Sie sind auf Seite 1von 53

Revision Control: July 12, 2015

As of: October 1, 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


NOMOR 39 TAHUN 2014 NUMBER 39 OF 2014
TENTANG CONCERNING
PERKEBUNAN PLANTATION FARMING

Daftar Isi / Table of Contents


Pasal / Article
BAB I: KETENTUAN UMUM 1 CH I: GENERAL PROVISIONS
BAB II: ASAS, TUJUAN, DAN LINGKUP CH II: REGULATORY PRINCIPLES, OBJECTIVES,
2‒4
PENGATURAN AND SCOPE
BAB III: PERENCANAAN 5 ‒ 10 CH III: PLANNING
BAB IV: PENGGUNAAN LAHAN 11 ‒ 18 CH IV: USE OF FARMLAND
BAB V: PERBENIHAN 19 ‒ 31 CH V: SEEDING
BAB VI: BUDI DAYA TANAMAN PERKEBUNAN 32 ‒ 38 CH VI: PLANTATION CROP CULTURE
Bagian Kesatu: Pembukaan dan Pengolahan Lahan 32 Part One: Farmland Clearing and Cultivation
Bagian Kedua: Perlindungan Tanaman Perkebunan 33 ‒ 38 Part Two: Protection for Plantation Crops
BAB VII: USAHA PERKEBUNAN 39 ‒ 71 CH VII: PLANTATION BUSINESS/FARMING
Bagian Kesatu: Pelaku Usaha Perkebunan 39 ‒ 40 Part One: Farming Operators
Bagian Kedua: Jenis dan Perizinan Usaha Perkebunan Part Two: Types and Licensing/Permission of
41 ‒ 50
Plantation Business/Farming
Bagian Ketiga: Pemberdayaan Usaha Perkebunan Part Three: Empowerment of Plantation
51 ‒ 56
Business/Farming
Bagian Keempat: Kemitraan Usaha Perkebunan 57 ‒ 60 Part Four: Partnership Farming
Bagian Kelima: Kawasan Pengembangan Perkebunan 61 Part Five: Plantation Development Areas
Bagian Keenam: Pengembangan Perkebunan Part Six: Sustainable Plantation Development
62
Berkelanjutan
Bagian Ketujuh: Pelindungan Wilayah Geografis yang Part Seven: Protection for Geographical Areas That
Memproduksi Hasil Perkebunan 63 ‒ 66 Bear Specific Farm Produce
Spesifik
Bagian Kedelapan: Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup 67 ‒ 70 Part Eight: Conservation of Environmental Functions
Bagian Kesembilan: Harga Komoditas Perkebunan 71 Part Nine: Farm Commodity Prices
BAB VIII: PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL CH VIII: FARM PRODUCE MILLING/ PROCESSING
72 ‒ 80
PERKEBUNAN AND MARKETING
Bagian Kesatu: Pengolahan Hasil Perkebunan 72 ‒ 75 Part One: Farm Produce Milling/Processing
Bagian Kedua: Pemasaran Hasil Perkebunan 76 ‒ 80 Part Two: Farm Produce Marketing
BAB IX: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 81 ‒ 85 CH IX: RESEARCH AND DEVELOPMENT
BAB X: SISTEM DATA DAN INFORMASI 86 ‒ 87 CH X: DATA AND INFORMATION SYSTEM
BAB XI: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA CH XI: HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT
88 ‒ 92
MANUSIA
BAB XII: PEMBIAYAAN USAHA PERKEBUNAN 93 ‒ 94 CH XII: FARMING FINANCE
BAB XIII: PENANAMAN MODAL 95 CH XIII: INVESTMENT
BAB XIV: PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 96 ‒ 99 CH XIV: DIRECTION AND SUPERVISION
Bagian Kesatu: Pembinaan 96 ‒ 97 Part One: Direction
Bagian Kedua: Pengawasan 98 ‒ 99 Part Two: Supervision
BAB XV: PERAN SERTA MASYARAKAT 100 ‒ 101 CH XV: PUBLIC PARTICIPATION
BAB XVI: PENYIDIKAN 102 CH XVI: INVESTIGATIONS
BAB XVII: KETENTUAN PIDANA 103 ‒ 113 CH XVII: PENAL PROVISIONS
BAB XVIII: KETENTUAN PERALIHAN 114 CH XVIII: TRANSITIONAL PROVISIONS
BAB XIX: KETENTUAN PENUTUP 115 ‒ 118 CH XIX: CONCLUDING PROVISIONS
Translated by: Wishnu Basuki
wbasuki@abnrlaw.com
NOTE: WHERE NO ELUCIDATION IS PROVIDED UNDERNEATH A CLAUSE, THE CLAUSE IS SUFFICIENTLY CLEAR.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


NOMOR 39 TAHUN 2014 NUMBER 39 OF 2014
TENTANG CONCERNING
PERKEBUNAN PLANTATION FARMING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WITH THE BLESSING OF GOD ALMIGHTY

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF


INDONESIA,

Menimbang: Considering:

a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang a. that the land, waters, and natural riches
terkandung di dalam wilayah Negara Republik contained in the territory of the State of the
Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Republic of Indonesia God Almighty blesses
Maha Esa untuk dimanfaatkan dan us with shall be utilized and exploited in the
dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran greatest prosperity and welfare of the people of
dan kesejahteraan rakyat Indonesia Indonesia as mandated by the 1945
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Constitution of the Republic of Indonesia;
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

b. bahwa perkebunan berperan penting dan b. that plantation farming serves important role
memiliki potensi besar dalam pembangunan and has huge potential in the national
perekonomian nasional dalam rangka economic development to realize the
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan prosperity and welfare of the people in a just
rakyat secara berkeadilan; manner;

c. bahwa penyelenggaraan perkebunan yang c. that plantation farming as governed by Law


diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Number 18 of 2004 concerning Plantation
Tahun 2004 tentang Perkebunan sudah tidak Farming needs replacement as it is no longer
sesuai dengan dinamika dan kebutuhan hukum current with the public’s legal dynamics and
masyarakat, belum mampu memberikan hasil needs, unable to provide optimum results, and
yang optimal, serta belum mampu unable to increase the added value of the
meningkatkan nilai tambah usaha perkebunan national plantation business/farming.
nasional, sehingga perlu diganti;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d. that in consideration of point (a), point (b), and
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, point (c), it is necessary to make a Law
perlu membentuk Undang-Undang tentang concerning Plantation Farming;
Perkebunan;

Mengingat: Bearing in Mind:

Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, dan Pasal 33 Article 20, Article 20A section (1), Article 21, and
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Article 33 of the 1945 Constitution of the Republic
Tahun 1945; of Indonesia;

1
PENJELASAN UMUM GENERAL ELUCIDATION
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber As an agrarian country, Indonesia has abundant
daya alam melimpah, terdiri dari bumi, air, dan natural resources including land, waters, and
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. national riches therein contained. Such potential
Potensi tersebut merupakan karunia dan amanat is God Almighty’s blessing and mandate that must
Tuhan Yang Maha Esa, yang harus digunakan be exploited to enable realization of the public
untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan welfare and prosperity of the people as mandated
kemakmuran rakyat, sebagaimana amanat by Pancasila and the 1945 Constitution of the
Pansacila dan Undang-undang Dasar Negara Republic of Indonesia. Such potential natural
Republik Indonesia Tahun 1945. Potensi sumber resources are essential for the development of
daya alam dimaksud sangat penting digunakan Plantation Farming in Indonesia.
untuk pengembangan Perkebunan di Indonesia.

Dalam rangka pengembangan Perkebunan, telah To develop Plantation Farming, there has been
dibentuk Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 made Law Number 18 of 2004 concerning
tentang Perkebunan. Pengaturan tersebut meliputi Plantation Farming. The law governs Plantation
perencanaan Perkebunan, penggunaan Tanah Farming planning, use of Land for Plantation
untuk Usaha Perkebunan, pemberdayaan dan Business/Farming, Plantation Business/Farming
pengelolaan Usaha Perkebunan, pengolahan dan empowerment and management, Farm Produce
pemasaran Hasil Perkebunan, penelitian dan milling/processing and marketing, Plantation
pengembangan Perkebunan, pengembangan Farming research and development, Plantation
sumber daya manusia Perkebunan, pembiayaan human resources development, farming finance,
Usaha Perkebunan, serta pembinaan dan and Plantation Business/Farming direction and
pengawasan Usaha Perkebunan. supervision.

Namun dalam perkembangannya, Undang-Undang However, Law Number 18 of 2004 concerning


Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan sudah Plantation Farming is, in time, no longer current
tidak sesuai dengan dinamika dan kebutuhan with the public’s legal dynamics and needs, unable
hukum masyarakat, belum mampu memberikan to provide optimum results, and unable to increase
hasil yang optimal, serta belum mampu the added value of the national Plantation
meningkatkan nilai tambah Usaha Perkebunan Business/Farming.
nasional.

Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 18 Tahun Accordingly, Law Number 18 of 2004 concerning
2004 tentang Perkebunan perlu diganti, agar Plantation Farming needs replacement to enable
dapat memenuhi perubahan paradigma following the paradigm shift in the conduct of
penyelenggaraan perkebunan, menangani konflik plantation farming, handling Farmland disputes,
sengketa Lahan Perkebunan, pembatasan foreign investment limitation, mandatory
penanaman modal asing, kewajiban membangun construction and preparation of Plantation
dan menyiapkan sarana dan prasarana Farming infrastructure and facilities, Plantation
Perkebunan, izin Usaha Perkebunan, sistem data licenses/permits, data and information system, and
dan informasi, dan sanksi bagi pejabat. sanctions against officials.

Tujuan penyelenggaraan Perkebunan dimaksudkan Plantation Farming has the objectives to improve
untuk meningkatkan kesejahteraan dan the welfare and prosperity of the people, to
kemakmuran rakyat, meningkatkan sumber devisa increase the country’s foreign exchange earnings,
negara, menyediakan lapangan kerja dan to create job vacancy and business opportunity, to
kesempatan usaha, meningkatkan produksi, increase the production, productivity, quality,
produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing, added value, competitiveness, and market share, to
dan pangsa pasar, meningkatkan dan memenuhi increase and fulfill the consumption needs and
kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri domestic industrial raw material, to provide
dalam negeri, memberikan pelindungan kepada protection for Farming Operators and the public,
Pelaku Usaha Perkebunan dan masyarakat; to manage and to develop Plantation Farming
mengelola dan mengembangkan sumber daya resources in an optimum, responsible, and
Perkebunan secara optimal, bertanggung jawab, sustainable manner, and to increase the
dan lestari, dan meningkatkan pemanfaatan jasa engagement of Plantation Farming services.
Perkebunan. Penyelenggaraan Perkebunan Plantation Farming shall be conducted under the
tersebut didasarkan pada asas kedaulatan, principles of sovereignty, independence, benefit,
2
kemandirian, kebermanfaatan, keberlanjutan sustainability, integration, togetherness,
keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, efisiensi- transparency, efficiency and justice, local wisdom,
berkeadilan, kearifan lokal, dan kelestarian fungsi and conservation of environmental functions.
lingkungan hidup.

Adapun lingkup pengaturan penyelenggaraan The scope within which Plantation Farming is
Perkebunan meliputi: perencanaan, penggunaan governed shall include: planning, use of farmland,
lahan, perbenihan, budi daya Tanaman seeding, Plantation Crop culture, Plantation
Perkebunan, Usaha Perkebunan, pengolahan dan Business/Farming, Farm Produce milling/
pemasaran Hasil Perkebunan, penelitian dan processing and marketing, research and
pengembangan, sistem data dan informasi, development, data and information system, human
pengembangan sumber daya manusia, pembiayaan resources development, farming finance,
Usaha Perkebunan, penanaman modal, pembinaan investment, direction and supervision, and public
dan pengawasan, dan peran serta masyarakat. participation.

Dengan Persetujuan Bersama With the Joint Consent of


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK THE HOUSE OF REPRESENTATIVES OF
INDONESIA THE REPUBLIC OF INDONESIA
dan and
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA

MEMUTUSKAN: HAS DECIDED:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG To issue: LAW CONCERNING


PERKEBUNAN. PLANTATION FARMING.

BAB I CHAPTER I
KETENTUAN UMUM GENERAL PROVISIONS
Pasal 1 Article 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: In this Law:

1. Perkebunan adalah segala kegiatan 1. Plantation Farming means any activity of


pengelolaan sumber daya alam, sumber daya management of natural resources, human
manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi resources, production facilities, equipment and
daya, panen, pengolahan, dan pemasaran machinery, culture, harvesting,
terkait tanaman perkebunan. milling/processing, and marketing pertaining
to plantation crops.

2. Tanaman Perkebunan adalah tanaman 2. Plantation Crop means an annual crop or a


semusim atau tanaman tahunan yang jenis dan perennial crop, the types and management
tujuan pengelolaannya ditetapkan untuk usaha objectives of which are specified for Plantation
Perkebunan. Farming.

3. Usaha Perkebunan adalah usaha yang 3. Plantation Business/Farming means any


menghasilkan barang dan/atau jasa business that produces farming goods and/or
Perkebunan. services.

4. Tanah adalah permukaan bumi, baik yang 4. Land means surface land, whether in the form
berupa daratan maupun yang tertutup air of ground or to a certain extent covered by
dalam batas tertentu sepanjang penggunaan waters, as long as the use and utilization of
dan pemanfaatannya terkait langsung dengan which are directly connected with the surface
permukaan bumi, termasuk ruang di atas dan land, including the overground and

3
di dalam tubuh bumi. underground space.

5. Hak Ulayat adalah kewenangan masyarakat 5. Hak Ulayat (Indigenous Land Right(s)) means
hukum adat untuk mengatur secara bersama- the authority of the indigenous people to
sama pemanfaatan Tanah, wilayah, dan simultaneously organize the used Land,
sumber daya alam yang ada di wilayah territories, and natural resources existing in the
masyarakat hukum adat yang bersangkutan territories of the relevant indigenous people as
yang menjadi sumber kehidupan dan mata a means of livelihood and for a living.
pencahariannya.

6. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok 6. Indigenous People means a group of people
orang yang secara turun-temurun bermukim di that has from generation to generation settled
wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan in a certain geographical territory within the
Republik Indonesia karena adanya ikatan pada Unitary State of the Republic of Indonesia for
asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan ancestral bonds, strong relationship with the
Tanah, wilayah, sumber daya alam yang Land, territories, natural resources, and has the
memiliki pranata pemerintahan adat dan institutionalized form of indigenous authority
tatanan hukum adat di wilayah adatnya. and the customary law system in their
customary territories.

7. Lahan Perkebunan adalah bidang Tanah yang 7. Farmland means a parcel of Land on which
digunakan untuk Usaha Perkebunan. Plantation Farming is conducted.

8. Pelaku Usaha Perkebunan adalah pekebun 8. Farming Operator means a smallholder and/or
dan/atau perusahaan Perkebunan yang a Plantation company that manages Plantation
mengelola Usaha Perkebunan. Farming.

9. Pekebun adalah orang perseorangan warga 9. Smallholder means an Indonesian-citizen


negara Indonesia yang melakukan Usaha individual that conducts Plantation Business/
Perkebunan dengan skala usaha tidak Farming at a certain scale.
mencapai skala tertentu.

10. Perusahaan Perkebunan adalah badan usaha 10. Plantation Company means a legal entity that
yang berbadan hukum, didirikan menurut is formed under the laws of Indonesia,
hukum Indonesia dan berkedudukan di domiciled in the territory of Indonesia, and
wilayah Indonesia, yang mengelola Usaha manages Plantation Business/Farming at a
Perkebunan dengan skala tertentu. certain scale.

11. Hasil Perkebunan adalah semua produk 11. Farm Produce means all the products of the
Tanaman Perkebunan dan pengolahannya yang Plantation Crops and their processing,
terdiri atas produk utama, produk olahan untuk including the main products, processed
memperpanjang daya simpan, produk products to extend shelf life, side-products,
sampingan, dan produk ikutan. and byproducts.

12. Pengolahan Hasil Perkebunan adalah 12. Farm Produce Milling/Processing means a
serangkaian kegiatan yang dilakukan terhadap series of activities pertaining to Plantation
hasil Tanaman Perkebunan untuk memenuhi Crops products to fulfill the product quality
standar mutu produk, memperpanjang daya standard, to extend shelf life, to reduce loss
simpan, mengurangi kehilangan dan/atau and/or damage, and to achieve an optimum
kerusakan, dan memperoleh hasil optimal result for higher added value.
untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi.

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik 13. Central Government means the President of
Indonesia yang memegang kekuasaan the Republic of Indonesia that holds the
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang administrative power of the State of the
4
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri Republic of Indonesia, as assisted by the Vice
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang President and the ministers as referred to in the
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1945 Constitution of the State of the Republic
of Indonesia.

14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah 14. Regional Government means the regional head
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan that is the element of the regional
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan administration in the management of the
pemerintahan yang menjadi kewenangan governmental affairs with the autonomous
daerah otonom. power.

15. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau 15. Any Person means any individual or
korporasi, baik yang berbadan hukum maupun corporation, whether or not a legal entity.
yang tidak berbadan hukum.

16. Menteri adalah menteri yang 16. Minister means the minister that administers
menyelenggarakan urusan pemerintahan di governmental affairs in the field of Plantation
bidang Perkebunan. Farming.

