Sie sind auf Seite 1von 5

METAFORA

Metafora berasal dari bahasa Yunani metapherein (Perancis metaphore,


Latin metafora, Inggris metaphor). Meta- berarti mengandung atau memuat. Dari
estimologinya, metafora menunjukkan pemindahan (transfer) sesuatu dari yang
dikandungkan (makna), sehingga Metafora disebut sebagai bahasa yang bersifat
perlambang atau kiasan.
Aristotle cendekiawan Yunani yang mengeluarkan versi awal teori
pergeseran makna, menyebutkan: Metafora adalah suatu pemindahan maknamakna istilah yang literal, baik dari makna umum ke makna spesifik atau dari
spesifik ke umum, atau dari spesifik ke spesifik.

Ada tiga kategori metafora arsitektural (Antoniades, -1990)


1. Intangible metaphor, yang proses metaforiknya berasal dari konsep abstrak.
2. Tangible metaphor, yang proses metaforiknya berasal dari karakter materi atau
visual obyek yang konkrit.
3. Combined metaphor, yang proses metaforiknya berasal dari gabungan konsep
abstrak dan karakter materi atau visual obyek nyata sebagai ide awal mulainya
kreasi arsitektural.
Samuel Levin mengidentifikasikan metafora menurut bentuk ekspresinya menjadi
5 jenis, yaitu:
1. Metafora Konvensional (conventional metaphor)
Sebuah metafora dinilai konvensional saat ia membentuk bagian dari
pengertian sehari-hari kita akan suatu pengalaman. Sebagai contoh lebih
banyak adalah naik/diatas dan kurang adalah turun/dibawah sehingga kita
sering mendengar harga-harga naik, melambung atau rendah dan jatuh.
2. Metafora Penyalur (conduit methaphor)
Konsep komunikasi dimengerti melalui sebuah metafora,yaitu metafora
penyalur dimana ide adalah obyek dan kata adalah wadah. Sehingga ide
bahwa kata-kata memiliki arti didalamnya adalah suatu konsekuensi dari
metafora penyalur ini.
3. Metafora Puitis (poetic metaphor)
Metafora puitis, kita dengar sehari hari. Sebagai contoh ada suatu metafora
dimana kehidupan dimengerti sebagai hadir disini dan kelahiran sebagai
kedatangan serta kematian sebagai keberangkatan dalam syair-syair karya
sastra, memanfaatkan pemikiran metaforik yang telah biasa.

4. Metafora Kesan (image metaphor)


Metafora tidak saja memproyeksikan struktur dari satu konsep kepada yang
lain, tetapi juga memproyeksikan struktur dari suatu kesan kepada kesan yang
lain. Sebagai contoh, penyair Andre Breton menulis my wife whose waist is an
hourglass. Disini kesan dari sebuah jam pasir (hourglass) dipetakan ke dalam
kesan pinggul seorang wanita.
5. Metafora Tingkat umum (generic-level metaphor)
Metafora tingkat umum adalah metafora yang tidak terbatas pada kerangka
daerah asal dan daerah target. Suatu contoh adalah metafora peristiwa
adalah tindakan, yang menafsirkan peristiwa sebagai tindakan yang dilakukan
oleh beberapa pengantar metafora.

STUDI BANDING
a. Nagoya City Art Museum

Nagoya City Art Museum

Kisho Kurokawa mengangkat konsep simbiosis dalam karyakaryanya.


Kisho Kurokawa mencoba membawa elemen sejarah dan budaya pada
Engawa (tempat peralihan sebagai ruang antara pada bangunan : antara
alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep ini diterapkan
pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu Nagoya City Art Museum .
Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat
dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong
pada Intangible Metaphors (Metafora abstrak).
b. Chapelle Notre Dame Du Haut Ronchamp Le Corbusier

Chapelle Notre Dame Du Haut Ronchamp

Notre Dame du Haut merupakan master piece dari Le Corbusier yang


dibangun pada tahun 1955. Bangunan ini berupa kapel yang dibuat tanpa
mementingkan prinsip kebebasan, melainkan mementingkan kemurnian alam.
Kapel ini terletak di atas kaki bukit di pegunungan Vosges. Secara
keseluruhan, bentuk bangunan dikatakan sederhana karena bangunan
terbentuk dari bidang atap dan dinding masif dari beton kasar sehingga
memberikan citra berani tetapi sederhana. Dikatakan rumit karena bangunan

tidak seperti kapel pada umumnya, pertemuan bidang dinding dan atap
tersusun secara diagonal membentuk perbedaan yang sangat kontras.
Ada beberapa interpretasi terhadap bangunan notre dame dapat dilihat
pada gambar di bawah yang berupa tangan, kapal laut, bebek dan model
rambut.

Interpretasi terhadap Notre Dome

c. Sydney Opera House Jorn Utzon

Sydney Opera House

Sydney Opera House berdiri di atas tanah seluas 2,2 Ha dan luas
bangunan 1,8 Ha dengan bentang bangunan 185 m x 120 m dan ketinggian
atap mencapai 67 meter di atas permukaan laut. Selain dapat dikategorikan
berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multiinterpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House
adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jorn Utzon,
seorang arsitek kelahiran Denmark.
Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian
air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk
Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem
oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang
sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah
setempat. Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem
struktur cangkang ( shell system ) selaras dan seolah olah seperti echo dari

pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang, dimana


dalam hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah
siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain
memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut,
didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat
Sydney Opera House terlihat monumental. Sydney Opera House memiliki lebih
dari 1000 ruang yang diantaranya adalah:
1. Concert Hall, merupakan ruang utama terbesar dengan kapasitas 2679
orang
2. Opera Theatre, teridir dari 1547 kursi
3. Drama theatre, dengan kapasitas 544 orang
4. Playhouse, Studio, reception Hall, Foyer, digunakan untuk seminar, kuliah,
dengan kapasitas 398 orang
5. Lima auditorium, lima studio, empat restaurant, enam bar theatre, 60 ruang
ganti, perpustakaan, kantor administrasi dan ruang utilitas.

Das könnte Ihnen auch gefallen