Sie sind auf Seite 1von 20

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74
tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada
2

tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang
aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan
untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga
memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan
hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi
seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan
kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan,
seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah
kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian
dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,
organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan
fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing,
bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal
kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis
dasar (Setiati,2000).Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
3

membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhan
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam
kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).

b) Teori teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam
genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar..
Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep
genetic clock didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan
mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup
yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
3. Teori pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se sel tubuh lelah terbakar.
4

4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebalan sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
tubuh menjadi lemah dan sakit.
8. Teori imonologi saw virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel sel yang bisa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel
tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (
kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel sel tidak
dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah
setelah sel- sel mati.




5

c) Perubahan perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan
intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
dan atau nada nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
6

b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,
diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor
yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis
kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot


7

7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
b. Paru paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada
arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaput lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun
sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,
8

vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %
tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH
dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran
zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.


9

12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan
tremor.

B. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan
okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan
dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut
mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik
mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan
psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan
ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa
cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat
didefinisikan dengan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang
10

merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa
disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang
telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih
panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang. manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka,
kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka
ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia
bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian. Untuk
mengklarifikasi, individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir
tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian
mereka sendiri secara egosentris.(Stanley & Beare, 2006).

C. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA LANSIA
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan
lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan
jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut
Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam
waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia
( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
11

2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti:
kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga
berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena
proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan
terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita,
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan
sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi
misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

D. SIKAP PERAWAT TERHADAP LANSIA
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan
ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
12

kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih
jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien
dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi
perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan
mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak
lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
13

supporter, interpreter terhadap sega a sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi
mereka.

14

BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :

1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah
penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin,
vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai nilai, keyakinan serta
riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan
sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
b. Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan
hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
c. Suku Bangsa : Suku Jawa
d. Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan
pasangannya meninggal.
15

e. Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih
mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar
warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti,
arisan, dan takziyah.
f. Agama : Mayoritas beragama Islam dan
beberapa diantaranya beragama nasrani

2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia, contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling,
satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress
16

atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi
sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta
karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk
mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja
atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.

B. ANALISIS DATA
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
a. Problem (masalah) Problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi
17

b. Etiologi (penyebab) Menunjukkan penyebab masalah
kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah
terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial
Interaksi perilaku dan lingkungan
Sign atau siymptom (tanda atau gejala )
Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
1. Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis Keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Siymptom atau gejala
2. Dengan rumus PE
Rumus DK = P + E
DK : Diagnosis Keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus
mengandung 2 komponen tersebut diatas, disamping
mempertimbangkan hal -hal sebagai berikut :
a. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah.
b. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
c. Partisipasi dan peran serta masyarakat.


18

Contoh diagnosis keperawatan komunitas lansia :
1. Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut
di desa X sehubungan dengan :
Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan
kesehatan usila
Kurangnya informasi tentang kesehatan usia lanjut yang
dimanifestasikan dengan jumlah usia lanjut : 200 orang,
penyakit yang diderita usia lanjut : reumatik : 52,8 %,
hipertensi : 32,42 % , katarak : 7 %, diabet es mellitus :
5,2 %, dan lain-lain : 3,29 dan usia lanjut yang
memeriksakan kesehatannya tidak teratur : 45,4 %.
2. Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di
desa X berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang
ditandai dengan
Jumlah lanjut usia: 51 orang.
Lansia yang mengalami keluhan penyakit: 70,59 %
Jenis penyakit yang derita lansia: asma : 5,88 %, TB Paru
: 3,92 %, hipertensi , 27,45 %, DM : 3,92 %, reumatik :
31,37 %, katarak: 1,95 % dan lain lain 25,49%
Upaya lansia untuk mencegah penyakit : Non medis :
13,88 % dan diobati sendiri 8,33%.
Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan
tertentu: 23,5 %
Belum adanya posyandu lansia.




19

2. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan).
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus
mencakup :
1) Perumusan tujuan (jangka panjang dan tujuan jangka
pendek /criteria hasil)
2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
(dijabarkan dalam POA)
3) Indikator hasil untuk menilai pencapaian tujuan tindakan

3. Perumusan Tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat.

4. Rencana Tindakan Keperawatan
Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan kesehatan
masyarakat
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan.
20

3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun
perencanaan melalui kegiatan : musyawarah masyarakat
desa atau lokakarya mini.
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang
tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan.

Das könnte Ihnen auch gefallen