Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Penjelasan:
Definisi penyalahgunaan obat
Di Amerika Serikat, istilah medis drug abuse (penyalahgunaan obat) diartikan sebagai
penyelewengan fungsi dan maladaptasi, bukan ketergantungan yang disebabkan oleh
penggunaan obat.
Dalam bahasa sehari-hari, penyalahgunaan obat (drug abuse) sering diartikan sebagai
penggunaan obat ilegal untuk coba-coba dan untuk kesenangan penggunaan obat-obatan resmi
untuk mengatasi masalah atau gejala tanpa resep dari dokter,dan penggunaan obat yang berakibat
ketergantungan.
Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/obat yang dapat
menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri
sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.
NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /psikologi seseorang
(pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, kecerdasan, dan
lain-lain akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang
menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi
tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat
ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku,
memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan
pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan
zat.
Klasifikasi Zat yang disalahgunakan
Klasifikasi Zat yang disalahgunakan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Narkotik
Menurut UU RI No 22 / 1997 yang disebut narkotika adalah: Zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
marijuana, kokain
1. Psikotropika
Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut UU RI No 5 / 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Golongan I : Ektasi
golongan,
yaitu:
1. Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan
dengan
potensi
ketergantungan
yang
sangat
kuat
2. Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari
kelompok hipnotik sedatif.
4. Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.
1. Zat adiktif
Bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika.
Minuman beralkohol
Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
o
Tembakau/rokok
Proses ini dipengaruhi oleh zat kimia yang terkandung dalam obat, efek obat,
Kepribadian pengguna obat dan kondisi lainnya, seperti faktor keturunan dan tekanan
sosial.
Faktor
a.
biologis
Genetic:
b.
tendensi
Infeksi
keluarga
pada
organ
otak
c. Penyakit kronis
2.
Faktor
a.
b.
Gangguan
Harga
diri
kepribadian:
rendah:
anti
depresi
sosial
(resiko
c.
d.
psikologis
(resiko
relatif:
18,8%),
relatif
faktor
19,9%)
social,
ekonomi.
Disfungsi
Orang/
remaja
yang
keluarga
memiliki
perasaan
tidak
aman
menggunakan
zat
untuk
menyatakan
kejantanannya.
Faktor
social
cultural
Norma
c.
Adiktif
kebudayaan
untuk
upacara
adat
d. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah
didapat:
e.
f.
g.
resiko
Persepsi
relatif
masyarakat
Remaja
Remaja
terhadap
yang
dengan
80
pengunaan
lari
perilaku
%)
dari
penyimpangan
zat
rumah
seksual
dini
Stressor
presipitasi
1. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko
relatif
untuk
2.
Sebagai
3.
Kehilangan
terlibat
prinsip
seseorang
kesenangan,
atau
NAZA:
81,3%)
menghindari
sesuatu
sakit/stress
yang
berarti
4.
Diasingkan
oleh
lingkungan:
rumah,
teman-teman
keluarga
Keluarga
yang
2.
yang
tidak
utuh
tidak
:
orang
baik
tua
Kesibukan
itu
meninggal,
orang
adalah
tua
cerai,
orang
:
dll
tua
karena pengurangan dosis atau penyetopan pemakaian obat-obatan pada orang-orang yang sudah
kecanduan akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala withdrawal, yaitu seperti misalnya
keringat dingin, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa tidur, mau muntah, dsb.
Cara Pakai Narkotika
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan
disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung
secara langsung.
Karakteristik pengguna narkoba
Karakteristik pengguna narkoba, berdasarkan hasil penelitian di AS: terhadap 69 responden pria:
(1) Karakteristik pasien persentase terbesar: berumur 16-25 tahun, belum menikah, pendidikan
tamat SLP atau SLA dan berstatus pelajar/mahasiswa.
(2) Lingkungan keluarga pasien persentase terbesar: tinggal dengan orang tua, jumlah anak 3-5
orang, keadaan ekonominya tinggi, komunikasi dalam keluarga sedang atau buruk, keluarga
tidak rukun, pelaksanaan ibadah sedang, dan kebiasaan merokok/minuman keras/menggunakan
obat dalam keluarga sedang.
(3) Pasien persentase terbesar empunyai konflik dengan lingkungan keluarga, kemudian
melarikan diri dari konflik tersebut dengan menyalahguna-0kan obat karena ingin tahu/mencoba,
membeli obat dengan uang jajan dari orang tuanya dan orang tua baru mengetahui anaknya
menyalahgunakan obat setelah 1-3 tahun.
(4) Lingkungan pemaparan obat persentase terbesar adalah lingkungan informal di kota besar
(ibukota propinsi).
(5) Obat yang disalahgunakan persentase terbesar psikotropik dan ganja serta penggunaannya
tidak terpisahkan dari minuman keras, karena Peraturan Menteri Kesehatan tentang minuman
keras belum terlaksana sebagaimana mestinya.
(6) Pasien persentase terbesar datang ke tempat rehabilitasi atas inisiatif orang tuanya dan belum
pernah berobat sebelumnya (pasien baru).
