besi tempa (Wrought iron)
Besi tuang (Cast iron)
Bilah hadap (Face Plate)
C
Cacat las (Weld defect)
Cor (Cast)
D
Daerah las (Weld Zone)
Dasar ganda (Double bottom)
Deformasi las (Weld deformation)
Dok kolam (Graving Dock)
E
Elektroda (Electrode)
Elektroda pejal (Solid electrode)
Elektroda terbungkus (Covered electrode)
Elektrode terumpan (Nonconsumable electrode)
F
Fluks (Flux)
G
Gading (frame)
Gel agar samping (Side Girder)
Geladak kedua (Second deck)
B1
TEKNOLOGI LAS KAPAL
Gelagar (Girder)
Gelagar tengah (Certre Girder)
H
Haluan kapal (Fore)
Hidrogen rendah (Low hydrogen)
Hidrostatik (Hydrostatic)
I
Inspektur Las (Welding Inspector)
Instruktur Las (Welding Instructor)
J
Juru Las (Welder)
K
Kaki Las (Throat)
Kampuh (Groove)
Kawat batangan (Wire Rod)
Kawat elektroda (Electrode wire
Kawat gulungan (Wire Roll)
Kawat inti (Wire Core
Kawat padat (Wire Solid)
Kawat pengumpan (Wire Feeder)
Kekentalan (Viscositas)
Kekuatan fatik (Fatique strength)
Kekuatan luluh (Yield strength)
Kekuatan tarik (Tensile strength)
Kekuatan tekuk (Buckling strength)
Ketangguhan (Toughness)
Kurang penembusan (Lack of Penetration)
L
Lajur atas (Sheet Strake)
Lajur bilga (Bilge strick)
Lajur sisi atas (Side stringer)
Lambung (Hull)
Landasan pembangunan kapal (Building Berth)
Lapis (Layer)
Lapis banyak (Multi layer)
Lapis tunggal (Single layer)
Las berselang seling (Staggered Weld)
Las busur (Arc welding)
Las busur gas (Gas shielded arc welding)
B2
TEKNOLOGI LAS KAPAL
M
Maju (Forehand)
Mampu las (Weldability)
Manik (Bead)
Merakit (Assembly)
Muka akar (Root Face)
Muka galur (Groove Face)
Mundur (Backhand)
N
Naik (Upward)
Nyala pemotongan (Flame cutting)
P
Paduan (Alloy)
Pagar lambung (Bulwork)
Panas (Thermal
Pelat (Plate)
Pelat geladak ( Deck plate)
Pelat lambung (Sheel plate)
Pelintang geladak (Transversal deck beam)
B3
TEKNOLOGI LAS KAPAL
R
Radiasi (Radiation)
Retak akar (Root cracking)
Retak dingin (Cold Cracking
B4
TEKNOLOGI LAS KAPAL
S
Sambungan dengan penguat (Strapped joint)
Sambungan las (Welded joint)
Sambungan pojok (Corner joint)
Sambungan silang (Cross joint)
Sambungan sisi (Edge joint)
Sambungan sudut (Fillet joint)
Sambungan tumpang (Lap joint)
Sambungan tumpul (Butt joint)
Sekat kedap air (Watertight bulkhead)
Sekat melintang (Transversal Bulkhead)
Sekat membujur (Longitudinal bulkhead)
Sifat mekanis (Mechanical property)
Siklus (Cycle)
Skalop (Scallop)
Struktur (Structure)
Sudut galur (Groove Angle)
T
Tak terumpan (Non consumable)
Takik (Notch)
Takik las (Undercut)
Tegangan (Stress)
Tegangan sisa (Residual stress)
Terak (Slag)
Timbal (Lead)
Titik mulur (Yield Point)
Turun ( Downward)
U
Ukuran lasan (Size of weld)
Unsur (Element)
Urutan pengelasan (Welding sequence)
Urutan pengerjaan (Deposition Sequence )
B5
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR SINGKATAN
C1
TEKNOLOGI LAS KAPAL
C2
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
I.1 Hubungan antara kandungan karbon dan sifat mekanis......... 7
I.2 Diagram Proses Pembuatan Baja ........................................... 9
I.3 Percikan bunga api ............................................................... 12
I.4 Mistar baja lurus .................................................................... 18
I.5 Mistar siku ............................................................................. 18
I.6 Mistar gulung......................................................................... 19
I.7 Calipers outside .................................................................... 19
I.8 Calipers inside....................................................................... 19
I.9 Jangka sorong....................................................................... 20
I.10 Micrometer dan pengukur standart ....................................... 20
I.11 Penunjuk ukuran dan tonggak penunjuk ukuran ................... 21
I.12 Tonggak magnet ................................................................... 21
I.13 Siku (mistar sudut kanan) ..................................................... 21
I.14 Busur baja ............................................................................. 22
I.15 Busur bevel universal ............................................................ 22
I.16 Pengukur jarak / celah .......................................................... 22
I.17 Pengukur sudut ..................................................................... 23
I.18 Pengukur jari – jari ................................................................ 23
I.19 Pengukur lubang ................................................................... 23
I.20 Pengukur kerataan tipe segiempat........................................ 24
I.21 Meja penandaan permukaan plat.......................................... 24
I.22 Meja penyetelan permukaan plat .......................................... 24
I.23 Blok paralel ........................................................................... 25
I.24 Blok V.................................................................................... 25
I.25 Kotak blok V .......................................................................... 25
