Sie sind auf Seite 1von 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN RETARDASI


MENTAL





DISUSUN OLEH :
DONNY NURHAMSYAH 11130032




S-1 ILMU KESEHATAN
FAKULTAS LMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah
70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena
0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan
bahwa Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan
dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain. Berikut
ini adalah klasifikasi retardasi mental yang ditunjukkan dengan bagan
(Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi
keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan
fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan
dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri
secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual
berada di bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri,
ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan;
akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi
dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan
pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia
dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian
IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-
bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.
Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi
retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan.
Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum
dibawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif
yang muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan
Lourie, 1980).
Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental
terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan
pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada
perubahan-perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural
menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-
norma yang berlaku.
Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan
mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering digunakan
adalah mental deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental subnormality (Rumini,
1987).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?
3. Apa saja klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang mengalami retardasi mental ?

C. Tujuan Umum Dan Khusus
C.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk memberikan gambaran
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Retardasi
Mental dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
C.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang :
1. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
2. Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
3. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
4. Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.
5. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Retardasi Mental.






BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut
WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual
berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan.(Crocker AC).

B. Etiologi
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun
begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
1. Non-organik
a) Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b) Faktor sosiokultural
c) Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d) Penelantaran anak



2. Organik
a. Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,
dll.)
Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) syndrome polygenic
familial.
b. Faktor prenatal
a) Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus)
3. Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan congenital dari otak (idiopatik).

b) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV
2. Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu: diabetes militus,PKU (Phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Disfungsi plasenta
6. Ibu malnutrisi

c) Faktor perinatal

1. Sangat premature
2. Asfiksia neonatorum
3. Trauma lahir: pendarahan intra cranial
4. Meningitis
5. Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

d) Faktor post natal

1. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2. Neuro toksin, misalnya logam berat
3. CVA (Cerebrovascular accident)
4. Anoksia, misalnya tenggelam
5. Metabolik
6. Gizi buruk
7. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
8. Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
9. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
10. Infeksi

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan
social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara
bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula
pada keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari
retardasi mental,

C. Diagnosis dan Gejala klinis
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan
DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera
dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,
sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat
dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl
kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan
saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari
masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran
stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan
fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a) Katarak
b) Bintik cherry-merah pada daerah macula
c) Kornea keruh
2. Kejang :
a) Kejang umum tonik klonik
b) Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan pada kulit :
a) Bintik-caf-au-lait
4. Kelainan rambut :
a) Rambut rontok
b) Rambut cepat memutih
c) Rambut halus
5. Kepala :
a) Mikrosefali
b) Makrosefali
6. Perawakan pendek :
a) Kretin
b) Sindrom prader-willi
7. Distonia :
a) Sindrom hallervorden

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang
normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini
mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat
sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu
misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu
pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini
juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga
memerlukan bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe
klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah
dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya
sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya




D. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi

E. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance I maging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik



F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan
bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut
seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan
mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik
anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada.
Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi
keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih
banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll.
Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya
membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk
merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk
memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya.
Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang
diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya,
maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan
kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang
siurandalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan
penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini
diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri
dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak
terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang
memerlukan penanganan khusus.

G. Pencegahan
Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling
perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan,
dan bersaling pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu
menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan
kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik,
memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan
ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan
Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan dan juga deteksi
dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin,
terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula.
Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan
retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu
memperkecil retardasi yang terjadi.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS

An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka
sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering
melukai diri sendiri dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan
anaknya sering menolak ketika diajak bermain oleh teman temannya. Ibu B
mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak
berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari
pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus,
kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh
perawat An. A terlihat kurang berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5
o
C
N : 110x/menit









A. PENGKAJIAN
Nama perawat : Ns Donny
Tanggal pengkajian : 20 November 2012
Jam pengkajian : 10.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.A
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS : 20 November 2012

Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Hub. dengan klien : Ibu Klien