(7) Ada perbedaan pada diagnosis, konsep pengobatan dan kriteria sembuh pasien ketergantungan obat secara medik dan spiritual. Secara medik, diagnosis pasien diperkuat pemeriksaan
laboratorium, konsep pengobatan bersifat suportif jiwa, dan kriteria sembuh mempunyai ciri
kepribadian matang. Secara spiritual, diagnosis berdasarkan pengakuan pasien dan
pengamatan pembina, konsep pengobatan bersifat rekonstruktif jiwa dan kriteria sembuh
antara lain timbulnya kesadaran untuk menjalankan ibadah dan bersikap anti terhadap obat.
(8) Metoda dan kurikulum untuk rehabilitasi pasien di setiap inabah telah dibakukan dan
bersumber dari ajaran Islam dengan pendekataan tasauf.
Karakter Seorang Pecandu
tidak dewasa,
mudah frustasi
mencoba untuk lari dari kenyataan yang digambarkan sebagai ketakutan, penarikan diri
dan depresi
Beberapa pecandu memiliki riwayat percobaan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri
anak
2.
3.
menjadi
wajah
terdapat
4.
aneh
matanya
nafasnya
6.
badannya
7.
anak
bau
5.
anak
menjadi
pemurung
pucat
yang
tidak
berair
biasa
kamar
marah,
anak
gemetar
susah
dan
tersinggung,
di
kuyu
tangannya
dan
lesu
penyendiri
dan
dan
tersengal
mudah
dan
selalu
suka
menantang
tidur
gelisah
orang
tua
laku
Tingkah
laku
Menurunnya
klien
pengguna
sifat
zat
sedatif
menahan
hipnotik
diri
b.
Jalan
tidak
c.
d.
stabil,
Bicara
Sering
motorik
kurang
cadel,
datang
ke
e.
f.
koordinasi
dokter
bertele-tele
untuk
minta
resep
Kurang
Sangat
gembira,
g.
berdiam,
Gangguan
perhatian
(depresi),
dan
kadang
dalam
bersikap
daya
bermusuhan
pertimbangan
h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian.
i.
Meningkatkan
2.
Tingkah
a.
Kontrol
b.
rasa
laku
didi
Menurunnya
percaya
klien
pengguna
ganja
menurun
bahkan
hilang
perubahan
diri
motivasi
c.
diri
Ephoria
3.
Tingkah
laku
a.
ringan
klien
pengguna
alcohol
Sikap
b.
Kadang
c.
bermusuhan
bersikap
murung,
Kontrol
d.
Suara
berdiam
diri
keras,
menurun
bicara
cadel,dan
kacau
e.
f.
Agresi
Minum
g.
alcohol
Partisipasi
h.
i.
j.
4.
pagi
hari
di
Dalam
motorik
keadaan
Tingkah
over
tidak
lingkungan
Daya
Koordinasi
atau
kenal
social
kurang
pertimbangan
terganggu,
dosis,
akibat
kesadaran
laku
cenerung
menurun
klien
menurun
mendapat
bahkan
kecelakaan
sampai
pengguna
a.
koma.
opioda
Terkantuk-kantuk
b.
Bicara
c.
cadel
Koordinasi
d.
Acuh
terhadap
e.
Perilaku
manipulatif,
f.
5.
waktu
motorik
lingkungan,
untuk
laku
kurang
mendapatkan
Kontrol
Tingkah
terganggu
diri
klien
perhatian
zat
adiktif
kurang
pengguna
kokain
a.
Hiperaktif
b.
Euphoria,
agitasi,
dan
sampai
agitasi
c.
Iritabilitas
d.
Halusinasi
dan
waham
e.
Kewaspadaan
yang
berlebihan
f.
Sangat
tegang
g.
Gelisah,
insomnia
h.
i.
Tampak
Dalam
keadaan
6.
Tingkah
a.
tingkah
b.
Tingkah
over
dosis:
laku
e.
kejang,
klien
laku
tidak
laku
c.
d.
besarkan
membesar
delirium,
sesuatu
dan
pengguna
halusinogen
dapat
diramalkan
merusak
diri
sendiri
Halusinasi,
Distorsi
(gangguan
dalam
Sikap
f.
merasa
Kewaspadaan
g.
penilaian,
paranoid
ilusi
waktu
diri
dan
jarak)
benar
meningkat
Depersonalisasi
Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah, Orang yang menggunakan
narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar
dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut
akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun.
Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka
akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga
dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan
karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang
umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
Rentang respon penggunaan zat adiktif
1.
Penggunaan
zat
adiktif
secara
eksperimental
ialah:
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman
yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.
Penggunaan
zat
adiktif
secara
rekreasional
ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk
rekreasi bersama teman sebaya.
3.
Penggunaan
zat
adiktif
secara
situasional
ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan
kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik,
stress, frustasi.
4. Penyalahgunaan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi
penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan
pendidikan.
5. Ketergantungan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan
sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang
biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan
jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
Pecandu yang hamil seringkali tidak mengakui pada dokter atau perawatnya bahwa ia
menggunakan alkohol dan obat-obatan. Janin tersebut bisa mengalami ketergantungan
secara fisik. Bayi yang selamat dari gejala putus obat bisa mendapat banyak masalah
lainnya.
