Sie sind auf Seite 1von 37

Alkana

Rumus Umum: CnH2n+2


n nama
1 metana CH4
2 etana C2H6
3 propana C3H8
4 butana C4H10
5 pentana C5H12
6 heksana C6H14
7 heptana C7H16
8 oktana C8H18
9 nonana C9H20
10 dekana C10H22
Alkil: rantai cabang
n nama
1 metil
2 etil
3 propil
4 butil
5 pentil
6 heksil
7 heptil
8 oktil
9 nonil
10 dekil
RUMUS BANGUN (RUMUS STRUKTUR)
RUMUS MOLEKUL
H
|

HCH
|
H

HH
||
HCCH
||
HH

CH4

C2H6

C3H8

C4H10

ISOMER: senyawa dengan rumus molekul sama tetapi rumus bangun berbeda
C5H12
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 normal pentana
(n-pentana)

CH3-CH2-CH-CH3
|
CH3

2-metil butana

CH3
|
CH3-C-CH3 2,2-dimetil propana
|
CH3

Jumlah isomer alkana = 1+2n-4


C7H16
1+27-4 = 1 + 8
CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 n-heptana

CH3 CH CH2 CH2 CH2 CH3


|
CH3

2-metil heksana

CH3 CH2 CH CH2 CH2 CH3


|
CH3

3-metil heksana

CH3
|
CH3 C CH2 CH2 CH3 2,2-dimetil pentana
|
CH3

CH3 CH CH CH2 CH3 2,3-dimetil pentana


| |
CH3 CH3

CH3 CH CH2 CH CH3 2,4-dimetil pentana


|
|
CH3
CH3

CH3
|
CH3 CH2 C CH2 CH3 3,3-dimetil pentana
|
CH3

CH3 CH2 CH CH2 CH3 3-etil pentana


|
CH2
|
CH3
CH3
|
CH3 C CH CH3 2,2,3 trimetil butana
| |
CH3 CH3
Isomer Oktana
1 + 28-4 = 1 + 16 ?? Ternyata mulai dari oktana jumlahnya sudah berlebih!!!
CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3

n-oktana

Isomer oktana dengan rantai utama heptana

CH3 CH CH2 CH2 CH2 CH2 CH3


|
CH3

2-metil heptana

CH3 CH2 CH CH2 CH2 CH2 CH3


|
CH3

3-metil heptana

CH3 CH2 CH2 CH CH2 CH2 CH3


|
CH3

4-metil heptana

Isomer oktana dengan rantai utama heksana

CH3
|
CH3 C CH2 CH2 CH2 CH3
|
CH3

2,2-dimetil heksana

CH3 CH CH CH2 CH2 CH3


| |
CH3 CH3

2,3-dimetil heksana

CH3 CH CH2 CH CH2 CH3


|
|
CH3
CH3

2,4-dimetil heksana

CH3 CH CH2 CH2 CH CH3


|
|
CH3
CH3

2,5-dimetil heksana

CH3
|

CH3 CH2 C CH2 CH2 CH3


|
CH3

CH3
|
CH3 CH2 CH CH CH2 CH3
|
CH3

CH3 CH2 CH CH2 CH2 CH3


|
CH2
|
CH3

3,3 di-metil heksana

3,4 di-metil heksana

3-etil heksana

Isomer oktana dengan rantai utama pentana


CH3
|
CH3 C CH CH2 CH3 2,2,3-trimetil pentana
| |
CH3 CH3

CH3
|
CH3 C CH2 CH CH3 2,2,4-trimetil pentana
|
|
CH3
CH3

CH3
|
CH3 CH C CH2 CH3 2,3,3-trimetil pentana
| |
CH3 CH3

CH3 CH CH CH CH3 2,3,4-trimetil pentana


| | |
CH3 CH3 CH3

CH3 CH CH CH2 CH3 2-metil 3-etil pentana


| |
3-etil 2-metil pentana
CH3 CH2
|
CH3

CH3
|
CH3 CH2 C CH2 CH3 3-metil 3-etil pentana
|
3-etil 3-metil pentana
CH2
|
CH3