I.26 Pelat siku............................................................................... 26
I.27 Alat penggores ...................................................................... 26
I.28 Penyangga mistar ................................................................. 27
D1
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D2
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D3
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D4
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB II
II.1 Contoh-contoh penyambungan mekanis............................. 124
II.2 Penyambungan dengan pengelasan................................... 125
II.3 Pengelasan plasma dengan bantalan serbuk ..................... 129
II.4 Perbedaan antara sambungan las dan sambungan tumpul
yang dikeling ....................................................................... 130
II.5 Perbandingan distribusi tegangan antara sambungan keling
dan las................................................................................. 131
II.6 Deformasi dan deformasi sudut yang disebabkan oleh
penyusutan.......................................................................... 134
II.7 Pengelasan tumpul plat....................................................... 134
II.8 Distribusi tegangan sisa pada plat las tumpul ..................... 135
II.9 Perbandingan terjadinya retak pada sambungan keling ..... 136
II.10 Permukaan retak rapuh (Panah menunjukkan arah
perambatan retak) ............................................................... 137
II.11 Aliran Tegangan Sambungan ............................................. 137
II.12 Pengaruh ketinggian pengisian las pada kekuatan fatik (lelah)
dari las sambungan tumpul (baja lunak : 2 x 106 cycle) ...... 138
II.13 Struktur busur dan distribusi tegangannya.......................... 140
II.14 Hubungan antara panjang busur dan tegangan busur........ 142
II.15 Karakteristik arus – tegangan pada busur........................... 144
II.16 Busur DC............................................................................. 144
II.17 Busur AC ............................................................................. 144
II.18 Efek Polaritas pada Las TIG ............................................... 146
D5
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D6
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB III
III.1 Mesin Las Busur Listrik ....................................................... 260
III.2 Sirkuit utama ....................................................................... 260
III.3 Sambungan kabel ............................................................... 261
D7
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D8
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D9
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D10
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D11
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D12
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D13
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB IV
IV.1 Pembangunan badan kapal sistem seksi............................ 375
IV.2 Pembagian seksi bidang ..................................................... 376
IV.3 Penyusunan badan kapal dengan metode layer ................. 377
IV.4 Penyusunan badan kapal dengan metode seksi
vertikal ................................................................................. 378
IV.5 Pembangunan badan kapal sistem blok ............................. 379
IV.6 Penyusunan badan kapal dengan metode blok .................. 381
IV.7 Tahapan proses pembangunan kapal................................. 382
IV.8 Susunan umum kapal barang ............................................. 383
IV.9 Penampang tengah dari lambung kapal ............................. 383
IV.10 Gambar urutan pengelasan ................................................ 384
IV.11 Urutan pengelasan pada penyambungan pelat .................. 385
IV.12 Urutan pengelasan pada penyambungan profil .................. 385
IV.13 Urutan pengelasan profil terhadap pelat ............................. 386
IV.14 Urutan pengelasan profil menembus pelat ......................... 386
IV.15 Urutan pengelasan pada pelat hadap ................................. 386
IV.16 Sambungan tumpul pada pelat ........................................... 387
IV.17 Sambungan campuran antara las tumpul dan
las sudut............................................................................. 387
IV.18 Penampang konstruksi Bagian Depan Kapal...................... 388
IV.19 PenampangKonstruksi melintang tengah kapal .................. 389
D14
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D15
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB V
V.1 Uji tarik pada sambungan las tumpul .................................. 440
V.2 Diagram pemanjangan beban pada baja lunak dan
perhitungannya ................................................................... 441
V.3 Jenis-jenis uji lengkung (JIS Z 3122) .................................. 442
D16
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB VI
VI.1 Jalur arus listrik ketika operator menyentuh elektrode las dan