Gejala Klinis
Gejala Klinis: gejala klinis yang dapat terjadi pada pengguna substance abuse sangat tergantung
dari golongan zat yang dipakai yaitu:
(1) Golongan Depresan (Downer)
Berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa
tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan
tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
(2) Golongan Stimulan (Upper)
Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi lebih aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain
(3) Golongan Halusinogen
Menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis, misal: (Kanabis
/ganja), LSD, Mescalin.
Secara umum gejala klinis yang akan nampak:
(1) Perubahan Fisik, Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo, apatis,
mengantuk, agresif, curiga. Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal. Bila sedang ketagihan (putus
zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut
air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang : penampilan
tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos,
terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum
suntik).
(2) Perubahan Sikap dan Perilaku, misalnya : Prestasi sekolah menurun, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk dikelas atau tempat kerja. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi,
menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah, minta banyak uang dengan berbagai
alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
milik keluarga, mencuri, mengompas, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga,
tertutup dan penuh rahasia.
Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan penggunaan obat
meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna. Ketergantungan
psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat untuk memperoleh efek positif atau
menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.
Contoh:
(obat
Alkohol,
anti-cemas),
Narkotik,
Amfetamin,
Hipnotik
(obat
Metamfetamin,
tidur),
Benzodiazepin
Metilelendioksimetamfetamin
(2) Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut
dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
(3)Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko
dalam suatu keluarga yang disfungsional.
Dengan menggunakan alat Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener
seperti CRAFFT screening test yang cukup sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko
terjadinya penyalahgunaan zat/obat.
Diagnosis
Berdasarkan DSM IV dibedakan antara substance abuse dengan Substance dependent.
Substance abuse / penyalahgunaan zat: suatu pola maladaptasi dari penggunaan zat yang
membawa kearah gangguan klinis yang bermakna sebagai akibat dari satu atau lebih dari hal
dibawah ini yang timbul dalam periode 12 bulan, yaitu: Penggunaan obat secara berkala yang
menyebabkan orang tersebut gagal melaksanaan tugas di lingkungan pekerjaan, sekolah atau di
rumah, Pada situasi dimana hal tersebut dapat membahayakan fisiknya, Yang berkaitan dengan
masalah legalsasi, Terus menerus dan orang tersebut mempunyai masalah interpersonal dan
social sementara atau menetap, yang dicetuskan kembali efek zat tersebut.
Substance dependent/ketergantungan zat: suatu pola maladaptasi dari penyalahgunaan zat yang
membawa kepada gangguan klinis yang bermakna , sebagai akibat dari tiga atau lebih hal
dibawah ini yang terjadi kapan saja dalam periode 12 bulan yang sama, yaitu:
(1)Toleransi
Peningkatan kebutuhan yang bermakna untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan,
Tidak adanya reaksi yang bermakna dengan penggunaan berkelanjutan dalam jumlah yang sama.
(2) Withdrawal
Adanya karakteristik sindroma ketergantungan, Zat yang sama atau berkaita digunakan untuk
menghilangkan atau mencegah gejala yang timbul.
(3) Zat yang sering digunakan dalam jumlah lebih besar atau over dosis dalam jangka
waktu yang lebih singkat.
(4) Terdapat keinginan untuk memutus atau mengontrol substance abuse tetapi usaha itu
gagal.
(5) Jangka waktu yang lama dibutuhkan dalam usaha untuk sembuh dari efek substance abuse.
(6) Aktivitas social, pekerjaan atau rekreasi menjadi terhenti atau berkurang karena pemakaian
zat itu.
(7) Pemakaian zat tersebut tetap dilanjutkan walaupun terdapat masalah fisik sementara atau
menetap, atau masalah psikologis yang disebabkan zat tersebut.
Penanganan Drug Abuse dalam masyarakat
(1) Melihat kompleknya penyebab penyalahgunaan obat, maka penanganannya memerlukan
langkah-langkah preventif, kuratif, represif dan rehabilitasi secara serempak, dimana tanggung
jawab usaha preventif lebih dititik beratkan kepada orang tuanya.
(2) Penyuluhan untuk pencegahan penyalahgunaan obat perlu melibatkan unsur agama, karena
ternyata penyalahguna obat umumnya orang yang tidak melaksanakan ibadah ritual.
(3) Ditjen POM dan Kanwil Depkes meningkatkan pengawasan distribusi dan penjualan obatobat psikotropik di PBF, apotek dan toko obat, serta melaksanakan Permenkes tentang minuman
keras.
(4) Dalam upaya rehabilitasi pasien, RSKO hendaknya meningkatkan kegiatan keagamaan dan
Inabah meningkatkan variasi olahraga.
(5) Dalam upaya rehabilitasi pasien, Inabah perlu bekerja sama dengan puskesmas setempat
untuk pengobatan komplikasi medik yang menyertai ketergantungan obat.
(6) Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektifitas/efisiensi perawatan pasien
ketergantungan obat antara RSKO dengan Inabah, serta efektifitas dan efisiensi pasien gangguan
kejiwaan antara RSJ dengan Inabah.
