0 Bewertungen0% fanden dieses Dokument nützlich (0 Abstimmungen)
1K Ansichten5 Seiten
Sistem stomatognatik terdiri dari organ-organ mulut yang bekerja sama untuk fungsi seperti kunyahan, bicara, dan artikulasi. Gangguan pada sistem ini dapat disebabkan oleh faktor oklusi, trauma, stress, kondisi sistemik, dan kebiasaan buruk seperti bruxism. Akibat gangguan sistem stomatognatik meliputi kelainan sendi rahang, kesulitan menelan (disfagia), dan tersedak.
Sistem stomatognatik terdiri dari organ-organ mulut yang bekerja sama untuk fungsi seperti kunyahan, bicara, dan artikulasi. Gangguan pada sistem ini dapat disebabkan oleh faktor oklusi, trauma, stress, kondisi sistemik, dan kebiasaan buruk seperti bruxism. Akibat gangguan sistem stomatognatik meliputi kelainan sendi rahang, kesulitan menelan (disfagia), dan tersedak.
Sistem stomatognatik terdiri dari organ-organ mulut yang bekerja sama untuk fungsi seperti kunyahan, bicara, dan artikulasi. Gangguan pada sistem ini dapat disebabkan oleh faktor oklusi, trauma, stress, kondisi sistemik, dan kebiasaan buruk seperti bruxism. Akibat gangguan sistem stomatognatik meliputi kelainan sendi rahang, kesulitan menelan (disfagia), dan tersedak.
Dalam ilmu faal yang dimaksud dengan system pada umumnya terdiri atas beberapa organ tubuh, yang saling ada keterkaitan secara kompleks dalam menjalankan fungsi kehidupan. System stomatognatik adalah Suatu system atau unit fungsional yang terdiri dari beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran fungsinya. Struktur yang menyusun stomatognatik antara lain komponen skeletal (os maksila dan os mandibula), lengkung gigi, jaringan lunak (Glandula saliva, jaringan saraf, serta vaskularisasi), area Temporo Mandibula Joint. System ini berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. 2. Etiologi gangguan system stomatognati Gangguan oklusi Maloklusi merupakan keadaan menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi sehingga mempengaruhi estetika beberapa fungsi fisiologis mulut seperti mastikasi, penelanan dan bicara. Mastikasi itu sendiri merupakan hasil pergerakan buka dan tutup rahang yang memerlukan koordinasi antara gigi , rahang , otot mastikasi, dibawah control neurologis susunan saraf pusat. Ketidakserasian oklusi terjadi apabila terjadi kontak gigi yang menghalangi atau menghambat kebebasan pergerakan mandibula. Selain itu, oklusi yang tidak benar biasa dihubungkan dengan kliking sendi. Kehilangan gigi dan malposisi serta ektrusi gigi akan mengakibatkan perubahan keseimbangan sehingga mengakibatkan ketidakharmonisan oklusi. Kehilangan gigi dapat mengganggu keseimbangan gigi geligi yang masih tersisa, gangguan dapat berupa migrasi, rotasi, ekstrusi gigi geligi yang masih tersisa pada rahang. Malposisi akibat kehilangan gigi tersebut mengakibatkan disharmonisasi oklusal. Kehilangan gigi anterior, khusunya gigi kaninus menyebabkan pola oklusal menjadi lebih datar karena berkurangnya tinggi tonjolan. Hal ini menyebabkan berkurangnya tinggi gigitan dan dimensi vertical. Gangguan oklusi juga dapat mengganggu fungsi stomatognati yang lain, seperti penampilan wajah yang kurang menarik, resiko terhadap karies karena susunan gigi yang abnormal selain tidak memiliki self cleansing yang baik juga menyebabkan pemeliharaan OH menjadi rumit. Trauma fisik Gigi-gigi incisive yang terlalu proklinasi atau protrusive yang parah memiliki resiko tinggi terhadap injuri khususnya selama bermain atau terjatuh karena kecelakaan, demikian juga dengan posisi gigi kaninus yang labioversion yang sering mangalami trauma. Trauma juga dapat timbul karena membuka mulut terlalu lebar Stress Stress psikologis yang terjadi pada individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh yang pada dasarnya adalah mempersiapkan otot tubuh (termasuk otot temporomandibula) untuk menghadapi segala hal bentuk ancaman atau beban yang melebihi kemampuan normalnya. Perubahan pada otot tersebut berupa adanya peningkatan aktivitas otot (hiperaktivitas). Keadaan hiperaktivitas yang berlangsung lama atau terus menerus akan memicu kelelahan otot yang akan diikuti oleh terjadinya kekejangan otot. Kekejangan otot inilah yang kemudian akan memicu terjadinya perubahan-perubahan pada pola pengunyahan, disharmoni hubungan gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah, ketidakseimbangan distribusi beban atau pembebanan yang berlebihan pada sendi, yang bila berlangsung lama atau terus-menerus akan menyebabkan terjadinya gangguan bahkan kerusakan lebih lanjut pada sendi temporomandibula dan atau daerah sekitarnya. Terdapat 2 mekanisme pelepasan stress pada manusia. Pertama adalah external release , stress disalurkan melalui berteriak, melempar, memukul dan sebagainya. Kedua adalah Internal release, stress dilepaskan melalui internal yang menyebabkan hipertensi, meningkatnya ketegangan otot didaerah kepala dan leher, asma, dan meningkatnya fungsi nonfungsional otot seperti bruxism dan clenching. Kondisi sistemik Kondisi sistemik usia lanjut berbeda dengan dewasa muda karena pada proses menua terdapat perubahan degeneratif dan fisiologis. Rongga mulut pada usia lanjut mengalami perubahan, baik pada jaringan keras maupun pada jaringan lunak. Perubahan tersebut selain karena proses menua, juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Penurunan kemampuan fungsi kunyah, hal ini karna terdapat perubahan pada sendi temporomandibular, gigi serta otot mastikasi yang berperan penting pada proses pengunyahan. Otot mastikasi mengalami atrofi seiring dengan peningkatan usia sehingga menyebabkan kekuatan gigit menurun dan memperlambat kemampuan fungsi pengunyahan. Kebiasaan buruk Kebiasaan buruk seperti bruxism pada malam hari dapat mengakibatkan kelelahan dan kekakuan otot mastikasi (m.masseter) yang dihasilkan oleh pengerutan otot secara terus menerus akibat penambahan tenaga otot. Kebiasaan mengunyah satu sisi akan menyebabkan terjadinya hipertropi otot pada sisi yang aktif, sementara pada sisi lainnya yang jarang digunakan dapat terjadi atrofi otot. 3. Akibat Gangguan system stomatognati Kelainan sendi rahang Temporomandibular disorders, merupakan kelaianan yang meliputi system stomatognati yang dapat menyebabkan gangguan fungsi rahang. Kelainan ini ditandai oleh berbagai gejala seperti clicking, krepitasi, terbatasnya membuka mulut, rasa sakit pada otot-otot pengunyahan, rasa sakit didaerah rahang, deviasi pembukaan mulut, tinitus, rasa sakit disekitar telinga, sampai sakit kepala. Para ahli menyatakan seseorang dapat dikatakan mengalami kelainan sendi rahang (TMJ disorder) apabila dia mengalami paling sedikit 3 gejala.
Penyebab kelainan sendi rahang sangat kompleks dan multifaktorial. Beberapa ahli mengelompokkan penyebabnya dalam 3 kelompok: 1. Prediposing factor Factor yang dapat meningkatkan resiko kelainan ini. Meliputi kondisi sitemik seperti rheumatoid, kelainan metabolism, nutrisi, hormone, infeksi, ataupun oleh berbagai kelainan oklusi seperti kehilangan banyak gigi posterior , open bite anterior, overbite lebih dari 6-7 mm dan crossbite unilateral. 2. Initiating factor Factor yang memicu kelainan sendi temporomandibular yang dapat disebabkan karena trauma yang berlebihan dan parafunctional habit. Trauma berlebihan pada sendi rahang (TMJ) biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan bruxism dan clenching, yang bisa juga dipengaruhi oleh kodisi psikologis. 3. Perpetuating Factor Factor etiologis yang mengarah pada penundaan proses penyembuhan, sehingga menyebabkan kelainan sendi rahang (TMJ disorder) itu menjadi menetap. Factor ini dapat berupa kebiasaan sehari-hari yang sifatnya parafungsional, misalnya kebiasaan memiringkan kepala saat menulis atau bekerja. Kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman dapat membuat seseorang untuk mengulangi terus kebiasaan parafungsionalnya Disfagia Keadaan dimana pasien sulit menelan makanan. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Selain itu disfagia juga dapat timbul karena terdapat gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat (factor psikogenik). Tersedak atau Chocking Tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing , muntah, darah atau cairan lain. Chocking biasanya terjadi karena makanan yang kurang dikunyah dengan baik serta memasuki saluran yang salah. Referensi: 1. Jeffrey P. Okeson. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. Sixth Edition. Mosby Elsevier. Page 130-140 2. Haryo, Mustiko. 2008. Gangguan nyeri dan bunyi kliking pada sendi temporomandibula. Kajian Ilmiah Prostodonsia. FKG UGM. Yogyakarta