2. Keluhan Utama:
An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya.
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga
mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru melakukan imunisasi pada
umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus










GENOGRAM











KETERANGAN :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-laki & Perempuan Wafat
: Pasien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Panah yang menunjukan pasien
----------------- : Tinggal satu rumah

3. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

a. Aktivitas Latihan
An.A sebelum di bawa ke rumah sakit sering menolak ketika di ajak bermain
oleh teman-temannya dan tidak nyambung ketika diajak bicara
Setelah dibawa ke rumah sakit An.A sering bersikap aneh dan sering melukai dirinya
sendiri.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum di bawa ke rumah sakit klien mengatakan tidak ada masalah saat
istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2 jam untuk tidur siang
Setelah di bawa ke rumah sakit klien mengatakan sulit tidur dan terbangun serta
sering rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa tidur siang
c. Kenyamanan dan nyeri
P :dari reaksi non verbalnya klien terlihat menahan sakit dan meringis
Q :dari reaksi non verbalnya klien sering menangis dan rewel
R :Nyeri klien berada di telapak tangan
S :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan skala nyerinya di angka 7
T :dari reaksi non verbalnya klien merasakan nyeri saat beraktivitas

d. Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang
di berikan selalu di habiskan klien. Selama sakit klien tidak mau makan karena sering
rewel menahan sakit.

e. Cairan dan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya minum 3 gelas standar 250 cc
dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum dibawa ke rumah
sakit klien hanya minum 5 gelas standar 250cc perhari.


f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang alat
bantu pernafasan.

g. Eliminasi bowel
Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.

h. Eliminasi urin
Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari dengan konsistensi warna
urin kuning bening
Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari dengan konsistensi warna
urin kuning pekat.klien juga tidak terpasang kateter.

i. Sensori persepsi dan kognitif
Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami gangguan retardasi mental
yang di tandai dengan sulitnya di ajak berinteraksi dengan orang lain dan menolak jika
di ajak bermain.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir
klien kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran tonsil
dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
tidak terkaji
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan

5. PSIKO SOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL
Psikologis
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika
di ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
Spiritual
An.A beragama Islam
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)).
6. Pemeriksaan kromosom
7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.















ANALISA DATA

Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem
20-11-2012 Ds : Ibu B mengatakan
anaknnya malu untuk
bertemu teman-teman
sebayanya.
Do: Saat diajak
berinteraksi, respon An A
sangat lambat dan jawaban
An A juga menyimpang.
Do : An A terlihat kurang
berminat untuk diajak
bicara.
Gangguan proses
pikir
Hambatan interaksi
sosial
20-11-2012 Ds : Ibu B mengatakan An.
A belum bisa menulis,
membaca dan melakukan
aktivitasnya sendiri.
Ds : Ibu B mengatakan
anaknnya malu untuk
bertemu teman-teman
sebayanya.
Ds : Ibu B mengatakan
Keterlambatan
dalam
menyelesaikan
tugas
perkembangan
Isolasi sosial
anaknya menolak jika
diajak bermain oleh teman-
teman sebayanya.
Do : An A terlihat kurang
berminat untuk diajak
bicara.

20-11-2012 Ds : Saat diajak
berinteraksi, respon An A
sangat lambat dan jawaban
An A juga menyimpang.
Do : Ketika perawat
menyuruh An A berhitung,
An A tidak bisa.
Inteligensia yang
rendah
Gangguan
penyesuaian
individu
20-11-2012 Ds : Ibu B mengatakan
anaknya sering mengeluh
kesakitan pada daerah luka
sayatan.
Do : Ketika diinspeksi
terlihat banyak luka
sayatan ditangan An A.
Agen cedera
fisik
Nyeri akut
20-11-2012 Ds : Ibu B mengatakan
anaknya susah untuk
makan.
Do : Ketika diamati tubuh
An A terlihat kurus, kecil,
tidak seperti anak umur 6
tahun pada umumnya.
Faktor psikologis Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

PERIORITAS DIAGNOSA
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan.