rangkaian listrik ekuivalen ................................................... 466
VI.2 Contoh hubungan listrik yang aman untuk las busur listrik . 471
VI.3 Masker pelindung wajah ..................................................... 473
VI.4 Contoh-contoh alat pelindung sinar .................................... 473
VI.5 Sebab-sebab timbulnya asap (contoh dari las MAG).......... 474
VI.6 Kepadatan berbagai titik selama las MAG .......................... 478
VI.7 Contoh penggunaan alat penyedot asap las local dan alat
pembuang gas .................................................................... 479
D17
TEKNOLOGI LAS KAPAL
D18
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR TABEL
BAB I
I.1 Karakteristik dari 5 elemen pada besi ..................................... 3
I.2 Klasifikasi baja karbon ............................................................ 7
I.3 Perlakuan panas terhadap aluminium paduan...................... 16
I.4 Jenis logam pengisi yang digunakan pada proses logam
aluminium pada pengelasan MIG.......................................... 17
I.5 Besar sudut pahat terhadap benda kerja .............................. 29
I.6 Standar ukuran ragum paralel............................................... 30
I.7 Perbedaan antara jenis tekanan tetap dan jenis
tekanan variabel.................................................................... 46
I.8 Ketebalan nosel dan pelat..................................................... 47
I.9 Nilai kalori dari oksida besi.................................................... 53
I.10 Konstruksi mesin potong busur plasma ............................... 60
I.11 Metode pemotongan busur plasma, keistimewaan dan
material dasar yang dapat digunakan ................................... 64
I.12 Contoh-contoh kondisi pemotongan dengan sinar laser untuk
berbagai material .................................................................. 69
I.13 Kondisi gas potong................................................................ 73
I.14 Kondisi pemotongan ............................................................. 80
I.15 Kualitas permukaan potong dan kondisi pemotongan .......... 83
I.16 Kapasitas Standar Ujung Alat Potong (Menggunakan Gas
Asetilin) ................................................................................. 87
I.17 Jenis Pengelasan dan Posisi Las.......................................... 96
I.18 Kondisi Penyimpanan dan Pemanasan Ulang (Rebake) untuk
Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah ................ 114
BAB II
II.1 Jenis mesin las busur.......................................................... 161
II.2 Perbedaan antara mesin busur AC dan mesin
las busur DC ....................................................................... 162
II.3 Contoh keterangan yang ditampilkan pada papan nama.... 167
D19
TEKNOLOGI LAS KAPAL
II.4 Standar untuk pemilihan arus dan ukuran kabel ................. 171
II.5 Contoh pemeriksaan mesin las MAG.................................. 178
II.8 Baja roll untuk struktur umum (JIS G 3101) ........................ 179
II.9 Baja roll untuk struktur las (JIS G 3106).............................. 180
II.10 WES Plat Baja berkekuatan tarik tinggi untuk struktur las
(WES) 3001) ....................................................................... 182
II.11 Plat baja karbon untuk bejana tekan untuk servis temperatur
rendah ................................................................................. 183
I.12 Klasifikasi struktur dari daerah terkena pengaruh panas las
dari baja .............................................................................. 186
II.13 Hubungan antara ekivalen karbon dan temperatur pemanasan
awal ..................................................................................... 188
II.14 Elektrode bersalut dan kawat inti ........................................ 191
II.15 Komponen utama dari fluks dan fungsinya ......................... 193
II.16 Contoh perbandingan campuran fluks dari elektrode bersalut
untuk baja lunak .................................................................. 194
II.17 Tipikal seluruh sifat-sifat logam las dari bermacam-macam
jenis Elektroda..................................................................... 199
II.18 Standar elektroda bersalut untuk baja kuat tarik tinggi (JIS Z
3212) ................................................................................... 203
II.19 Arti simbol yang digunakan dalam standar ......................... 205
II.20 Metode las busur semi otomatis dan material las ............... 207
II.21 Karbon dioksida cair (JIS K 1106)....................................... 208
II.22 Standar untuk gas campuran (WES 5401).......................... 208
II.23 Perbandingan karakteristik dari berbagai kawat las MAG... 211
II.24 Elemen campuran untuk elektroda tungsten....................... 212
II.25 Kawat las TIG dan kawat untuk baja lunak dan baja campuran
rendah (JIS Z 3316) ............................................................ 213
II.26 Jenis elektroda tungsten dan komposisi kimianya .............. 214
II.27 Perbedaan warna dari elektrode tungsten .......................... 215