BAB II CHAPTER II

ASAS, TUJUAN, DAN LINGKUP REGULATORY PRINCIPLES, OBJECTIVES,


PENGATURAN AND SCOPE

Pasal 2 Article 2

Perkebunan diselenggarakan berdasarkan asas: Plantation Farming shall be conducted under the
principles of:

a. kedaulatan; a. sovereignty;
Penjelasan Pasal 2 (a): Elucidation of Article 2 (a):
Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah “The principle of sovereignty” means that
penyelenggaraan Perkebunan harus dilaksanakan Plantation Farming must be conducted by holding
dengan menjunjung tinggi kedaulatan Pelaku paramount the sovereignty of Farming Operators
Usaha Perkebunan yang memiliki hak untuk who have the right to develop themselves.
mengembangkan dirinya.

b. kemandirian; b. independence;
Penjelasan Pasal 2 (b): Elucidation of Article 2 (b):
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” “The principle of independence” means that
adalah penyelenggaraan Perkebunan harus Plantation Farming must be conducted
dilaksanakan secara independen dengan independently by giving preference for domestic
mengutamakan kemampuan sumber daya dalam resources capability.
negeri.

c. kebermanfaatan; c. benefit;
Penjelasan Pasal 2 (c): Elucidation of Article 2 (c):
Yang dimaksud dengan “asas kebermanfaatan” “The principle of benefit” means that Plantation
adalah penyelenggaraan Perkebunan dilakukan Farming shall be conducted by improving the
untuk meningkatkan kemakmuran dan public prosperity and welfare.
kesejahteraan rakyat.

d. keberlanjutan; d. sustainability;

5
Penjelasan Pasal 2 (d): Elucidation of Article 2 (d):
Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” “The principle of sustainability” means that
adalah penyelenggaraan Perkebunan harus Plantation Farming must be conducted consistently
dilaksanakan secara konsisten dan and sustainably by using the benefit of natural
berkesinambungan dengan memanfaatkan sumber resources, maintaining conservation of
daya alam, menjaga kelestarian fungsi lingkungan environmental functions, and considering
hidup, dan memperhatikan fungsi sosial budaya. sociocultural functions.

e. keterpaduan; e. integration;
Penjelasan Pasal 2 (e): Elucidation of Article 2 (e):
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” “The principle of integration” means that
adalah penyelenggaraan Perkebunan harus Plantation Farming must be conducted by
dilakukan dengan memadukan aspek sarana dan integrating the Plantation production
prasarana produksi Perkebunan, pembiayaan, infrastructure and facility aspects, finance,
budi daya Perkebunan, serta pengolahan dan Plantation Crop culture, and Farm Produce
pemasaran Hasil Perkebunan. milling/processing and marketing.

f. kebersamaan; f. togetherness;
Penjelasan Pasal 2 (f): Elucidation of Article 2 (f):
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” “The principle of togetherness” means that
adalah penyelenggaraan Perkebunan menerapkan Plantation Farming shall be conducted by entering
kemitraan secara terbuka sehingga terjalin saling into partnership transparently in order to foster
keterkaitan dan saling ketergantungan secara inter-relation and mutual reliance synergistically
sinergis antarPelaku Usaha Perkebunan. amongst the Farming Operators.

g. keterbukaan; g. transparency;
Penjelasan Pasal 2 (g): Elucidation of Article 2 (g):
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” “The principle of transparency” means that
adalah penyelenggaraan Perkebunan dilakukan Plantation Farming shall be conducted by
dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan considering the public aspirations and supported
didukung dengan pelayanan informasi yang dapat by information services to which Farming
diakses oleh Pelaku Usaha Perkebunan dan Operators and the public may have access.
masyarakat.

h. efisiensi-berkeadilan; h. efficiency and justice;


Penjelasan Pasal 2 (h): Elucidation of Article 2 (h):
Yang dimaksud dengan “asas efisiensi- “The principle of efficiency and justice” means
berkeadilan” adalah penyelenggaraan Perkebunan that Plantation Farming must be conducted
harus dilaksanakan secara tepat guna untuk efficiently in order to reap the benefit from the
menciptakan manfaat sebesar-besarnya dari resources to the maximum extent possible and give
sumber daya dan memberikan peluang serta all the citizens equal opportunity and chance
kesempatan yang sama secara proporsional proportionally within their capability.
kepada semua warga negara sesuai dengan
kemampuannya.

i. kearifan lokal; dan i. local genius; and


Penjelasan Pasal 2 (i): Elucidation of Article 2 (i):
Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” “The principle of local genius” means that
adalah Penyelenggaraan Perkebunan harus Plantation Farming must be conducted by
mempertimbangkan karakteristik sosial, ekonomi, considering the prevailing social, economic, and
dan budaya serta nilai-nilai luhur yang berlaku cultural characteristics and lofty values in the life
dalam tata kehidupan masyarakat setempat. of the local communities.

6
j. kelestarian fungsi lingkungan hidup. j. conservation of environmental functions.
Penjelasan Pasal 2 (j): Elucidation of Article 2 (j):
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian fungsi “The principle of conservation of environmental
lingkungan hidup” adalah penyelenggaraan functions” means that Plantation Farming must be
Perkebunan harus menggunakan sarana, conducted with the beneficial use of infrastructure,
prasarana, tata cara, dan teknologi yang tidak facilities, procedures, and technology that do not
mengganggu fungsi lingkungan hidup, baik secara impair the environmental functions, whether
biologis, mekanis, geologis, maupun kimiawi. biologically, mechanically, geologically, or
chemically.

Pasal 3 Article 3

Penyelenggaraan Perkebunan bertujuan untuk: Plantation Farming shall be conducted to:

a. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran a. improve the welfare and prosperity of the
rakyat; people;

b. meningkatkan sumber devisa negara; b. increase the country’s foreign exchange


earnings;

c. menyediakan lapangan kerja dan kesempatan c. create job vacancy and business opportunity;
usaha;

d. meningkatkan produksi, produktivitas, d. increase the production, productivity, quality,


kualitas, nilai tambah, daya saing, dan pangsa added value, competitiveness, and market
pasar; share;

e. meningkatkan dan memenuhi kebutuhan e. increase and fulfill the consumption needs and
konsumsi serta bahan baku industri dalam domestic industrial raw material;
negeri;

f. memberikan pelindungan kepada Pelaku f. provide protection for Farming Operators and
Usaha Perkebunan dan masyarakat; the public;
Penjelasan Pasal 3 (f): Elucidation of Article 3 (f):
Pelindungan kepada Pelaku Usaha Perkebunan Protection for Farming Operators and the public
dan masyarakat dimaksudkan agar in the conduct of Plantation Farming aims to
penyelenggaraan Perkebunan menjadi perekat dan integrate and unify the nation.
pemersatu bangsa.

g. mengelola dan mengembangkan sumber daya g. manage and develop Plantation resources in an
Perkebunan secara optimal, bertanggung optimum, responsible, and sustainable manner;
jawab, dan lestari; dan and

h. meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan. h. increase the engagement of Plantation services.


Penjelasan Pasal 3 (h): Elucidation of Article 3 (h):
Yang dimaksud dengan “jasa Perkebunan” adalah “Plantation services” means an activity conducted
kegiatan yang dilakukan oleh orang perseorangan by an individual or an entity on a fee for service or
maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau contract basis including, inter alia, the activities of
kontrak, yang antara lain meliputi kegiatan farm and/or milling/processing unit design,
pembuatan desain kebun dan/atau unit farmland cultivation, Plantation equipment and
pengolahan, pengolahan lahan, penyewaan alat machinery rental including their operators, plant-
dan mesin Perkebunan dengan operatornya, damaging organism spraying or control, cutting,
penyemprotan atau pengendalian organisme harvesting and post-harvesting, and Plantation
pengganggu tumbuhan, pemangkasan, pemanenan
7
dan pascapanen, serta pemeliharaan alat dan equipment and machinery maintenance.
mesin Perkebunan.

Pasal 4 Article 4

Lingkup pengaturan Perkebunan meliputi: The scope within which Plantation Farming is
governed shall include:

a. perencanaan; a. planning;

b. penggunaan lahan; b. use of farmland;

c. perbenihan; c. seeding;

d. budi daya Tanaman Perkebunan; d. Plantation Crop culture;

e. Usaha Perkebunan; e. Plantation Business/Farming;

f. pengolahan dan pemasaran Hasil Perkebunan; f. Farm Produce milling/processing and


marketing;

g. penelitian dan pengembangan; g. research and development;

h. sistem data dan informasi; h. data and information system;

i. pengembangan sumber daya manusia; i. human resources development;

j. pembiayaan Usaha Perkebunan; j. farming finance;

k. penanaman modal; k. investment;

1. pembinaan dan pengawasan; dan 1. direction and supervision; and

m. peran serta masyarakat. m. public participation.

BAB III CHAPTER III

PERENCANAAN PLANNING

Pasal 5 Article 5

(1) Perencanaan Perkebunan dimaksudkan untuk (1) Plantation planning shall aim to give direction,
memberikan arah, pedoman, dan alat guidance and control in order to achieve the
pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan objectives in the conduct of Plantation
Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Farming as referred to in Article 3.
Pasal 3.
Penjelasan Pasal 5 (1): Elucidation of Article 5 (1):
Yang dimaksud dengan “perencanaan “Plantation planning” means the national,
Perkebunan” adalah perencanaan makro nasional, provincial or the district/city macro-planning, not
provinsi, maupun kabupaten/kota, bukan business planning or micro-planning that is made
perencanaan usaha atau perencanaan mikro yang by Farming Operators.
dilakukan oleh Pelaku Usaha Perkebunan.

(2) Perencanaan Perkebunan terdiri atas (2) Plantation planning shall include the national
perencanaan nasional, perencanaan provinsi, planning, provincial planning, and district/city
dan perencanaan kabupaten/kota. planning.

8
(3) Perencanaan Perkebunan sebagaimana (3) Plantation planning as referred to in section (2)
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh shall be made by the Central Government and
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah the competent Regional Governments by
sesuai dengan kewenangannya dengan involving Farming Operators and the public to
melibatkan Pelaku Usaha Perkebunan dan participate.
peran serta masyarakat.

Pasal 6 Article 6

(1) Perencanaan Perkebunan sebagaimana (1) Plantation planning as referred to in Article 5


dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan shall be made with reference to:
berdasarkan:

a. rencana pembangunan nasional; a. the national development plan;

b. rencana tata ruang wilayah; b. the regional spatial planning;

c. kesesuaian Tanah dan iklim serta c. the Land and climate suitability and
ketersediaan lahan untuk Usaha availability of farmland for Plantation
Perkebunan; Business/Farming;

d. daya dukung dan daya tampung d. the environmental carrying capacity;


lingkungan;

e. kinerja pembangunan Perkebunan; e. the Plantation development performance;

f. perkembangan ilmu pengetahuan dan f. the science and technology development;


teknologi;

g. kondisi ekonomi dan sosial budaya; g. the economic and sociocultural condition;

h. kondisi pasar dan tuntutan globalisasi; dan h. global market condition and demands; and

i. aspirasi daerah dengan tetap menjunjung i. the regional aspirations by holding


tinggi keutuhan bangsa dan negara. paramount the nation and state integrity.

(2) Perencanaan Perkebunan mencakup: (2) Plantation planning shall include:

a. wilayah; a. territories;
Penjelasan Pasal 6 (2) (a): Elucidation of Article 6 (2) (a):
Yang dimaksud dengan “wilayah” adalah “Territory” means the availability of farmland
ketersediaan lahan berdasarkan agroklimat dan with the agroclimate and type of Land being
jenis Tanah yang sesuai untuk budi daya Tanaman suitable for Plantation Crop culture and integrated
Perkebunan dan Usaha Perkebunan yang Plantation Business/Farming, protection for the
dilakukan secara terintegrasi, pelindungan geographical territory for Farm commodities of
wilayah geografis bagi komoditas Perkebunan specific locations, and Plantation development
yang spesifik lokasi, dan kawasan pengembangan areas.
Perkebunan.

b. Tanaman Perkebunan; b. Plantation Crops;

c. sumber daya manusia; c. human resources;


Penjelasan Pasal 6 (2) (c): Elucidation of Article 6 (2) (c):
Sumber daya manusia mencakup Pelaku Usaha Human resources include Farming Operators,
Perkebunan, tenaga kerja Perkebunan, serta farmworkers, and apparatuses of the Central
9
aparat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Government and the Regional Governments in
yang terkait di bidang Perkebunan. charge of Plantation Farming.

d. kelembagaan; d. institutionalization;
Penjelasan Pasal 6 (2) (d): Elucidation of Article 6 (2) (d):
Kelembagaan Perkebunan antara lain, The institutionalized form of Plantation Farming
kelembagaan Pelaku Usaha Perkebunan dan includes, inter alia, the institutionalized form of
kelembagaan layanan Pemerintah Pusat dan Farming Operators and the institutionalized form
Pemerintah Daerah. of services of the Central Government and the
Regional Governments.

e. kawasan Perkebunan; e. Plantation areas;

f. keterkaitan dan keterpaduan hulu-hilir; f. upstream-downstream linkage and


integration;
Penjelasan Pasal 6 (2) (f): Elucidation of Article 6 (2) (f):
Yang dimaksud dengan “keterkaitan dan “Upstream-downstream linkage and integration”
keterpaduan hulu-hilir” adalah seluruh kegiatan means that all the planning activities are
perencanaan diselenggarakan dengan conducted with due regard to the approach system
memperhatikan pendekatan sistem dan usaha and agribusiness to create synergy.
agribisnis untuk membangun sinergi.

g. sarana dan prasarana; g. infrastructure and facilities;


Penjelasan Pasal 6 (2) (g): Elucidation of Article 6 (2) (g):
Sarana meliputi, antara lain, benih, pupuk, Facilities include, inter alia, seeds, fertilizers,
pestisida atau bio pestisida, alat dan mesin; pesticides or bio-pesticides, equipment and
sedangkan prasarana meliputi, antara lain, jalan, machinery; infrastructure includes, inter alia,
jembatan, dan saluran irigasi. roads, bridges, and irrigation channels.

h. pembiayaan; h. finance;
Penjelasan Pasal 6 (2) (h): Elucidation of Article 6 (2) (h):
Pembiayaan mencakup sumber dan komponen Finance includes finance sources and components
pembiayaan yang diperlukan dalam as required in the conduct of Plantation Farming.
penyelenggaraan Perkebunan.

i. penanaman modal; dan i. investment; and

j. penelitian dan pengembangan ilmu j. scientific and technological research and


pengetahuan dan teknologi. development.

Pasal 7 Article 7

(1) Perencanaan Perkebunan merupakan bagian (1) Plantation planning shall be an integral part of
integral dari perencanaan pembangunan the national development planning, regional
nasional, perencanaan pembangunan daerah, development planning, and sectoral
dan perencanaan pembangunan sektoral. development planning.

(2) Perencanaan Perkebunan ditetapkan dalam (2) Plantation planning shall be adopted in the
rencana pembangunan jangka panjang, rencana long-term development plan, the mid-term
pembangunan jangka menengah, dan rencana development plan, and the annual plan in the
tahunan di tingkat nasional, provinsi, dan national, provincial, and the district/city level
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan under the laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.
10
Pasal 8 Article 8

(1) Perencanaan Perkebunan nasional (1) The national Plantation planning as referred to
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) in Article 5 section (2) shall be made with due
dilakukan dengan memperhatikan rencana regard to the national development plan and
pembangunan nasional serta kebutuhan dan the provincial needs and recommendations.
usulan provinsi.

(2) Perencanaan Perkebunan provinsi (2) The provincial Plantation planning as referred
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) to in Article 5 section (2) shall be made with
dilakukan dengan memperhatikan rencana due regard to the national and provincial
pembangunan nasional dan provinsi serta development plans and the district/city needs
kebutuhan dan usulan kabupaten/kota. and recommendations.

(3) Perencanaan Perkebunan kabupaten/kota (3) The district/city Plantation planning as referred
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) to in Article 5 section (2) shall be made with
dilakukan dengan memperhatikan rencana due regard to the provincial and the
pembangunan provinsi dan kabupaten/kota. district/city development plans.

Pasal 9 Article 9

(1) Perencanaan Perkebunan diwujudkan dalam (1) Plantation planning shall be implemented
bentuk rencana Perkebunan. through the Plantation plan.

(2) Rencana Perkebunan sebagaimana dimaksud (2) Plantation plan as referred to in section (1)
pada ayat (1) terdiri atas: shall include:

a. rencana Perkebunan nasional disusun oleh a. the national Plantation plan that is
Menteri; prepared by the Minister;

b. rencana Perkebunan provinsi disusun oleh b. the provincial Plantation plan that is
gubernur; dan prepared by the governor; and

c. rencana Perkebunan kabupaten/kota c. the district/city Plantation plan that is


disusun oleh bupati/wali kota. prepared by the regent/mayor.

Pasal 10 Article 10

(1) Rencana Perkebunan nasional menjadi (1) The national Plantation plan shall be the
pedoman untuk menyusun perencanaan guidance pursuant to which the provincial
Perkebunan provinsi. Plantation plan is prepared.

(2) Rencana Perkebunan provinsi menjadi (2) The provincial Plantation plan shall be the
pedoman untuk menyusun perencanaan guidance pursuant to which the district/city
Perkebunan kabupaten/kota. Plantation plan is prepared.