INTERVENSI
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Bangsal : Melati Dx. Medis :

NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI NAMA/
TTD
1. Gangguan
penyesuaian
individu b.d
Intelegensi yang
rendah.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam maka
Gangguan
penyesuaian belum
teratasi dengan
criteria hasil :
1. Belum bisa
menggunakan
strategi koping yang
baik.
2. Belum bisa
mempertahankan
produktivitas.
1. Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si berbagai
peran dalam
kehidupan.
2. Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si peran yang
biasa dalam
keluarga.
3. Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si strategi
positif untuk
perubahan
peran.

2. Hambatan interaksi
social b.d
Gangguan proses
pikir.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam maka
Hambatan interaksi
sosial belum teratasi
1. Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n perasaan
yang
berhubungan

dengan riteria hasil :
1. Belum bisa
mempertahankan
fungsi kognitif.
2. Belum bisa
mempertahankan
keterampilan
bahasanya.
3. Belum bisa
mempertahankan
keterampilan dalam
pemecahan masalah.
dengan
masalah
pribadinya.
2. Identifity suatu
keterampilan
sosial tertentu
yang akan
menjadi fokus
dari pelatihan.
3. Berikan
penkes kepada
keluarga untuk
melatih klien
supaya
keterampilan
sosialnya
semakin
berkembang.
3. Isolasi social b.d
Keterlambatan
dalam
menyelesaikan
tugas
perkembangan.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam maka
isolasi sosial belum
teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Belum bisa
berkomunikasi
dengan orang lain.
2. Belum bisa
beradaptasi dengan
lingkungan
1. Identifikasi
kebutuhan
keamanan
pasien,
berdasarkan
tingkat fungsi
fisik,kognitif
dan perilaku.
2. Ciptakan
lingkungan
yang aman
bagi pasien.
3. Batasi
pengunjung
yang ingin

bertemu
dengan pasien.




























IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. A No. RM : 11130032
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Bangsal : Melati Dx. Medis : Retardasi Mental

Hari ke 1
N
O
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 20-11-2012 08.00 1. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
berbagai peran dalam
kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
peran yang biasa dalam
keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
strategi positif untuk
perubahan peran.
S :
O : Klien terlihat
sedikit ada perubahan.
S : Keluarga
mengatakan
belum ada
perubahan yang
signifikan pada
anaknya.
O : Klien terlihat
lambat untuk
menyesuaikan
diri.
A : tujuan belum
tercapai.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Nurse
2. 20-11-2012 08.00 1. Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan dengan
masalah pribadinya.
S : Keluarga
mengatakan
anaknya belum
bisa berinteraksi
dengan
Nurse
S :
O : Klien terlihat belum
bisa mengungkapkan
masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi suatu
keterampilan sosial
tertentu yang akan
menjadi fokus dari
pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk
melatih klien supaya
keterampilan sosialnya
semakin berkembang.
S : Keluarga
mengatakan
keterampilan anak
belum berkembang.
O : Keluarga terlihat
mengerti dengan
penkes yang diberikan
oleh perawat.
lingkungannya.
O : Klien terlihat
belum bisa
berinteraksi
dengan
lingkungan.
A : Tujuan belum
tercapai.
Intervensi
dilanjutkan.
3. 20-11-2012 08.00 1. Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
pasien, berdasarkan
tingkat fungsi
fisik,kognitif dan
perilaku.
S :
S : Keluarga
mengatakan klien
belum ada
perubahan.
O : Klien terlihat
belum berubah.
A : Tujuan belum
Nurse
O : Klien terlihat belum
bisa berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Menciptakan
lingkungan yang aman
bagi pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu
dengan pasien.
S :
O : Klien terlihat
nyaman.
tercapai.
P : Intervensi
dihentikan.










