Sie sind auf Seite 1von 31

3. Jelaskan tentang penyalahgunaan obat (drug abuse), dan penanganannya!

Penjelasan:
Definisi penyalahgunaan obat
Di Amerika Serikat, istilah medis drug abuse (penyalahgunaan obat) diartikan sebagai
penyelewengan fungsi dan maladaptasi, bukan ketergantungan yang disebabkan oleh
penggunaan obat.
Dalam bahasa sehari-hari, penyalahgunaan obat (drug abuse) sering diartikan sebagai
penggunaan obat ilegal untuk coba-coba dan untuk kesenangan penggunaan obat-obatan resmi
untuk mengatasi masalah atau gejala tanpa resep dari dokter,dan penggunaan obat yang berakibat
ketergantungan.
Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/obat yang dapat
menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri
sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.
NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /psikologi seseorang
(pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, kecerdasan, dan
lain-lain akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang
menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi
tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat
ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku,
memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan
pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan
zat.
Klasifikasi Zat yang disalahgunakan
Klasifikasi Zat yang disalahgunakan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Narkotik
Menurut UU RI No 22 / 1997 yang disebut narkotika adalah: Zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Golongan I : Heroin / putauw, ganja atau kanabis,


o

Golongan II : Morfin, petidin

Golongan III : Kodein

marijuana, kokain

1. Psikotropika
Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut UU RI No 5 / 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Golongan I : Ektasi

Golongan II : Amfetamin, metilfenidat atau ritalin

Golongan III : Fentobarbital, flunitrazepam

Golongan IV : Diazepam, klordiazepoxide, nitrazepam ( pil BK, pil koplo)

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindromaketergantungan digolongkan


menjadi

golongan,

yaitu:

1. Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan
dengan

potensi

ketergantungan

yang

sangat

kuat

2. Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari
kelompok hipnotik sedatif.
4. Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.
1. Zat adiktif
Bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika.

Minuman beralkohol

Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
o

Tembakau/rokok

Proses terjadinya ketergantungan obat

Proses ini dipengaruhi oleh zat kimia yang terkandung dalam obat, efek obat,

Kepribadian pengguna obat dan kondisi lainnya, seperti faktor keturunan dan tekanan
sosial.

Perkembangan dari pemakaian coba-coba menjadi penggunaan yang sekali-sekali dan


kemudian menjadi toleransi dan ketergantungan

Faktor Risiko Penyebab Penyalahgunaan Zat


Beberapa faktor yang menyebabkan penyalahgunaan zat di kalangan remaja antara lain:
1. Faktor risiko genetik
Apabila orang tua atau saudara kembar laki-laki pengguna obat terlarang,
2. Faktor kepribadian dan perilaku
Beberapa keadaan psikopatologik misalnya ansietas, perilaku menyimpang, kepribadian
antisosial, gangguan afektif atau attention deficit disorders/hyperactivity telah diketahui
merupakan faktor risiko. Penyandang kelainan ini seringkali menggunakan obat untuk
mengurangi gejala psikiatrik (self medication hypothesis). Kurangnya rasa percaya diri dan
perilaku mencari risiko juga berpengaruh,
3. Faktor lingkungan.
Lingkungan rumah dan sekolah merupakan lingkungan terdekat dari remaja. Anak yang
mempunyai orang tua dengan kepribadian antisosial lebih berisiko. Kemampuan orang tua untuk
mengasuh anak juga menentukan faktor risiko, terutama pada masa adolesen, saat anak mencari
jati dirinya. Keluarga yang terlalu kaya, terlalu miskin, atau keluarga yang tidak mempunyai
norma yang jelas juga berpengaruh. Anak tidak menyukai sekolahnya, tidak mempunyai teman
banyak atau berkawan dengan pengguna, tidak aktif mengikuti aktivitas ekstrakurikulum, sering
membolos, dan lain-lain,
4. Faktor kawan
Misalnya berkawan dengan perokok, pengguna narkotika, dengan kelompok yang menganggap
bahwa penggunaan narkotika adalah hal biasa, berkawan dengan teman yang mempunyai
kepribadian dan perilaku buruk sehingga sering melakukan kekerasan dan melawan hukum,
5. Faktor protektif
Membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat, misalnya intelegensi yang tinggi,
adanya penilaian untuk kesehatan dan pencapaian tujuan, sekolah yang baik, hubungan antar
keluarga yang erat, dan orang tua yang sangat berminat membantu anak.

Faktor pendukung Penyalahgunaan Zat


1.

Faktor

a.

biologis

Genetic:

b.

tendensi

Infeksi

keluarga

pada

organ

otak

c. Penyakit kronis
2.

Faktor

a.
b.

Gangguan
Harga

diri

kepribadian:
rendah:

anti

depresi

sosial

(resiko

c.
d.

psikologis
(resiko

relatif:

18,8%),

relatif

faktor

19,9%)

social,

ekonomi.

Disfungsi
Orang/

remaja

yang

keluarga

memiliki

perasaan

tidak

aman

e. Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang


f. Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis
identitas,

menggunakan

zat

untuk

menyatakan

kejantanannya.

g. Rasa bermusuhan dengan orang tua


3.

Faktor

social

cultural

a. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja,


alkohol
b.

Norma

c.

Adiktif

kebudayaan

untuk

upacara

adat

d. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah
didapat:
e.
f.
g.

resiko
Persepsi

relatif

masyarakat

Remaja
Remaja

terhadap

yang
dengan

80
pengunaan

lari

perilaku

%)

dari

penyimpangan

zat
rumah

seksual

dini

h. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal


4.

Stressor

presipitasi

1. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko
relatif

untuk

2.

Sebagai

3.

Kehilangan

terlibat
prinsip
seseorang

kesenangan,
atau

NAZA:

81,3%)

menghindari
sesuatu

sakit/stress
yang

berarti

4.

Diasingkan

oleh

lingkungan:

rumah,

teman-teman

5. Kompleksitas dari kehidupan modern


3. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu dapat
merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan / ketergantungan NAZA,
kondisi
1.

keluarga

Keluarga

yang

2.