Isomer oktana dengan rantai utama butana

CH3 CH3
| |
CH3 C C CH3
| |
CH3 CH3

tetra-metil butana

Latihan
Sikloalkana
Alkana dengan rantai karbon tertutup
CH2

siklopropana
CH2

CH2

CH2

CH2

siklobutana
CH2

CH2

CH2

CH2

CH2
siklopentana

CH2

CH2

Alkena

Senyawa Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi
rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana. Sebagai hidrokarbon jenuh, alkana
memiliki jumlah atom H yang maksimum. Alkana juga dinamakan parafin (dari parum
affinis), karena sukar bereaksi dengan senyawa-senyawa lainnya. Kadang-kadang alkana
juga disebut sebagai hidrokarbon batas, karena batas kejenuhan atom-atom H telah tercapai.
Setiap senyawa yang merupakan anggota alkana dinamakan suku. Suku alkana ditentukan
oleh jumlah atom C dalam senyawa tersebut. Suku pertama sampai dengan 10 senyawa
alkana dapat anda peroleh dengan mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel no. 1
berikut.
Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana
Suku
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9

rumus molekul

nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9

CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20

metana
etana
propana
butana
pentana
heksana
heptana
oktana
nonana

titik didih
(C/1 atm)
-161
-89
-44
-0.5
36
68
98
125
151

massa 1 mol
dalam g
16
30
44
58
72
86
100
114
128

10

10 C10H22

dekana

174

142

Penamaan Senyawa Alkana


Perbedaan rumus struktur alkana dengan jumlah C yang sama akan menyebabkan berbedaan
sifat alkana yang bersangkutan. Untuk itu marilah kita gunakan aturan tata nama yang
diterbitkan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry).
Aturan tata nama alkana

Rantai tidak bercabang (lurus)

Jika rantai karbon terdiri dari 4 atom karbon atau lebih, maka nama alkana diberi alawal n(normal)
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 = n-pentana

Rantai bercabang,maka aturannya

1. Rantai karbon berurutan yang terpanjang dalam suatu molekul ditentukan sebagai
rantai induk. Rantai induk yaitu rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung
yang lain. Rantai induk diberi nama alkana.
2. Tentukan cabang, yaitu atom C yang yang terikat pada rantai induk. Rantai cabang
ini disebut gugus alkil, biasa diberi tanda -R (dari kata radikal), dan mempunyai
rumus umum -CnH2n+1 Dengan mengganti n dengan angka-angka diperoleh sukusukunya seperti terlihat pada tabel berikut
3. Penomoran. Berilah nomor pada rantai induk dari ujung terdekat cabang.
4. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu cabang. Jika cabang-cabang itu sama,
namanya tidak perlu disebut dua kali. Cukup diberi awalan di- , kalau 3 cabang sama
awalannya tri- , tetra untuk 4 cabang yang sama dan seterusnya. Ingat setiap cabang
diberi satu nomor, tidak peduli cabangnya sama atau beda.
5. Jika cabang-cabang itu berbeda, maka urutan menyebutnya adalah menurut urutan
abjad huruf pertamanya, cabang etil disebut dulu dari cabang metil.
Isomer Senyawa Alkana
Atom C mampu membentuk senyawa hidrokarbon rantai lurus maupun bercabang. Alkana
dengan jumlah C yang sama akan mempunyai struktur yang berbeda. Semakin banyak
jumlah atom C, semakin banyak struktur molekul yang dapat dibentuk. Dua senyawa atau
lebih yang mempunyai rumus molekul sama tetapi mempunyai struktur molekul berbeda

dinamakan isomer.
Semua alkana yang memiliki 4 atau lebih atom karbon akan memiliki isomeri bangun. Ini
berarti bahwa ada dua atau lebih rumus bangun yang bisa dibuat untuk masing-masing rumus
molekul.
Sifat-Sifat Senyawa Alkana

Sifat Fisika

1. Titik Didih
Titik didih semakin tinggi jika massa molekul relatifnya makin besar. Hal ini berarti
wujudnya akan berubah pada suhu kamar dari gas ke cair kemudian padat. Lihat Tabel
berikut ini:

Titik-titik didih yang ditunjukkan pada gambar di atas semuanya adalah titik didih untuk
isomer-isomer "rantai lurus" dimana terdapat lebih dari satu atom karbon.
Perhatikan bahwa empat alkana pertama di atas berbentuk gas pada suhu kamar. Wujud
padat baru bisa terbentuk mulai dari struktur C17H36.
Alkana dengan atom karbon kurang dari 17 sulit diamati dalam wujud padat karena masingmasing isomer memiliki titik lebur dan titik didih yang berbeda. Jika ada 17 atom karbon
dalam alkana, maka sangat banyak isomer yang bisa terbentuk!
Penjelasan Titik Didih
Perbedaan keelektronegatifan antara karbon dan hidrogen tidak terlalu besar, sehingga
terdapat polaritas ikatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul sendiri memiliki polaritas
yang sangat kecil. Bahkan sebuah molekul yang simetris penuh seperti metana tidak polar
sama sekali.
Ini berarti bahwa satu-satunya gaya tarik antara satu molekul dengan molekul tetangganya