(3) Rencana Perkebunan nasional, rencana (3) The national Plantation plan, the provincial
Perkebunan provinsi, dan rencana Perkebunan Plantation plan, and the district/city Plantation
kabupaten/kota menjadi pedoman bagi Pelaku plan shall be the guidance pursuant to which
Usaha Perkebunan dalam pengembangan Farming Operators develop Plantation
Perkebunan. Farming.

11
BAB IV CHAPTER IV

PENGGUNAAN LAHAN USE OF FARMLAND

Pasal 11 Article 11

(1) Pelaku Usaha Perkebunan dapat diberi hak (1) A Farming Operator may be entitled to land
atas tanah untuk Usaha Perkebunan sesuai tenure for Plantation Farming under the laws
dengan ketentuan peraturan perundang- and regulations.
undangan.
Penjelasan Pasal 11 (1): Elucidation of Article 11 (1):
Hak atas Tanah yang diperlukan untuk Usaha Land tenure that is required for Plantation
Perkebunan dapat berupa hak milik, hak guna Farming may be in the form of, freehold estate,
usaha, hak guna bangunan, dan/atau hak pakai right to farm, right to build, and/or right of use
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- under the laws and regulations.
undangan.

(2) Dalam hal terjadi perubahan status kawasan (2) Where there is a change in the status of the
hutan negara atau tanah terlantar, Pemerintah state forest areas or abandoned land, the
Pusat dapat mengalihkan status alas hak Central Government may transfer the title deed
kepada Pekebun sesuai dengan ketentuan to Smallholders under the laws and
peraturan perundang-undangan. regulations.

Pasal 12 Article 12

(1) Dalam hal Tanah yang diperlukan untuk Usaha (1) Where the Land needed for Plantation Farming
Perkebunan merupakan Tanah Hak Ulayat is Hak Ulayat Land of the Indigenous People,
Masyarakat Hukum Adat, Pelaku Usaha a Farming Operator must have deliberations
Perkebunan harus melakukan musyawarah with the Indigenous People holding Hak
dengan Masyarakat Hukum Adat pemegang Ulayat for agreement on Land disposal and
Hak Ulayat untuk memperoleh persetujuan compensation.
mengenai penyerahan Tanah dan imbalannya.
Penjelasan Pasal 12 (1): Elucidation of Article 12 (1):
Imbalan yang bisa diberikan antara lain berupa Compensation may be given in the form of, inter
uang dan/atau kepemilikan saham. alia, money and/or shareholdings.

(2) Musyawarah dengan Masyarakat Hukum Adat (2) Deliberations with the Indigenous People
pemegang Hak Ulayat sebagaimana dimaksud holding Hak Ulayat as referred to in section
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan (1) shall be made under the laws and
ketentuan peraturan perundang-undangan. regulations.

Pasal 13 Article 13

Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud The Indigenous People as referred to in Article 12
dalam Pasal 12 ayat (1) ditetapkan sesuai dengan section (1) shall be specified under the laws and
ketentuan peraturan perundang-undangan. regulations.

Pasal 14 Article 14

(1) Pemerintah Pusat menetapkan batasan luas (1) The Central Government shall specify the
maksimum dan luas minimum penggunaan maximum land area and the minimum land
lahan untuk Usaha Perkebunan. area for use in Plantation Farming.

(2) Penetapan batasan luas sebagaimana dimaksud (2) The area as referred to in section (1) shall be
12
pada ayat (1) harus mempertimbangkan: determined in consideration of:

a. jenis tanaman; a. the types of the plants;

b. ketersediaan lahan yang sesuai secara b. the availability of farmland which is


agroklimat; agroclimatically suitable;

c. modal; c. the capital;

d. kapasitas pabrik; d. the mill capacity;

e. tingkat kepadatan penduduk; e. the density rate;

f. pola pengembangan usaha; f. the business development scheme;

g. kondisi geografis; g. the geographical condition;

h. perkembangan teknologi; dan h. the development of technology; and

i. pemanfaatan lahan berdasarkan fungsi i. utilization of farmland according to the


ruang sesuai dengan ketentuan peraturan function of space under the laws and
perundang-undangan di bidang tata ruang. regulations concerning spatial planning.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan (3) Ancillary provisions for determination of the
batasan luas diatur dalam Peraturan maximum area shall be governed by
Pemerintah. Regulation of the Government.

Pasal 15 Article 15

Perusahaan Perkebunan dilarang memindahkan hak A Plantation Company is prohibited from


atas tanah Usaha Perkebunan yang mengakibatkan transferring land tenure for Plantation Farming that
terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas results in the business unit becoming less than the
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. minimum land area as referred to in Article 14.
Penjelasan Pasal 15: Elucidation of Article 15:
Larangan pemindahan hak tersebut bertujuan agar Such transfer is prohibited to prevent the
Lahan Perkebunan dengan batas minimum tidak Farmland with a minimum land area from being
terjadi pemecahan yang dapat mengubah divided further, which changes the land allocation
peruntukan dan penggunaan lahannya sehingga and land use planning, leaving the Plantation
tidak memenuhi skala usaha yang dipersyaratkan. Company incompliant with the required business
scale.

Pasal 16 Article 16

(1) Perusahaan Perkebunan wajib mengusahakan (1) a Plantation Company must farm the Farmland
Lahan Perkebunan: as follows:

a. paling lambat 3 (tiga) tahun setelah a. within 3 (three) years of the entitlement to
pemberian status hak atas tanah, land tenure, a Plantation Company must
Perusahaan Perkebunan wajib farm the farmland of at least 30% (thirty
mengusahakan lahan Perkebunan paling percent) of the entitled land area; and
sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari
luas hak atas tanah; dan

b. paling lambat 6 (enam) tahun setelah b. within 6 (six) years of the entitlement to
pemberian status hak atas tanah, land tenure, a Plantation Company must
Perusahaan Perkebunan wajib farm the whole area of the entitled land
13
mengusahakan seluruh luas hak atas tanah which is technically arable.
yang secara teknis dapat ditanami
Tanaman Perkebunan.

(2) Jika Lahan Perkebunan tidak diusahakan (2) If the Farmland is not farmed under section
sesuai dengan ketentuan sebagaimana (1), the non-farmed Plantation Land shall be
dimaksud pada ayat (1), bidang Tanah subject to expropriation by the state under the
Perkebunan yang belum diusahakan laws and regulations.
diambilalih oleh negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 16 (2): Elucidation of Article 16 (2):
Bidang Tanah Perkebunan yang diambil alih oleh Plantation Land that is expropriated by the State
negara merupakan bidang Tanah Perkebunan shall be the non-farmed Plantation Land of the
yang belum diusahakan oleh Perusahaan Plantation Company, whereas the farmed
Perkebunan, sedangkan bidang Tanah Perkebunan Plantation Land shall remain the property of the
yang telah diusahakan tetap menjadi milik Plantation Company.
Perusahaan Perkebunan.

Pasal 17 Article 17

(1) Pejabat yang berwenang dilarang menerbitkan (1) The competent official is prohibited from
izin Usaha Perkebunan di atas Tanah Hak issuing a Plantation license/permit on Hak
Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Ulayat Land of the Indigenous People.

(2) Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud (2) The provision for prohibition as referred to in
pada ayat (1) dikecualikan dalam hal telah section (1) shall be waived where agreement
dicapai persetujuan antara Masyarakat Hukum between the Indigenous people and the
Adat dan Pelaku Usaha Perkebunan mengenai Farming Operator on the Land disposal and
penyerahan Tanah dan imbalannya compensation as referred to in Article 12
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat section (1) is reached.
(1).

Pasal 18 Article 18

(1) Perusahaan Perkebunan yang melanggar (1) A Plantation Company in breach of Article 15
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal and Article 16 shall be imposed administrative
15 dan Pasal 16 dikenai sanksi administratif. sanctions.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Administrative sanctions as referred to in


pada ayat (1) berupa: section (1) shall include:

a. denda; a. a penalty;

b. penghentian sementara dari kegiatan b. suspension of business activities; and/or


usaha; dan/atau

c. pencabutan izin Usaha Perkebunan. c. revocation of the Plantation license/


permit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran (3) Ancillary provisions for the types, amount of
denda, dan tata cara pengenaan sanksi penalty, and procedures for imposition of
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat administrative sanctions as referred to in
(1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan section (1) and section (2) shall be governed
Pemerintah. by Regulation of the Government.

14
BAB V CHAPTER V

PERBENIHAN SEEDING

Pasal 19 Article 19

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai The Central Government and the competent
dengan Kewenangannya berkewajiban melindungi, Regional Governments must protect, enrich, utilize,
memperkaya, memanfaatkan, mengembangkan, develop, and conserve the Plantation Crops genetic
dan melestarikan sumber daya genetik Tanaman resources under the laws and regulations.
Perkebunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 20 Article 20

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya melakukan Regional Governments must check
inventarisasi, pendaftaran, pendokumentasian, inventories, register, document, and maintain
dan pemeliharaan terhadap sumber daya the Plantation Crops genetic resources.
genetik Tanaman Perkebunan.

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (2) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya sebagaimana Regional Governments as referred to in section
dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama (1) may cooperate with Farming Operators
dengan Pelaku Usaha Perkebunan dan/atau and/or the public.
masyarakat.

(3) Data dokumentasi sumber daya genetik (3) The documented Plantation Crops genetic
Tanaman Perkebunan terbuka bagi Pelaku resources data shall be accessible to Farming
Usaha Perkebunan dan/atau masyarakat untuk Operators and/or the public for utilization and
dimanfaatkan dan dikembangkan. development.

(4) Keterbukaan data dokumentasi sebagaimana (4) The documented data as referred to in section
dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk yang (3) shall not include those exempt under the
dikecualikan berdasarkan ketentuan peraturan laws and regulations.
perundang-undangan.

Pasal 21 Article 21

(1) Pemanfaatan sumber daya genetik Tanaman (1) Plantation Crops genetic resources as referred
Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam to in Article 19 shall be utilized in a
Pasal 19 dilakukan secara berkelanjutan. sustainable manner.

(2) Menteri menetapkan sumber daya genetik (2) The Minister shall specify the Plantation Crops
Tanaman Perkebunan yang terancam punah genetic resources in danger of extinction in
dengan mempertimbangkan sifat, jumlah, dan consideration of their characteristics, quantity,
sebarannya. and distribution.

(3) Pemanfaatan sumber daya genetik yang (3) The Plantation Crops genetic resources in
terancam punah dilakukan dengan izin danger of extinction shall be utilized with the
Menteri. permission of the Minister.

Pasal 22 Article 22

(1) Pemerintah Pusat memfasilitasi pengayaan (1) The Central Government shall facilitate the
sumber daya genetik Tanaman Perkebunan enrichment of Plantation Crops genetic
15
melalui berbagai metode dan introduksi. resources through numerous methods and
introduction.

(2) Pemerintah Pusat memberikan kemudahan (2) The Central Government shall provide easy
perizinan dan penggunaan fasilitas penelitian access to the licensing/permission and use of
milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah research facilities belonging to the Central
Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk Government and the competent Regional
pengayaan sumber daya genetik Tanaman Governments for enrichment of the Plantation
Perkebunan. Crops genetic resources.

Pasal 23 Article 23

(1) Setiap Orang dilarang mengeluarkan sumber (1) Any Person is prohibited from bringing
daya genetik Tanaman Perkebunan yang Plantation Crops genetic resources in danger of
terancam punah dan/atau yang dapat extinction and/or detrimental to the national
merugikan kepentingan nasional dari wilayah interest out of the territory of the Unitary State
Negara Kesatuan Republik Indonesia. of the Republic of Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya (2) Ancillary provisions for Plantation Crops
genetik Tanaman Perkebunan sebagaimana genetic resources as referred to in section (1)
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan shall be governed by Regulation of the
Peraturan Menteri. Minister.

Pasal 24 Article 24

(1) Pemerintah Pusat menetapkan jenis benih (1) The Central Government shall specify the
Tanaman Perkebunan yang pengeluaran dari types of Plantation Crops seeds, of which the
dan/atau pemasukannya ke dalam wilayah exportation from and/or importation to the
Negara Kesatuan Republik Indonesia territory of the Unitary State of the Republic of
memerlukan izin. Indonesia is subject to licensing/permission.

(2) Pengeluaran benih dari dan/atau (2) Exportation from and/or importation to the
pemasukannya ke dalam Wilayah Negara territory of the Unitary State of the Republic of
Kesatuan Republik Indonesia wajib Indonesia must acquire a license/permit from
mendapatkan izin Menteri. the Minister.

(3) Pemasukan benih dari luar negeri harus (3) Importation of seeds from abroad must fulfill
memenuhi standar mutu atau persyaratan the minimum quality standards or technical
teknis minimal. requirements.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar mutu (4) Ancillary provisions for the minimum quality
atau persyaratan teknis minimal sebagaimana standards or technical requirements as referred
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan to in section (3) shall be governed by
Pemerintah. Regulation of the Government.

Pasal 25 Article 25

Introduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Introduction as referred to in Article 22 and


dan pelarangan pengeluaran sumber daya genetik prohibition of exportation of the Plantation Crops
Tanaman Perkebunan yang terancam punah genetic resources in danger of extinction and/or
dan/atau yang dapat merugikan kepentingan detrimental to the national interest from the
nasional dari wilayah Negara Kesatuan Republik territory of the Unitary State of the Republic of
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Indonesia as referred to in Article 23 shall be made
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan under the laws and regulations.
perundang-undangan.

16
Pasal 26 Article 26

Perolehan benih bermutu untuk pengembangan Quality seeds for development of Plantation Crop
budi daya Tanaman Perkebunan dilakukan melalui culture shall be acquired from the invention of
kegiatan penemuan varietas unggul dan/atau superior varieties and/or introduction from abroad.
introduksi dari luar negeri.

Pasal 27 Article 27

(1) Penemuan varietas unggul dilakukan melalui (1) Superior varieties shall be invented through
kegiatan pemuliaan tanaman. plant breeding.

(2) Pencarian dan pengumpulan sumber daya (2) The Central Government shall survey and
genetik dalam rangka pemuliaan tanaman collect Genetic resources in the scope of plant
dilakukan oleh Pemerintah Pusat. breeding.

(3) Kegiatan pencarian dan pengumpulan sumber (3) Survey and collection of genetic resources as
daya genetik sebagaimana dimaksud dalam referred to in section (2) may be made by an
ayat (2) dapat dilakukan oleh orang individual or a legal entity with the
perseorangan atau badan hukum berdasarkan licensing/permission of the Minister.
izin Menteri.

(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (4) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya melakukan Regional Governments shall together with the
pelestarian sumber daya genetik bersama public preserve the genetic resources.
masyarakat.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pencarian, (5) Ancillary provisions for procedures for survey,
pengumpulan, dan pelestarian sumber daya collection, and preservation of genetic
genetik diatur lebih lanjut dalam Peraturan resources shall be governed by Regulation of
Pemerintah. the Government.

Pasal 28 Article 28

(1) Introduksi dari luar negeri dilakukan dalam (1) Introduction from abroad shall be made
bentuk benih atau materi induk untuk through seeds or parent stocks for plant
pemuliaan tanaman. breeding.

(2) Introduksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Introduction as referred to in section (1) shall
(1) dilakukan oleh Pemerintah Pusat, be made by the Central Government, the
Pemerintah Daerah sesuai dengan competent Regional Governments, or Farming
kewenangannya, atau Pelaku Usaha Operators.
Perkebunan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai introduksi (3) Ancillary provisions for introduction shall be
diatur dalam Peraturan Pemerintah. governed by Regulation of the Government.

Pasal 29 Article 29

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah sesuai The Central Government, the competent Regional
dengan kewenangannya, atau Pelaku Usaha Governments, or Farming Operators may conduct
Perkebunan dapat melakukan pemuliaan tanaman plant breeding for invention of superior varieties.
untuk menemukan varietas unggul.

17
Pasal 30 Article 30

(1) Varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari (1) Varieties that are bred or introduced from
luar negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu abroad must, prior to circulation, be released
harus dilepas oleh Pemerintah Pusat atau by the Central Government or launched by the
diluncurkan oleh pemilik varietas. variety holders.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat-syarat (2) Ancillary provisions for the requirements and
dan tata cara pelepasan atau peluncuran diatur procedures for release and launching thereof
dengan Peraturan Menteri. shall be governed by Regulation of the
Minister.

Pasal 31 Article 31

(1) Varietas yang telah dilepas atau diluncurkan (1) Varieties that have been released and launched
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat as referred to in Article 30 section (1) may be
(1) dapat diproduksi dan diedarkan. placed into production and circulation.

(2) Varietas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Varieties as referred to in section (1) must,
sebelum diedarkan harus dilakukan sertifikasi prior to circulation, be subject to certification
dan diberi label. and labeling requirements.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai produksi, (3) Ancillary provisions for production,
sertifikasi, pelabelan, dan peredaran diatur certification, labeling, and circulation shall be
dengan Peraturan Menteri. governed by Regulation of the Minister.

BAB VI CHAPTER VI

BUDI DAYA TANAMAN PERKEBUNAN PLANTATION CROP CULTURE

Bagian Kesatu Part One

Pembukaan dan Pengolahan Lahan Farmland Clearing and Cultivation

Pasal 32 Article 32

(1) Setiap Orang yang membuka dan mengolah (1) Any Person that clears and cultivates farmland
lahan dalam luasan tertentu untuk keperluan of certain area size for Plantation Crop culture
budi daya Tanaman Perkebunan wajib must comply with the procedures for
mengikuti tata cara yang dapat mencegah prevention of the environmental damage.
timbulnya kerusakan lingkungan hidup.

