Sie sind auf Seite 1von 5

TUGAS SEMESTER ANTARA

BLOK KARDIOVASKULAR




AYU REZKI FADLIYA
1102100030


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2014

KLAUDIKASIO

1. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi klaudikasio sangat kompleks, bukan hanya sekedar gangguan aliran di
aliran darah, tetapi lebih luas lagi meliputi gangguan di otot skelet (karena metabolic,
neurologic, efek inflamasi.

2. ANAMNESA
Lokasi nyeri : pantat, paha, betis, jarang di kaki
Karakteristik : kram, nyeri, kelemahan, kelelahan, nyeri pinggang
Hubungan dengan olahraga : pada derajat olahraga tertentu
Efek istirahat : cepat hilang
Efek posisi tubuh : tidak ada
Karakteristik lain : dapat berulang

3. PEMERIKSAAN FISIS
a. Ankle-brachial-indeks (ABI)
Pengukuran ABI menyajikan data yang objektif yang merupakan standar
diagnosis dalam survey epidemiologi PAD ektremitas bawah, di laboratorium
atau dalam kepentingan kantor. ABI diukur dengan cara mengukur tekanan
darah sistolik baik kedua arteri brakhialis dan arteri tibialis posterior dan dorsalis
pedis pasien beristirahat pada posisi terlentang selama 10 menit. Pada orang
normal hanya hanya boleh ada perbedaan minimal (<12 mmHg) diantara kedua
lengan dalam pemeriksaan rutin. Reflex gelombang nadi pada individu sehat
enyebabkan tekanan di pergelangan kaki 10-15 mmHg lebih tinggi dibandingkan
tekanan sistolik arteri brakhialis, sehinggga angka normal rasio tekanan darah
sistolik lebih besar dari 1,0 ABI harus dihitung dengan menggunakan 2 angka
decimal.
b. Pengukuran tekanan segmental
Tekanan arteri dapat juga diukur dengan plethysmography cuff yang di
tempatkan di beberapa titik di sepanjang kaki. Tidak seperti ABI, analisis tekanan
segmental ini dapat menentukan dengan tepat lokasi terjadinya stenosis.
Misalkan perbedaan gradient antara arteri brakhialis dengan dip aha bagian atas,
maka terdapat stenosis di aortoiliaka. Perbedaan tekanan gradien sebesar 19%
sudah cukup menunjukkan adanya stenosis fokal yang penting.
c. Treadmill-eksercise testing
Tes ini dapat mengevaluasi signifikasi klinis dari stenosis arteri perifer dan data
menyajikan bukti objektif dari kapasitas berjalan pasien, jarak paling awal
terhadinya klaudikasio adalah saat pasien tidak dapat melanjutkan berjalan
karena ketidaknyamanan di kaki yang berat. Protocol yang digunakan adalah
memakai treadmill dengan monitor yang dudah ditentukan dengan kecepatan
dan sudut kemiringannya. Biasanya tes dimulai dengan tingkat kemiringan 12 %
dengan kecepatan 1,5-2 mil/jam. Tes treadmill ini dapat menyediakan data
apakah stenosis yang tejadi berkontribusi pada keluhan pasien terhadap nyeri
kaki saat aktivitas.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rekaman volume nadi
Rekaman volume nadi ini merekam ilustrasi perubahan volume dalam grafik
pada satu segmen dari batang tubuh yang terjadi di setiap denyutan . kontur
volume yang normal dipengaruhi oleh tekanan areterial local dan destensibilitas
dinding pembuluh darah sehingga menyerupia bentuk gelombang tekanan
darah, yaitu upstroke sistolik yang tajam, cepat menuju puncak hingga kembali
ke basiline. Kontur dari gelombang nadi ini akan berubah di distal dari stenosis.
b. Dupleks ultrasoung imaging
Pencitraan dupleks ultrasound ini adalah metode invasive untuk menilai baik
karakteristik anatomis dari arteri perifer dan juga fungsi akibat stenosis arteri
selubung yang tipis dan peak sistolik velocity dalam batas normal. Color-assisted
dupleks ultrasound imaging dapat secara efektif menunjukkan lokasi stenosis
arteri. Arteru normal mempunyai aliran laminar, dengan bagian tengahnya
mempunyai kecepatan yang tinggi. Warna biasanya homogeny denga corak dan
intensitas yang konstan.
c. Magnetic resonance angiography (MRA)
MRA dapat secara non invasive memvisualisasikan aorta dan arteri perifer. MRA
memiliki persetujuan antar pengamat yang sangat baik, dengan sensitivitas 93-
100% untuk aorta, arteri iliaka, femoropolitea dan tibioperonal. Saat ini MRA
adalah modalitas untuk mengevaluasi pasien yang simptomatik untu pembuatan
keputusan untuk dilakukan tindakan endovascular dan intervensi bedah atau
pada pasien penyakit ginjal alergi dan komplikasi lain selama konvensiolnal.
d. Computed Tomography Angiography (CTA)
CTA menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena. CTA lebih baim
dari MRA karena dapat digunakan pada pasien dengan stent, mental clips, pacu
jantung sedangkan kerugiannya terdapat efek merugikan dari zat kontras atau
radiasi.

5. TERAPI
Klaudikasio tanpa kecacatan
Hentikan merokok
Program olahraga
Hindari beta blocker
Aspirin 75 mg per hari
Statin
Cilotazol 100mg 2 kali sehari (memperbaiki jarak klaudikasio) kontraindikasi
pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Klaudikasio dengan kecacatan/ iskemik kritis
Angioplasty balon stent intravascular
Pembedahan pintas
Amputasi
Terapi iv iloprost
Iskemik akut
Antikoagulan heparin
Emboloktomi bedah
Terapi trombolitik (t-PA, streptokinase, urokinase)

6. PROGNOSIS
Klaudikasio tanpa kecacatan
> 65 % member respon tatalaksana konservatif, sisanya membutuhkan terapi yang
lebih agresif
Klaudikasio dengan kecacatan/iskemik kritis
Angioplasty dan bedah pintas secara umum memberikan hasil yang baik
Semakin distal anatomis, hasilnya semakin buruk
Klaudikasio dengan kecacatan/iskemik akut
Penyelamatan ektremitas 85%
Kematian 10-15%

REFERENSI
1. http://www.scribd.com/doc/118068304/KLAUDIKASIO
2. http://books.google.co.id/books?id=tXPMbfIQSUsC&pg=PA149&lpg=PA149&dq=PR
OGNOSIS+KLAUDIKASIO&source=bl&ots=1_XTk61eQy&sig=NyK2oRzfriSa2HxsjQ
Ab4oZkVJ4&hl=en&sa=X&ei=DSPdUva8IoGIrgfzh4CAAQ&redir_esc=y#v=onepage
&q=PROGNOSIS%20KLAUDIKASIO&f=false

Das könnte Ihnen auch gefallen