adalah gaya dispersi Van der Waals. Gaya ini sangat kecil untuk sebuah molekul seperti
metana, tapi akan meningkat apabila molekul bertambah lebih besar. Itulah sebabnya
mengapa titik didih alkana semakin meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran
molekul.
Semakin bercabang rantai suatu isomer, maka titik didihnya akan cenderung semakin rendah.
Gaya dispersi Van der Waals lebih kecil untuk molekul-molekul yang berantai lebih pendek,
dan hanya berpengaruh pada jarak yang sangat dekat antara satu molekul dengan molekul
tetangganya. Molekul dengan banyak cabang tapi berantai pendek lebih sulit berdekatan satu
sama lain dibanding molekul yang sedikit memiliki cabang.
Kelarutan Senyawa Alkana
Semua alkana merupakan senyawa polar sehingga sukar larut dalam air. Alkana dalam
bentuk cair merupakan pelarut yang baik untuk berbagai senyawa kovalen yang lain.
Kelarutan dalam air
Apabila sebuah zat molekular larut dalam air, maka terjadi hal-hal berikut:
gaya tarik antar-molekul dalam zat menjadi hilang. Untuk alkana, gaya tarik tersebut adalah
gaya dispersi Van der Waals.
gaya tarik antar-molekul dalam air menjadi hilang sehingga zat bisa bercampur dengan
molekul-molekul air. Dalam air, gaya tarik antar-molekul yang utama adalah ikatan
hidrogen.
Diperlukan energi untuk meghilangkan gaya tarik antar-molekul tersebut, meskipun jumlah
energi yang diperlukan untuk menghilangkan gaya dispersi Van der Waals pada molekul
seperti metana sangat kecil dan bisa diabaikan. Akan tetapi, ini tidak berlaku bagi ikatan
hidrogen dalam air, dimana diperlukan banyak energi untuk memutus ikatan hidrogen.
Dengan kata lain, sebuah zat akan larut jika ada cukup energi yang dilepaskan ketika ikatanikatan baru terbentuk antara zat dan air untuk mengganti energi yang digunakan dalam
memutus gaya tarik awal.
Satu-satunya gaya-tarik yang baru terbentuk antara alkana dan molekul air adalah gaya Van
der Waals. Pembentukan gaya tarik ini tidak melepaskan banyak energi untuk mengganti
energi yang diperlukan untuk memutus ikatan hidrogen dalam air. Olehnya itu alkana tidak
larut.
Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik
Pada kebanyakan pelarut organik, gaya tarik utama antara molekul-molekul pelarut adalah
gaya Van der Waals - baik gaya dispersi maupun gaya tarik dipol-dipol.
Ini berarti bahwa apabila sebuah alkana larut dalam sebuah pelarut organik, maka gaya tarik
Van der Waals terputus dan diganti dengan gaya Van der Waals yang baru. Pemutusan gaya

tarik yang lama dan pembentukan gaya tarik yang baru saling menghapuskan satu sama lain
dari segi energi - sehingga tidak ada kendala bagi kelarutannya.
Sifat Kimia Alkana
1. Pada umumnya alkana sukar bereaksi dengan senyawa lainnya.
2. Dalam oksigen berlebih, alkana dapat terbakar menghasilkan kalor, karbon dioksida dan
uap air.
3. Jika alkana direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, I2), atom atom H
pada alkana akan digantikan oleh atom-atom halogen.
Sumber dan Kegunaan Alkana
Sumber alkana yang terbanyak adalah miyak bumi dan gas alam. Alkana diperoleh dari
minyak bumi dengan cara destilasi bertingkat. Alkana merupakan senyawa hidrokarbon
jenuh disebut paraffin yang mempunyai arti daya gabung kecil. Rantai karbon pada alkana
dapat lurus, bercabang, dan alisiklik.
Kegunaan alakana dalam kehidupan sehari-hari antara lain
1. Bahan bakar, misalnya elpiji atau liquefied petroleum gas (LPG), kerosin, bensin, dan
solar.
2. Pelarut, berbagai jenis hidrokarbon, seperti petroleum eter atau nafta, digunakan sebagai
pelarut dalam industry dan pencucian kering (dry cleaning)
3. Pelumas, adalah alkana suhu tingggi (jumlah atom karbon tiap molekulnya cukup besar,
misalnya C18H38)
4. Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam merupakan bahan
baku utama untuk sintesis berbagai senyawa organik seperti alcohol, asam cuka, dan lain-lain
5. Bahan baku indutri. Berbagai produk industry seperti plastic, detergen, karet sintesis,
minyak rambut, dan obat gosok dibuat dari minyak bumi atau gas alam.