(2) Setiap Orang yang menggunakan media (2) Any person that uses Plantation Crop growing
tumbuh Tanaman Perkebunan untuk keperluan media for Plantation Crop culture must comply
budi daya Tanaman Perkebunan wajib with the procedures for prevention of the
mengikuti tata cara yang dapat mencegah environmental pollution.
timbulnya pencemaran lingkungan hidup.

(3) Ketentuan mengenai tata cara mencegah (3) Ancillary provisions for prevention of the
timbulnya kerusakan lingkungan hidup dan environmental damage and prevention of the
pencemaran lingkungan hidup diatur dalam environmental pollution shall be governed by
Peraturan Pemerintah. Regulation of the Government.

18
Bagian Kedua Part Two

Pelindungan Tanaman Perkebunan Protection for Plantation Crops

Pasal 33 Article 33

(1) Pelindungan Tanaman Perkebunan dilakukan (1) Protection for Plantation Crops shall be made
melalui pemantauan, pengamatan, dan by monitoring, observation, and control over
pengendalian organisme pengganggu plant-damaging organisms.
tumbuhan.

(2) Pelaksanaan pelindungan Tanaman (2) Protection for Plantation Crops as referred to
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat in section (1) shall be the responsibility of the
(1) menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha Farming Operator, the competent Regional
Perkebunan, Pemerintah Daerah sesuai dengan Governments, and the Central Government.
kewenangannya, dan Pemerintah Pusat.

Pasal 34 Article 34

Setiap Pelaku Usaha Perkebunan yang memiliki Any Farming Operator that has or possesses
atau menguasai Tanaman Perkebunan harus Plantation Crops must report the attack of plant-
melaporkan adanya serangan organisme damaging organisms on its plants to the competent
pengganggu tumbuhan pada tanamannya kepada official for control.
pejabat yang berwenang dan yang bersangkutan
harus mengendalikannya.

Pasal 35 Article 35

(1) Dalam rangka pengendalian organisme (1) With respect to the control over damaging
pengganggu tumbuhan, setiap Pelaku Usaha organisms, any Farming Operator must have
Perkebunan berkewajiban memiliki standar the minimum standard infrastructure and
minimum sarana dan prasarana pengendalian facilities for controlling Plantation Crop
organisme pengganggu Tanaman Perkebunan. damaging organisms.

(2) Ketentuan mengenai standar minimum sarana (2) Ancillary provisions for the minimum standard
dan prasarana sebagaimana dimaksud pada infrastructure and facilities as referred to in
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. section (1) shall be governed by Regulation of
the Minister.

Pasal 36 Article 36

Pelindungan Tanaman Perkebunan sebagaimana Protection for Plantation Crops as referred to in


dimaksud dalam Pasal 33 dilaksanakan melalui Article 33 shall be made by:
kegiatan:

a. pencegahan masuknya organisme pengganggu a. prevention of the entry of plant-damaging


tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu organisms into and the spreading from one
area ke area lain di dalam wilayah Negara area to another within the territory of the
Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Unitary State of the Republic of Indonesia
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/ under the laws and regulations; and/or
atau

b. eradikasi organisme pengganggu tumbuhan. b. eradication of plant-damaging organisms.


Penjelasan Pasal 36 (b): Elucidation of Article 36 (b):
Yang dimaksud dengan “eradikasi” adalah “Eradication” means an act of destroying plants,
19
tindakan pemusnahan terhadap tanaman, plant-damaging organisms, and other matters that
organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain contribute to the spreading of plant-damaging
yang menyebabkan tersebarnya organisme organisms at a certain location.
pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu.

Pasal 37 Article 37

(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah (1) The Central Government or the Regional
sesuai dengan kewenangannya dapat Governments may eradicate or cause any
melakukan atau memerintahkan dilakukannya plants and/or any other things contributing to
eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda the spreading of plant-damaging organisms to
lain yang menyebabkan tersebarnya organisme be eradicated.
pengganggu tumbuhan.

(2) Eradikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Eradication as referred to in section (1) shall
dilaksanakan apabila organisme pengganggu be made if the plant-damaging organisms are
tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya deemed to be extensively dangerous and
dan mengancam keselamatan tanaman secara threatening the safety of plants.
meluas.

Pasal 38 Article 38

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan Ancillary provisions for protection for Plantation
Tanaman Perkebunan sebagaimana dimaksud Crops as referred to in Article 33 to Article 37 shall
dalam Pasal 33 sampai dengan Pasal 37 diatur be governed by Regulation of the Minister.
dengan Peraturan Menteri.

BAB VII CHAPTER VII

USAHA PERKEBUNAN PLANTATION BUSINESS/FARMING

Bagian Kesatu Part One

Pelaku Usaha Perkebunan Farming Operators

Pasal 39 Article 39

(1) Usaha Perkebunan dapat dilakukan di seluruh (1) Plantation Business/Farming may be
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia conducted throughout the territory of the
oleh Pelaku Usaha Perkebunan dalam negeri Unitary State of the Republic of Indonesia by
atau penanam modal asing. domestic Farming Operators or foreign
investors.

(2) Penanam modal asing sebagaimana dimaksud (2) Foreign investors as referred to in section (1)
pada ayat (1) terdiri atas: shall include:

a. badan hukum asing; atau a. foreign legal entities; or

b. perseorangan warga negara asing. b. foreign-citizen individuals.

(3) Penanam modal asing sebagaimana dimaksud (3) Foreign investors as referred to in section (2)
pada ayat (2) yang melakukan Usaha engaged in Plantation Business/Farming must
Perkebunan harus bekerja sama dengan Pelaku cooperate with domestic Farming Operators by
Usaha Perkebunan dalam negeri dengan forming an Indonesian legal entity.
membentuk badan hukum Indonesia.

20
Pasal 40 Article 40

(1) Pengalihan kepemilikan Perusahan (1) Transfer of ownership of a Plantation


Perkebunan kepada penanam modal asing Company to a foreign investor may be made
dapat dilakukan setelah memperoleh upon approval from the Minister.
persetujuan Menteri.

(2) Menteri dalam memberikan persetujuan (2) The Minister shall, in giving approval as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) referred to in section (1), act in the national
dilakukan berdasarkan kepentingan nasional. interest.
Penjelasan Pasal 40 (2): Elucidation of Article 40 (2):
Yang dimaksud dengan “kepentingan nasional” “National interest” means an approach that aims
adalah suatu pendekatan yang bertujuan menjaga to preserve the political, economic, sociocultural
stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, serta stability and defense and security.
pertahanan dan keamanan.

Bagian Kedua Part Two

Jenis dan Perizinan Usaha Perkebunan Types and Licenses/Permission of Plantation


Business/Farming

Pasal 41 Article 41

(1) Jenis Usaha Perkebunan terdiri atas usaha budi (1) The types of Plantation Business/Farming shall
daya Tanaman Perkebunan, usaha Pengolahan include Plantation Crop culture business, Farm
Hasil Perkebunan, dan usaha jasa Perkebunan. Produce Milling/Processing business, and
Plantation services business.
Penjelasan Pasal 41 (1): Elucidation of Article 41 (1):
Yang dimaksud dengan “usaha Pengolahan Hasil “Farm Produce Milling/Processing business”
Perkebunan” adalah kegiatan pengolahan yang means an activity to mill/process the main raw
bahan baku utamanya berasal dari hasil budidaya material that originates in the Plantation Crop
Tanaman Perkebunan untuk memperoleh nilai culture products in order to increase the added
tambah, yang menurut sifat dan karakteristiknya value, which is naturally and characteristically
tidak dapat dipisahkan dengan usaha budi daya inseparable from the Plantation Crop culture
Tanaman Perkebunan, seperti gula pasir dan tebu, business such as granulated sugar and sugar cane,
teh hitam dan teh hijau dari daun teh, serta minyak black tea and green leaf tea, and crude palm oil
sawit mentah dari ekstraksi kelapa sawit. extracted from the oil palm fruit.

(2) Usaha budi daya Tanaman Perkebunan (2) Plantation Crop culture business as referred to
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) in section (1) shall be a series of activities of
merupakan serangkaian kegiatan pratanam, pre-planting, planting, plant maintenance,
penanaman, pemeliharaan tanaman, harvesting, and sorting.
pemanenan, dan sortasi.

(3) Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (3) Farm Produce Milling/Processing business as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) referred to in section (1) shall be the
merupakan kegiatan pengolahan yang bahan milling/processing of Farm Produce as the
baku utamanya Hasil Perkebunan untuk main raw material for added value.
memperoleh nilai tambah.

(4) Usaha jasa Perkebunan sebagaimana dimaksud (4) Plantation services business as referred to in
pada ayat (1) merupakan kegiatan untuk section (1) shall be an activity to support the
mendukung usaha budi daya tanaman dan/atau crop culture business and/or Farm Produce
usaha Pengolahan Hasil Perkebunan. Milling/Processing business.
21
Pasal 42 Article 42

Kegiatan usaha budi daya Tanaman Perkebunan Plantation Crop culture business and/or Farm
dan/atau usaha Pengolahan Hasil Perkebunan Produce Milling/Processing business as referred to
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) in Article 41 section (1) may only be conducted by
hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Farming Operators who have acquired land tenure
Perkebunan apabila telah mendapatkan hak atas and/or a plantation license/permit.
tanah dan/atau izin usaha perkebunan.

Pasal 43 Article 43

Kegiatan usaha Pengolahan Hasil Perkebunan Farm Produce Milling/Processing business may be
dapat didirikan pada wilayah Perkebunan swadaya conducted in the area of the community self-
masyarakat yang belum ada usaha Pengolahan reliance Plantation that lacks Farm Produce
Hasil Perkebunan setelah memperoleh hak atas Milling/Processing business after acquiring land
tanah dan izin Usaha Perkebunan. tenure and a Plantation license/permit.

Pasal 44 Article 44

(1) Usaha budi daya Tanaman Perkebunan (1) Plantation Crop culture business as referred to
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat in Article 41 section (1) may be conducted
(1) dapat dilaksanakan secara terintegrasi integrating with the Plantation Crop product
dengan unit pengolahan hasil Tanaman milling/processing units and/or livestock
Perkebunan dan/atau budi daya ternak. farming units.

(2) Usaha budi daya Tanaman Perkebunan (2) Plantation Crop culture business as referred to
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat in Article 41 section (1) may be diversified
(1) dapat dilaksanakan diversifikasi berupa into agritourism and/or other business.
agrowisata dan/atau usaha lainnya.
Penjelasan Pasal 44 (2): Elucidation of Article 44 (2):
Usaha lainnya antara lain budi daya tanaman Other business includes, inter alia, Plantation
Perkebunan dengan tanaman kehutanan dan Crop culture with forest crop culture, and
tanaman Perkebunan dengan lebah madu. Plantation Crop culture with honeybee culture.

(3) Integrasi usaha budi daya Tanaman (3) The integration of the Plantation Crop culture
Perkebunan dengan budi daya ternak dan and livestock farming and business
diversifikasi usaha harus mengutamakan diversification must give preference for
Tanaman Perkebunan sebagai usaha pokok. Plantation Crops as the main business.

(4) Ketentuan mengenai pelaksanaan integrasi dan (4) Ancillary provisions for integration and
diversifikasi usaha diatur dengan Peraturan business diversification shall be governed by
Menteri. Regulation of the Minister.

Pasal 45 Article 45

(1) Untuk mendapatkan izin Usaha Perkebunan (1) A Plantation license/permit as referred to in
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus Article 42 shall be acquired upon fulfilling the
memenuhi persyaratan: following requirements:

a. izin lingkungan; a. obtaining an environmental permit;

b. kesesuaian dengan rencana tata ruang b. complying with the regional spatial
wilayah; dan planning; and

22
c. kesesuaian dengan rencana Perkebunan. c. being consistent with the Plantation plan.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud (2) In addition to the requirements as referred to in
pada ayat (1): section (1):

a. usaha budi daya Perkebunan harus a. Plantation Crop culture business must
mempunyai sarana, prasarana, sistem, dan have infrastructure, facilities, system, and
sarana pengendalian organisme plant-damaging organism control; and
pengganggu tumbuhan; dan

b. usaha Pengolahan Hasil Perkebunan harus b. Farm Produce Milling/Processing business


memenuhi sekurang-kurangnya 20% (dua must fulfill at least 20% (twenty percent)
puluh perseratus) dari keseluruhan bahan of the total raw material originating in its
baku yang dibutuhkan berasal dari kebun own self-managed farm.
yang diusahakan sendiri.

Pasal 46 Article 46

Jenis Tanaman Perkebunan pada usaha budi daya The types of Plantation Crops in the Plantation
Tanaman Perkebunan sebagaimana dimaksud Crop culture as referred to in Article 41 section (1)
dalam Pasal 41 ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. shall be specified by the Minister.

Pasal 47 Article 47

(1) Perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha (1) Plantation Companies engaged in Plantation
budi daya Tanaman Perkebunan dengan luasan Crop culture business in a certain land area
skala tertentu dan/atau usaha Pengolahan Hasil and/or Farm Produce Milling/Processing
Perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu business in a certain mill capacity must hold a
wajib memiliki izin usaha perkebunan. plantation license/permit.
Penjelasan Pasal 47 (1): Elucidation of Article 47 (1):
Yang dimaksud dengan “skala tertentu” adalah “Certain scale” means that the Plantation
Usaha Perkebunan yang dilakukan oleh Business/Farming conducted by a Plantation
Perusahaan Perkebunan sesuai dengan skala Company is consistent with the business scale as
usaha yang ditetapkan oleh Menteri. the Minister may determine.
Yang dimaksud dengan “kapasitas pabrik “Certain mill capacity” means the minimum
tertentu” adalah kapasitas minimal unit capacity of the Farm Produce milling/ processing
pengolahan Hasil Perkebunan yang ditetapkan unit as the Minister may determine.
oleh Menteri.

(2) Izin usaha perkebunan diberikan dengan (2) A plantation license/permit shall be issued in
mempertimbangkan: consideration of:

a. jenis tanaman; a. the types of plants;

b. kesesuaian Tanah dan agroklimat; b. the Land and agroclimate suitability;

c. teknologi, c. technology;

d. tenaga kerja; dan d. labor; and

e. modal. e. capital.

Pasal 48 Article 48

(1) Izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud (1) A plantation license/permit as referred to in

23
dalam Pasal 47 ayat (1) diberikan oleh: Article 47 section (1) shall be issued by:

a. gubernur untuk wilayah lintas kabupaten/ a. the governor for an area overlapping the
kota; dan boundaries of the districts/cities; and

b. bupati/wali kota untuk wilayah dalam b. the regent and/or mayor for an area within
suatu kabupaten/kota. one district/city.
Penjelasan Pasal 48 (1): Elucidation of Article 48 (1):
Pemberian izin usaha pada wilayah khusus seperti The issuance of a license/permit at the special
Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, dan territories such as the Province of Papua Barat,
Provinsi Aceh disesuaikan dengan ketentuan the Province of Papua, and the Province of Aceh
peraturan perundang-undangan. shall be adjusted to the laws and regulations.

(2) Dalam hal lahan Usaha Perkebunan berada (2) Where the farmland for Plantation
pada wilayah lintas provinsi, izin diberikan Business/Farming is located in the area
oleh Menteri. overlapping the boundaries of the provinces, a
license/permit thereof shall be issued by the
Minister.

(3) Perusahaan Perkebunan yang telah mendapat (3) A Plantation Company holding a plantation
izin usaha perkebunan wajib menyampaikan license/permit must submit a periodic business
laporan perkembangan usahanya secara progress report at least once a (1) year to the
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun issuing authority as referred to in section (1)
sekali kepada pemberi izin sebagaimana and section (2).
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Laporan perkembangan usaha secara berkala (4) A periodic business progress report as referred
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga to in section (3) shall also be submitted to the
disampaikan kepada Menteri. Minister.
Penjelasan Pasal 48 (4): Elucidation of Article 48 (4):
Laporan perkembangan usaha antara lain A business progress report includes, inter alia, the
perkembangan pelaksanaan perizinan, jumlah updates of license/permit use, production quantity,
produksi, pelaksanaan kemitraan, kegiatan partnership, field activities, mills, marketing, and
lapangan, pabrik pengolahan, pemasaran, dan environmental management.
pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 49 Article 49

Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata Ancillary provisions for the requirements and
cara pemberian izin Usaha Perkebunan, luasan procedures for issuing a Plantation license/permit,
lahan tertentu untuk usaha budi daya Tanaman certain farmland area for Plantation Crop culture,
Perkebunan, dan kapasitas pabrik tertentu untuk and certain mill capacity for Farm Produce Milling/
usaha Pengolahan Hasil Perkebunan sebagaimana Processing business as referred to in Article 41 to
dimaksud dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 48 Article 48 shall be governed by Regulation of the
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Government.

Pasal 50 Article 50

Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota yang The Minister, the governor, and the regent/mayor
berwenang menerbitkan izin usaha perkebunan competent to issue a plantation license/permit are
dilarang: prohibited from:

a. menerbitkan izin yang tidak sesuai peruntukan; a. issuing a license/permit other than in
dan/atau accordance with the land allocation; and/or
24
b. menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan b. issuing a license/permit other than in
syarat dan ketentuan peraturan perundang- accordance with the terms and conditions of
undangan. the laws and regulations.