yang
tidak

utuh

tidak
:

orang

baik
tua

Kesibukan

itu

meninggal,

orang

adalah
tua

cerai,

orang

:
dll
tua

3. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik


Motivasi melakukan penyalahgunaan obat-obatan
Motivasi:
(1) Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stres dan
ketegangan hidup).
(2) Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan.
(3) Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab kehidupan.
Sebab-sebabnya:
(1) Faktor-faktor Sosial dan Kebudayaan: Sikap masyarakat dan lingkungan terhadap obatobatan sangat menentukan gejala ini
(2) Faktor-faktor Pendidikan dan Lingkungan: memanjakan, melindungi mereka secara berlebihlebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan
menyelesaikan persoalan-persoalan mereka sendiri dan memberi contoh bahwa obat-obatan
dapat diminum dengan penuh kebebasan, apa saja yang kita mau tanpa resep dokter.
Akibat:
(1) Habituation: kebiasaan buruk yang menggantungkan diri pada jenis obat-obatan tertentu
dalam bentuk ketergantungan secara psikis. Dalam hal ini penyetopan akan menimbulkan efekefek kejiwaan seperti misalnya, merasa seolah-olah tidak pernah sembuh. Sehingga akhirnya, ia
akan memakai obat itu lagi meskipun dosisnya tidak pernah bertambah besar.
(2) Addiction (kecanduan), Pemakaian heroin, morfin, dsb., biasanya mengakibatkan kecanduan.
Kecanduan itu ditandai dengan beberapa gejala seperti: Tolerance (toleransi), yaitu kebutuhan
akan dosis yang semakin lama semakin besar. Withdrawal (reaksi kemerosotan kondisi fisik),

karena pengurangan dosis atau penyetopan pemakaian obat-obatan pada orang-orang yang sudah
kecanduan akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala withdrawal, yaitu seperti misalnya
keringat dingin, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa tidur, mau muntah, dsb.
Cara Pakai Narkotika
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan
disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung
secara langsung.
Karakteristik pengguna narkoba
Karakteristik pengguna narkoba, berdasarkan hasil penelitian di AS: terhadap 69 responden pria:
(1) Karakteristik pasien persentase terbesar: berumur 16-25 tahun, belum menikah, pendidikan
tamat SLP atau SLA dan berstatus pelajar/mahasiswa.
(2) Lingkungan keluarga pasien persentase terbesar: tinggal dengan orang tua, jumlah anak 3-5
orang, keadaan ekonominya tinggi, komunikasi dalam keluarga sedang atau buruk, keluarga
tidak rukun, pelaksanaan ibadah sedang, dan kebiasaan merokok/minuman keras/menggunakan
obat dalam keluarga sedang.
(3) Pasien persentase terbesar empunyai konflik dengan lingkungan keluarga, kemudian
melarikan diri dari konflik tersebut dengan menyalahguna-0kan obat karena ingin tahu/mencoba,
membeli obat dengan uang jajan dari orang tuanya dan orang tua baru mengetahui anaknya
menyalahgunakan obat setelah 1-3 tahun.
(4) Lingkungan pemaparan obat persentase terbesar adalah lingkungan informal di kota besar
(ibukota propinsi).
(5) Obat yang disalahgunakan persentase terbesar psikotropik dan ganja serta penggunaannya
tidak terpisahkan dari minuman keras, karena Peraturan Menteri Kesehatan tentang minuman
keras belum terlaksana sebagaimana mestinya.
(6) Pasien persentase terbesar datang ke tempat rehabilitasi atas inisiatif orang tuanya dan belum
pernah berobat sebelumnya (pasien baru).
(7) Ada perbedaan pada diagnosis, konsep pengobatan dan kriteria sembuh pasien ketergantungan obat secara medik dan spiritual. Secara medik, diagnosis pasien diperkuat pemeriksaan
laboratorium, konsep pengobatan bersifat suportif jiwa, dan kriteria sembuh mempunyai ciri
kepribadian matang. Secara spiritual, diagnosis berdasarkan pengakuan pasien dan

pengamatan pembina, konsep pengobatan bersifat rekonstruktif jiwa dan kriteria sembuh
antara lain timbulnya kesadaran untuk menjalankan ibadah dan bersikap anti terhadap obat.
(8) Metoda dan kurikulum untuk rehabilitasi pasien di setiap inabah telah dibakukan dan
bersumber dari ajaran Islam dengan pendekataan tasauf.
Karakter Seorang Pecandu

Merasa rendah diri,

tidak dewasa,

mudah frustasi

kesulitan dalam menyelesaikan masalah pribadi

kesulitan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya

mencoba untuk lari dari kenyataan yang digambarkan sebagai ketakutan, penarikan diri
dan depresi

Beberapa pecandu memiliki riwayat percobaan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri

digambarkan sebagai pribadi yang tergantung

memerlukan dukungan dalam membina hubungan

memiliki kesulitan menjaga diri mereka sendiri

ekspresi seksual yang tak terkendali

Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika


Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika dapat dilihat dari beberapa hal antara
lain :
1.

anak

2.
3.

menjadi

wajah
terdapat

4.

aneh

matanya
nafasnya

6.

badannya

7.

anak

bau

5.

anak

menjadi

pemurung
pucat
yang

tidak

berair

biasa

kamar

marah,

anak
gemetar

susah

dan

tersinggung,

di

kuyu

tangannya
dan

lesu

penyendiri

dan

dan

tersengal

mudah

dan

selalu
suka

menantang

tidur
gelisah
orang

tua

8. suka membolos sekolah dengan alasan tidak jelas


Tingkah
1.
a.

laku
Tingkah

laku
Menurunnya

klien

pengguna
sifat

zat

sedatif
menahan

hipnotik
diri

b.

Jalan

tidak

c.
d.

stabil,

Bicara
Sering

motorik

kurang

cadel,

datang

ke

e.
f.

koordinasi

dokter

bertele-tele
untuk

minta

resep

Kurang
Sangat

gembira,

g.

berdiam,

Gangguan

perhatian

(depresi),

dan

kadang

dalam

bersikap

daya

bermusuhan
pertimbangan

h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian.
i.

Meningkatkan

2.

Tingkah

a.

Kontrol

b.

rasa
laku
didi

Menurunnya

percaya

klien

pengguna

ganja

menurun

bahkan

hilang

perubahan

diri

motivasi

c.

diri

Ephoria

3.

Tingkah

laku

a.

ringan
klien

pengguna

alcohol

Sikap

b.

Kadang

c.

bermusuhan

bersikap

murung,

Kontrol

d.

Suara

berdiam

diri

keras,

menurun

bicara

cadel,dan

kacau

e.
f.

Agresi
Minum

g.

alcohol

Partisipasi

h.
i.
j.
4.

pagi

hari

di

Dalam

motorik

keadaan
Tingkah

over

tidak

lingkungan

Daya
Koordinasi

atau

kenal
social

kurang

pertimbangan
terganggu,
dosis,

akibat

kesadaran

laku

cenerung
menurun

klien

menurun
mendapat
bahkan

kecelakaan

sampai

pengguna

a.

koma.
opioda

Terkantuk-kantuk

b.

Bicara

c.

cadel

Koordinasi

d.

Acuh

terhadap

e.

Perilaku

manipulatif,

f.
5.

waktu

motorik
lingkungan,
untuk

laku

kurang

mendapatkan

Kontrol
Tingkah

terganggu

diri
klien

perhatian
zat

adiktif
kurang

pengguna

kokain

a.

Hiperaktif

b.

Euphoria,

agitasi,

dan

sampai

agitasi

c.

Iritabilitas

d.

Halusinasi

dan

waham

e.

Kewaspadaan

yang

berlebihan

f.

Sangat

tegang

g.

Gelisah,

insomnia

h.
i.

Tampak
Dalam

keadaan

6.

Tingkah

a.

tingkah

b.

Tingkah

over

dosis:

laku

e.

kejang,
klien

laku

tidak

laku

c.
d.

besarkan

membesar

delirium,

sesuatu
dan

pengguna

halusinogen

dapat

diramalkan

merusak

diri

sendiri

Halusinasi,
Distorsi

(gangguan

dalam

Sikap

f.

merasa
Kewaspadaan

g.

penilaian,

paranoid

ilusi
waktu
diri

dan

jarak)
benar
meningkat

Depersonalisasi

h. Pengalaman yang gaib/ ajaib


Efek pemakaian psikotropika
Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf
pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
1. timbulnya halusinasi (mengkhayal),
2. ilusi,
3. gangguan cara berpikir,
4. perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
5. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama menyebabkan ketergantungan bahkan juga
menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak
jarang bahkan menimbulkan kematian.
Efek Pemakaian Narkoba

Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah, Orang yang menggunakan
narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar
dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut
akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun.
Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka
akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga
dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan
karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang
umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
Rentang respon penggunaan zat adiktif
1.

Penggunaan

zat

adiktif

secara

eksperimental

ialah:

Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman
yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.

Penggunaan

zat

adiktif

secara

rekreasional

ialah:

Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk
rekreasi bersama teman sebaya.
3.

Penggunaan

zat

adiktif

secara

situasional

ialah:

Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan
kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik,
stress, frustasi.
4. Penyalahgunaan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi
penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan
pendidikan.
5. Ketergantungan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan
sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang
biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan
jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.

Peran orang lain dalam penyalahgunaan obat

Anggota keluarga atau teman-teman bisa berkelakukan seakan-akan mengijinkan sang


pecandu melanjutkan penyalahgunan obatnya atau alkohol; orang-orang ini disebut
kodipenden (juga disebut pemberi ijin).

Pecandu yang hamil seringkali tidak mengakui pada dokter atau perawatnya bahwa ia
menggunakan alkohol dan obat-obatan. Janin tersebut bisa mengalami ketergantungan
secara fisik. Bayi yang selamat dari gejala putus obat bisa mendapat banyak masalah
lainnya.

Gejala Klinis
Gejala Klinis: gejala klinis yang dapat terjadi pada pengguna substance abuse sangat tergantung
dari golongan zat yang dipakai yaitu:
(1) Golongan Depresan (Downer)
Berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa
tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan
tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
(2) Golongan Stimulan (Upper)
Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi lebih aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain
(3) Golongan Halusinogen
Menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis, misal: (Kanabis
/ganja), LSD, Mescalin.
Secara umum gejala klinis yang akan nampak:
(1) Perubahan Fisik, Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo, apatis,
mengantuk, agresif, curiga. Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal. Bila sedang ketagihan (putus
zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut
air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang : penampilan
tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos,

terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum
suntik).
(2) Perubahan Sikap dan Perilaku, misalnya : Prestasi sekolah menurun, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk dikelas atau tempat kerja. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi,
menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah, minta banyak uang dengan berbagai
alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
milik keluarga, mencuri, mengompas, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga,
tertutup dan penuh rahasia.
Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan penggunaan obat
meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna. Ketergantungan
psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat untuk memperoleh efek positif atau
menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.
Contoh:
(obat

Alkohol,
anti-cemas),

Narkotik,
Amfetamin,

Hipnotik

(obat

Metamfetamin,

tidur),

Benzodiazepin

Metilelendioksimetamfetamin

(MDMA, ekstasi, Adam), Kokain, 2,5-dimetoksi-4-metilamfetamin (DOM,STP), Fensiklidin


(PCP, debu malaikat).
Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai dengan timbulnya
toleransi terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan. Contohnya: Inhalan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang sebagian besar pemeriksaan laboratorium tergantung dari kemungkinan
target organ yang terkena efek dari zat/obat yang dipakai (contoh: gangguan fungsi liver,
kelainan hematologi). Pemeriksaan rambut, saliva, urin , dan darah dapat dilakukan untuk
mengetahui apakah remaja tersebut menggunakan obat/zat tersebut tetapi pemeriksaan urin untuk
penyalahgunaan zat lebih dapat membatu karena lebih cepat hasilnya walaupun false positif atau
negatif kadang terjadi.
Pencegahan Drug Abuse
Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode
pencegahan adalah sebagai berikut:
(1) Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.

(2) Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut
dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
(3)Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko
dalam suatu keluarga yang disfungsional.
Dengan menggunakan alat Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener
seperti CRAFFT screening test yang cukup sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko
terjadinya penyalahgunaan zat/obat.
Diagnosis
Berdasarkan DSM IV dibedakan antara substance abuse dengan Substance dependent.
Substance abuse / penyalahgunaan zat: suatu pola maladaptasi dari penggunaan zat yang
membawa kearah gangguan klinis yang bermakna sebagai akibat dari satu atau lebih dari hal
dibawah ini yang timbul dalam periode 12 bulan, yaitu: Penggunaan obat secara berkala yang
menyebabkan orang tersebut gagal melaksanaan tugas di lingkungan pekerjaan, sekolah atau di
rumah, Pada situasi dimana hal tersebut dapat membahayakan fisiknya, Yang berkaitan dengan
masalah legalsasi, Terus menerus dan orang tersebut mempunyai masalah interpersonal dan
social sementara atau menetap, yang dicetuskan kembali efek zat tersebut.
Substance dependent/ketergantungan zat: suatu pola maladaptasi dari penyalahgunaan zat yang
membawa kepada gangguan klinis yang bermakna , sebagai akibat dari tiga atau lebih hal
dibawah ini yang terjadi kapan saja dalam periode 12 bulan yang sama, yaitu:
(1)Toleransi
Peningkatan kebutuhan yang bermakna untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan,
Tidak adanya reaksi yang bermakna dengan penggunaan berkelanjutan dalam jumlah yang sama.
(2) Withdrawal
Adanya karakteristik sindroma ketergantungan, Zat yang sama atau berkaita digunakan untuk
menghilangkan atau mencegah gejala yang timbul.
(3) Zat yang sering digunakan dalam jumlah lebih besar atau over dosis dalam jangka
waktu yang lebih singkat.
(4) Terdapat keinginan untuk memutus atau mengontrol substance abuse tetapi usaha itu
gagal.
(5) Jangka waktu yang lama dibutuhkan dalam usaha untuk sembuh dari efek substance abuse.