Hari ke 2
N
O
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 20-11-2012 08.00 1. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
berbagai peran dalam
S : Keluarga
mengatakan
belum ada
Nurse
kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
peran yang biasa dalam
keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
strategi positif untuk
perubahan peran.
S :
O : Klien terlihat
sedikit ada perubahan.

perubahan yang
signifikan pada
anaknya.
O : Klien terlihat
lambat untuk
menyesuaikan
diri.
A : tujuan belum
tercapai.
P : Intervensi
dilanjutkan.
2. 20-11-2012 08.00 1. Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan dengan
masalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat belum
bisa mengungkapkan
masalah pribadinya.

2. Mengidentifikasi suatu
keterampilan sosial
tertentu yang akan
S : Keluarga
mengatakan
anaknya belum
bisa berinteraksi
dengan
lingkungannya.
O : Klien terlihat
belum bisa
berinteraksi
dengan
lingkungan.
A : Tujuan belum
tercapai.
Nurse
menjadi fokus dari
pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk
melatih klien supaya
keterampilan sosialnya
semakin berkembang.
S : Keluarga
mengatakan
keterampilan anak
belum berkembang.
O : Keluarga terlihat
mengerti dengan
penkes yang diberikan
oleh perawat.



Intervensi
dilanjutkan.
3. 20-11-2012 08.00 1. Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
pasien, berdasarkan
tingkat fungsi
fisik,kognitif dan
perilaku.
S :
O : Klien terlihat belum
bisa berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Menciptakan
S : Keluarga
mengatakan klien
belum ada
perubahan.
O : Klien terlihat
belum berubah.
A : Tujuan belum
tercapai.
P : Intervensi
dihentikan.
Nurse
lingkungan yang aman
bagi pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi
pengunjung yang ingin
bertemu dengan pasien.
S :
O : Klien terlihat
nyaman.











Hari ke 3
N
O
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 20-11-2012 08.00 1. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
berbagai peran dalam
kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
S : Keluarga
mengatakan
belum ada
perubahan yang
signifikan pada
anaknya.
Nurse
menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
peran yang biasa dalam
keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien
untuk mengidentifikasi
strategi positif untuk
perubahan peran.
S :
O : Klien terlihat
sedikit ada perubahan.

O : Klien terlihat
lambat untuk
menyesuaikan
diri.
A : tujuan belum
tercapai.
P : Intervensi
dilanjutkan.
2. 20-11-2012 08.00 1. Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan dengan
masalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat belum
bisa mengungkapkan
masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi suatu
keterampilan sosial
tertentu yang akan
menjadi fokus dari
pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
S : Keluarga
mengatakan
anaknya belum
bisa berinteraksi
dengan
lingkungannya.
O : Klien terlihat
belum bisa
berinteraksi
dengan
lingkungan.
A : Tujuan belum
tercapai.
Intervensi
dilanjutkan.
Nurse
memiliki keterampilan
yang banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk
melatih klien supaya
keterampilan sosialnya
semakin berkembang.
S : Keluarga
mengatakan
keterampilan anak
belum berkembang.
O : Keluarga terlihat
mengerti dengan
penkes yang diberikan
oleh perawat.
3. 20-11-2012 08.00 1. Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
pasien, berdasarkan
tingkat fungsi
fisik,kognitif dan
perilaku.
S :
O : Klien terlihat belum
bisa berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Menciptakan
lingkungan yang aman
bagi pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh
terhadap lingkungan
rumah sakit.
S : Keluarga
mengatakan klien
belum ada
perubahan.
O : Klien terlihat
belum berubah.
A : Tujuan belum
tercapai.
P : Intervensi
dihentikan.
Nurse
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu
dengan pasien.
S :
O : Klien terlihat
nyaman.