Bagian Ketiga Part Three

Pemberdayaan Usaha Perkebunan Empowerment of Plantation Business/Farming

Pasal 51 Article 51

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban Regional Governments must empower
menyelenggarakan pemberdayaan Usaha Plantation Business/Farming.
Perkebunan.
Penjelasan Pasal 51 (1): Elucidation of Article 51 (1):
Pemberdayaan Usaha Perkebunan dilaksanakan Plantation Business/Farming shall be empowered
melalui fasilitasi kepada Pelaku Usaha through the provision of facilities to the Farming
Perkebunan yang diutamakan kepada Pekebun Operators, particularly Smallholders, to enable
agar mampu mengembangkan usaha dan them to develop their business and improve their
meningkatkan kesejahteraannya. welfare.

(2) Pemberdayaan Usaha Perkebunan (2) Empowerment of Plantation Business/Farming


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat as referred to in section (1) may be made by
dilakukan dengan melibatkan masyarakat. involving the public.

(3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada (3) Empowerment as referred to in section (1)
ayat (1) meliputi: shall include:

a. menyelenggarakan pendidikan dan a. to provide education and training with


pelatihan sumber daya manusia respect to Plantation human resources;
Perkebunan;

b. memfasilitasi sumber pembiayaan/ b. to facilitate sources of finance/capital;


permodalan;

c. menghindari pengenaan biaya yang tidak c. to avoid the imposition of fees other than
sesuai dengan peraturan perundang- in accordance with the laws and
undangan; regulations;

d. memfasilitasi pelaksanaan ekspor Hasil d. to facilitate the exportation of Farm


Perkebunan; Produce;

e. mengutamakan Hasil Perkebunan dalam e. to give preference for domestic Farm


negeri untuk memenuhi kebutuhan Produce to fulfill the consumption needs
konsumsi dan bahan baku industri; and industrial raw material;

f. mengatur pemasukan dan pengeluaran f. to organize the importation and


Hasil Perkebunan; exportation of Farm Produce;

g. memfasilitasi aksesibilitas ilmu g. to facilitate access to science and


pengetahuan dan teknologi serta technology and information;
informasi;

h. memfasilitasi akses penyebaran informasi h. to facilitate access to dissemination of


dan penggunaan benih unggul; information on and use of superior seeds;

25
i. memfasilitasi penguatan kelembagaan i. to facilitate the consolidation of the
Pekebun; dan/atau institutionalized form of Smallholders;
and/or

j. memfasilitasi jaringan kemitraan j. to facilitate the partnership amongst the


antarPelaku Usaha Perkebunan. Farming Operators.

Pasal 52 Article 52

Pemerintah Pusat memfasilitasi terbentuknya The Central Government shall facilitate the
dewan komoditas yang berfungsi sebagai wadah creation of a commodity council that acts as an
untuk pengembangan komoditas Perkebunan avenue for the development of specific strategic
strategis tertentu bagi seluruh pemangku farm commodities for all the Plantation
kepentingan Perkebunan. stakeholders.
Penjelasan Pasal 52: Elucidation of Article 52:
Yang dimaksud dengan “komoditas Perkebunan “Specific strategic farm commodities” means farm
strategis tertentu” adalah komoditas Perkebunan commodities that serve an important role in the
yang mempunyai peranan penting dalam social, economic and environmental development,
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan which are, inter alia, oil palm fruits, coconuts,
hidup, antara lain, kelapa sawit, kelapa, karet, rubber, cocoa, coffee, sugar canes, and tobacco.
kakao, kopi, tebu, dan tembakau.

Pasal 53 Article 53

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban Regional Governments must encourage the
mendorong terbentuknya kelembagaan Pelaku creation of an institutionalized form of
Usaha Perkebunan. Farming Operators.

(2) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada (2) Institutionalization as referred to in section (1)
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan shall be made under the laws and regulations
peraturan perundang-undangan di bidang concerning the protection and empowerment
perlindungan dan pemberdayaan petani. of farmers.

Pasal 54 Article 54

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai The Central Government and the competent
dengan kewenangannya berkewajiban Regional Governments must facilitate the
memfasilitasi pemberdayaan Pekebun, kelompok empowerment of Smallholders, cooperatives, and
Pekebun, koperasi, serta asosiasi Pekebun untuk associations for Smallholders for Plantation
mengembangkan Usaha Perkebunan. Business/Farming development.

Pasal 55 Article 55

Setiap Orang secara tidak sah dilarang: Any Person is prohibited from:

a. mengerjakan, menggunakan, menduduki, a. cultivating, using, occupying, and/or


dan/atau menguasai Lahan Perkebunan; possessing any Farmland unauthorizedly;

b. mengerjakan, menggunakan, menduduki, b. cultivating, using, occupying, and/or


dan/atau menguasai Tanah masyarakat atau possessing Land of the communities or Hak
Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Ulayat Land of the Indigenous People with the
dengan maksud untuk Usaha Perkebunan; aim for Plantation Business/Farming
unauthorizedly;

26
c. melakukan penebangan tanaman dalam c. cutting plants within the Plantation area
kawasan Perkebunan; atau unauthorizedly; or

d. memanen dan/atau memungut Hasil d. harvesting and/or collecting Farm Produce


Perkebunan. unauthorizedly.

Pasal 56 Article 56

(1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan dilarang (1) Any Farming Operator is prohibited from
membuka dan/atau mengolah lahan dengan clearing and/or cultivating farmland by
cara membakar. burning.

(2) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan berkewajiban (2) Any Farming Operator must have the farmland
memiliki sistem, sarana, dan prasarana and farm burning controlling system, facilities,
pengendalian kebakaran lahan dan kebun. and infrastructure.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembukaan (3) Ancillary provisions for non-burning farmland
lahan tanpa membakar diatur dengan Peraturan clearing shall be governed by Regulation of
Menteri. the Minister.

Bagian Keempat Part Four

Kemitraan Usaha Perkebunan Partnership Farming

Pasal 57 Article 57

(1) Untuk pemberdayaan Usaha Perkebunan, (1) To empower Plantation Business/Farming,


Perusahaan Perkebunan melakukan kemitraan Plantation Companies shall enter into mutually
Usaha Perkebunan yang saling beneficial, respectful, reliable, consolidating,
menguntungkan, saling menghargai, saling and reliant partnership farming with
bertanggung jawab, serta saling memperkuat Smallholders, employees, and communities
dan saling ketergantungan dengan Pekebun, living around the plantations.
karyawan, dan masyarakat sekitar Perkebunan.
Penjelasan Pasal 57 (1): Elucidation of Article 57 (1):
Ketentuan kemitraan dimaksudkan untuk lebih This partnership farming aims to increasingly
meningkatkan kesejahteraan karyawan, Pekebun improve the welfare of employees, Smallholders
dan masyarakat sekitar serta untuk menjaga and surrounding community, and to maintain the
keamanan, kesinambungan, dan keutuhan Usaha security, sustainability, and integrity of Plantation
Perkebunan. Business/Farming.

(2) Kemitraan Usaha Perkebunan sebagaimana (2) Partnership farming as referred to in section
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pola (1) may be made through the cooperation in:
kerja sama:

a. penyediaan sarana produksi; a. provision of production facilities;

b. produksi; b. production;

c. pengolahan dan pemasaran; c. milling/processing and marketing;

d. kepemilikan saham; dan d. shareholdings; and

e. jasa pendukung lainnya. e. other supporting services.


Penjelasan Pasal 57 (2) (e): Elucidation of Article 57 (2) (e):
Jasa pendukung lainnya dapat berupa kegiatan Other supporting services may be in the form of
27
penyediaan transportasi. transportation services.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan (3) Ancillary provisions for partnership farming as
Usaha Perkebunan sebagaimana dimaksud referred to in section (2) shall be governed by
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Regulation of the Government.
Pemerintah.

Pasal 58 Article 58

(1) Perusahaan Perkebunan yang memiliki izin (1) A Plantation Company holding a Plantation
Usaha Perkebunan atau izin Usaha Perkebunan license/permit or a culture Plantation
untuk budi daya wajib memfasilitasi license/permit must facilitate the establishment
pembangunan kebun masyarakat sekitar paling of surrounding community farms of at least
rendah seluas 20% (dua puluh perseratus) dari 20% (twenty percent) of the total estate area
total luas areal kebun yang diusahakan oleh farmed by the Plantation Company.
Perusahaan Perkebunan.
Penjelasan Pasal 58 (1): Elucidation of Article 58 (1):
Yang dimaksud dengan “total luas areal kebun “Total estate area farmed by the Plantation
yang diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan” Company” means the area as determined in the
adalah luas sesuai dengan izin Usaha Perkebunan Plantation license/permit or culture Plantation
atau izin Usaha Perkebunan untuk budi daya. license/permit.

(2) Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat (2) Establishment of a surrounding community


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat farms as referred to in section (1) may be
dilakukan melalui pola kredit, bagi hasil, atau facilitated by credit system, sharecropping, or
bentuk pendanaan lain yang disepakati sesuai any other form of funding as agreed upon
dengan ketentuan peraturan perundang- under the laws and regulations.
undangan.

(3) Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun (3) An obligation to facilitate the establishment of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus farms as referred to in section (1) must be
dilaksanakan dalam jangka waktu paling made within 3 (three) years of the entitlement
lambat 3 (tiga) tahun sejak hak guna usaha of the right to farm.
diberikan.

(4) Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat (4) Facilitation of the establishment of community
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus farms as referred to in section (1) must be
dilaporkan kepada Pemerintah Pusat dan reported to the Central Government and the
Pemerintah Daerah sesuai dengan competent Regional Governments.
kewenangannya.

Pasal 59 Article 59

Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi Ancillary provisions for facilitation of the
pembangunan kebun masyarakat sebagaimana establishment of community farms as referred to in
dimaksud dalam Pasal 58 diatur dalam Peraturan Article 58 shall be governed by Regulation of the
Pemerintah. Government.

Pasal 60 Article 60

(1) Perusahaan Perkebunan yang melanggar (1) A Plantation Company in breach of Article 58
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal shall be imposed administrative sanctions.
58 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Administrative sanctions as referred to in


28
pada ayat (1) berupa: section (1) shall be:

a. denda; a. a penalty;

b. pemberhentian sementara dari kegiatan b. suspension of the activities of Plantation


Usaha Perkebunan; dan/atau Business/Farming; and/or

c. pencabutan izin Usaha Perkebunan. c. revocation of the Plantation license/


permit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran (3) Ancillary provisions for the types, amount of
denda, dan tata cara pengenaan sanksi penalty, and procedures for imposition of
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur administrative sanctions as referred to in
dalam Peraturan Pemerintah. section (2) shall be governed by Regulation of
the Government.

Bagian Kelima Part Five

Kawasan Pengembangan Perkebunan Plantation Development Areas

Pasal 61 Article 61

(1) Pengembangan Perkebunan dilakukan secara (1) Plantation Farming shall be developed in an
terpadu dengan pendekatan kawasan integrated manner with Plantation
pengembangan Perkebunan. development areas.
Penjelasan Pasal 61 (1): Elucidation of Article 61 (1):
Yang dimaksud dengan “kawasan pengembangan “Plantation development areas” means the
Perkebunan” adalah wilayah Perkebunan sebagai plantation territories that act as the center for
pusat pertumbuhan dan pengembangan sistem dan growth and development of sustainable Plantation
Usaha Perkebunan yang berkelanjutan guna system and business to increase the
meningkatkan daya saing dan nilai tambah. competitiveness and added value.

(2) Kawasan pengembangan Perkebunan (2) Plantation development areas as referred to in


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) section (1) shall be made to integrate amongst
dilakukan secara terintegrasi antara lokasi budi the locations of the Plantation Crop culture, the
daya Perkebunan, Pengolahan Hasil Farm Produce Milling/Processing, marketing,
Perkebunan, pemasaran, serta penelitian dan and human resources research and
pengembangan sumber daya manusia. development.

(3) Kawasan pengembangan sebagaimana (3) Development areas as referred to in section (2)
dimaksud pada ayat (2) harus terhubung secara must be functionally linked to form
fungsional yang membentuk kawasan district/city, provincial, and national Plantation
pengembangan Perkebunan kabupaten/kota, development areas.
provinsi, dan nasional.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan (4) Ancillary provisions for Plantation
pengembangan Perkebunan sebagaimana development areas as referred to in section (1)
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan shall be governed by Regulation of the
Pemerintah. Government.
Penjelasan Pasal 61 (4): Elucidation of Article 61 (4):
Pengaturan lebih lanjut, antara lain mengatur Ancillary regulation includes, inter alia, regulation
mengenai potensi, rancang bangun, pengusulan of potential, design-build, proposal and adoption
dan penetapan kawasan pengembangan of Plantation development areas, networking
Perkebunan, pengembangan jejaring (networking), development, and other provisions conducive to

29
dan ketentuan lain yang mendukung development of Plantation areas.
pengembangan kawasan Perkebunan.

Bagian Keenam Part Six

Pengembangan Perkebunan Berkelanjutan Sustainable Plantation Development

Pasal 62 Article 62

(1) Pengembangan Perkebunan diselenggarakan (1) Plantation Development shall be made


secara berkelanjutan dengan memperhatikan sustainable with due regard to the following
aspek: aspects:

a. ekonomi; a. the economic aspect;

b. sosial budaya; dan b. the sociocultural aspect; and

c. ekologi. c. ecological aspect.

(2) Pengembangan Perkebunan berkelanjutan (2) Sustainable Plantation development as referred


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus to in section (1) must fulfill the principles and
memenuhi prinsip dan kriteria pembangunan criteria for sustainable Plantation development.
Perkebunan berkelanjutan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (3) Ancillary provisions for sustainable Plantation
pengembangan Perkebunan berkelanjutan development shall be governed by Regulation
diatur dalam Peraturan Pemerintah. of the Government.

Bagian Ketujuh Part Seven

Pelindungan Wilayah Geografis yang Protection for Geographical Areas That Bear
Memproduksi Hasil Perkebunan Spesifik Specific Farm Produce

Pasal 63 Article 63

(1) Pemerintah Pusat melindungi kelestarian (1) The Central Government shall protect the
wilayah geografis yang memproduksi Hasil conservation of geographical areas that bear
Perkebunan yang bersifat spesifik. specific Farm Produce.
Penjelasan Pasal 63 (1): Elucidation of Article 63 (1):
Wilayah geografis yang memproduksi Hasil Geographical areas that bear specific Farm
Perkebunan yang bersifat spesifik berkaitan erat Produce are closely related to the characteristics
dengan sifat Tanah sebagai media tumbuh of the Land as a crop growing medium, and allow
tanaman sehingga dapat memproduksi Hasil production of Farm Produce with certain
Perkebunan dengan spesifikasi tertentu. specifications.
Pengaturan pelindungan wilayah geografis Regulation on protection for geographical areas
dimaksudkan untuk menunjukkan daerah asal aims to indicate regions in which farm
suatu komoditas Perkebunan yang karena faktor commodities originate due to their geographical
lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor factors, including the natural factor, human factor,
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor or the combination thereof, and display the specific
tersebut, memberikan ciri khas dan kualitas characteristics and quality of the farm
tertentu pada komoditas Perkebunan yang commodities produced, which cannot be found
dihasilkan dan tidak dapat diperoleh pada wilayah anywhere else.
lainnya.
Sebagai contoh, tembakau Deli tumbuh optimal For example, Deli tobacco grows optimally with
dengan cita rasa spesifik apabila ditanam pada the specific taste if planted in the area around the

30
wilayah sekitar Sungai Wampu dan Sungai Ular. Wampu River and the Ular River. If planted
Apabila ditanam di daerah lain walaupun agro- somewhere else with the similar agroecosystem
ekosistemnya mirip dan menggunakan teknologi and using the same technology, it will lose its
yang sama, cita rasa spesifiknya tidak muncul. specific taste.

(2) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan dilarang (2) Any Person engaged in Plantation Farming is
mengalihfungsikan Lahan Perkebunan di prohibited from transferring Farmland within
dalam wilayah geografis yang memproduksi the geographical area that produces Farm
Hasil Perkebunan yang bersifat spesifik. Produce of specific nature.

Pasal 64 Article 64

(1) Pelaku Usaha Perkebunan yang melanggar (1) A Farming Operator in breach of Article 63
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal section (2) shall be imposed administrative
63 ayat (2) dikenai sanksi administratif. sanctions.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Administrative sanctions as referred to in


pada ayat (1) berupa: section (1) shall be:

a. denda; a. a penalty;

b. pemberhentian sementara dari kegiatan b. suspension of the activities of Plantation


Usaha Perkebunan; dan/atau Farming; and/or

c. pencabutan izin Usaha Perkebunan. c. revocation of the Plantation license/


permit.

Pasal 65 Article 65

Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana In addition to administrative sanctions as referred


dimaksud dalam Pasal 64, Pelaku Usaha to in Article 64, a Farming Operator in breach of
Perkebunan yang melanggar ketentuan Article 63 section (2) must restore the function of
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) the Farmland of the geographical area.
wajib mengembalikan fungsi Lahan Perkebunan
dalam wilayah geografis.

Pasal 66 Article 66

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan Ancillary provisions for protection for
wilayah geografis yang memproduksi Hasil geographical areas that produce specific Farm
Perkebunan yang bersifat spesifik sebagaimana Produce as referred to in Article 63 shall be
dimaksud dalam Pasal 63 diatur dengan Peraturan governed by Regulation of the Government.
Pemerintah.