Tata Laksana Terapi dan rehabilitasi
Dengan tujuan:
(1) Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong
sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai
tujuan ini. Rehabilitasi ini diberikan terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase
awal.
(2) Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps.
Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip. Bila ia
menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali ketrampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia.
Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance
therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.
(3) Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia
bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk
mencapai sasaran terapi golongan ini.
Tahap penanganan secara umum:
Pemberian antidotum,
Mekanisme
Mekanisme
koping
pertahanan
1.
diri
yang
denial
biasa
dari
digunakan:
masalah
2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
Berbagai Pendekatan dalam Penanganan Penggunaan Zat dan Penanganan Ketergantungan Zat
1. Pendekatan Biologis
a. Detoksifikasi adalah menuju hidup bersih, yang biasa dilakukan dalam ringkup rumah sakit
untuk memberikan dukungan kepada orang yang putus obat zat adiktif secara aman.
Detoksifikasi dilakukan dengan konseling perilaku dan kemungkinan penggunaan obat
terapeutik. Obat yang sering digunakan seperti: Disulfram (nama merek antabuse), Antidepresan.
b. Terapi Pengganti Rokok, menggunakan obat anti perokok tanpa dasar nikotin, sebuah
antidepresan yang disebut bupropion (nama dagang zyban).
c. Program pemantapan metadon, mengurangi ketagihan heroin dan membantu mencegah gejala
tidak menyenangkan yang menyertai putus obat. Obat lain yang digunakan, buprenorfin, yang
menghasilkan lebih sedikit sedatif. Untuk hasil terbaik, obat obatan dapat dikombinasikan
penggunaannya dengan konseling psikologis dan rehabilitasi psikososial.
d. Nalokson dan Naltrekson, Nalokson adalah obat yang mencegah rasa melayang yang
dihasilkan heroin dan opioid lainnya, membantu menghindari kambuh setelah putus obat.
Natrelkeson, memblokir rasa melayang dari alkohol juga dari opioid.
2. Penanganan Peka Budaya Budaya untuk Alkoholisme
Program yang memperhatikan semua sisi kehidupan manusia, termasuk ras, identitas, dan
budaya, yang menghargai kebanggaan etnik dan membantu orang bertahan terhadap godaan
untuk mengatasi tekanan dengan bahan kimia.
3. Kelompok Pendukung Nonprofesional
Orang awam yang biasa menangani ketergantungan zat, orang seperti ini sering memiliki atau
pernah memiliki masalah yang sama. Sebagai contoh, pertemuan kelompok self-help, Alcoholic
Anonymous, Narcotics Anonymous, dan Cocaine Anonymous. Kelompok ini menyerukan
absitenensi dan memberi kesempatan bagi anggota untuk mendiskusikan perasaan dan
pengalaman mereka dalam lingkup kelompok pendukung. Anggota kelompok yang lebih
berpengalaman membantu dan mendukung anggota baru selama periode krisis atau masa
potensial untuk kambuh.
4. pendekatan Residential
Pendeketan melibatkan perawatan di rumah sakit atau tempat terapi.
5. Pendekatan Psikodinamika
Terapi yang berfokus pada penyalahgunaan atau ketergantungan zat dinilai sebagai tipe terapi
tidak mendalam. Diasumsikan jika konflik pada masa lalu dapat diatasi, perilaku
penyalahgunaan juga akan digantikan oleh bentuk yang lebih matang dari pemenuhan kepuasan
yang dicari.
6. Pendekatan Behavioral, fokus pada modifikasi perilaku penyalahguna dan dependen,
penyalahguna dapat belajar untuk mengubah perilaku mereka saat dihadapkan dengan godaan.
Terapi self control yang sering digunakan, ada 3 komponen:
1. isyarat antesden, atau stimuli (A) yang memicu penyalahgunaan
2. Perilaku penyalahgunaan (B) itu sendiri, dan
3. Konsekuensi hukuman atau penguatan (C) yang mempertahankan atau mencegah
penyalahgunaan.
Aversive Conditioning, stimulus yang menyakitkan atau menolak (aversive) dipasangkan dengan
penyalahgunaan zat atau stimulus yang berhubungan dengan penyalahgunaan untuk membuat
penyalahgunaan kurang menarik. Dalam kasus masalah minum, rasa minuman beralkohol yang
berbeda biasanya dipasangkan dengan zat kimia yang menyebabkan mual dan muntah atau
dengan kejutan listrik.
7. Pelatihan ketrampilan sosial, pelatihan ketrampilan sosial membantu orang mengembangkan
respons interpersonal yang efektif dalam situasi sosial yang memicu penyalahgunaan zat.
8. Pelatihan Pencegahan Kambuh, membantu orang dengan masalah penyalahgunaan zat
mengatasi situasi beresiko tinggi dan mencegah tergelincir untuk menjadi kambuh total.
4. sebutkan penggolongan obat psikofarmaka (psikotropik)!