II.28 Diameter elektrode tungsten dan arus yang dapat dipakai . 215
II.29 Kawat inti fluks las busur berpelindung sendiri
(JIZ Z 3313)......................................................................... 217
II.30 Spesifikasi Elektroda berdasarkan komposisi kimia............ 218
D20
TEKNOLOGI LAS KAPAL
II.31 Kawat las busur terendam untuk baja karbon dan baja
campuran rendah (JIS 3351) .............................................. 220
II.32 Fluks las busur terendam untuk baja karbon dan baja
campuran rendah (JIS Z 3352) ........................................... 222
II.33 Simbol dasar pengelasan.................................................... 224
II.34 Simbol pengelasan tambahan............................................. 228
II.35 Bentuk geometri kampuh standar untuk las tumpul busur
terlindung (Asosiasi Struktur Baja Jepang) ......................... 233
II.36 Pengaruh arus las ............................................................... 239
II.37 Pengaruh panjang busur ..................................................... 240
II.38 Pengaruh kecepatan pengelasan ....................................... 240
BAB III
III.1 Jenis dan karakteristik mesin las busur listrik arus
bolak – balik ........................................................................ 262
III.2 Jarak dan ukuran (penampang, mm2) dari kabel las........... 263
III.3 Standar ukuran elektrode .................................................... 263
III.4 Jenis – jenis kaca mata pelindung ...................................... 264
III.5 Batas – batas arus untuk kawat elektrode yang dipakai dalam
proses SAW ........................................................................ 364
BAB IV
IV.1 Sambungan Las Sudut........................................................ 400
IV.2 Jarak Pemanasan ............................................................... 426
IV.3 Kecepatan pemanasan ....................................................... 426
IV.4 Klasifikasi Baja untuk Perkapalan ....................................... 432
BAB V
V.1 Klasifikasi metode pengujian daerah las ............................. 439
V.2 Manfaat pengujian destruktif (DT) dan pengujian non-
destruktif (NDT) ................................................................... 440
V.3 Jenis – jenis spesimen dan arah percontohan .................... 442
V.4 Berbagai metode uji kekerasan........................................... 445
D21
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB VI
VI.1 Nilai arus listrik di dalam tubuh manusia dan tingkat kejutan
listriknya .............................................................................. 468
VI.2 Contoh hubungan listrik yang aman untuk las busur listrik . 472
VI.3 Komposisi kimia asap las .................................................... 475
VI.4 Pengaruh asap logam terhadap tubuh manusia ................. 476
VI.5 Jenis – jenis alat pelindung diri ........................................... 486
D22
TEKNOLOGI LAS KAPAL
DAFTAR RUMUS
BAB I
1. Rumus kimia dari reaksi bentuk oksidasi ................................. 52
BAB II
2. Rumus kimia dari reaksi deoksidasi....................................... 127
3. Rumus perbandingan distribusi tegangan antara sambungan
keling dan las ......................................................................... 131
4. Rumus untuk menghitung daya listrik .................................... 141
5. Rumus perpanjangan busur tidak menaikkan laju
pelelehan................................................................................ 142
6. Rumus kecepatan pengelasan............................................... 143
7. Rumus arus pengelasan ........................................................ 162
8. Rumus toleransi siklus kerja ................................................. 169
9. Rumus arus las terus menerus .............................................. 169
10. Rumus output sekunder ......................................................... 170
11. Rumus arus input kabel sisi primer ........................................ 170
12. Rumus daya input terukur ...................................................... 171
13. Rumus faktor daya ................................................................ 171
14. Rumus daya listrik dari arus .................................................. 171
15. Rumus daya listrik mesin las dengan arus 200A ................... 172
16. Rumus daya input terpakai (kVA) mesin las busur DC .......... 172
17. Rumus daya input terpakai (kW) mesin las busur DC ........... 172
18. Rumus efisiensi las dengan arus output terukur .................... 173
19. Rumus konsumsi daya listrik.................................................. 173
20. Rumus kapasitas rasional dari peralatan penerima listrik ...... 173
21. Rumus energi panas dari las busur ....................................... 184
D23
TEKNOLOGI LAS KAPAL
BAB V
21. Rumus pemanjangan beban pada baja lunak........................ 441
22. Rumus sensitifitas / kepekaan penetrameter ......................... 463
BAB VI
23. Rumus tegangan tanpa beban............................................... 469
D24