SENYAWA HIDROKARBON
Disebut Hidrokarbon : mengandung unsur C dan H
Terdiri dari : 1. Alkana (CnH2n+2)
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)
ALKANA
q

Hidrokarbon jenuh (alkana rantai lurus dan siklo/cincin alkana)

Disebut golongan parafin : affinitas kecil (=sedikit gaya gabung)

Sukar bereaksi

C1 C4 : pada t dan p normal adalah gas

C4 C17 : pada t dan p normal adalah cair

> C18 : pada t dan p normal adalah padat

Titik didih makin tinggi : terhadap penambahan unsur C

Jumlah atom C sama : yang bercabang mempunyai TD rendah

Kelarutan : mudah larut dalam pelarut non polar

BJ naik dengan penambahan jumlah unsur C

Sumber utama gas alam dan petrolium

Struktur ALKANA : CnH2n+2

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 (heksana)

sikloheksana
PEMBUATAN ALKANA :
Hidrogenasi senyawa Alkena
Reduksi Alkil Halida
Reduksi metal dan asam
PENGGUNAAN ALKANA :

Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black (tinta,cat,semir,ban)

Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG (Liquified Petrolium Gases)

Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada sintesis

Fraksi tertentu dari Destilasi langsung Minyak Bumi/mentah


TD (oC)
< 30
30 - 180
180 - 230
230 - 305
305 - 405

Jumlah C
1-4
5 -10
11 - 12
13 - 17
18 - 25

Nama
Fraksi gas
Bensin
Minyak tanah
Minyak gas ringan
Minyak gas berat

Penggunaan
Bahab bakar gas
Bahan bakar mobil
Bahan bakar memasak
Bahan bakar diesel
Bahan bakar pemanas

Sisa destilasi :
1.

Minyak mudah menguap, minyak pelumas, lilin dan vaselin

2. Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan kokas dari m. Bumi

ALKENA
q

Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua

Alkena = olefin (pembentuk minyak)

Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur) : 2-metil-2-butena

Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif

STRUKTUR ALKENA : CnH2n

CH3-CH2-CH=CH2 (1-butena)

ETENA = ETILENA = CH2=CH2


q

Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas, eksplosif dalam udara (pada
konsentrasi 3 34 %)

Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses cracking

Pembuatan : pengawahidratan etanaol

PENGGUNAAN ETENA :

Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)

Untuk memasakkan buah-buahan

Sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi, etanol)

PEMBUATAN ALKENA :
Dehidrohalogenasi alkil halida
Dehidrasi alkohol
Dehalogenasi dihalida
Reduksi alkuna

ALKUNA
q

Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga

Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif

Struktur ALKUNA : CnH2n-2

CH=CH (etuna/asetilen)

ETUNA = ASETILEN => CH=CH


q

Pembuatan : CaC2 + H2O ------ C2H2 + Ca(OH)2

Sifat-sifat :
Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak
Suatu gas, tak berwarna, baunya khas

Penggunaan etuna :
Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (+- 3000oC),
dipakai untuk mengelas besi dan baja
Untuk penerangan
Untuk sintesis senyawa lain

PEMBUATAN ALKUNA
Dehidrohalogenasi alkil halida
Reaksi metal asetilida dengan alkil halida primer
SENYAWA AROMATIK
q

Senyawa alifatis : turunan metana

Senyawa aromatis : turunan benzen (simbol Ar = aril)

Permulaan abad ke-19 ditemukan senyawa-senyawa organik yang mempunyai bau


(aroma) yang karakteristik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (damar benzoin, cumarin,
asam sinamat dll)

BENZEN =C6H6
q

Senyawa aromatis yang paling sederhana

Berasal dari batu bara dan minyak bumi

Sifat fisika : cairan, td. 80oC, tak berwarna, tak larut dalam air, larut dalam kebanyakan
pelarut organik, mudah terbakar dengan nyala yang berjelaga dan berwarna (karena kadar
C tinggi)

Pengunaan Benzen :
Dahulu sebagai bahan bakar motor
Pelarut untuk banyak zat
Sintesis : stirena, fenol, nilon, anilin, isopropil benzen, detergen, insektisida, anhidrida
asam maleat, dsb
ALKIL HALIDA
q

Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh
yang satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X = Br, Cl. I)

Alkil halida = haloalkana = RX struktur primer, sekunder, tersier

Aril halida = ArX = senyawa halogen organik aromatik

Sifat fisika Alkil Halida :

Mempunyai TD lebih tinggi dari pada TD Alkana dengan jumlah unsur C yang sama.