Bagian Kedelapan Part Eight

Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Conservation of Environmental Functions

Pasal 67 Article 67

(1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan wajib (1) Any Farming Operator that is engaged in
memelihara kelestarian fungsi lingkungan Plantation Business/Farming must maintain
hidup. the conservation of the environmental
functions.
Penjelasan Pasal 67 (1): Elucidation of Article 67 (1):
Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup di To maintain the conservation of the environmental
31
dalamnya termasuk mencegah dan menanggulangi functions includes to prevent and to mitigate
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang environmental pollution and destruction that are
ditimbulkan oleh kegiatan usaha dari Pelaku caused by the business activities of Farming
Usaha Perkebunan. Dalam hal ini Pemerintah Operators. In this case, the Central Government,
Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota berkewajiban the provinces, and the districts/cities must give
membina dan memfasilitasi pemeliharaan direction and facilities for the maintenance of the
kelestarian fungsi lingkungan hidup tersebut, conservation of the environmental functions,
khususnya kepada Pekebun. particularly to Smallholders.

(2) Kewajiban memelihara kelestarian fungsi (2) An obligation to maintain the conservation of
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada the environmental functions as referred to in
ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan section (1) shall be exercised under the laws
peraturan perundang-undangan. and regulations.

(3) Untuk memelihara kelestarian fungsi (3) To maintain the conservation of the
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada environmental functions as referred to in
ayat (1), sebelum memperoleh izin usaha section (1), a Plantation Company must, prior
perkebunan, Perusahaan Perkebunan harus: to acquiring a plantation license/permit:

a. membuat analisis dampak lingkungan a. make an environmental impact analysis or


hidup atau upaya pengelolaan lingkungan an environmental management effort and
hidup dan upaya pemantauan lingkungan an environmental monitoring effort;
hidup;
Penjelasan Pasal 67 (3) (a): Elucidation of Article 67 (3) (a):
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup An environmental impact analysis is a requisite to
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk acquire a license/permit to engage in Plantation
mendapatkan izin melakukan Usaha Perkebunan Business/Farming that is liable to create a
yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak substantial and significant impact on the
besar dan penting terhadap lingkungan hidup. environment. Plantation Companies whose
Sedangkan bagi Perusahaan Perkebunan yang Plantation Business/Farming or activities create
Usaha Perkebunan atau kegiatannya tidak no substantial and significant impact on the
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap environment must make an environmental
lingkungan hidup diwajibkan memiliki upaya management effort and an environmental
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya monitoring effort.
pemantauan lingkungan hidup.

b. memiliki analisis dan manajemen risiko b. have risk analysis and management for
bagi yang menggunakan hasil rekayasa those using genetically-modified
genetik; dan organisms; and
Penjelasan Pasal 67 (3) (b): Elucidation of Article 67 (3) (b):
Kewajiban memiliki analisis dan manajemen risiko Obligatory risk analysis and management shall be
dibebankan kepada Perusahaan Perkebunan yang borne by Plantation Companies that produce
memproduksi dan/atau memasarkan benih hasil and/or market genetically-modified seeds to fulfill
rekayasa genetik agar memenuhi kaidah-kaidah the biosafety and food or fodder security
keamanan hayati dan keamanan pangan atau principles.
pakan.

c. membuat pernyataan kesanggupan untuk c. make a commitment statement to provide


menyediakan sarana, prasarana, dan adequate emergency response
sistem tanggap darurat yang memadai infrastructure, facilities, and system to
untuk menanggulangi terjadinya mitigate fire.
kebakaran.

(4) Setiap Perusahaan Perkebunan yang tidak (4) Any Plantation Company that fails to fulfill the

32
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud requirements as referred to in section (3) shall
pada ayat (3) ditolak permohonan izin have their application for a license/permit
usahanya. rejected.

Pasal 68 Article 68

Setelah memperoleh izin usaha perkebunan Upon acquiring a plantation license/permit as


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3), referred to in Article 67 section (3), a Farming
Pelaku Usaha Perkebunan wajib menerapkan: Operator must apply:

a. analisis mengenai dampak lingkungan hidup a. environmental impact assessment or an


atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan environmental management effort and an
upaya pemantauan lingkungan hidup; environmental monitoring effort;

b. analisis risiko lingkungan hidup; dan b. the environmental risk analysis; and

c. pemantauan lingkungan hidup. c. the environmental monitoring.

Pasal 69 Article 69

(1) Setiap Perusahaan Perkebunan wajib (1) Any Plantation Company must build
membangun sarana dan prasarana di dalam infrastructure and facilities within the
kawasan Perkebunan. Plantation area.
Penjelasan Pasal 69 (1): Elucidation of Article 69 (1):
Sarana dan prasarana di dalam kawasan Infrastructure and facilities in the Plantation area
Perkebunan meliputi sarana dan prasarana yang shall include infrastructure and facilities in
berkaitan dengan proses produksi dan connection with the production process and
kesejahteraan karyawan, seperti kolam limbah, employees’ welfare, such as waste pools, methane
penangkap gas metan (methan capture), capture, composting, housing, health centers, and
pembuatan pupuk dari janjang kosong, education for farmworkers.
perumahan, balai kesehatan dan pendidikan untuk
pekerja Perkebunan.

(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud (2) Infrastructure and facilities as referred to in
pada ayat (1) harus memenuhi standar yang section (1) must comply with the standard that
ditetapkan Pemerintah Pusat. is adopted by the Central Government.

(3) Ketentuan mengenai sarana dan prasarana di (3) Ancillary provisions for infrastructure and
dalam kawasan Perkebunan diatur dalam facilities within the Plantation area shall be
Peraturan Pemerintah. governed by Regulation of the Government.

Pasal 70 Article 70

(1) Setiap Perusahaan Perkebunan yang (1) Any Plantation Company in breach of Article
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud 69 shall be imposed administrative sanctions.
dalam Pasal 69 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Administrative sanctions as referred to in


pada ayat (1) berupa: section (1) shall be:

a. denda; a. a penalty;

b. pemberhentian sementara dari kegiatan b. suspension of the activities of Plantation


Usaha Perkebunan; dan/ atau Business/Farming; and/or

c. pencabutan izin usaha perkebunan. c. revocation of the plantation


33
license/permit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran (3) Ancillary provisions for the types, amount of
denda, dan tata cara pengenaan sanksi penalty, and procedures for imposition of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur administrative sanctions as referred to in
dalam Peraturan Pemerintah. section (1) shall be governed by Regulation of
the Government.

Bagian Kesembilan Part Nine

Harga Komoditas Perkebunan Farm Commodity Prices

Pasal 71 Article 71

(1) Pemerintah Pusat berkewajiban menciptakan (1) The Central Government must create condition
kondisi yang menghasilkan harga komoditas that is conducive to the farm commodity prices
Perkebunan yang menguntungkan bagi Pelaku in favor of the Farming Operators.
Usaha Perkebunan.
Penjelasan Pasal 71 (1): Elucidation of Article 71 (1):
Yang dimaksud dengan “harga komoditas “Farm commodity prices in favor of the Farming
Perkebunan yang menguntungkan bagi Pelaku Operators” means the commodity prices that not
Usaha Perkebunan” adalah harga komoditas yang only refer to the commodity value of the raw
tidak hanya berdasarkan nilai komoditas dalam material, but also to the added value of the
bentuk bahan baku tetapi juga berdasarkan nilai derivative products of commodities, thus making
tambah produk turunan dari komoditas sehingga the farm commodity prices fair.
harga komoditas Perkebunan menjadi wajar.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) An obligation as referred to in section (1) shall
(1) dilakukan dengan: be exercised by:

a. penetapan harga untuk komoditas a. setting prices for certain farm


Perkebunan tertentu; commodities;

b. penetapan kebijakan pajak dan/atau tarif; b. adopting taxation and/or tariff policy;

c. pengaturan kelancaran distribusi Hasil c. organizing smooth flow of distribution of


Perkebunan; dan/atau Farm Produce; and/or

d. penyebarluasan informasi perkembangan d. disseminating information on the farm


harga komoditas Perkebunan. commodity price updates.

(3) Ketentuan mengenai kewajiban menciptakan (3) Ancillary provisions for an obligation to create
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) condition as referred to in section (1) shall be
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan implemented under the laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.

BAB VIII BAB VIII

PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL FARM PRODUCE MILLING/PROCESSING


PERKEBUNAN AND MARKETING

Bagian Kesatu Part One

Pengolahan Hasil Perkebunan Farm Produce Milling/Processing

Pasal 72 Article 72
34
(1) Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (1) Farm Produce Milling/Processing business
dilakukan untuk memperoleh nilai tambah. shall be conducted for added value.

(2) Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (2) Farm Produce Milling/Processing business
dilakukan melalui kegiatan panen dan shall be conducted under good harvesting and
pascapanen yang baik. post-harvesting practices.

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (3) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya melakukan Regional Governments shall provide direction
pembinaan dalam rangka pengembangan in the development of Plantation harvesting
panen dan pascapanen Perkebunan. and post-harvesting.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (4) Ancillary provisions for the procedures for
kegiatan panen dan pascapanen yang baik good harvesting and post-harvesting practices
diatur dengan Peraturan Menteri. shall be governed by Regulation of the
Minister.

Pasal 73 Article 73

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya melakukan Regional Governments shall provide direction
pembinaan dalam rangka pengembangan usaha in the development of Farm Produce
Pengolahan Hasil Perkebunan. Milling/Processing business.
Penjelasan Pasal 73 (1): Elucidation of Article 73 (1):
Yang dimaksud dengan “pembinaan” adalah “Direction” means to facilitate, to give guidance,
memfasilitasi, memberikan pedoman, kriteria, criteria, standards and information services,
standar dan pelayanan informasi antara lain including, inter alia, raw material sources and
sumber dan potensi bahan baku, teknologi potential raw material, milling/processing
pengolahan, sarana dan prasarana, serta technology, infrastructure and facilities, and
permodalan. capital.

(2) Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan (2) Farm Produce Milling/Processing business
dilakukan di dalam kawasan pengembangan shall be conducted in the Plantation
Perkebunan secara terpadu dengan usaha budi Development Area integrating with Plantation
daya Tanaman Perkebunan. Crop culture business.

(3) Ketentuan mengenai pembinaan dan (3) Ancillary provisions for direction and
keterpaduan usaha Pengolahan Hasil integration of Farm Produce
Perkebunan dengan usaha budi daya Tanaman Milling/Processing business and Plantation
Perkebunan diatur dalam Peraturan Crop culture business shall be governed by
Pemerintah. Regulation of the Government.
Penjelasan Pasal 73 (3): Elucidation of Article 73 (3):
Hal-hal pokok yang diatur dalam Peraturan Points to govern in the Regulation of the
Pemerintah mengenai pembinaan dan keterpaduan Government concerning direction and integration
usaha Pengolahan Hasil Perkebunan dengan of Farm Produce Milling/ Processing business and
usaha budi daya Tanaman Perkebunan antara lain Plantation Crop culture business include, inter
jaminan ketersediaan bahan baku dalam kaitannya alia, the guarantee of available raw material in
dengan kapasitas unit Pengolahan Hasil connection with the Farm Produce Milling/
Perkebunan, peningkatan nilai tambah, Processing unit capacity, increased added value,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan labor absorption, improvement of Smallholders’
Pekebun, jenis dan kualitas Hasil Perkebunan, dan income, Farm Produce types and quality, and
sanksi administratif bagi Perusahaan Perkebunan administrative sanctions against Plantation
yang tidak melaksanakan kewajiban. Companies that fail to exercise their obligations.

35
Pasal 74 Article 74

(1) Setiap unit Pengolahan Hasil Perkebunan (1) Every certain Farm Produce Milling/
tertentu yang berbahan baku impor wajib Processing unit which is imported raw
membangun kebun dalam jangka waktu paling material-based must, within 3 (three) years
lambat 3 (tiga) tahun setelah unit upon the milling/processing unit being in
pengolahannya beroperasi. operation, build a farm.
Penjelasan Pasal 74 (1): Elucidation of Article 74 (1):
Hasil Perkebunan tertentu yang berbahan baku Certain Farm Produce which is imported raw
impor antara lain gula tebu. material based shall be, inter alia, cane sugar.

(2) Ketentuan mengenai jenis Pengolahan Hasil (2) Ancillary provisions for the types of certain
Perkebunan tertentu sebagaimana dimaksud Farm Produce Milling/Processing as referred
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan to in section (1) shall be governed by
Pemerintah. Regulation of the Government.

Pasal 75 Article 75

(1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan yang (1) Any Farming Operator in breach of Article 74
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud section (1) shall be imposed administrative
dalam Pasal 74 ayat (1) dikenai sanksi sanctions.
administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Administrative sanctions as referred to in


pada ayat (1) berupa: section (1) shall be:

a. denda; a. a penalty;

b. pemberhentian sementara dari kegiatan, b. suspension of the activities, production,


produksi, dan/atau peredaran hasil usaha and/or circulation of industrial products;
industri;

c. ganti rugi; dan/atau c. damages; and/or

d. pencabutan izin usaha. d. revocation of the plantation


license/permit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran (3) Ancillary provisions for the types, amount of
denda, dan tata cara pengenaan sanksi penalty, and procedures for imposition of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sanctions as referred to in section (1) shall be
dalam Peraturan Pemerintah. governed by Regulation of the Government.

Bagian Kedua Part Two

Pemasaran Hasil Perkebunan Farm Produce Marketing

Pasal 76 Article 76

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi Regional Governments shall facilitate the
kerja sama antara Pelaku Usaha Perkebunan, cooperation among the Farming Operators,
asosiasi pemasaran, asosiasi komoditas, dewan marketing associations, commodity
komoditas, kelembagaan lainnya, dan/atau associations, the commodity council, other
masyarakat. institutions, and/or communities.

36
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Cooperation as referred to in section (1) shall
(1) dilakukan dengan menyelenggarakan be made by providing information on market,
informasi pasar, promosi, dan promotion, and development of the farm
menumbuhkembangkan pusat pemasaran commodity marketing center, whether
komoditas Perkebunan, baik di dalam maupun domestically or abroad.
di luar negeri.

Pasal 77 Article 77

Setiap Orang dalam melakukan pengolahan, Any Person in the conduct of processing,
peredaran, dan/atau pemasaran Hasil Perkebunan circulation, and/or marketing of Farm Produce is
dilarang: prohibited from:

a. memalsukan mutu dan/atau kemasan Hasil a. forging the quality and/or packaging of the
Perkebunan; Farm Produce;

b. menggunakan bahan penolong dan/atau bahan b. using indirect materials and/or additives for
tambahan untuk pengolahan; dan/ atau milling/processing; and/or

c. mencampur Hasil Perkebunan dengan benda c. mixing Farm Produce with material or other
atau bahan lain substances

yang dapat membahayakan kesehatan dan that may harm human health and safety, damage
keselamatan manusia, merusak fungsi lingkungan the environmental functions, and/or stimulate
hidup, dan/atau menimbulkan persaingan usaha unfair competition.
tidak sehat.

Pasal 78 Article 78

Setiap Orang dilarang menadah hasil Usaha Any Person is prohibited from receiving Plantation
Perkebunan yang diperoleh dari penjarahan Business/Farming products that are obtained from
dan/atau pencurian. looting and/or stealing.

Pasal 79 Article 79

Setiap Pelaku Usaha Perkebunan dilarang Any Farming Operator is prohibited from
mengiklankan hasil Usaha Perkebunan yang advertising Plantation Business/Farming products
menyesatkan konsumen. that mislead consumers.

Pasal 80 Article 80

Pemasaran hasil Perkebunan dilaksanakan sesuai Farm Produce shall be marketed under the laws and
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan regulations concerning trade, unless provided
di bidang perdagangan, kecuali ditentukan lain otherwise by this Law.
dalam Undang-Undang ini.

BAB IX CHAPTER IX

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN RESEARCH AND DEVELOPMENT

Pasal 81 Article 81

Penelitian dan pengembangan Perkebunan Plantation Research and development shall aim to
dimaksudkan untuk menghasilkan ilmu produce science and technology that are needed in
pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam the development of Plantation Business/Farming in
pengembangan Usaha Perkebunan agar order to give added value, high competitiveness,
37
memberikan nilai tambah, berdaya saing tinggi, and environment-friendly by respecting local
dan ramah lingkungan dengan menghargai kearifan wisdom.
lokal.
Penjelasan Pasal 81: Elucidation of Article 81:
Ketentuan menghargai kearifan lokal dimaksudkan “Respecting local wisdom” is governed in order
agar penerapan teknologi untuk pengembangan that the technology applied to Plantation
Usaha Perkebunan di suatu wilayah dapat Business/Farming development in some territory
bersinergi dengan kebiasaan, tradisi, adat, agama, can be accepted by its communities through
dan budaya setempat sehingga dapat diterima oleh establishing synergy with their local common
masyarakat agar mencapai hasil yang optimal. practices, traditions, customs, religions, and
culture.

Pasal 82 Article 82

(1) Penelitian dan pengembangan Perkebunan (1) Plantation Research and development may be
dapat dilaksanakan oleh perseorangan, badan conducted by individuals, entities, higher
usaha, perguruan tinggi, serta lembaga education institutions, and research and
penelitian dan pengembangan Pemerintah development institutions of the Central
Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan Government and the competent Regional
kewenangannya. Governments.