Jawaban:
Menurut
Depkes
(2000),
jenis
obat
psikofarmaka
adalah
golongan
Cathinone
((x)-(S)-2-aminopropiophenone)
DET
(3-[2-(diethylamino)ethyl]indole)
DMA
()-2,5-dimethoxy-alpha-methylphenethylamine
)
DMT
DOET
Eticyclidine
(
(
3-[2-(dimethylamino)ethyl]indole)
()-4-ethyl-2,5-dimethoxy-alpha-phenethylamine)
PCE
Etrytamine
(
(
N-ethyl-1-phenylcyclohexylamine
3-(2-aminobutyl)indole
)
)
MDMA
*
*
(()-N,alpha-dimethyl-3,4-(methylene-dioxy)phenethylamine)
Mescaline
Methcathinone
(3,4,5-trimethoxyphenethylamine)
2-(methylamino)-1-phenylpropan-1-one
4-methylaminorex
MMDA
N-ethyl
N-hydroxy
MDA
MDA
Parahexyl
(()-N-[alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethyl]hydroxylamine)
Psilocine,
Psilocybine
Rolicyclidine
(()-N-ethyl-alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)
PMA
(3-hexyl-7,8,9,10-tetrahydro-6,6,9-trimethyl-6H-dibenzo[b,d]pyran-1-ol)
()-cis-2-amino-4-methyl-5-phenyl-2-oxazoline
(2-methoxy-alpha-methyl-4,5-(methylenedioxy)phenethylamine)
*
*
(p-methoxy-alpha-methylphenethylamine)
psilotsin
(3-[2-(dimethylamino)ethyl]
(3-[2-(dimethylamino)ethyl]indol-4-yl
STP,
PHP,PCPY
DOM
Tenamfetamine
Tenocyclidine
indol-4-ol)
dihydrogen
phosphate)
1-(1-phenylcyclohexyl)pyrrolidine
(2,5-dimethoxy-alpha,4-dimethylphenethylamine)
MDA
(alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)
TCP
(1-[1-(2-thienyl)cyclohexyl]piperidine)
Tetrahydrocannabinol
* TMA (()-3,4,5-trimethoxy-alpha-methylphenethylamine)
Psikotropika
golongan
II
Amphetamine
(()-alpha-methylphenethylamine)
Dexamphetamine
((+)-alpha-methylphenethylamine)
Fenetylline
(7-[2-[(alpha-methylphenethyl)amino]
ethyl]theophylline)
Levamphetamine
((x)-(R)-alpha-methylphenethylamine)
Levomethampheta-mine
((x)-N,alpha-dimethylphenethylamine)
*
*
*
*
*
*
Mecloqualone
Methamphetamine
(()-N,alpha-dimethylphenethylamine)
Methaqualone
(2-methyl-3-o-tolyl-4(3H)-quinazolinone)
Methylphenidate
(Methyl
Phencyclidine
Phenmetrazine
Secobarbital
quinazolinone)
((+)-(S)-N,alpha-dimethylphenethylamine)
Methamphetamineracemate
*
*
(3-(o-chlorophenyl)-2-methyl-4(3H)-
PCP
alpha-phenyl-2-piperidineacetate)
(1-(1-phenylcyclohexyl)piperidine)
(3-methyl-2-phenylmorpholine)
(5-allyl-5-(1-methylbutyl)barbituric
acid)
dibenzo[b,d]pyran-1-ol)
* Zipeprol (alpha-(alpha-methoxybenzyl)-4-(beta-methoxyphenethyl)-1-piperazineethanol)
Psikotropika
golongan
Amobarbital
III
(5-ethyl-5-isopentylbarbituric
acid)
Butalbital
Cathine
(5-allyl-5-isobutylbarbituric
norpseudo-ephedrine
Cyclobarbital
acid)
((+)-(R)-alpha-[(R)-1-aminoethyl]benzyl
alcohol)
(5-(1-cyclohexen-1-yl)-5-ethylbarbituric
acid)
* Flunitrazepam (5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-7-nitro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
*
Glutethimide
(2-ethyl-2-phenylglutarimide)
* Pentazocine ((2R*,6R*,11R*)-1,2,3,4,5,6-hexahydro-6,11-dimethyl-3-(3-methyl-2-butenyl)2,6-methano-3-benzazocin-8-ol)
* Pentobarbital (5-ethyl-5-(1-methylbutyl)barbituric acid)
Psikotropika
golongan
*
*
*
Allobarbital
Alprazolam
Barbital
acid)
Bromazepam
(2-amino-5-phenyl-2-oxazoline)
acid)
(N-benzyl-N,alpha-dimethylphenethylamine)
(7-bromo-1,3-dihydro-5-(2-pyridyl)-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
Butobarbital
Brotizolam
2-(diethylamino)propiophenone)
(5,5-diethylbarbituric
Benzfetamine
*
*
(diethylpropion
Aminorex
*
*
(5,5-diallylbarbituric
(8-chloro-1-methyl-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine)
Amfepramone
IV
(5-butyl-5-ethylbarbituric
acid)
(2-bromo-4-(o-chlorophenyl)-9-methyl-6H-thieno[3,2-f]-s-triazolo[4,3-
a][1,4]diazepine)
* Camazepam (7-chloro-1,3-dihydro-3-hydroxy-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4 benzodiazepin-2-one
dimethylcarbamate
*
(ester))
Chlordiazepoxide
Clobazam
Clonazepam
(7-chloro-2-(methylamino)-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepine-4-oxide)
(7-chloro-1-methyl-5-phenyl-1H-1,5-benzodiazepine-2,4(3H,5H)-dione)
(5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-7-nitro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
Clotiazepam
diazepin-2-one)
(5-(o-chlorophenyl)-7-ethyl-1,3-dihydro-1-methyl-2H-thieno
[2,3-e]
-1,4-
Cloxazolam
(10-chloro-11o-chlorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydro-oxazolo-
[3,2-
d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)
*
Delorazepam
(7-chloro-5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
Diazepam
(7-chloro-1,3-dihydro-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
Estazolam
(8-chloro-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine)