Tidak larut dalam air, tapi larut dalam pelarut organik tertentu.

Senyawa-senyawa bromo, iodo dan polikloro lebih berat dari pada air.

Struktur Alkil Halida : R-X (X=Br, Cl, I)


CH3-CH2-CH2-CH2-Cl
Primer

(CH3)2CH-Br

(CH3)3C-Br

sekunder

tersier

CH2-Cl
Benzil khlorida

CH2=CH2-Cl
Vinil khlorida

PEMBUATAN ALKIL HALIDA :


Dari alkohol
Halogenasi
Adisi hidrogen halida dari alkena
Adisi halogen dari alkena dan alkuna
PENGGUNAAN ALKIL HALIDA :

Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi etanol, disimpan
dalam botol coklat, diisi sampai penuh).

Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk lemak, alat pemadam


kebakaran (Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.

Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin lemari es, alat air
conditioner, sebagai propellant (penyebar) kosmetik, insektisida, dsb.

ALKOHOL
q

Alkohol : tersusun dari unsur C, H, dan O

Struktur alkohol : R-OH primer, sekunder dan tersier

Sifat fisika alkohol :

TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C yang sama (etanol = 78oC, etena = 88,6oC)

Umumnya membentuk ikatan hidrogen


O - H-----------------O - H
R

Berat jenis alkohol > BJ alkena

Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (=polar)

Struktur Alkohol : R - OH
R-CH2-OH
Primer

(R)2CH-OH
sekunder

(R)3C-OH
tersier

PEMBUATAN ALKOHOL :
Oksi mercurasi demercurasi
Hidroborasi oksidasi
Sintesis Grignard
Hidrolisis alkil halida
PENGGUNAAN ALKOHOL :

Metanol
:
pelarut,
antifreeze
radiator
formaldehid,metilamina,metilklorida,metilsalisilat, dll

mobil,

sintesis

Etanol : minuman beralkohol, larutan 70 % sebagai antiseptik, sebagai pengawet,


dan sintesis eter, koloroform, dll

FENOL
q

Fenol : mengandung gugus benzen dan hidroksi

Mempunyai sifat asam

Mudah dioksidasi

struktur

Mempunyai sifat antiseptik

Penggunaan sbg antiseptikum dan sintesis

OH

ETER
q

Eter : isomer atau turunan dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil atau aril)

Eter : mengandung unsur C, H, dan O

Sifat fisika eter :

Senyawa eter rantai C pendek berupa cair pada suhu kamar dan TD nya naik dengan
penambahan unsur C.

Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter dengan rantai panjang sulit larut dalam
air dan larut dalam pelarut organik.

Mudah terbakar
Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil, n-pentil eter 100oC,
n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).

Struktur eter : R O R

CH3-CH2-O-CH2-CH3 (dietil eter)


CH3-CH2-O-C6H5

PEMBUATAN ETER :
Sintesis Williamson
Alkoksi mercurasi demercurasi

(fenil etil eter)

PENGGUNAAN ETER :

Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari minyak, dsb.

Eter-eter tak jenuh : pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu kebidanan.

AMINA
q

Senyawa organik bersifat basa lemah, dibanding air lebih basa.

Jumlah unsur C kecil sangat mudah larut dalam air.

Sifat fisika Amina :

Suku-suku rendah berbentuk gas.

Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.

Mudah larut dalam air

Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.

Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.

Struktur amina : R-NH2, (R)2NH, (R)3N =primer, sekunder, tersier


CH3-CH2-CH2-CH2-NH2
Primer

(CH3)2NH
sekunder

Struktur Amina berdasarkan rantai gugus alkil/aril :

Amina aromatis

Amina alifatis

Amina siklis

Amina campuran

PEMBUATAN AMINA :

(CH3)3N
tersier

Reduksi senyawa nitro


Reaksi alkil halida dengan amonia dan amina
PENGGUNAAN AMINA :

Sebagai katalisator
Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam, pencepat vulkanisasi, membuat sabun,
dll.
Trimetil amina : suatu penarik serangga.

ALDEHID
q
q
q

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat
pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen.
Aldehid berasal dari alkohol dehidrogenatum (cara sintesisnya).
Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda dalam derajatnya.
Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).

Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar

Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang

Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat reaktif.

FORMALDEHID = METANAL = H-CHO

Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang berbentuk gas pada suhu kamar, tak berwarna,
baunya tajam, larutanya dalam H2O dari 40 % disebut formalin.

Penggunaan : sebagai desinfektans, mengeraskan protein (mengawetkan contoh-contoh


biologik), membuat damar buatan.

Struktur Aldehid : R CHO

PEMBUATAN ALDEHID :
Oksidasi dari alkohol primer
Oksidasi dari metilbenzen
Reduksi dari asam klorida
KETON
q
q

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil (C=O)
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril.
Sifat-sifat sama dengan aldehid.

PROPANON = DIMETIL KETON = ASETON = (CH3)2-C=O

Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.

Penggunaan : sebagai pelarut

ASETOFENON = METIL FENIL KETON

Sifat : berhablur, tak berwarna

Penggunaan : sebagai hipnotik, sebagai fenasil klorida (kloroasetofenon) dipakai sebagai


gas air mata

Struktur : (R)2-C=O

PEMBUATAN KETON
Oksidasi dari alkohol sekunder
Asilasi Friedel-Craft
Reaksi asam klorida dengan organologam
ASAM KARBOKSILAT
q

Mengandung gugus COOH yang terikat pada gugus alkil (R-COOH) maupun gugus aril
(Ar-COOH)

Kelarutan sama dengan alkohol

Asam dengan jumlah C 1 4

: larut dalam air

Asam dengan jumlah C = 5

: sukar larut dalam air

Asam dengan jumlah C > 6

: tidak larut dalam air

Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, dan benzen

TD asam karboksilat > TD alkohol dengan jumlah C sama.

Struktur Asam Karboksilat : R COOH dan Ar COOH

CH3-CH2-CH2-CH2-COOH

COOH

Valelat
CH3-COOH (asam asetat)

Asam benzoat

ASAM FORMAT = HCOOH

Sifat fisika : cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H 2O dengan
sempurna.

Penggunaan : untuk koagulasi lateks, penyamakkan kulit, industri tekstil, dan fungisida.

ASAM ASETAT = CH3-COOH

Sifat : cair, TL 17oC, TD 118oC, larut dalam H2O dengan sempurna

Penggunaan : sintesis anhidrat asam asetat, ester, garam, zat warna, zat wangi, bahan
farmasi, plastik, serat buatan, selulosa dan sebagai penambah makanan.

PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT


Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkil benzen
Carbonasi Reagen Grignard
Hidrolisin nitril
AMIDA
q

Amida adalah turunan asam karboksilat, dimana gugus OH digan-ti dengan NH2 atau
amoniak, dimana 1 H diganti dengan asil.

Sifat fisika : zat padat kecuali formamida yang berbentuk cair, tak berwarna, suku-suku
yang rendah larut dalam air, bereaksi kira-kira netral.

Struktur Amida : R CONH2


PEMBUATAN AMIDA :
Reaksi asam karboksilat dengan amoniak
Garam amoniumamida dipanaskan
Reaksi anhidrid asam dengan amponiak
PENGGUNAAN AMIDA :

Formamida berbentuk cair, sebagai pelarut.

Untuk identifikasi asam yang berbentuk cair.

Untuk sintesis nilon, ds.

ESTER
q

Ester adalah turunan asam karboksilat, dimana gugus H pada OH diganti dengan
gugus R.

Sifat fisika : berbentuk cair atau padat, tak berwarna, sedikit larut dalm H 2O,
kebanyakan mempunyai bau yang khas dan banyak terdapat di alam.

Struktut ester : R COOR


PEMBUATAN ESTER :
Reaksi alkohol dan asam karboksilat
Reaksi asam klorida atau anhidrida
PENGGUNAAN ESTER :

Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).

Sebagai zat wangi dan sari wangi.

Penggolongan hidrokarbon

Sifat Fisika
Alkana yang memiliki massa molekul rendah yaitu metana, etana, propana dan butana pada
suhu kamar dan tekanan atmosfer berwujud gas, alkana yang memiliki 5-17 atom karbon
berupa cairan tidak berwarna dan selebihnya berwujud padat.
Alkana merupakan senyawa nonpolar sehingga sukar larut dalam air tetapi cenderung larut
pada pelarut-pelarut yang nonpolar seperti eter, CCl4. Jika alkana ditambahkan ke dalam air
alkana akan berada pada lapisan atas, hal ini disebabkan adanya perbedaan massa jenis
antara air dan alkana. Sebagian besar alkana memiliki massa jenis lebih kecil dari massa
jenis air.
Karena alkana merupakan senyawa nonpolar, alkana yang berwujud cair pada suhu kamar
merupakan pelarut yang baik untuk senyawa-senyawa kovalen. Beberapa sifat fisika alkana
dapat dilihat pada Tabel.
Nama

Titik leleh (C) Titik didih (C) Massa jenis (g/cm3)

Metana

-182

-162

0,423

Etana

-183

-89

0,545

Propana

-188

-42

0,501

Butana

-138

0,573

Pentana

-130

36

0,526

Heksana

-95

69

0,655

Heptana

-91

98

0,684

Oktana

-57

126

0.703

Nonana

-51

151

0.718

Dekana

-30

174

0.730

Sifat Kimia Alkana


Reaksi-Reaksi Alkana
Seperti yang diektahui bahwa ikatan pada alkana berciri tunggal, kovalen dan nonpolar. Oleh
karenanya alkana relatif stabil (tidak reaktif) terhadap kebanyakan asam, basa, pengoksidasi
atau pereduksi yang dapat dengan mudah bereaksi dengan kelompok hidrokarbon lainnya.
Karena sifatnya yang tidak reaktif tersebut, maka alkana dapat digunakan sebagai pelarut.
Walaupun alkana tergolong sebagai senyawaan yang stabil, namun pada kondisi dan pereaksi
tertentu alkana dapat bereaksi dengan asam sulfat dan asam nitrat, sekalipun dalam
temperatur kamar. Hal tersebut dimungkinkan karena senyawa kerosin dan gasoline
mengandung banyak rantai cabang dan memiliki atom karbon tersier yang menjadi activator
berlangsungnya reaksi tersebut. Berikut ini ditunjukkan beberapa reaksi alkana :

1. Oksidasi
Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti KMNO4,
tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Oksidasi yang cepat
dengan oksingen yang akan mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran
atau combustion
Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan sejumlah
air. Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO2 dan H2 O, terlebih
dahulu terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat.
Alkana terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini
menghasilkan sejumlah kalor (eksoterm)
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol
C4H10 + 2O2 CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol
Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan hidrokarbon sebagai
penghasil kalor (gas alam dan minyak pemanas) dan tenaga (bensin), jika oksigen
tidak mencukupi untuk berlangsungnya reaksi yang sempurna, maka pembakaran
tidak sempurna terjadi. Dalam hal ini, karbon pada hidrokarbon teroksidasi hanya
sampai pada tingkat karbon monoksida atau bahkan hanya sampai karbon saja.
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
CH4 + O2 C + 2H2O
Penumpukan karbon monoksida pada knalpot dan karbon pada piston mesin
kendaraan bermotor adalah contoh dampak dari pembakaran yang tidak sempurna.
Reaksi pembakaran tak sempurna kadang-kadang dilakukan, misalnya dalam
pembuatan carbon black, misalnya jelaga untuk pewarna pada tinta.
2. Halogenasi
Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur halogen disebut reaksi halogenasi.
Reaksi ini akan menghasilkan senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari
alkana akan disubstitusi oleh halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi
substitusi.

Halogenasi biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut juga


klorinasi dan brominasi. Halongen lain, fluor bereaksi secara eksplosif dengan
senyawa organik sedangkan iodium tak cukup reaktif untuk dapat bereaksi dengan
alkana.
Laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan halogen
dalam mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin.
Reaksi antara alkana dengan fluorin menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan
pada suhu dingin dan ruang gelap.

Jika campuran alkana dan gas klor disimpan pada suhu rendah dalam keadaan
gelap, reaksi tidak berlangsung. Jika campuran tersebut dalam kondisi suhu tinggi
atau di bawah sinar UV, maka akan terjadi reaksi yang eksoterm. Reaksi kimia
dengan bantuan cahaya disebut reaksi fitokimia.
Dalam reaksi klorinasi, satu atau lebih bahkan semua atom hidrogen diganti
oleh atom halogen. Contoh reaksi halogen dan klorinasi secara umum digambarkan
sebagai berikut:

Untuk menjelaskan keadaan ini, kita harus membicarakan mekanisme


reaksinya. Gambaran yang rinci bagaimana ikatan dipecah dan dibuat menjadi
reaktan dan berubah menjadi hasil reaksi.
Langkah pertama dalam halogenasi adalah terbelahnya molekul halogen
menjadi dua partikel netral yang dinamakan radikal bebas atau radikal. Suatu radikal
adalah sebuah atom atau kumpulan atom yang mengandung satu atau lebih elektron
yang tidak mempunyai pasangan. Radikal klor adalah atom yang klor yang netral,
berarti atom klor yang tidak mempunyai muatan positif atau negatif.