BAB IV
PEMBAHASAN

Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut
WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual
berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak A 6 tahun
dibawa oleh ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2012 dengan gangguan pada
saraf. Setelh dilakukan pemeriksaan medis anak A mengalami retardasi mental.
Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses
keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf dilakukan oleh perawat
dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Selain itu
perawat mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat di
ruangan dan dokter.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan
kondisi klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup
terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara klien,keluarga dan perawat
sehingga mempermudah perawat dalam mengkaji pasien dan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan klien mau menjawab pertanyaan dari
perawat walaupun responnya lambat dan jawabannya menyimpang dari pertanyaan.
Selain itu keluarga juga mau menerima saran yang diberikan. Dari hasil pengkajian
TTV: TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit, S : 36,5
o
C, N : 110x/menit

Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang ada
pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah
yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan
diagnosa atau masalah keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II, pada klien dengan retardasi mental
di dapatkan 3 diagnosa yang diangkat, meliputi :
4. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
5. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
6. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan.

Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan selanjutnya dilakukan
pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi masalah keperawatan
yang ada pada klien.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah
ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan
bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur
dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana
keperawatan.



D. Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan pada anak A dengan menerapkan pengetahuan dan
kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu ilmu keperawatan
dan ilmu ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat
dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat
yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap
sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai
sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang
memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan
asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di
tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan pada anak A adalah
melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah
ditetapkan.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit
dalam keperawatan anak salah satunya pada retardasi mental dan juga meningkatkan
kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan
asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi
mental dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.








DAFTAR PUSTAKA
Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4. Mas By
Eiseuiere: LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 4. Mosby
Elsevien: LISA.
Rosdiana. Kamus Keperawatan
Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. EGC: Buku Kedokteran.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.


A. PENDAHULUAN
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama
bagi negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3 %
dari seluruh populasi, dan hampir 3 % mempunyai IQ dibawah 70. Sebagian sumber daya
manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan, karena 0,1 % dari anak-anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (Swaiman KF,
1989).
Retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat,karena pada umumnya masyarakat masih menganggap anak dengan retardasi
mental dapat membuat malu keluarga, sehingga banyak yang tidak mau membawa anak
dengan retardasi mental ke tempat pendidikan dan latoihan khusus.Padahal keluarga sangat
menginginkan anaknya dapat berkembang seperti anak-anak lain.Demikian pula dengan
diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

B. DEFINISI
Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip
dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan yang tidak mencukupi. Carter CH
(dikutip dari Toback C.) mengatakan reatrdasi mental suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut
Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada
masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi
mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
IQ dibawah 70

Tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa karena :
- cara berpikir terlalu sederhana
- daya tangkap dan daya ingat lemah
- pengertian bahasa dan berhitung sangat lemah
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif normal sosial
Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya
Biasanya tingkah laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun
Jika gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi
penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya

C. KLASIFIKASI
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ
Sangat superior
Superior
Diatas rata-rata
Rata-rata
Dibawah rata-rata
Retardasi mental borderline
Retardasi mental ringan (mampu didik)
130 atau lebih
120-129
110-119
90-110
80-89
70-79
52-69
Retardasi mental sedang (mampu latih)
Retardasi mental berat
Retardasi mental sangat berat
36-51
20-35
dibawah 20

Gejala retardasi mental menurut tipenya antara lain :
Retardasi mental ringan
- merupakan bagian terbesar dari retardasi mental
- termasuk tipe sosial budaya
- diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas
- mampu didik artinya dapat baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD dan keterampilan
- kurang mampu menghadapi stres
Retardasi mental sedang
- 12 % dari seluruh retardasi mental
- hanya dapat sampai kelas 2 SD
- dapat mengusai keterampilan
- kurang mampu menghadapi stress
- kurang mandiri
Retardasi mental berat
- 7 % dari seluruh retardasi mental
- diagnosis mudah ditegakkan secara dini
- anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa
- dapat dilatih hygiene dasar dan kemampuan bicara sederhana
Retardasi mental sangat berat
- 1 % dari seluruh retardasi mental
- diagnosis dini mudah dibuat
- gejala mental dan fisik sangat jelas
- kemampuan bahasa sangat minimal
- seluruh hidup tergantung pada orang
Diagnosa masalah keperawatan yang mungkin pada anak dengan RM
1. Kurang perawatan diri
2. Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
3. Gangguan komunikasi
4. Perubahan nutrisi ;kurang dari kebutuhan tubuh
5. Antisipasi berduka
6. Perubahan proses keluarga
7. Perubahan eliminasi
8. Kecemasan
9. Gangguan tumbuh kembang
10. Resiko cidera