Ethchlorvynol
(1-chloro-3-ethyl-1-penten-4-yn-3-ol)
Ethinamate
(1-ethynylcyclohexanolcarbamate)
Ethyl
loflazepate
(ethyl
7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-2,3-dihydro-2-oxo-1H-1,4-
benzodiazepine-3-carboxylate)
*
Etil
Amfetamine
N-ethylampetamine
Fencamfamin
Fenproporex
(N-ethyl-alpha-methylphenethylamine)
(N-ethyl-3-phenyl-2-norborananamine)
(()-3-[(alpha-methylphenylethyl)amino]propionitrile)
* Fludiazepam (7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
*
Flurazepam
(7-chloro-1-[2-(diethylamino)ethyl]-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-2H-1,4-
benzodiazepin-2-one)
* Halazepam (7-chloro-1,3-dihydro-5-phenyl-1-(2,2,2-trifluoroethyl)-2H-1,4-benzodiazepin-2one)
*
Haloxazolam
(10-bromo-11o-fluorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydrooxazolo
[3,2-
d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)
*
Ketazolam
(11-chloro-8,12b-dihydro-2,8-dimethyl-12b-phenyl-4H-[1,3]oxazino[3,2-
d][1,4]benzodiazepine-4,7(6H)-dione)
* Lefetamine SPA ((x)-N,N-dimethyl-1,2-diphenylethylamine)
Penggolongan berdasarkan rumus kimiawi:
1. kelompok fenotiazine
2. kelompok buspiron
3. kelompok trisiklik/tetrasiklik/SSRI
Penggolongan berdasarkan efek yang diharapkan
1. anti psikotik
Konvensional
(lama):
fenotiazine
(chlorpromazine),
piperazine
(trifluoperazine),
Klorpromazine,
trifulopromazine,
tioridazine,
flufenazine,
oksazepam,
diazepam,
plokroperazine,
trifuoloperazine.
Thioxantine: Klorprotiksen, thiotiksen.
Dihidroindolon: Molindon
Dibenzoksazepin: loksapin (loxitane).
Dibenzodiazepine: Klozapin (Clozaril).
Butirofenon: Haloperidol (Haldol).
Difenibutilfiferidin: Pimozid (orap)
1. anti cemas (anti ansietas dan hipnotik)
1. barbiturat: fenobarbital, alprazolam
2. benzodiazepine:
klordiazepoksid,
untuk
hipnotik
Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi
dan menenangkan. Obat Hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta
mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Obat hipnotika dan sedatif biasanya merupakan turunan Benzodiazepin. Beberapa obat Hipnotik
Sedatif dari golongan Benzodiazepin digunakan juga untuk indikasi lain, yaitu sebagai pelemas
otot, antiepilepsi, antiansietas dan sebagai penginduksi anestesis.
Gb. Cara kerja obat golongan Benzodiazepine
Obat-obat Hipnotik Sedatif yang beredar di Indonesia :
1. Flurazepam
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinik
terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu
induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur , maupun lamanya tidur. Mula efek
hipnotik rata-rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8 jam.
Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besar penderita,oleh metabolit
aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu obat Fluarazepam cocok untuk
pengobatan insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala
ansietas di siang hari.
2. Midazolam
Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan menghilangkan
kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuan lainnya Midazolam
kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar pasien menjadi pingsan. Hal ini
dilakukan agar pasien yang stres menjadi kooperatif dan mempermudahkan kerja alat
medis yang membantu pernafasan.
3. Nitrazepam
Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi
otak pada area tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas,
dan membuat otot relaksasi.Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia.
Nitrazepam mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga
meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa
jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.
4. Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur
sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral diminum
sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila
diperlukan.
5.
Zolpidem
Tartrate
Zolpidem Tartrate bukan Hipnotika dari golongan Benzodiazepin tetapi merupakan turunan dari
Imidazopyridine. Zolpidem disetujui untuk penggunaan jangka pendek (biasanya dua minggu)
untuk mengobati insomnia.
6. Jelaskan tentang amphetamin !
Jawaban:
Amfetamin menunjukkan efek neurologi dan klinik yang amat mirip dengan yang terjadi pada
kokain.
Mekanisme kerja
Efek amfetamin secara tidak langsung pada SSP dan SSP (perifer), tergantung peningkatan kadar
transmiter pada ruang sinap. Amfetamin memberikan efek ini melepaskan depot intraselular
katekolamin. Karena amfetamin menghambat monoamine oksidase (MAO).