Pembelahan dari molekul Cl2 atau Br2 menjadi radikal memerlukan energi
sebesar 58 Kcal/mol untuk Cl2 dan 46 kcal/mol untuk Br2. Energi yang didapat dari
cahaya atau panas ini, diserap oleh halongen dan akan merupakan reaksi permulaan
yang disebut langkah permulaan.
Tahap kedua langkah penggadaan dimana radikal klor bertumbukan dengan
molekul metan, radikal ini akan memindahkan atom atom hidrongen (H ) kemudian
menghasilkan H-Cl dan sebuah radikal baru, radikal metil ( CH3).
Langkah I dari siklus penggadaan

Radikal bebas metil sebaliknya dapat bertumbukan dengan molekul (Cl2)


untuk membedakan atom khlor dalam langkah penggandaan lainnya.
Langkah 2 dari siklus penggadaan

Langka ketiga Reaksi Penggabungan Akhir. Reaksi rantai radikal bebas


berjalan terus sampai semua reaktan terpakai atau sampai radikalnya dimusnahkan.

Reaksi dimana radikal dimusnahkan disebut langkah akhir. Langkah akhir akan
memutuskan rantai dengan jalan mengambil sebuah radikal setelah rantai putus.
Siklus penggandaan akan berhenti dan tak berbentuk lagi reaksi.
Suatu cara untuk memusnahkan radikal adalah dengan menggabungkan dua
buah radikal untuk membentuk non radikal yang stabil dengan reaksi yang disebut
reaksi penggabungan (coupling reaction). Reaksi penggabungan dapat terjadi bila dua
buah radikal bertumbukan

Radikal lainnya juga dapat bergabung untuk mengakhiri rangkaian reaksi


tersebut. Misalnya CH3 dapat bergabung dengan Cl menghasilkan CH3Cl
Suatu masalah dengan radikal bebas adalah terbentuknya hasil campuran.
Contohnya ketika reaksi khlorinasi metana berlangsung, konsentrasi dari metana akan
berkurang sedangkan klorometan bertambah. Sehingga ada kemungkinan besar
bahwa radikal klor akan bertumbukkan dengan molekul klormetan, bukannya dengan
molekul metan.
Jika halogen berlebihan, reaksi berlanjut dan memberikan hasil-hasil yang
mengandung banyak halogen berupa diklorometana, trikloroetana dan
tetraklorometana

Keadaan reaksi dan perbandingan antara klor dan metana dapat diatur untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada alkana rantai panjang, hasil reaksinya menjadi semakin rumit karena
campuran dari hasil reaksi berupa isomer-isomer semakin banyak. Misalnya pada
klorinasi propana

Bila alkana lebih tinggi dihalogenasi, campuran hasil reaksi menjadi rumit,
pemurnian atau pemisahan dari isomer-isomer sulit dilakukan. Dengan demikian
halogenasi tidak bermanfaat lagi dalam sintesis alkil halida. Akan tetapi pada
sikloalkana tak bersubtitusi dimana semua atom hidrogennya setara, hasil murni
dapat diperoleh. Karena sifatnya yang berulang terus reaksi semacam ini disebut
reaksi rantai radikal bebas.
3. Sulfonasi Alkana
Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam sulfat. Reaksi
antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana
sulfonat. dalam reaksi terjadi pergantian satu atom H oleh gugus SO3H. Laju reaksi
sulfonasi H3 > H2 > H1.
Contoh

4. Nitrasi
Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika terdapat
karbon tertier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat lambat.

5. Pirolisis (Cracking)
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek

Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan


karbon-black. Proses pirolisa juga dipergunakan untuk memperbaiki struktur bahan
bakar minyak, yaitu, berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan
senyawa alkena yang dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya
dilakukan pada tekanan tinggi dengan penambahan suatu katalis (tanah liat
aluminium silikat).

Cara Pembuatan Alkana


Cara Khusus pembuatan metana
a. Metana dapat diperoleh dari pemanasan unsur-unsurnya pada temperatur 1200C.

b. Metana dapat diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari senyawa CS2, H2 S dan
logam Cu, ini dikenal sebagai metoda Berthelot.

c. Metana dapat diperoleh dari monoksida dan hidrogen akan menghasilkan metana

d. Reduksi katalis dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air.

e. Metana dapat dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air. Pada reaksi ini biasanya ditambahkan soda lime
(campuran NaOH) dan CaO) untuk mencegah tejadinya keausan tabung gelasnya.

Cara Umum
a) Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dan logam, misalnya logam Zn
(campuran Zn + Cu) atau logam Na dan alcohol.

b) Alkana dapat diperoleh dari alkil halida melalui terbentuknya senyawa grignard
kemudian dihidrolisis.

c) Alkana dapat diperoleh dari alkil halida oleh logan Na (reaksi Wurtz), dimana
alkana yang dihasilkan mempunyai atom karbon dua kali banyak dari atom karbon
alkil halida yang digunakan.

Das könnte Ihnen auch gefallen