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan
- Apakah luka karena kecelakaan
- Bagaimana perawatannya dirumah
- Lama rawat
- Apakah ada pengobatan khusus
Tanda vital
- Tingkat kesadaran
- Berat badan
- Adanya seperti : serebral palsi, epilepsi, kebutaan, ketulian
- Adanya gejala-gejala fisik yang menunjukkan nyeri/ ketidaknyamanan
Factor perkembangan/ psikososial
- Tingkat dari fungsi intelektual
- Adaptasi tinkah laku
- Keterampilan
- Semua tingkat perkembangan
- Mekanisme koping/ kebiasaan anak dan keluarga
- Pengaruh rutinitas normal anak/ keluarga
- Stressor keluarga
- Ketersediaan sistem pendukung
Pengetahuan pasien dan keluarga
Program perkembangan yang dibutuhkan anak, adaptasi,penerimaan fungsi/ prognosa dari
tingkatan anak, tingkat pengetahuan kemampuan, kesiapan dan kemauan untuk belajar.

2. Analisa Data

No Data Masalah Patofisiologi Penyebab
1






-Anak tidak dapat
berinteraksi dengan
teman sebaya
-Anak mengalami
kesulitan dalam
berkomunikasi
-Anak belajar lebih
lambat dari anak
normal lainnya
Tingkah laku anak
tidak sesuai dengan
tingkat umur
-IQ anak <dari 70

Gangguan
tumbuh kembang
(Cindy,
S.G.1988,Nursing
Care Planning
Guides For
Children)
RMmuskuloskeletal
kepalamikro/makrosefali
hidro sefalusggn
tumbang



Penurunan
mental,emosi,
kognitif











2















3
-Anak tidak dapat
makan sendiri
-Anak tidak mandi
sendiri
-Anak malas
menggosok gigi
-BAB dan BAK
anak tidak
terkontrol
-Anak memiliki
disabilitas
neurologis dan
fisik sehingga
mempengaruhi
mobilitas

-Anak memiliki
gangguan
pemglihatan dan
pendengaran
-Anak beradaptasi
lambat terhadap
lingkungan situasi
dan aktivitas yang
baru
-Anak tidak dapat
mengenali bahaya
yang ada
disekitarnya
-Anak memiliki
keterbatasan
gerakan motorik


-







Kurang
perawatan diri
(s.d.a)













Resiko cidera
(s.d.a)