Efek pada SSP: memacu sumbu serebrospinalis keseluruhan korteks, batang otak, sambungan
otak dan medula. Ini meningkatkan kesiagaan, berkurangnya keletihan, menekan nafsu makan
dan insomnia. Pada dosis tinggi menyebabkan kejang.
Efek pada Saraf Simpatik: mempengaruhi sistem adrenergik, memacu respetor secara tidak
langsung melalui pelepasan norepinefrin.
Penggunaan dalam terapi: bisa menimbulkan toleransi sampai efek euforia dan anoreksia dengan
penggunaan kronis.
a. sindrom kurang atensi: menghilangkan beberapa masalah tingkah laku pada sinrdrom ADHD.
b. Narkolepsi: suatu penyakit dengan keinginan tidur yang luar biasa.
Farmakokinetik: diabsorbsi sempurna dalam saluran pencernaan, dimetabolisme di hati dan
dikeluarkan melalui urine. Penyalahgunaan biasa digunakan melalui suntikan intravena atau
merokok. Euforia berlangsung 4-6 jam atau 4-8 kali lebih lama dari efek kokain. Amfetamine
menimbulkan adiksi ketergantungan dan keinginan mendapatkan obat.
Efek samping:
a. efek pusat: yang tidak diinginkan, insomnia, iritabel, lemah, pusing, gemetar, dan refleks
hiperaktif. Dapat menyebabkan: konfusi, delirium, panik dan tendensi bunuh diri terutama pada
pasien sakit mental. Dapat menimbulkan adiksi dan toleransi.
b. efek kadiovaskular: palpitasi, aritmia jantung, hipertensi, sakit angina, kolaps kambuh, sakit
kepala, menggigil, keringat ngucur.
c. efek pada pencernaan: anoreksia, mual, muntah, kram perut dan diare.
Pengertian Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi
populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan
kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan
menghirup asapnya. Nama-nama lain: Shabu, SS, Ubas, Ice dll.Stimulan-stimulan seperti
amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia
tertentu di dalam otak. Contoh stimulan lain misalnya kafein dan kokain.
Obat-obat Amphetamin
Obat-obat
yang
termasuk
ke
dalam
golongan
amfetamin
adalah:
Amfetamin
Metamfetamin
nafsu
makan
dan
memperkuat
penampilan
fisik.
Obat ini menimbulkan perasaan nyaman atau euforia (perasaan senang yang berlebihan).
Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka menggunakan efek
peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi depresinya sementara waktu.
Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki penampilan fisik, perbedaan sepersekian detik
bisa
menentukan
siapa
yang
menjadi
juara.
Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap terjaga. Selain
merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Kematian lebih mungkin terjadi jika:
-
MDMA
pemakai
digunakan
sangat
dalam
aktif
ruangan
secara
hangat
fisik
dengan
(misalnya
ventilasi
menari
yang
kurang
dengan
cepat)
- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup untuk menggantikan
hilangnya cairan.
Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera
akan
mengalami
toleransi.
Jumlah yang digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis awal.
Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin dapat
menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan hidup.
Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda yang
sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja,
tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia).
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara tiba-tiba
dihentikan penggunannya. Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang bisa berlangsung
selama 2-3 hari setelah penggunaan obat dihentikan. Beberapa pengguna sangat cemas dan
gelisah.
Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi lebih depresi jika obat ini berhenti
digunakan.
Mereka menjadi cenderung ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari mereka mengalami
kekurangan
tenaga
untuk
melakukan
usaha
bunuh
diri.
Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama timbulnya gejala putus obat.
Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-psikosa (misalnya
klorpromazin), yang akan memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketegangan. Tetapi
obat
anti-psikosa
Penyalahgunaan Amfetamin
bisa
sangat
menurunkan
tekanan
darah.
Merasa nyaman; energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal.
Susah tidur.
Mudah panik.
Bahaya
dan
akibat
lain
Serangan jantung.
Demam tinggi.
Kematian.
Tindak kejahatan
Pemakai seringkali terpaksa melakukan tindak kejahatan untuk menyokong ketagihan mereka
pada amfetamin. Mereka mungkin mencuri uang dan barang-barang lain yang dapat mereka jual
dari orangtua atau saudara-saudara mereka. Mereka juga mungkin terlibat dalam tindak
kejahatan yang lebih berat yang dapat membuat mereka dipenjara atau menempatkan mereka ke
dalam
keadaan
yang
sangat
berbahaya.Narkoba
dan
hukum
Memiliki, memakai atau menjual amfetamin secara bebas, di Indonesia merupakan pelanggaran
hukum dan dapat dikenakan hukuman pidana berupa penjara dan/atau denda yang berat.
Barangsiapa dihukum atas tuduhan yang berkenaan dengan narkoba akan memiliki catatan
kriminal. Hal ini dapat menimbulkan masalah-masalah lain dalam hidup; dari kesulitan
mendapatkan pekerjaan atau visa perjalanan sampai kesulitan mendapat kesempatan pendidikan,
di dalam dan di luar negeri.
Gejala-gejala awal over dosis:
Hilang kesadaran.
Sawan.
Kesulitan bernapas.
Apabila Anda menemukan salah satu dari gejala diatas, carilah pertolongan secepatnya.
Meninggalkan seseorang dalam kondisi ini dapat berakibat fatal. Langkah-langkah yang dapat
diambil sebelum adanya bantuan:
Baringkan dia pada sisi tubuhnya jika terlentang, dia dapat tercekik bila muntah.
Periksa pernafasannya.
Perilaku tidak semestinya atau perubahan psikologis yang signifikan misalnya, euforia,
hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan), penilaian yang terhambat, fungsi yang
terhambat, selama atau tidak lama setelah menggunakan amfetamin.
Terdapat dua atau lebih dari tanda tanda berikut ini : detak jantung yang meningkat atau
berkurang, dilatasi (pembesaran) pupil, mual, berat badan turun secara signifikan, agitasi
atau perlambatan psikomotorik, kelemahan otot, kebingungan, kejang kejang atau koma.
Pada dosis rendah, amfetamin dapat menginduksi perasaan girang dan giat serta dapat
mengurangi kelelahan. Anda secara harfiah merasa up (naik ke atas). Tetapi setelah periode
elevasi, Anda kembali turun dan crash (jatuh), merasa depresi atau lelah. Dalam kuantitas yang
cukup, stimulan dapat menimbulkan gangguan penggunaan afetamin (amphetamine use
disorders).
Obat ini pada awalnya diresepkan untuk mengontrol berat badannya. Para pengemudi long haul
truck, pilot dan sebagian mahasiswa yang berusaha begadang semalaman menggunakan
amfetamin untuk mendapatkan energi ekstra dan agar tidak mengantuk. Amfetamin diresepkan
untuk para penderita narcolepsy, gangguan tidur yang ditandai oleh perasaan mengantuk yang
eksesif.
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk intoksikasi amfetamin termasuk gejala gejalah perilaku
yang signifikan seperti euforia atau afeksi yang menumpul, perubahan dalam sosiabilitas,
sensitivitas interpersonal, kecemasan, ketegangan, amarah, perilaku stereotipe, penilaian yang
terhambat dan fungsi sosial atau pekerjaan yang terhambat.
Selain itu, gejala gejala fisiologis muncul selama atau tidak lama setelah amfetamin atau
substansi substansi terkait dicerna dan dapat meliputi perubahan detak jantung atau tekanan
darah, berkeringat atau menggigil kedinginan, mual atau muntah, kehilangan berat badan,
kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, kejang kejang atau koma.
Bahaya yang terkandung dalam penggunaan amfetamin dan stimulan lainnya adalah efek efek
negatifnya. Intoksikasi berat atau overdosis dapat mengakibatkan halusinasi, panik, agitasi dan
delusi paranoid (Mack dan kawan kawan, 2003). Toleransi terbangun dengan cepat, yang
membuatnya dua kali lipat lebih berbahaya. Withdrawal substansi ini sering mengakibatkan
apati, waktu tidur yang lebih panjang, iritabilitas dan depresi.
Sebuah amfetamin yang disebut methylene dioxymethamphetamine (MDMA) yang disintesiskan
untuk pertama kalinya pada 1912 di Jerman, digunakan sebagai penekan nafsu makan (Grob dan
Polan, 1997). Penggunaan rekreasional dari obat ini yang sekarang biasa disebut Ecstacy,
melonjak tajam pada akhir 1980an. Setelah methamphetamine, MDMA adalah club drug yang
paling sering menyeret orang keruang gawat darurat rumah sakit dan telah melampaui frekuensi
penggunaan LSD (Substance Abuse and Mental Health Service Administration, 2003b).
Salah seorang penggunanya mendeskripsikan efek efeknya, sangat mirip dengan speed tetapi
tanpa disertai kemunduran dan Anda merasa hangat dan trippy (ringan) seperti asam, tetapi tanpa
kemungkinan mengalami freaked out (perilaku yang khas pada pemakai obat bius) berat (O
Hagan, 1992, hlmn. 10).
Obat ini menimbulkan kecenderungan agresif yang nyata dan tetap tinggal dalam sistem hingga
waktu yang lama, lebih lama dibanding kokain, yang membuatnya sangat berbahaya (Sten dan
Ellinwood, 1993). Tetapi perasaan menyenangkan dalam jangka pendek yang ditimbulkan oleh
amfetamin amfetamin baru ini membuat potensi penggunanya untuk menjadi tergantung
kepadanya sangat tinggi, dengan resiko mengalami berbagai masalah jangka panjang yang lebih
besar pula.
Nama generic: D-pseudo epinefrin. Nama jalanan: speed, meth, crystal, uppers, whiz, dan
sulphate. Bentuk: bubuk warna putih dan keabu-abuan.
Ada dua jenis amphetamine
1. MDMA (Methylene Dioxy Methamphetamin), nama lain: fantacy pils, inex, cece, cein, tidak
selalu berisi MDMA karena merupakan designer drug, dicampur zat lain untuk mendapatkan
efek yang diharapkan. Dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
2. Methamfetamin, cara penggunaanya, dalam bentuk pil di minum peroral, dalam bentuk kristal
dibakar dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap (intra nasal) atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus, dalam bentuk kristal yang
dilarutkan, dapat juga melalui intravena.