(2) Perseorangan, badan usaha, perguruan tinggi, (2) Individuals, entities, higher education
serta lembaga penelitian dan pengembangan institutions, and research and development
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah institutions of the Central Government and the
sesuai dengan kewenangannya sebagaimana competent Regional Governments as referred
dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja to in section (1) may cooperate with:
sama dengan:

a. sesama pelaksana penelitian dan a. fellow research and development officers;


pengembangan;

b. Pelaku Usaha Perkebunan; b. Farming Operators;

c. asosiasi komoditas Perkebunan; c. Farm commodity associations;

d. organisasi profesi terkait; dan/atau d. relevant professional organizations; and/or

e. lembaga penelitian dan pengembangan e. foreign Plantation research and


Perkebunan asing. development institutions.

(3) Kerja sama dengan lembaga penelitian dan (3) Cooperation with foreign Plantation research
pengembangan Perkebunan asing sebagaimana and development institutions as referred to in
dimaksud pada ayat (2) huruf e dapat section (2) point e may be made upon
dilakukan setelah mendapat izin dari Menteri. licensing/permission of the Minister.

Pasal 83 Article 83

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya menyediakan Regional Governments shall provide facilities
fasilitas untuk mendukung penelitian dan to support research and development of
pengembangan ilmu pengetahuan dan Plantation science and technology.
teknologi Perkebunan.
Penjelasan Pasal 83 (1): Elucidation of Article 83 (1):
Penyediaan fasilitas dalam hal tertentu untuk Provision of facilities is, in circumstances, to

38
mendukung peningkatan kemampuan lembaga support the improvement of research institution
penelitian, antara lain, berupa kemudahan capability through, inter alia, easy access to
perizinan penelitian, kemudahan pemasukan research licensing/permission, easy access to
sarana/prasarana penelitian dari luar negeri, importation of research infrastructure/facilities
akses penggunaan sarana/prasarana penelitian di from abroad, easy access to domestic research
dalam negeri. infrastructure/facilities.

(2) Penyediaan fasilitas sebagaimana dimaksud (2) Provision of facilities as referred to in section
pada ayat (1) berupa: (1) shall be in the form of easy access to:

a. perizinan penelitian; a. a research license/permit;

b. kemudahan pemasukan sarana dan b. importation facilities for infrastructure and


prasarana penelitian dari luar negeri; dan facilities from abroad; and

c. penggunaan sarana dan prasarana c. the use of research infrastructure and


penelitian dari luar negeri. facilities from abroad.

Pasal 84 Article 84

Dalam mendukung penelitian dan pengembangan A Farming Operator shall in support of Research
ilmu pengetahuan dan teknologi Perkebunan and development of Plantation science and
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83, Pelaku technology as referred to in Article 83, a Farming
Usaha Perkebunan menyediakan fasilitas berupa: Operator shall provide facilities through:

a. kemudahan perizinan penelitian; a. easy access to research licensing/permission;

b. penggunaan sarana dan prasarana Perkebunan b. the use of Plantation research infrastructure
untuk penelitian; dan and facilities; and

c. kemudahan akses data yang tidak bersifat c. easy access to non-confidential data under the
rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan laws and regulations.
perundang-undangan.

Pasal 85 Article 85

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya mendorong Regional Governments shall encourage
pemangku kepentingan di bidang Perkebunan, Plantation stakeholders, whether individually
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama- or collectively, to conduct research and
sama melakukan penelitian dan pengembangan development of Plantation technology.
teknologi Perkebunan.
Penjelasan Pasal 85 (1): Elucidation of Article 85 (1):
Pemangku kepentingan di bidang Perkebunan Plantation stakeholders include, inter alia,
antara lain Pelaku Usaha Perkebunan, pelaksana Farming Operators, research and development
penelitian dan pengembangan, asosiasi komoditas, officers, commodity associations, and higher
dan perguruan tinggi. education institutions.

(2) Perseorangan warga negara asing dan/atau (2) Foreign-citizen Individuals and/or foreign
lembaga penelitian dan pengembangan asing research and development institutions to
yang akan melakukan penelitian dan conduct Plantation research and development
pengembangan Perkebunan harus of must first acquire a license/permit from the
mendapatkan izin terlebih dahulu dari instansi competent Central Government agency under
Pemerintah Pusat yang berwenang sesuai the laws and regulations.
dengan ketentuan peraturan perundang-

39
undangan.

BAB X CHAPTER X

SISTEM DATA DAN INFORMASI DATA AND INFORMATION SYSTEM

Pasal 86 Article 86

(1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban Regional Governments must build, prepare,
membangun, menyusun, mengembangkan, dan develop, and provide integrated Plantation data
menyediakan sistem data dan informasi and information system.
Perkebunan yang terintegrasi.

(2) Sistem data dan informasi sebagaimana (2) Data and information system as referred to in
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit section (1) shall be used for the purpose of at
digunakan untuk keperluan: least:

a. perencanaan; a. planning;

b. pemantauan dan evaluasi; b. monitoring and evaluation;

c. pengelolaan pasokan dan permintaan c. management of Plantation supply and


produk Perkebunan; dan products demands; and

d. pertimbangan penanaman modal. d. considerations of investment.

(3) Pengembangan dan penyediaan sistem data (3) Development and provision of data and
dan informasi sebagaimana dimaksud pada information system as referred to in section (1)
ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja yang shall be made by the working unit
menyelenggarakan fungsi di bidang data dan administering Plantation data and information.
informasi Perkebunan.

(4) Data dan informasi sebagaimana dimaksud (4) Data and information as referred to in section
pada ayat (3) paling sedikit berupa: (3) shall be contain least:

a. letak dan luas wilayah, kawasan, dan budi a. the location and the territory area size,
daya Perkebunan; area, and Plantation Crop culture;

b. ketersediaan sarana dan prasarana b. the availability of Plantation infrastructure


Perkebunan; and facilities;

c. prakiraan iklim; c. the climate prediction;

d. izin Usaha Perkebunan dan status hak d. the Plantation licensing/permission and
Lahan Perkebunan; the status of Farmland tenure;

e. varietas tanaman; e. the plant varieties;

f. peluang dan tantangan pasar; f. the market possibilities and challenges;

g. permintaan pasar; g. the market demands;

h. perkiraan produksi; h. the estimated production;

i. perkiraan pasokan; dan i. the estimated supplies; and

40
j. perkiraan harga. j. the estimated prices.

(5) Data dan informasi sebagaimana dimaksud (5) Data and information as referred to in section
pada ayat (4) dilakukan pemutakhiran data dan (4) shall be periodically updated data and
informasi secara berkala. information.

(6) Data dan informasi sebagaimana dimaksud (6) Data and information as referred to in section
pada ayat (5) harus dapat diakses dengan (5) must be available for easy and quick access
mudah dan cepat oleh Pelaku Usaha by Farming Operators and the public under the
Perkebunan dan masyarakat sesuai dengan laws and regulations.
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 87 Article 87

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya menjamin Regional Governments shall assure the
kerahasiaan data dan informasi Pelaku Usaha confidentiality of data and information of the
Perkebunan. Farming Operators.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud (2) Data and information as referred to in section
pada ayat (1) merupakan kategori yang (1) shall fall into exempted categories under
dikecualikan sesuai dengan ketentuan the laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.

BAB XI CHAPTER XI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT


MANUSIA

Pasal 88 Article 88

(1) Sumber daya manusia Perkebunan meliputi (1) Plantation human resources shall include
aparatur, Pelaku Usaha Perkebunan, dan Plantation apparatuses, Farming Operators and
masyarakat Perkebunan. Plantation society.
Penjelasan Pasal 88 (1): Elucidation of Article 88 (1):
Masyarakat Perkebunan antara lain pakar Plantation society includes, inter alia, Plantation
Perkebunan dan pemerhati masalah Perkebunan. experts and Plantation observers.

(2) Pengembangan sumber daya manusia (2) Plantation human resources development shall
Perkebunan dilaksanakan melalui pendidikan be made through education and training,
dan pelatihan, penyuluhan, dan/atau metode counseling, and/or other development
pengembangan lainnya. methods.

(3) Pengembangan sumber daya manusia (3) Plantation human resources development as
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat referred to in section (2) shall aim to improve
(2) bertujuan untuk meningkatkan knowledge, skills, professionalism,
pengetahuan, keterampilan, profesionalisme, independence, and dedication.
kemandirian, dan dedikasi.

Pasal 89 Article 89

(1) Pengembangan sumber daya manusia (1) Plantation human resources development as
Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam referred to in Article 88 may be made by the
Pasal 88 dapat diselenggarakan oleh Central Government, the competent Regional
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah sesuai Governments, Farming Operators, and
41
dengan kewenangannya, Pelaku Usaha Plantation communities.
Perkebunan, dan masyarakat Perkebunan.

(2) Pengembangan sumber daya manusia (2) Plantation human resources development as
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat referred to in section (1) may be made
(1) dapat diselenggarakan di dalam maupun di domestically or abroad.
luar negeri.

Pasal 90 Article 90

(1) Pengembangan sumber daya manusia (1) Plantation human resources development as
Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam referred to in Article 89 may be made
Pasal 89 dapat dilaksanakan secara sendiri- individually or in cooperation with the Central
sendiri atau bekerja sama dengan Pemerintah Government and the competent Regional
Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan Governments.
kewenangannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2) Ancillary provisions for Plantation human
Pengembangan sumber daya manusia resources development shall be governed by
Perkebunan diatur dengan Peraturan Menteri. Regulation of the Minister.

Pasal 91 Article 91

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah sesuai (1) The Central Government, the competent
dengan kewenangannya, dan Pelaku Usaha Regional Governments, and Farming
Perkebunan berkewajiban menyelenggarakan Operators must provide farming counseling.
penyuluhan Perkebunan.
Penjelasan Pasal 91 (1): Elucidation of Article 91 (1):
Yang dimaksud dengan “penyuluhan Perkebunan” “Farming counseling” means an effort to empower
adalah salah satu upaya pemberdayaan Pekebun Smallholders with the aim to improve their
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, knowledge, skills, and to change their attitude and
keterampilan, dan mengubah sikap serta behavior through, inter alia, nonformal education.
perilakunya, yang dilaksanakan antara lain
melalui pendidikan nonformal.

(2) Penyuluhan Perkebunan sebagaimana (2) Farming counseling as referred to in section


dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh (1) shall be provided by certified counselor.
penyuluh bersertifikat.

Pasal 92 Article 92

Penyelenggaraan penyuluhan Perkebunan Farming counseling shall be provided under the


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan laws and regulations.
perundang-undangan.

BAB XII CHAPTER XII

PEMBIAYAAN USAHA PERKEBUNAN FARMING FINANCE

Pasal 93 Article 93

(1) Pembiayaan Usaha Perkebunan yang (1) Farming finance that is provided by the
dilakukan oleh Pemerintah Pusat bersumber Central Government shall be sourced from the
dari anggaran pendapatan dan belanja negara. state budget.

(2) Pembiayaan penyelenggaraan Perkebunan (2) Farming finance that is provided by the
42
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai competent Regional Governments shall be
dengan kewenangannya bersumber dari sourced from the state budget.
anggaran pendapatan dan belanja daerah.

(3) Pembiayaan Usaha Perkebunan yang (3) Farming finance that is provided by Farming
dilakukan oleh Pelaku Usaha Perkebunan Operators shall be sourced from fundraising of
bersumber dari penghimpunan dana Pelaku Farming Operators, financial institution fund,
Usaha Perkebunan, dana lembaga pembiayaan, public fund and other lawful fund.
dana masyarakat, dan dana lain yang sah.

(4) Penghimpunan dana dari Pelaku Usaha (4) Fundraising of Farming Operators as referred
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat to in section (3) shall be used for human
(3) digunakan untuk pengembangan sumber resources development, research and
daya manusia, penelitian dan pengembangan, development, Plantation promotion,
promosi Perkebunan, peremajaan Tanaman rejuvenation of Plantation Crops, and/or
Perkebunan, dan/atau sarana dan prasarana Plantation infrastructure and facilities.
Perkebunan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai (5) Ancillary provisions concerning fundraising of
penghimpunan dana dari Pelaku Usaha Farming Operators, finance institutions, and
Perkebunan, lembaga pembiayaan, dan the public as referred to in section (4) shall be
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat governed by Regulation of the Government.
(4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 94 Article 94

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (1) The Central Government and the competent
sesuai dengan kewenangannya mendorong dan Regional Governments shall encourage and
memfasilitasi terbentuknya lembaga keuangan facilitate the creation of farming financial
Perkebunan berdasarkan kebutuhan dan institutions as necessary and according to the
karakteristik Usaha Perkebunan sesuai dengan Plantation Business/Farming characteristics
ketentuan peraturan perundang-undangan. under the laws and regulations.

(2) Pembiayaan yang bersumber dari Pemerintah (2) Finance that is sourced from the Central
Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan Government and the competent Regional
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Governments as referred to in Article 93
Pasal 93 ayat (1) dan ayat (2) diutamakan section (1) and section (2) shall give
untuk Pekebun. preference to Smallholders.

BAB XIII CHAPTER XIII

PENANAMAN MODAL INVESTMENT

Pasal 95 Article 95

(1) Pemerintah Pusat mengembangkan Usaha (1) The Central Government shall develop
Perkebunan melalui penanaman modal dalam Plantation Business/Farming through domestic
negeri dan penanaman modal asing. investment and foreign investment.

(2) Pengembangan Usaha Perkebunan (2) Plantation Business/Farming development as


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) referred to in section (1) shall give preference
diutamakan melalui penanaman modal dalam for domestic investment.
negeri.

(3) Besaran penanaman modal asing sebagaimana (3) Foreign investment as referred to in section (1)
dimaksud pada ayat (1) wajib dibatasi dengan must be subject to limitation in the national
43
memperhatikan kepentingan nasional dan interest and the interest of Smallholders.
Pekebun.

(4) Pembatasan penanaman modal asing (4) Foreign investment as referred to in section (3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) shall be limited by types of Plantation Crops,
dilakukan berdasarkan jenis Tanaman business scale, and condition of a certain area.
Perkebunan, skala usaha, dan kondisi wilayah
tertentu.

(5) Ketentuan mengenai besaran penanaman (5) Ancillary provisions for foreign investment,
modal asing, jenis Tanaman Perkebunan, skala types of Plantation Crops, business scale, and
usaha, dan kondisi wilayah tertentu diatur condition of a certain area shall be governed
dengan Peraturan Pemerintah. by Regulation of the Government.

BAB XIV CHAPTER XIV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DIRECTION AND SUPERVISION

Bagian Kesatu Part One

Pembinaan Direction

Pasal 96 Article 96

(1) Pembinaan Usaha Perkebunan dilakukan oleh (1) The Central Government and the competent
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Regional Governments shall set direction for
sesuai dengan kewenangannya. Plantation Business/Farming.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direction as referred to in section (1) shall
(1) meliputi: include:

a. perencanaan; a. planning;

b. pelaksanaan Usaha Perkebunan; b. the conduct of Plantation Business/


Farming;

c. pengolahan dan pemasaran Hasil c. Farm Produce milling/processing and


Perkebunan; marketing;

d. penelitian dan pengembangan; d. research and development;

e. pengembangan sumber daya manusia; e. human resources development;

f. pembiayaaan Usaha Perkebunan; dan f. Farming finance; and

g. pemberian rekomendasi penanaman g. provision of investment recommendations.


modal.

Pasal 97 Article 97

(1) Pembinaan teknis untuk Perusahaan (1) The Minister shall provide technical direction
Perkebunan milik negara, swasta dan/atau to state-owned and private Plantation
Pekebun dilakukan oleh Menteri. Companies and/or Smallholders.
Penjelasan Pasal 97 (1): Elucidation of Article 97 (1):
Yang dimaksud dengan pembinaan teknis adalah Technical direction means the application of good
penerapan budidaya yang baik (good agricultural agricultural practices, good post-harvesting and

44
practices), penerapan pascapanen dan pengolahan processing practices (good handling practices),
yang baik (good handling practices) dan good and good manufacturing practices), as well as the
manufacturing practices, dan penerapan application of sustainable Plantation development
pengembangan Perkebunan berkelanjutan. practices.

(2) Evaluasi atas kinerja Perusahaan Perkebunan (2) Evaluation of the performance of state-owned
milik negara dan/atau swasta dilaksanakan and/or private Plantation Companies shall be
melalui penilaian Usaha Perkebunan secara made by assessment of Plantation
rutin dan/atau sewaktu-waktu. Business/Farming routinely and/or at any time.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan (3) Ancillary provisions for technical direction
teknis dan penilaian Usaha Perkebunan diatur and assessment of Plantation Business/
dalam Peraturan Pemerintah. Farming shall be governed by Regulation of
the Government.

Bagian Kedua Part Two

Pengawasan Supervision

Pasal 98 Article 98

(1) Pengawasan dilakukan untuk menjamin (1) Supervision shall be made to guarantee legal
penegakan hukum dan terselenggaranya Usaha enforcement and establishment of Plantation
Perkebunan. Business/Farming.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Supervision as referred to in section (1) shall
(1) dilaksanakan secara berjenjang oleh be made hierarchically by the Central
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Government and the competent Regional
sesuai dengan kewenangannya dengan Governments by involving public
melibatkan peran serta masyarakat. participation.

Pasal 99 Article 99

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam (1) Supervision as referred to in Article 98 shall be
Pasal 98 dilakukan melalui: made by:

a. pelaporan dari Pelaku Usaha Perkebunan; a. reporting from Farming Operators; and/or
dan/atau

b. pemantauan dan evaluasi terhadap b. monitoring and evaluation of the conduct


pelaksanaan dan hasil Usaha Perkebunan. and products of Plantation Business/
Farming.