RM Neurologi Gerakan
motorik terbatas Gangguan
mobilitas Kurang
perawatan diri












RM Neurologi Kejang







Ketidak
mampuan
fisik dan
mental












Ketidak
mampuan
Resiko Cidera fisik dan
mental


3. Diagnosa
Tujuan jangka panjang : mengembalikan anak agar ingin belajar berkembang dan tumbuh
sesuai dengan tingkatnya untuk menjadi partisipasi produktif di masyarakat.
Gangguan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/ kognitif
Rasional : ketidakmampuan tumbuh kembang dihubungkan dengan kerugian dalam tingkah laku yang
adaptif berhubungan dengan keputusan anak setiap hari. Anak dengan ketidakmampuan
tumbuh kembang belajar lebih lambat dari yang lain dan mencapai tingkat keseluruhan fungsi
yang lebih rendah.
Tujuan : fungsi anak akan mencapai tingkat konsisten dengan kemampuan kognitif dan adaptif.
Implementasi :
- Diskusi dan promosikan kenormalitasan, pengaturan dan pengembangan mental, makan
bersama yang lain dan terapi musik dalam kelompok.
- Biarkan anak mengekspresikan perasaannya, tapi pada saat yang sama jangan biarkan
tindakan yang tidak sesuai (tempertantrum) dan puji atas tindakan yang sesuai.
- Sediakan mainan, peralatan pendidikan yang dapat meningkatkan kognitif, keterampilan,
social dan motorik.
- Komonikasi dan interaksi dengan anak sesuai dengan umur dan gaya.
- Mempertahankan kemuliaan dalam setiap interaksi dengan anak.
- Biarkan dan beri semangat setiap anggota keluarga dan saudara mengunjungi dan
berinteraksi dengan anak.
- Beri semangat anak untuk merawat lingkungan fisik jika memungkinkan.
Kriteria evaluasi :
- Mempertahankan dan membuktikan fungsi, partisipasi, dalam hubungan dengan kelurga dan
saudara.
Kurangnya perawatan diri : makan, mandi, pakaian, toileting b.d ketidakmampuan fisik dan
mental
Rasional : anak dengan retardasi mental tidak mampu menampilkan komunikasi dasar yang dibutuhkan
oleh karena itu orang tua, perawat, dan perawatan lain yang tersedia harus menolong anak
dan bertanggung jawab terpenuhinya kebutuhan dasar.
Tujuan : anak dapat memenuhi kebutuhan makanan, minuman, dan bowel secara adekuat.
Intervensi :
- Pertahankan konsistensi dan rutinitas sehari-hari : makan, tidur, pengobatan, perawatan
pada waktu yang sama setiap hari.
- Memantau kegiatan normal anak sedekat mungkin.
- Menolong anak-anak dalam perkembangan sistem komunikasi, contohnya membuat papan
penunjuk seperti toilet, kursi goyang dan mengetahui keinginan anak.
- Mengajarkan bahasa tubuh.
- Menjamin keadekuatan intake makanan, cairan, penggunaan suplemen ketika dibutuhkan
dan mengikuti pilihan makanan ketika memungkinkan.
- Jika anak menggunakan peralatan makanan khusus menjamin mereka mendapatkan nasehat.
- Kegiatan promosi oral yang bagus, gosok gigi sesudah makan dan bangun tidur, jaga
kebersihan anak, melakukan pola mandi rutin.
- Menjaga integritas kulit, contohnya : masase, menggunakan lotion. Dukung anak dalam
kegiatan perawatan sendiri.
- Memberikan pengalaman dalam keterampilan perawatan.
- Memberikan kemandirian dalam kegiatan sehari-hari.
- Pergerakan aktif dan pasif sesuai.
- Monitor pola BAK dan BAB, perawatan area perianal dengan pembersihan daerah perianal
dari feses atau urin segera mungkin.
Kriteria evaluasi :
- Anak mempertahankan kondisi kulit yang bagus
- Mempertahankan tingkat keadekuatan personal hygiene
Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental
Rasional : kognitif dan keterbatasan fisik yang berhubungan dengan retardasi mental mungkin membuat
anak mengerti tentang bahaya, gunakan sistim keamanan, dan minta pertolongan pada situasi
yang bahaya. Karena anak-anak beradaptasi lambat terhadap lingkungan, situasi, dan
aktivitas yang baru (contohnya : rumah sakit).
Tujuan : anak akan kooperatif dengan peraturan rumah sakit dan dapat mengatur keamanan semampu
anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan kecelakaan dan cidera.
Implementasi :
- Rencanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan peralatan khusus
lainnya.
- Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.
- Rencanakan pemeriksaan regular sehingga anak akan menghargai kita.
- Jelaskan/ demonstrasikan prosedur dan peralatan (seperti : suction) sehingga ketika
dibutuhka tidak menimbulkan ketakutan.
- Tetap bersama anak samapi obat ditelan dan perhatikan efek samping dari pengobatan.
Kriteria evaluasi :
Anak akan :
- Terbebas dari kecelakaan
- Melaksanakanperaturan rumah sakit
- Tidak menelan bahan beracun.

DAFTAR PUSTAKA


Cindy, S.G, 1988, Nursing Care Planning Guides for Children

Soetjningsih, dr,SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen