Sie sind auf Seite 1von 8

ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH DENGAN METODE

CELULLAR AUTOMATA DI KOTA MUNTILAN


Luthfan Prima Zul Fahmi
Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi UGM
luthfanpzf@gmail.com

ABSTRAK

Pola perkembangan suatu daerah khususnya wilayah permukiman dapat dilihat


dari banyaknya luasan lahan terbangun dan lahan non terbangun dari wilayah tersebut.
Perkembangan wilayah bersifat dinamis dan akan mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu. Kota Muntilan sebagai daerah kajian penelitian berada di koridor
Kota Yogyakarta dan Kota Magelang, dengan dilalui jalan arteri/utama sehingga
menyebabkan pertumbuhan wilayah. Hasil pemodelan prediksi perubahan penggunaan
lahan Kota Muntilan tahun 2027. Perubahan luasan lahan non terbangun ditunjukkan
dengan luasan semula sekitar 11.000 hektare berkurang menjadi 8.000 hektare.
Probabilitas perubahan lahan terbangun menjadi non terbangun sebesar 0,3844 dan
probabilitas perubahan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun sebesar 0,2872
Kata Kunci : Perkembangan Wilayah, Monitoring, Cellualar Automata, Penginderaan Jauh, SIG

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan
kota merupakan fenomena yang
dinamis, oleh karena itu, diperlukan
kajian
untuk
mengetahui
arah
perkembangan kota sehingga dapat
digunakan untuk merencanakan tata
ruang kota dan mengatur arah
perkembangannya. Pemantauan atau
monitoring perubahan penggunaan
lahan
dapat
dilakukan
dengan
memanfaatkan data penginderaan jauh
multitemporal.
Perkembangan lahan terbangun
terwujud salah satunya berkat adanya

proses ekspansi, proses ekspansi itu


sendiri dapat diartikan sebagai proses
perubahan tutupan lahan non terbangun
menjadi lahan terbangun (Suharyadi,
2010). Proses ekspansi lahan terbangun
tanpa kontrol sering berimbas pada
hilangnya lahan-lahan yang memiliki
fungsi
ekologis
dan
kemudian
berdampak pada munculnya masalah
lingkungan. Berdasar hal tersebut maka
sangat
dipelukan
kajian
berupa
monitoring dan prediksi mengenai
perkembangan lahan terbangun.
Pembuatan model dengan
menggunakan
teknologi
satelit
penginderaan
jauh
akan
makin
mempermudah mendeteksi terjadinya

perubahan dan arah pertumbuhan piksel


dengan akurasi yang semakin baik. Pada
jangkauan area yang sangat luas cover
yang tidak beraturan secara geografis,
mustahil dilakukan pemetaan dan
pemodelan dengan cara-cara manual.
Ekspansi lahan terbangun secara
spasial
dapat
dimonitoring
dan
diprediksi melalui sebuah pemodelan.
Model Cellular Automata (CA)
merupakan salah satu model spasial
yang
mampu
memprediksi
tutupan/penggunaan lahan, sehingga
penggunaan model ini untuk prediksi
perkembangan lahan terbangun sangat
dimungkinkan.
Muntilan
adalah
sebuah
kecamatan di Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah, Indonesia yang menjadi
pusat perdagangan dan jasa di bagian
Selatan Kabupaten Magelang. Muntilan
terletak sekitar 10 Km dari Kota
Mungkid
yang
menjadi
pusat
pemerintahan
atau
ibukota
dari
Kabupaten Magelang, 15 Km dari Kota
Magelang, dan 25 Km dari Kota
Yogyakarta. Muntilan telah lama
menjadi pusat perdagangan dan jasa di
bagian Selatan Kabupaten Magelang
dan berada di jalur provinsi yang
menghubungkan Kota Semarang, Kota
Magelang, dan Kota Yogyakarta.
Pemodelan
spasial
dapat
digunakan
untuk
memprediksi
perkembangan perubahan lahan di Kota
Muntilan dengan mengetahui pola
perkembangan dari skala waktu
tertentu,
sehingga
perkembangan
perubahan lahan dapat diproyeksikan ke
masa yang akan datang.
1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas


maka perumusan masalah dan batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kemampuan citra
penginderaan
jauh
dalam
memprediksi
pola
perkembangan suatu wilayah?
b. Bagaimana
arah/trend
perkembangan wilayah di Kota
Muntilan dari datahun 2001
hingga 2027?
c. Apa
faktor
yang
paling
berpengaruh
dalam
perkembangan Kota Muntilan
selama tahun 2001 heingga
2027?
1.3. Tujuan
Maksud dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola
perkembangan wilayah di Kota
Magelang.
Adapun tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui kemampuan citra
penginderaan
jauh
dalam
monitoring perkembangan suatu
wilayah khususnya penggunaan
lahan terbangun dan non
terbangun.
2. Mengetahui
arah/
trend
perkembangan Kota Muntilan
hingga tahun 2027.
3. Mengetahui faktor pendorong
yang paling dominan dalam
perkembangan Kota Muntilan.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:

a. Citra Satelit Landsat 7


(tahun 2001) dan Landsat 8
(tahun
2014)
wilayah
Muntilan.
b. Data sekunder peta dasar
wilayah Magelang.
c. Seperangkat Laptop,
d. Software ArcGIS 10.3,
e. Software Idrisi Selva.
2.2. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam
penelitian
ini
adalah
klasifikasi
multispektral dengan kelas penggunaan
lahan terbangun dan non terbangun dari
Citra Landsat multitemporal tahun 2001
dan 2014. Kemudian melakukan
identifikasi
arah
dan
prediksi
perkembangan wilayah dengan Metode
Cellular Automata Markov Chain.
2.3. Diagram Alir

lahan terbangun dan lahan non


terbangun dari wilayah tersebut.
Perkembangan wilayah bersifat
dinamis dan akan mengalami
perubahan seiring berjalannya waktu.
Upaya monitoring yang dilakukan
menggunakan data citra Landsat
multitemporal pada perekaman tahun
2001 dan 2014. Kemudian dilakukan
prediksi pada tahun 2027. Rentang
waktu yang panjang tersebut
digunakan agar mendapatkan hasil
perubahan penggunaan lahan yang
berubah
secara
signifikan.
Penggunaan data penginderaan jauh
seperti ini dimaksudkan karena
biayanya yang tidak terlalu besar dan
tingkat akurasi dan kualitas data
dapat dikatakan baik.
Kota Muntilan sebagai daerah
kajian penelitian berada di koridor
Kota
Yogyakarta
dan
Kota
Magelang, dengan dilalui jalan
arteri/utama sehingga menyebabkan
pertumbuhan wilayah. Selain itu
pusat kegiatan dan kemiringan lereng
merupakan factor pendorong lain
dalam perkembangan wilayah Kota
Muntilan. Beberapa variable tersebut
dilakukan proses euclidean distance
untuk mengetahui jarak suatu
variable dalam format sel.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pola perkembangan suatu daerah
khususnya wilayah permukiman
dapat dilihat dari banyaknya luasan

Gambar 1. Euclidean Distance Jalan Utama

terbangun, dihasilkan peta klasfikasi


penggunaan lahan untuk tahun 2001
dan 2014 sebagai berikut:

Gambar 2. Euclidean Distance Jalan Non


Utama

Gambar 5. Penggunaan Lahan tahun 2001

Gambar 3. Euclidean Distance Pusat


Kegiatan

Gambar 6. Penggunaan Lahan tahun 2014

Gambar 4. Tingkat Kemiringan Lereng

Kenampakan penggunaan lahan


yang diamati dari citra Landsat
multitemporal berupa penggunaan
lahan tebangun dan non terbangun.
Berdasarkan
proses
klasifikasi
penggunaan lahan terbangun dan non

Berdasarkan hasil klasifikasi


penggunaan lahan pada tahun 2001
dan 2014 dapat diamati perubahan
yang cukup besar. Dengan lahan
terbangun yang digambarkan dengan
warna merah muda sedangkan lahan
non terbangun digambarkan dengan
warna kuning cerah. Perubahan
luasan penggunaan lahan dapat
dilihat dengan analisis gain and
losses. Gain and losses dapat
menggambarkan penambahan dan
pengurangan luasan lahan terbangun
maupun non terbangun.

dan menyebar kearah barat laut. Arah


trend dapat dilihat dengan peta
sebagai berikut:

Gambar 7. Gain and losses lahan non


terbangun tahun 2014

Penaksiran perubahan luasan


baik itu penambahan maupun
pengurangan lahan non terbangun
dapat dilakukan dengan pengamatan
diagram change analysis seperti ini:

Gambar 8. Diagram Gain and Losses Lahan


Non Terbangun tahun 2001 hingga 2014

Perubahan luasan lahan non


terbangun ditunjukkan dengan luasan
semula sekitar 11.000 hektare
berkurang menjadi 8.000 hektare
yang
tersisa,
3.000
hektare
merupakan luasan perubahan lahan
non terbangun menjadi lahan
terbangun selama kurun waktu 13
tahun.
Kecenderungan atau trend arah
perubahan penggunaan lahan dari
tahun 2001 hingga tahun 2014
cenderung terkonsentrasi pada pusat
Kota Muntilan denggan nilai 0,37

Gambar 9. Trend perubahan penggunaan


lahan Kota Muntilan 2001-2014

Trend perubahan penggunaan


lahan dapat diperngaruhi oleh
beberapa faktor seperti jaringan
jalan, pusat kegiatan dan kemiringan
lereng. Faktor pendorong yang paling
berpengaruh adalah pusat kegiatan
berupa pasar dan rumah sakit. Pasar
dan Rumah Sakit sebagai fasilitas
pelayanan bagi masyarakat dan
merupakan
factor
pendorong
timbulnya suatu permukiman baru.
Dalam
analisis
SimWeight
Parameter, nilai pusat kegiatan
sebagai variable penentu sebesar 0,22
kemudian diikuti oleh kemiringan
lereng dengan nilai 0,15. Sedangkan
jalan utama mempunyai nilai 0,05
dan jalan utama memunyai nilai 0,02.

perubahan lahan non terbangun


menjadi lahan terbangun sebesar
0,2872.

Gambar 10. SimWeight Parameter

Pemodelan prediksi perubahan


penggunaan lahan dilakukan dengan
interval waktu 13 tahun kedapan ke
tahun 2027. Metode pendugaan yang
dilakukan adalah metode Markov
Chain. Dari hasil prediksi tersebut
didapatkan perubahan penggunaan
lahan pada tahun 2027 sebagai
berikut:

Gambar 12. Probabilitas perubahan


penggunaan lahan

V. KESIMPULAN
1. Citra Landsat dapat menghasilkan
pemodelan dan prediksi perubahan
penggunaan lahan pad tahun 2027 di
Kota Muntilan dari data yang
multitemporal yaitu tahun 2001 dan
2014 dengan metode Celluar
Automata Markov Chain.
2. Trend perubahan penggunaan lahan
di Kota Muntilan cenderung
terkonsentrasi di pusat kota dan
menyebar kea rah barat laut dari
Kota Magelang.

Gambar 11. Penggunaan lahan tahun 2027

Berdasarkan hasil permodelan


markov
chain
tersebut
akan
didapatkan
nilai
probabiltias
perubahan penggunaan lahan yang
tejadi baik lahan terbangun menjadi
non
terbangun
ataupun
non
terbangun
menjadi
terbangun.
Probabilitas
perubahan
lahan
terbangun menjadi non terbangun
sebesar 0,3844 dan probabilitas

3. Faktor
pendorong
perubahan
penggunaan lahan yang paling
berpengaruh adalah pusat kegiatan
yaitu pasar dan rumah sakit dengan
nilai
0,22
kemudian
diikuti
kemiringan lereng dengan nilai 0,15

DAFTAR PUSTAKA
Suharsono,
Prapto.
Identifikasi
Bentuklahan

1998.
dan

Interpretasi Citra untuk Geomorfologi.


Yogyakarta : PUSPICS UGM
Suharyadi. 2010. Interpetasi
Hibrida Citra Satelit Resolusi Spasial
Menengah Untuk Kajian Densifikasi
Bangunan Daerah Perkotaan Di
Daerah
Perkotaan
Yogyakarta,
Ringkasan Desertasi. Yogyakarta :
Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada
Wijaya, Sufwandika. 2013.
Integrasi Model Spasial Cellular
Automata Dan Regresi Logistik Biner
Untuk
Pemodelan
Dinamika
Perkembangan Lahan Terbangun (Studi
Kasus Kota Salatiga). U

Das könnte Ihnen auch gefallen