(2) Dalam hal tertentu pengawasan dapat (2) In circumstances, supervision may be made by
dilakukan melalui pemeriksaan terhadap examining the process and Farm Produce.
proses dan Hasil Perkebunan.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Reporting as referred to in section (1) point (a)
(1) huruf a merupakan informasi publik yang shall be public information that is announced
diumumkan dan dapat diakses secara terbuka and accessible transparently by the public
oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan under the laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.

(4) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana (4) Monitoring and evaluation as referred to in
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan section (1) point (b) shall be made by
dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian observing and verifying the report against the

45
laporan dengan pelaksanaan di lapangan. field practices.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan (5) Ancillary provisions for the requirements and
dan tata cara pengawasan diatur dengan procedures for supervision shall be governed
Peraturan Menteri. by Regulation of the Minister.

BAB XV CHAPTER XV

PERAN SERTA MASYARAKAT PUBLIC PARTICIPATION

Pasal 100 Article 100

(1) Penyelenggaraan Perkebunan dilaksanakan (1) Plantation Farming shall be conducted by


dengan melibatkan peran serta masyarakat. involving the public to participate.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud (2) Public participation as referred to in section (1)
pada ayat (1) dilakukan dalam hal: shall be made with respect to:

a. penyusunan perencanaan; a. preparation for planning;

b. pengembangan kawasan; b. development of areas;

c. penelitian dan pengembangan; c. research and development;

d. pembiayaan; d. finance;

e. pemberdayaan; e. empowerment;

f. pengawasan; f. supervision;

g. pengembangan sistem data dan informasi; g. data and information system development;

h. pengembangan kelembagaan; dan/atau h. institutional development; and/or

i. penyusunan pedoman pengembangan i. preparation for Plantation Business/


Usaha Perkebunan. Farming development guidance.

(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud (3) Public participation as referred to in section (2)
pada ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk may be made through delivering proposals,
pemberian usulan, tanggapan, pengajuan responses, objections, corrective
keberatan, saran perbaikan, dan/atau bantuan. recommendations, and/or assistance.

Pasal 101 Article 101

Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta Ancillary provisions for public participation shall
masyarakat diatur dengan Peraturan Menteri. be governed by Regulation of the Minister

BAB XVI CHAPTER XVI

PENYIDIKAN INVESTIGATIONS

Pasal 102 Article 102

(1) Selain penyidik pejabat Kepolisian Negara (1) In addition to investigators of the State Police
Repubik Indonesia, pejabat pegawai negeri of the Republic of Indonesia, specific civil
sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung service officials with the scope of duties and
jawabnya di bidang Perkebunan juga diberi responsibilities in the field of Plantation
wewenang khusus sebagai penyidik pegawai Farming shall also be specifically authorized to
46
negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam be civil service investigators as referred to in
undang-undang tentang hukum acara pidana the law of criminal procedure to make
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di investigations of the criminal offenses in the
bidang Perkebunan. field of Plantation Farming.

(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana (2) Civil service investigators as referred to in
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk: section (1) shall be authorized to:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran a. examine the reports or information about


laporan atau keterangan yang berkenaan the criminal offenses in the field of
dengan tindak pidana di bidang Plantation Farming;
Perkebunan;

b. melakukan pemanggilan terhadap b. summon persons to be heard and


seseorang untuk didengar dan diperiksa examined as suspects or witnesses in the
sebagai tersangka atau sebagai saksi criminal offenses in the field of Plantation
dalam tindak pidana di bidang Farming;
Perkebunan;

c. melakukan pemeriksaan terhadap orang c. examine persons or legal entities that are
atau badan hukum yang diduga suspected of perpetrating criminal
melakukan tindak pidana di bidang offenses in the field of Plantation
Perkebunan; Farming;

d. memeriksa tanda pengenal seseorang yang d. examine the ID cards of persons that are
berada dalam kawasan pengembangan in the Plantation development area;
Perkebunan;

e. melakukan penggeledahan dan penyitaan e. search and seize evidence of the criminal
barang bukti tindak pidana di bidang offenses in the field of Plantation
Perkebunan; Farming;

f. meminta keterangan dan bahan bukti dari f. make inquiries and ask for evidence from
orang atau badan hukum sehubungan persons or legal entities with respect to the
dengan tindak pidana di bidang criminal offenses in the field of Plantation
Perkebunan; Farming;

g. membuat dan menandatangani berita g. make and sign the minutes;


acara;

h. menghentikan penyidikan apabila tidak h. cease investigations for insufficient


terdapat cukup bukti tentang adanya evidence of the criminal offenses in the
tindak pidana di bidang Perkebunan; dan field of Plantation Farming; and

i. meminta bantuan ahli dalam rangka i. request experts’ assistance in connection


pelaksanaan tugas penyidikan tindak with investigations of the criminal
pidana dalam bidang Perkebunan. offenses in the field of Plantation
Farming.

(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana (3) Civil service investigators as referred to in
dimaksud pada ayat (1) memberitahukan section (1) shall inform of the initiation of
dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil investigations and shall report their findings of
penyidikannya kepada penuntut umum melalui investigations to the public prosecutor through
pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. the officials of the State Police of the Republic
of Indonesia.

47
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan (4) If the exercise of authority as referred to in
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) section (2) involves arrest and detention, the
memerlukan tindakan penangkapan dan civil service investigators shall coordinate with
penahanan, penyidik pegawai negeri sipil the investigating officials of the State Police of
melakukan koordinasi dengan penyidik pejabat the Republic of Indonesia under the laws and
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai regulations.
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana (5) Civil service investigators as referred to in
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil section (1) shall submit the findings of
penyidikan kepada penuntut umum melalui investigation to the public prosecutor through
pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik the investigating officials of the State Police of
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan the Republic of Indonesia under the laws and
perundang-undangan. regulations.

(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri (6) Appointment of civil service investigators,
sipil, tata cara, dan proses penyidikan procedures, and investigation process shall be
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan made under the laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.

BAB XVII CHAPTER XVII

KETENTUAN PIDANA PENAL PROVISIONS

Pasal 103 Article 103

Setiap pejabat yang menerbitkan izin Usaha Any official that issues a Plantation license/permit
Perkebunan di atas Tanah Hak Ulayat Masyarakat on Hak Ulayat Land of the Indigenous People as
Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal referred to in Article 17 section (1) shall be
17 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling sentenced to imprisonment of at most 5 (five) years
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak or a fine of at most Rp5,000,000,000 (five billion
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). rupiah).

Pasal 104 Article 104

Setiap Orang yang mengeluarkan sumber daya Any Person that brings Plantation Crops genetic
genetik Tanaman Perkebunan yang terancam punah resources in danger of extinction and/or detrimental
dan/atau yang dapat merugikan kepentingan to the national interest out of the territory of the
nasional dari wilayah Negara Kesatuan Republik Unitary State of the Republic of Indonesia as
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 referred to in Article 23 section (1) shall be
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling sentenced to imprisonment of at most 5 (five) years
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak and a fine of at most Rp5,000,000,000 (five billion
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). rupiah).

Pasal 105 Article 105

Setiap Perusahaan Perkebunan yang melakukan Any Plantation Company that is engaged in
usaha budi daya Tanaman Perkebunan dengan Plantation Crop culture business in a certain land
luasan skala tertentu dan/atau usaha Pengolahan area and/or Farm Produce Milling/Processing
Hasil Perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu business in a certain mill capacity but lacks a
yang tidak memiliki izin Usaha Perkebunan Plantation license/permit as referred to in Article
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) 47 section (1) shall be sentenced to imprisonment
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 of at most 5 (five) years and a fine of at most
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp10,000,000,000 (ten billion rupiah).
48
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 106 Article 106

Menteri, gubernur dan bupati/wali kota yang The Minister, the governor and the regent and/or
berwenang menerbitkan izin usaha perkebunan mayor that are competent to issue a plantation
yang: license/permit but:

a. menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan a. issues a license/permit other than in
peruntukan; dan/atau accordance with the land allocation; and/or

b. menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan b. issues a license/permit other than in
syarat dan ketentuan peraturan perundang- accordance with the provisions of laws and
undangan, regulations,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dipidana as referred to in Article 50 shall be sentenced to


dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun imprisonment of at most 5 (five) years or a fine of
atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 at most Rp5,000,000,000 (five billion rupiah).
(lima miliar rupiah).

Pasal 107 Article 107

Setiap Orang secara tidak sah yang: Any Person that unauthorizedly:

a. mengerjakan, menggunakan, menduduki, a. cultivates, uses, occupies, and/or possesses any


dan/atau menguasai Lahan Perkebunan; Farmland;

b. mengerjakan, menggunakan, menduduki, b. cultivates, uses, occupies, and/or possesses


dan/atau menguasai Tanah masyarakat atau Land of the communities or Hak Ulayat Land
Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat of the Indigenous People with the aim for
dengan maksud untuk Usaha Perkebunan; Plantation Business/Farming;

c. melakukan penebangan tanaman dalam c. cuts plants within the Plantation area; or
kawasan Perkebunan; atau

d. memanen dan/atau memungut Hasil d. harvests and/or collects Farm Produce,


Perkebunan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dipidana as referred to in Article 55 shall be sentenced to
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun imprisonment of at most 4 (four) years or a fine of
atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 at most Rp4,000,000,000 (four billion rupiah).
(empat miliar rupiah).

Pasal 108 Article 108

Setiap Pelaku Usaha Perkebunan yang membuka Any Farming Operator that clears and/or cultivates
dan/atau mengolah lahan dengan cara membakar farmland by burning as referred to in Article 56
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) section (1) shall be sentenced to imprisonment of at
dipidana dengan pidana penjara lama 10 (sepuluh) most 10 (ten) years and a fine of at most
tahun dan denda paling banyak Rp10,000,000,000 (ten billion rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 109 Article 109

Pelaku Usaha Perkebunan yang tidak menerapkan: Farming Operators that fail to conduct:

a. analisis mengenai dampak lingkungan hidup a. environmental impact assessment or an


49
atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan environmental management effort and an
upaya pemantauan lingkungan hidup; environmental monitoring effort;

b. analisis risiko lingkungan hidup; dan b. an environmental risk analysis; and

c. pemantauan lingkungan hidup, c. environmental monitoring,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dipidana as referred to in Article 68 shall be sentenced to


dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun imprisonment of at most 3 (three) years and a fine
dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga of at most Rp3,000,000,000 (three billion rupiah).
miliar rupiah).

Pasal 110 Article 110

Setiap Orang yang dalam pengolahan, peredaran, Any Person in the conduct of processing,
dan/atau pemasaran Hasil Perkebunan yang circulation, and/or marketing of Farm Produce:
melakukan:

a. pemalsuan mutu dan/atau kemasan Hasil a. forges the quality and/or packaging of the
Perkebunan; Farm Produce;

b. penggunaan bahan penolong dan/atau bahan b. uses indirect materials and/or additives for
tambahan untuk pengolahan; dan/atau milling/processing; and/or

c. pencampuran Hasil Perkebunan dengan benda c. mixes Farm Produce with material or other
atau bahan lain substances

yang dapat membahayakan kesehatan dan that may harm human health and safety, damage
keselamatan manusia, merusak fungsi lingkungan the environmental functions, and/or stimulate
hidup, dan/atau menimbulkan persaingan usaha unfair competition as referred to in Article 77 shall
tidak sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 be sentenced to imprisonment of at most 5 (five)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 years and a fine of at most Rp5,000,000,000 (five
(lima) tahun dan denda paling banyak billion rupiah).
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 111 Article 111

Setiap Orang yang menadah hasil Usaha Any Person that receives Plantation Business/
Perkebunan yang diperoleh dari penjarahan Farming products that are obtained from looting
dan/atau pencurian sebagaimana dimaksud dalam and/or stealing as referred to in Article 78 shall be
Pasal 78 dipidana dengan pidana penjara paling sentenced to imprisonment of at most 7 (seven)
lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak years and a fine of at most Rp7,000,000,000 (seven
Rp7.000.000.000,00 (tujuh miliar rupiah). billion rupiah).

Pasal 112 Article 112

Setiap Pelaku Usaha Perkebunan yang Any Farming Operator that advertises Farm
mengiklankan hasil Usaha Perkebunan yang Produce that mislead consumers as referred to in
menyesatkan konsumen sebagaimana dimaksud Article 79 shall be sentenced to imprisonment of at
dalam Pasal 79 dipidana dengan pidana penjara most 5 (five) years and a fine of at most
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling Rp5,000,000,000 (five billion rupiah).
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 113 Article 113

(1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud (1) Where the criminal offenses as referred to in

50
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal Article 103, Article 104, Article 105, Article
106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109 106, Article 107, Article 108, and Article 109
dilakukan oleh korporasi, selain pengurusnya are perpetrated by a corporation, in addition to
dipidana berdasarkan Pasal 103, Pasal 104, its management being sentenced under Article
Pasal 105, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan 103, Article 104, Article 105, Article 106,
Pasal 109, korporasinya dipidana dengan Article 107, Article 108, and Article 109, the
pidana denda maksimum ditambah ⅓ corporation shall be sentenced to a maximum
(sepertiga) dari pidana denda dari masing- fine increased by ⅓ (one-third) of the fine
masing tersebut. respectively.

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud (2) Where the criminal offenses as referred to in
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal Article 103, Article 104, Article 105, Article
106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109 106, Article 107, Article 108, and Article 109
dilakukan oleh pejabat sebagai orang yang are perpetrated by an official upon instruction
diperintahkan atau orang yang karena or a person that is authorized to be in charge of
jabatannya memiliki kewenangan di bidang the Plantation field ex officio, such an official
Perkebunan, pejabat tersebut dipidana dengan shall be sentenced to the sentence under this
pidana sebagaimana ancaman pidana dalam Law increased by ⅓ (one-third).
Undang-Undang ini ditambah ⅓ (sepertiga).

BAB XVIII CHAPTER XVIII

KETENTUAN PERALIHAN TRANSITIONAL PROVISIONS

Pasal 114 Article 114

(1) Perusahaan Perkebunan yang telah melakukan (1) A Plantation Company that is engaged in
Usaha Perkebunan sebelum Undang-Undang Plantation Business/Farming prior to the
ini diundangkan dan belum memiliki izin promulgation of this Law and lacks a
Usaha Perkebunan, dalam jangka waktu 1 Plantation license/permit must, within a time
(satu) tahun terhitung sejak tanggal period of 1 (one) year of the date this Law is
diundangkannya Undang-Undang ini, wajib promulgated, hold a plantation license/permit.
memiliki izin usaha perkebunan.

(2) Perusahaan Perkebunan yang telah melakukan (2) A Plantation Company that is engaged in
Usaha Perkebunan dan telah memiliki izin Plantation Business/Farming and holds a
usaha perkebunan yang tidak sesuai dengan plantation license/permit other than in
ketentuan Undang-Undang ini diberi waktu accordance with this Law shall be allowed
paling lama 5 (lima) tahun untuk time not exceeding 5 (five) years to make
melaksanakan penyesuaian sejak Undang- adjustment upon this Law coming into effect.
Undang ini berlaku.

(3) Untuk penanaman modal asing sebagaimana (3) A foreign investor whose foreign investment
dimaksud dalam Pasal 95 yang tidak sesuai as referred to in Article 95 is other than in
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, accordance with this Law must make
penanam modal asing wajib menyesuaikan adjustment upon the term of the right to farm
setelah masa berlaku hak guna usaha berakhir. expiring.

BAB XIX CHAPTER XIX

KETENTUAN PENUTUP CONCLUDING PROVISIONS

Pasal 115 Article 115

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Upon this Law coming into effect, Law Number 18

51
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang of 2004 concerning Plantation Farming (State
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Gazette of the Republic of Indonesia Number 25 of
Tahun 2004 Nomor 25 dan Tambahan Lembaran 2004 and Supplement to the State Gazette of the
Negara Republik Indonesia Nomor 4411) dicabut Republic of Indonesia Number 4411) is revoked
dan dinyatakan tidak berlaku. and declared to no longer be in effect.

Pasal 116 Article 116

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Upon this Law coming into effect, all the laws and
semua peraturan perundang-undangan yang terkait regulations concerning Plantation Farming are
dengan Perkebunan dinyatakan tetap berlaku declared to remain in effect as long as not against
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan this Law.
dalam Undang-Undang ini.

Pasal 117 Article 117

Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini Ancillary regulations to this Law shall be issued
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak within 2 (two) years of the promulgation of this
Undang-Undang ini diundangkan. Law.

Pasal 118 Article 118

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal This Law shall come into effect from the date it is
diundangkan. promulgated.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan In order that every person may know of it, the
pengundangan Undang-Undang ini dengan promulgation of this Law is ordered by placement
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik in the State Gazette of the Republic of Indonesia.
Indonesia.

Disahkan di Jakarta Ratified in Jakarta


pada tanggal 17 Oktober 2014 on October 17, 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
[ttd.] [sgd.]
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta Promulgated in Jakarta


pada tanggal 17 Oktober 2014 on October 17, 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS OF
REPUBLIK INDONESIA, THE REPUBLIC OF INDONESIA,
[ttd.] [Sgd.]
AMIR SYAMSUDDIN AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF


TAHUN 2014 NOMOR 308 INDONESIA NUMBER 308 OF 2014.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF THE


INDONESIA NOMOR 5613 REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 5613

Translated by: Wishnu Basuki


wbasuki@abnrlaw.com

52

Das könnte Ihnen auch gefallen