(6) Aktivitas social, pekerjaan atau rekreasi menjadi terhenti atau berkurang karena pemakaian
zat itu.
(7) Pemakaian zat tersebut tetap dilanjutkan walaupun terdapat masalah fisik sementara atau
menetap, atau masalah psikologis yang disebabkan zat tersebut.
Penanganan Drug Abuse dalam masyarakat
(1) Melihat kompleknya penyebab penyalahgunaan obat, maka penanganannya memerlukan
langkah-langkah preventif, kuratif, represif dan rehabilitasi secara serempak, dimana tanggung
jawab usaha preventif lebih dititik beratkan kepada orang tuanya.
(2) Penyuluhan untuk pencegahan penyalahgunaan obat perlu melibatkan unsur agama, karena
ternyata penyalahguna obat umumnya orang yang tidak melaksanakan ibadah ritual.
(3) Ditjen POM dan Kanwil Depkes meningkatkan pengawasan distribusi dan penjualan obatobat psikotropik di PBF, apotek dan toko obat, serta melaksanakan Permenkes tentang minuman
keras.
(4) Dalam upaya rehabilitasi pasien, RSKO hendaknya meningkatkan kegiatan keagamaan dan
Inabah meningkatkan variasi olahraga.
(5) Dalam upaya rehabilitasi pasien, Inabah perlu bekerja sama dengan puskesmas setempat
untuk pengobatan komplikasi medik yang menyertai ketergantungan obat.
(6) Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektifitas/efisiensi perawatan pasien
ketergantungan obat antara RSKO dengan Inabah, serta efektifitas dan efisiensi pasien gangguan
kejiwaan antara RSJ dengan Inabah.
Tata Laksana Terapi dan rehabilitasi
Dengan tujuan:
(1) Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong
sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai
tujuan ini. Rehabilitasi ini diberikan terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase
awal.
(2) Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps.
Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip. Bila ia
menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali ketrampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia.

Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance
therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.
(3) Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia
bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk
mencapai sasaran terapi golongan ini.
Tahap penanganan secara umum:

Penanganan kegawatan : tatalaksana ABC (airway, brathing, circulation),

Pemberian antidotum,

Detoksifikasi: pemutusan segera (abrupt withdrawal) ,

Simptomatik, dan substitusi,

Terapi rumatan penyalahgunaan: Psikoterapi individu dan Psikoterapi kelompok,

Rehabilitasi: di rumah / keluarga dan di institusi/lembaga

Mekanisme
Mekanisme

koping
pertahanan

1.

diri

yang

denial

biasa

dari

digunakan:
masalah

2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
Berbagai Pendekatan dalam Penanganan Penggunaan Zat dan Penanganan Ketergantungan Zat
1. Pendekatan Biologis
a. Detoksifikasi adalah menuju hidup bersih, yang biasa dilakukan dalam ringkup rumah sakit
untuk memberikan dukungan kepada orang yang putus obat zat adiktif secara aman.
Detoksifikasi dilakukan dengan konseling perilaku dan kemungkinan penggunaan obat
terapeutik. Obat yang sering digunakan seperti: Disulfram (nama merek antabuse), Antidepresan.
b. Terapi Pengganti Rokok, menggunakan obat anti perokok tanpa dasar nikotin, sebuah
antidepresan yang disebut bupropion (nama dagang zyban).
c. Program pemantapan metadon, mengurangi ketagihan heroin dan membantu mencegah gejala
tidak menyenangkan yang menyertai putus obat. Obat lain yang digunakan, buprenorfin, yang
menghasilkan lebih sedikit sedatif. Untuk hasil terbaik, obat obatan dapat dikombinasikan
penggunaannya dengan konseling psikologis dan rehabilitasi psikososial.

d. Nalokson dan Naltrekson, Nalokson adalah obat yang mencegah rasa melayang yang
dihasilkan heroin dan opioid lainnya, membantu menghindari kambuh setelah putus obat.
Natrelkeson, memblokir rasa melayang dari alkohol juga dari opioid.
2. Penanganan Peka Budaya Budaya untuk Alkoholisme
Program yang memperhatikan semua sisi kehidupan manusia, termasuk ras, identitas, dan
budaya, yang menghargai kebanggaan etnik dan membantu orang bertahan terhadap godaan
untuk mengatasi tekanan dengan bahan kimia.
3. Kelompok Pendukung Nonprofesional
Orang awam yang biasa menangani ketergantungan zat, orang seperti ini sering memiliki atau
pernah memiliki masalah yang sama. Sebagai contoh, pertemuan kelompok self-help, Alcoholic
Anonymous, Narcotics Anonymous, dan Cocaine Anonymous. Kelompok ini menyerukan
absitenensi dan memberi kesempatan bagi anggota untuk mendiskusikan perasaan dan
pengalaman mereka dalam lingkup kelompok pendukung. Anggota kelompok yang lebih
berpengalaman membantu dan mendukung anggota baru selama periode krisis atau masa
potensial untuk kambuh.
4. pendekatan Residential
Pendeketan melibatkan perawatan di rumah sakit atau tempat terapi.
5. Pendekatan Psikodinamika
Terapi yang berfokus pada penyalahgunaan atau ketergantungan zat dinilai sebagai tipe terapi
tidak mendalam. Diasumsikan jika konflik pada masa lalu dapat diatasi, perilaku
penyalahgunaan juga akan digantikan oleh bentuk yang lebih matang dari pemenuhan kepuasan
yang dicari.
6. Pendekatan Behavioral, fokus pada modifikasi perilaku penyalahguna dan dependen,
penyalahguna dapat belajar untuk mengubah perilaku mereka saat dihadapkan dengan godaan.
Terapi self control yang sering digunakan, ada 3 komponen:
1. isyarat antesden, atau stimuli (A) yang memicu penyalahgunaan
2. Perilaku penyalahgunaan (B) itu sendiri, dan
3. Konsekuensi hukuman atau penguatan (C) yang mempertahankan atau mencegah
penyalahgunaan.
Aversive Conditioning, stimulus yang menyakitkan atau menolak (aversive) dipasangkan dengan
penyalahgunaan zat atau stimulus yang berhubungan dengan penyalahgunaan untuk membuat

penyalahgunaan kurang menarik. Dalam kasus masalah minum, rasa minuman beralkohol yang
berbeda biasanya dipasangkan dengan zat kimia yang menyebabkan mual dan muntah atau
dengan kejutan listrik.
7. Pelatihan ketrampilan sosial, pelatihan ketrampilan sosial membantu orang mengembangkan
respons interpersonal yang efektif dalam situasi sosial yang memicu penyalahgunaan zat.
8. Pelatihan Pencegahan Kambuh, membantu orang dengan masalah penyalahgunaan zat
mengatasi situasi beresiko tinggi dan mencegah tergelincir untuk menjadi kambuh total.
4. sebutkan penggolongan obat psikofarmaka (psikotropik)!
Jawaban:
Menurut

Depkes

(2000),

jenis

obat

psikofarmaka

adalah

1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)


2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
3) Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan peredaran narkotika
dan psikotropika, tahun 1988 tersebut maka psikotropika dapat digolongkan sebagai berikut :
(didahului dengan nama International dan nama kimia diletakkan dalam tanda kurung)
Psikotropika

golongan

* Broloamfetamine atau DOB (()-4-bromo-2,5-dimethoxy-alpha-methylphenethylamine)


*

Cathinone

((x)-(S)-2-aminopropiophenone)

DET

(3-[2-(diethylamino)ethyl]indole)

DMA

()-2,5-dimethoxy-alpha-methylphenethylamine

* DMHP ( 3-(1,2-dimethylheptyl)-7,8,9,10-tetrahydro-6,6,9-trimethyl-6H- dibenzo[b,d]pyran-1olo


*

)
DMT

DOET

Eticyclidine

(
(

3-[2-(dimethylamino)ethyl]indole)
()-4-ethyl-2,5-dimethoxy-alpha-phenethylamine)

PCE

Etrytamine

(
(

N-ethyl-1-phenylcyclohexylamine
3-(2-aminobutyl)indole

)
)

* Lysergide LSD, LSD-25 (9,10-didehydro-N,N-diethyl-6-methylergoline-8beta-carboxamide)


*

MDMA

*
*

(()-N,alpha-dimethyl-3,4-(methylene-dioxy)phenethylamine)
Mescaline

Methcathinone

(3,4,5-trimethoxyphenethylamine)
2-(methylamino)-1-phenylpropan-1-one

4-methylaminorex

MMDA

N-ethyl

N-hydroxy

MDA
MDA

Parahexyl

(()-N-[alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethyl]hydroxylamine)

Psilocine,
Psilocybine

Rolicyclidine

(()-N-ethyl-alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)

PMA

(3-hexyl-7,8,9,10-tetrahydro-6,6,9-trimethyl-6H-dibenzo[b,d]pyran-1-ol)

()-cis-2-amino-4-methyl-5-phenyl-2-oxazoline

(2-methoxy-alpha-methyl-4,5-(methylenedioxy)phenethylamine)

*
*

(p-methoxy-alpha-methylphenethylamine)

psilotsin

(3-[2-(dimethylamino)ethyl]

(3-[2-(dimethylamino)ethyl]indol-4-yl

STP,

PHP,PCPY
DOM

Tenamfetamine
Tenocyclidine

indol-4-ol)

dihydrogen

phosphate)

1-(1-phenylcyclohexyl)pyrrolidine

(2,5-dimethoxy-alpha,4-dimethylphenethylamine)

MDA

(alpha-methyl-3,4-(methylenedioxy)phenethylamine)

TCP

(1-[1-(2-thienyl)cyclohexyl]piperidine)

Tetrahydrocannabinol

* TMA (()-3,4,5-trimethoxy-alpha-methylphenethylamine)
Psikotropika

golongan

II

Amphetamine

(()-alpha-methylphenethylamine)

Dexamphetamine

((+)-alpha-methylphenethylamine)

Fenetylline

(7-[2-[(alpha-methylphenethyl)amino]

ethyl]theophylline)

Levamphetamine

((x)-(R)-alpha-methylphenethylamine)

Levomethampheta-mine

((x)-N,alpha-dimethylphenethylamine)

*
*
*
*
*
*

Mecloqualone

Methamphetamine

(()-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Methaqualone

(2-methyl-3-o-tolyl-4(3H)-quinazolinone)

Methylphenidate

(Methyl

Phencyclidine

Phenmetrazine
Secobarbital

quinazolinone)

((+)-(S)-N,alpha-dimethylphenethylamine)

Methamphetamineracemate

*
*

(3-(o-chlorophenyl)-2-methyl-4(3H)-

PCP

alpha-phenyl-2-piperidineacetate)
(1-(1-phenylcyclohexyl)piperidine)
(3-methyl-2-phenylmorpholine)

(5-allyl-5-(1-methylbutyl)barbituric

acid)

* Dronabinol atau delta-9-tetrahydro-cannabinol ((6aR,10aR)-6a,7,8,10a-tetrahydro-6,6,9trimethyl-3-pentyl-6H-

dibenzo[b,d]pyran-1-ol)

* Zipeprol (alpha-(alpha-methoxybenzyl)-4-(beta-methoxyphenethyl)-1-piperazineethanol)

Psikotropika

golongan

Amobarbital

III

(5-ethyl-5-isopentylbarbituric

acid)

* Buprenorphine (2l-cyclopropyl-7-alpha-[(S)-1-hydroxy-1,2,2-trimethylpropyl]-6,14- endoethano-6,7,8,14-tetrahydrooripavine)


*
*

Butalbital
Cathine

(5-allyl-5-isobutylbarbituric

norpseudo-ephedrine

Cyclobarbital

acid)

((+)-(R)-alpha-[(R)-1-aminoethyl]benzyl

alcohol)

(5-(1-cyclohexen-1-yl)-5-ethylbarbituric

acid)

* Flunitrazepam (5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-7-nitro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
*

Glutethimide

(2-ethyl-2-phenylglutarimide)

* Pentazocine ((2R*,6R*,11R*)-1,2,3,4,5,6-hexahydro-6,11-dimethyl-3-(3-methyl-2-butenyl)2,6-methano-3-benzazocin-8-ol)
* Pentobarbital (5-ethyl-5-(1-methylbutyl)barbituric acid)
Psikotropika

golongan

*
*
*

Allobarbital
Alprazolam

Barbital

acid)

Bromazepam

(2-amino-5-phenyl-2-oxazoline)
acid)

(N-benzyl-N,alpha-dimethylphenethylamine)

(7-bromo-1,3-dihydro-5-(2-pyridyl)-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)

Butobarbital
Brotizolam

2-(diethylamino)propiophenone)

(5,5-diethylbarbituric

Benzfetamine

*
*

(diethylpropion
Aminorex

*
*

(5,5-diallylbarbituric

(8-chloro-1-methyl-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine)

Amfepramone

IV

(5-butyl-5-ethylbarbituric

acid)

(2-bromo-4-(o-chlorophenyl)-9-methyl-6H-thieno[3,2-f]-s-triazolo[4,3-

a][1,4]diazepine)
* Camazepam (7-chloro-1,3-dihydro-3-hydroxy-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4 benzodiazepin-2-one
dimethylcarbamate
*

(ester))

Chlordiazepoxide

Clobazam

Clonazepam

(7-chloro-2-(methylamino)-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepine-4-oxide)
(7-chloro-1-methyl-5-phenyl-1H-1,5-benzodiazepine-2,4(3H,5H)-dione)
(5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-7-nitro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)

* Clorazepate (7-chloro-2,3-dihydro-2-oxo-5-phenyl-1H-1,4-benzodiazepine-3-carboxylic acid)


*

Clotiazepam

diazepin-2-one)

(5-(o-chlorophenyl)-7-ethyl-1,3-dihydro-1-methyl-2H-thieno

[2,3-e]

-1,4-

Cloxazolam

(10-chloro-11o-chlorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydro-oxazolo-

[3,2-

d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)
*

Delorazepam

(7-chloro-5-(o-chlorophenyl)-1,3-dihydro-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)

Diazepam

(7-chloro-1,3-dihydro-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)

Estazolam

(8-chloro-6-phenyl-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine)

Ethchlorvynol

(1-chloro-3-ethyl-1-penten-4-yn-3-ol)

Ethinamate

(1-ethynylcyclohexanolcarbamate)

Ethyl

loflazepate

(ethyl

7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-2,3-dihydro-2-oxo-1H-1,4-

benzodiazepine-3-carboxylate)
*

Etil

Amfetamine

N-ethylampetamine

Fencamfamin

Fenproporex

(N-ethyl-alpha-methylphenethylamine)
(N-ethyl-3-phenyl-2-norborananamine)

(()-3-[(alpha-methylphenylethyl)amino]propionitrile)

* Fludiazepam (7-chloro-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-1-methyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one)
*

Flurazepam

(7-chloro-1-[2-(diethylamino)ethyl]-5-(o-fluorophenyl)-1,3-dihydro-2H-1,4-

benzodiazepin-2-one)
* Halazepam (7-chloro-1,3-dihydro-5-phenyl-1-(2,2,2-trifluoroethyl)-2H-1,4-benzodiazepin-2one)
*

Haloxazolam

(10-bromo-11o-fluorophenyl)-2,3,7,11b-tetrahydrooxazolo

[3,2-

d][1,4]benzodiazepin-6(5H)-one)
*

Ketazolam

(11-chloro-8,12b-dihydro-2,8-dimethyl-12b-phenyl-4H-[1,3]oxazino[3,2-

d][1,4]benzodiazepine-4,7(6H)-dione)
* Lefetamine SPA ((x)-N,N-dimethyl-1,2-diphenylethylamine)
Penggolongan berdasarkan rumus kimiawi:
1. kelompok fenotiazine
2. kelompok buspiron
3. kelompok trisiklik/tetrasiklik/SSRI
Penggolongan berdasarkan efek yang diharapkan
1. anti psikotik
Konvensional

(lama):

fenotiazine

(chlorpromazine),

piperazine

(trifluoperazine),

definibutylpiperidine (pimezode), piperidine (thioridazine), butyrophenone (haloperidol).

Novel (modern): benzisoxadole (resperidone), dibenzodiazepine (clozapine), dibenzothiazepine


(quetiapine) dan thienobenzodiazepine (olanzapine).
Antipsikosis Tipikal (FGA): low potency > klorpromazine, tioridazine, mesoridazine, high
potency > perfenazine, thiotixene, loxapin, molindon, haloperidol, flufenazine, trifuloperazine.
Antipsikosis Atipikal (SGA), antagonis reseptor 5-HT, blokade dopamine rendah: klozapin,
olanzapin, quetiapine, ziprasidon, aripiprazol, risperidon.
Fenotiazine:

Klorpromazine,

trifulopromazine,

tioridazine,

flufenazine,

oksazepam,

diazepam,

plokroperazine,

trifuoloperazine.
Thioxantine: Klorprotiksen, thiotiksen.
Dihidroindolon: Molindon
Dibenzoksazepin: loksapin (loxitane).
Dibenzodiazepine: Klozapin (Clozaril).
Butirofenon: Haloperidol (Haldol).
Difenibutilfiferidin: Pimozid (orap)
1. anti cemas (anti ansietas dan hipnotik)
1. barbiturat: fenobarbital, alprazolam
2. benzodiazepine:

klordiazepoksid,

untuk

hipnotik

(lorazepam dan temazepam).


3. Non benzodiazepine: meprobomate, buspirone.
4. Beta adrenergic blocker: propanolol dan atenolol.
5. anti depresi
1. Antidepresi trisiklik: imipramin, amitripilin, doksepin, klmipramin,
desipramin, nortriptilin, amoksapin, proptriptilin, klomipramin.
2. Antidepresi Tetrasiklik: maproptiline, mianserin, amozapine.
3. Antidepresi generasi II: desimipramin, trazodone, bupropion, amoksapin,
maprotilin
4. Antidepresi generasi III: venlafaxine, nefazodone (duloxetine, mirtazepine
5. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRIs): fluoksetin, fluvoksamin,
paroksetin, sertralin.
6. MAOI: Moklobamid.

7. Penghambat Monoamin Oksidase dan anti depresan lain: tranilisipromin,


feneizin, isokarboksazid, selegilin. Lain-lain: mianserin, maproptilin,
alprazolam, dan bupropion.
8. Anti depresi Atypical: trazodone.
9. anti obsesi
10. anti panik
11. anti mania:
Mania akut: haloperidol (haldol, serenace), carbamazepin (tegretol)
Profilaksis mania: lithium carbonate (teralithe)
1. anti insomnia:
benzodiazepine: nitrazepam, flurazepam, triazolam, estazolam
Non benzodiazepine: chloral hydrate, phenobarbital
Penggolongan berdasarkan diagnostik
1. obat untuk delirium
2. obat untuk demensia
3. obat untuk skizofrenia
4. Obat untuk Gangguan Bipolar: Litium, olanzepine, karbamazepine, valproal
5. obat untuk gangguan cemas menyeluruh
6. obat untuk obsesi kompulsi
7. obat untuk gangguan somatoform
8. obat untuk gangguan insomnia
Penggolongan berdasarkan kategori lama/baru
1. kelompok konvensional (lama)
Contoh: chlorpromazine, trifluoperazine, amitrypiline, maproptilin, diazepam, dan clonazepam
1. kelompok novel (baru)
Contoh: risperidone, quetiapine, kelompok selective cerotonin inhibitor, dan sertralin.
1. Jelaskan tentang hipnotik-sedative !
Jawaban:
Hipnotik Sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif tidak
selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu
hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung kepada dosis.

Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi
dan menenangkan. Obat Hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta
mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Obat hipnotika dan sedatif biasanya merupakan turunan Benzodiazepin. Beberapa obat Hipnotik
Sedatif dari golongan Benzodiazepin digunakan juga untuk indikasi lain, yaitu sebagai pelemas
otot, antiepilepsi, antiansietas dan sebagai penginduksi anestesis.
Gb. Cara kerja obat golongan Benzodiazepine
Obat-obat Hipnotik Sedatif yang beredar di Indonesia :
1. Flurazepam
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinik
terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu
induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur , maupun lamanya tidur. Mula efek
hipnotik rata-rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8 jam.
Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besar penderita,oleh metabolit
aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu obat Fluarazepam cocok untuk
pengobatan insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala
ansietas di siang hari.
2. Midazolam
Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan menghilangkan
kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuan lainnya Midazolam
kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar pasien menjadi pingsan. Hal ini
dilakukan agar pasien yang stres menjadi kooperatif dan mempermudahkan kerja alat
medis yang membantu pernafasan.
3. Nitrazepam
Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi
otak pada area tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas,
dan membuat otot relaksasi.Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia.
Nitrazepam mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga
meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa
jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.

4. Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur
sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral diminum
sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila
diperlukan.
5.

Zolpidem

Tartrate

Zolpidem Tartrate bukan Hipnotika dari golongan Benzodiazepin tetapi merupakan turunan dari
Imidazopyridine. Zolpidem disetujui untuk penggunaan jangka pendek (biasanya dua minggu)
untuk mengobati insomnia.
6. Jelaskan tentang amphetamin !
Jawaban:
Amfetamin menunjukkan efek neurologi dan klinik yang amat mirip dengan yang terjadi pada
kokain.
Mekanisme kerja
Efek amfetamin secara tidak langsung pada SSP dan SSP (perifer), tergantung peningkatan kadar
transmiter pada ruang sinap. Amfetamin memberikan efek ini melepaskan depot intraselular
katekolamin. Karena amfetamin menghambat monoamine oksidase (MAO).
Efek pada SSP: memacu sumbu serebrospinalis keseluruhan korteks, batang otak, sambungan
otak dan medula. Ini meningkatkan kesiagaan, berkurangnya keletihan, menekan nafsu makan
dan insomnia. Pada dosis tinggi menyebabkan kejang.
Efek pada Saraf Simpatik: mempengaruhi sistem adrenergik, memacu respetor secara tidak
langsung melalui pelepasan norepinefrin.
Penggunaan dalam terapi: bisa menimbulkan toleransi sampai efek euforia dan anoreksia dengan
penggunaan kronis.
a. sindrom kurang atensi: menghilangkan beberapa masalah tingkah laku pada sinrdrom ADHD.
b. Narkolepsi: suatu penyakit dengan keinginan tidur yang luar biasa.
Farmakokinetik: diabsorbsi sempurna dalam saluran pencernaan, dimetabolisme di hati dan
dikeluarkan melalui urine. Penyalahgunaan biasa digunakan melalui suntikan intravena atau
merokok. Euforia berlangsung 4-6 jam atau 4-8 kali lebih lama dari efek kokain. Amfetamine
menimbulkan adiksi ketergantungan dan keinginan mendapatkan obat.
Efek samping:

a. efek pusat: yang tidak diinginkan, insomnia, iritabel, lemah, pusing, gemetar, dan refleks
hiperaktif. Dapat menyebabkan: konfusi, delirium, panik dan tendensi bunuh diri terutama pada
pasien sakit mental. Dapat menimbulkan adiksi dan toleransi.
b. efek kadiovaskular: palpitasi, aritmia jantung, hipertensi, sakit angina, kolaps kambuh, sakit
kepala, menggigil, keringat ngucur.
c. efek pada pencernaan: anoreksia, mual, muntah, kram perut dan diare.
Pengertian Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi
populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan
kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan
menghirup asapnya. Nama-nama lain: Shabu, SS, Ubas, Ice dll.Stimulan-stimulan seperti
amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia
tertentu di dalam otak. Contoh stimulan lain misalnya kafein dan kokain.
Obat-obat Amphetamin
Obat-obat

yang

termasuk

ke

dalam

golongan

amfetamin

adalah:

Amfetamin

Metamfetamin

- Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).


Penggunaan Amphetamin
Amfetamin bisa disalahgunakan selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktu-waktu. Bisa
terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis.
Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat dan
digunakan secara ilegal. Misalnya penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa.
MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf tubuh) di otak
dan diduga menjadi racun bagi sistim saraf.
Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah daya konsentrasi,
menurunkan

nafsu

makan

dan

memperkuat

penampilan

fisik.

Obat ini menimbulkan perasaan nyaman atau euforia (perasaan senang yang berlebihan).
Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka menggunakan efek
peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi depresinya sementara waktu.

Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki penampilan fisik, perbedaan sepersekian detik
bisa

menentukan

siapa

yang

menjadi

juara.

Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap terjaga. Selain
merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Kematian lebih mungkin terjadi jika:
-

MDMA

pemakai

digunakan
sangat

dalam
aktif

ruangan
secara

hangat
fisik

dengan

(misalnya

ventilasi
menari

yang

kurang

dengan

cepat)

- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup untuk menggantikan
hilangnya cairan.
Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera
akan

mengalami

toleransi.

Jumlah yang digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis awal.
Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin dapat
menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan hidup.
Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda yang
sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja,
tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia).
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara tiba-tiba
dihentikan penggunannya. Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang bisa berlangsung
selama 2-3 hari setelah penggunaan obat dihentikan. Beberapa pengguna sangat cemas dan
gelisah.
Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi lebih depresi jika obat ini berhenti
digunakan.
Mereka menjadi cenderung ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari mereka mengalami
kekurangan

tenaga

untuk

melakukan

usaha

bunuh

diri.

Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama timbulnya gejala putus obat.
Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-psikosa (misalnya
klorpromazin), yang akan memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketegangan. Tetapi
obat

anti-psikosa

Penyalahgunaan Amfetamin

bisa

sangat

menurunkan

tekanan

darah.

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah: Amfetamin Metamfetamin


Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam). Amfetamin bisa disalahgunakan
selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktu-waktu. Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun
ketergantungan psikis. Dulu ketergantungan terhadap amfetaamin timbul jika obat ini diresepkan
untuk menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi karena
penyaluran obat yang ilegal.
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin, atau
benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang
biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau
Attention-deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga
digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk
pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.
Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan
mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS) antara lain Adderall, dan Dexedrine.
Sementara di Indonesia dijual dalam kemasan injeksi dengan merk dagang generik. Obat ini juga
digunakan secara ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai
peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah Amftamin sering digunakan
pada campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.
pengaruh langsung pemakaian amfetamin

Nafsu makan berkurang.

Kecepatan pernafasan dan denyut jantung meningkat.

Pupil mata membesar.

Merasa nyaman; energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal.

Susah tidur.

Hiperaktif dan banyak bicara.

Mudah panik.

Mudah tersinggung, marah dan agresif.

pengaruh jangka panjang pemakaian amfetamin

Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

Pemakai beresiko menderita kekurangan gizi.

Mengalami gangguan kejiwaan akibat amfetamin, termasuk diantaranya delusi,


halusinasi, paranoid dan tingkah laku yang aneh.

Perlu meminum obat-obatan lain untuk menutupi pengaruh-pengaruh amfetamin.

Ketergantungan; tubuh pemakai menyesuaikan diri dengan amfetamin.

Bahaya

dan

akibat

lain

Toleransi dan ketergantungan


Toleransi terhadap amfetamin berarti pengguna ampetamin akan tergantung dengan obat ini,
dengan dosis yang semakin lama semakin tinggi untuk mendapatkan pengaruh yang sama.
Narkoba ini juga menjadi kebutuhan yang utama, dalam pikiran, perasaan dan kegiatan pemakai,
sehingga akan sulit untuk berhenti atau mengurangi pemakaian. Inilah yang disebut
ketergantungan.
Kelebihan dosis amfetamin seringkali dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya,
sehingga sulit untuk mengetahui bagaimana tubuh akan bereaksi. Juga sukar untuk mengetahui
dosis dari obat yang sedang dipakai. Hal ini dapat menyebabkan over dosis (OD).Over dosis
amfetamin menyebabkan:

Denyut jantung yang tidak beraturan.

Serangan jantung.

Demam tinggi.

Pecahnya pembuluh-pembuluh darah di otak.

Kematian.

Tindak kejahatan
Pemakai seringkali terpaksa melakukan tindak kejahatan untuk menyokong ketagihan mereka
pada amfetamin. Mereka mungkin mencuri uang dan barang-barang lain yang dapat mereka jual
dari orangtua atau saudara-saudara mereka. Mereka juga mungkin terlibat dalam tindak
kejahatan yang lebih berat yang dapat membuat mereka dipenjara atau menempatkan mereka ke
dalam

keadaan

yang

sangat

berbahaya.Narkoba

dan

hukum

Memiliki, memakai atau menjual amfetamin secara bebas, di Indonesia merupakan pelanggaran
hukum dan dapat dikenakan hukuman pidana berupa penjara dan/atau denda yang berat.
Barangsiapa dihukum atas tuduhan yang berkenaan dengan narkoba akan memiliki catatan
kriminal. Hal ini dapat menimbulkan masalah-masalah lain dalam hidup; dari kesulitan

mendapatkan pekerjaan atau visa perjalanan sampai kesulitan mendapat kesempatan pendidikan,
di dalam dan di luar negeri.
Gejala-gejala awal over dosis:

Kulit pucat atau membiru.

Hilang kesadaran.

Melemahnya denyut jantung.

Sawan.

Kesulitan bernapas.

Apabila Anda menemukan salah satu dari gejala diatas, carilah pertolongan secepatnya.
Meninggalkan seseorang dalam kondisi ini dapat berakibat fatal. Langkah-langkah yang dapat
diambil sebelum adanya bantuan:

Bebaskan jalan pernafasannya (pada hidung dan mulut).

Baringkan dia pada sisi tubuhnya jika terlentang, dia dapat tercekik bila muntah.

Periksa pernafasannya.

Periksa detak jantungnya.

Ciri ciri Gangguan Intoksikasi Amfetamin menurut DSM-IV-TR meliputi :

Perilaku tidak semestinya atau perubahan psikologis yang signifikan misalnya, euforia,
hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan), penilaian yang terhambat, fungsi yang
terhambat, selama atau tidak lama setelah menggunakan amfetamin.

Terdapat dua atau lebih dari tanda tanda berikut ini : detak jantung yang meningkat atau
berkurang, dilatasi (pembesaran) pupil, mual, berat badan turun secara signifikan, agitasi
atau perlambatan psikomotorik, kelemahan otot, kebingungan, kejang kejang atau koma.

Pada dosis rendah, amfetamin dapat menginduksi perasaan girang dan giat serta dapat
mengurangi kelelahan. Anda secara harfiah merasa up (naik ke atas). Tetapi setelah periode
elevasi, Anda kembali turun dan crash (jatuh), merasa depresi atau lelah. Dalam kuantitas yang
cukup, stimulan dapat menimbulkan gangguan penggunaan afetamin (amphetamine use
disorders).
Obat ini pada awalnya diresepkan untuk mengontrol berat badannya. Para pengemudi long haul
truck, pilot dan sebagian mahasiswa yang berusaha begadang semalaman menggunakan
amfetamin untuk mendapatkan energi ekstra dan agar tidak mengantuk. Amfetamin diresepkan

untuk para penderita narcolepsy, gangguan tidur yang ditandai oleh perasaan mengantuk yang
eksesif.
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk intoksikasi amfetamin termasuk gejala gejalah perilaku
yang signifikan seperti euforia atau afeksi yang menumpul, perubahan dalam sosiabilitas,
sensitivitas interpersonal, kecemasan, ketegangan, amarah, perilaku stereotipe, penilaian yang
terhambat dan fungsi sosial atau pekerjaan yang terhambat.
Selain itu, gejala gejala fisiologis muncul selama atau tidak lama setelah amfetamin atau
substansi substansi terkait dicerna dan dapat meliputi perubahan detak jantung atau tekanan
darah, berkeringat atau menggigil kedinginan, mual atau muntah, kehilangan berat badan,
kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, kejang kejang atau koma.
Bahaya yang terkandung dalam penggunaan amfetamin dan stimulan lainnya adalah efek efek
negatifnya. Intoksikasi berat atau overdosis dapat mengakibatkan halusinasi, panik, agitasi dan
delusi paranoid (Mack dan kawan kawan, 2003). Toleransi terbangun dengan cepat, yang
membuatnya dua kali lipat lebih berbahaya. Withdrawal substansi ini sering mengakibatkan
apati, waktu tidur yang lebih panjang, iritabilitas dan depresi.
Sebuah amfetamin yang disebut methylene dioxymethamphetamine (MDMA) yang disintesiskan
untuk pertama kalinya pada 1912 di Jerman, digunakan sebagai penekan nafsu makan (Grob dan
Polan, 1997). Penggunaan rekreasional dari obat ini yang sekarang biasa disebut Ecstacy,
melonjak tajam pada akhir 1980an. Setelah methamphetamine, MDMA adalah club drug yang
paling sering menyeret orang keruang gawat darurat rumah sakit dan telah melampaui frekuensi
penggunaan LSD (Substance Abuse and Mental Health Service Administration, 2003b).
Salah seorang penggunanya mendeskripsikan efek efeknya, sangat mirip dengan speed tetapi
tanpa disertai kemunduran dan Anda merasa hangat dan trippy (ringan) seperti asam, tetapi tanpa
kemungkinan mengalami freaked out (perilaku yang khas pada pemakai obat bius) berat (O
Hagan, 1992, hlmn. 10).
Obat ini menimbulkan kecenderungan agresif yang nyata dan tetap tinggal dalam sistem hingga
waktu yang lama, lebih lama dibanding kokain, yang membuatnya sangat berbahaya (Sten dan
Ellinwood, 1993). Tetapi perasaan menyenangkan dalam jangka pendek yang ditimbulkan oleh
amfetamin amfetamin baru ini membuat potensi penggunanya untuk menjadi tergantung
kepadanya sangat tinggi, dengan resiko mengalami berbagai masalah jangka panjang yang lebih
besar pula.

Nama generic: D-pseudo epinefrin. Nama jalanan: speed, meth, crystal, uppers, whiz, dan
sulphate. Bentuk: bubuk warna putih dan keabu-abuan.
Ada dua jenis amphetamine
1. MDMA (Methylene Dioxy Methamphetamin), nama lain: fantacy pils, inex, cece, cein, tidak
selalu berisi MDMA karena merupakan designer drug, dicampur zat lain untuk mendapatkan
efek yang diharapkan. Dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
2. Methamfetamin, cara penggunaanya, dalam bentuk pil di minum peroral, dalam bentuk kristal
dibakar dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap (intra nasal) atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus, dalam bentuk kristal yang
dilarutkan, dapat juga melalui intravena.

Das könnte Ihnen auch gefallen