Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi
yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada
trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya
diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan
menggunakan
jalan
pintas
jalan
nafas
bagian
atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Istilah trakeostomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian
anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi
ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada trakea.
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher
dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea
ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul.
Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan
lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
C. Fungsi Trakeostomi
1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan
total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar
(paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal
meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua
bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di
sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di
sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin
trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus.
1. Indikasi
1. Obstruksi mekanis saluran nafas atas.
Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan
mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat ;
No.
Penyebab
Contoh
- Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas.
- Anomali trakeoesofagus.
1.
Kongenital/bawaan
-Laryngotracheobronchitis
Infeksi
4.
Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan
stridor.
Keganasan
Trauma
Di maksilofasial.
Luka tembak, tusuk di leher.
Menghirup asap.
5.
Kelumpuhan
suara
pita
Benda asing .
1.
Penyebab
Penyakit neurologis
Contoh
- Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf
yang kekurangan energi, misalnya Guillain "Barre yaitu penyakit
yang menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan menyebabkan
kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan meluas
ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah).
- Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri,
laryngitis, atau tetanus (kejang otot) sering ditanggulangi dengan
Trakeostomi.
- Bulbar poliomyelitis
- Multiple sclerosis
- Myasthenia gravis
Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan kegagalan
pernafasan akut.
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi.
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
2.
Koma
- Stroke
- Tumor otak
Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko
aspirasi karena refleks pelindung hilang.
3.
Trauma
Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas atas.
c. Gagal nafas
No.
1.
Penyebab
Kerusakan
paru.
Contoh
Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan trakeostomi mengurangi
ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut,
sekitar lidah dan faring.
Penyakit paru
- Asma berat.
- Pneumonia berat.
3.
Penyakit
neurologis.
4.
Luka dada
- Multiple sclerosis.
Penyebab
1.
Penyakit paru
2.
3.
Contoh
1. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat
pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan
pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi
2.
Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis),
dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings
dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Obstruksi Laring :
Hipersalivasi
Suara sengau
Kadang-kadang sulit membuka mulut
Pembengkakan
Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
Palatum mole pembengkakan
Teraba fruktuasi
Tonsil bengkak
3. Angina ludwig
Merupakan abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher
sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,mulut
tenggorokan.dan juga angina adalah peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid.ruang ini terdiri dari ruang sublingual,submental dan
submaksilar.ditandai
dengan
pembengkakan
pada
bagian
bawah
ruang
submandibular,yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot diantara laring dan
dasar mulut.
2. Kontraindikasi Trakeostomi.
Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).
F. Klasifikasi Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan
penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang
tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi
menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat
dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang
dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).
1. Menurut Lama Pemasangan
a. Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas
cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy
tube (canule).
b. Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita
yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).
2. Menurut Letak Insisi
a. Insisi Vertikal
Dilakukan pada keadaan darurat
b. Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan elektif.
3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
1. Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang
yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Menggunakan teknik insisi vertical.
2. Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik
insisi horizontal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
No.
Waktu dilakukan
Tindakan
Lama
Penggunaan
Teknik Insisi
1.
Darurat
Sementara
2.
Non-darurat
Permanen
G. Penatalaksanaan Trakeostomi
1. Jenis Tindakan
a. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
b. Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain itu, terdapat
Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran
krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator
(Bradley, 1997).
2. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Alat alat ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2. Jenis Pipa
1. Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko
timbulnya aspirasi.
2. Uncuffed Tubes.
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai
risiko aspirasi.
3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam).
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul
dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4. Silver Negus Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang.
Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
5. Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian
terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004).
3. Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 12 atau 24 44 French. Trakeostomi umumnya
dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen
lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik
kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.
4. Persiapan Pasien.
1. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30 untuk
menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
2. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk
diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher
akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.
3. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan
fossa suprasternal secara infiltrasi.
5. Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid
sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah
krikoid orang dewasa.
2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea
yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila
lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral.
Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika
tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
H. Komplikasi Trakeostomi
No.
1.
Waktu
Intraoperatif
Komplikasi
Haemorrhage (pendarahan).
Rasa panas pada jalan nafas
-Emfisema subkutan
-Pneumotoraks / pneumomediastinum
- Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
2.
Postoperatif
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan
3.
Jangka panjang
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnnesa
1. Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
2. Data Subyektif : sesak napas, nyeri
3. Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun
4. Pemeriksaan Fisik: B1 : Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun
5. Pengkajian Psikososial: Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.
b. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk
berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan
disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4) Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
1. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.
2. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya
kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
1.Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi)
1.Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian konduksi,
kerusakan membrane mukosa.
2.Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
3.Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan suara, riwayat
penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea.
4.Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.
5.Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
6.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
7.Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman
:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan
rumah.
8.Prioritas keperawatan
Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang
trakeostomi.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan
dan
bypass pertahanan pernafasan atas.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses
penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi
1. Periode Praoperasi
N
O
Dx. Kep
Tujua
n
Kriteria Hasil
1. Menyebutkan
alasan untuk
trakeostomi dan hasil
yang diperkirakan.
1.
1. Ansietas
yang
berhubunga
n dengan
kurang
pengetahuan
tentang
pembedahan
yang akan
dijalani dan
dampak
kondisi pada
gaya hidup.
2. Menyebutkan
keterbatasan bicara
dan komunikasi yang
diantisipasi.
3. Menggambarkan
perawatan segera
pascaoperasi dan
tindakan perawatan
diri.
4. Praoperasi,
menunjukkan
kemampuan untuk
berkomunikasi secara
efektif
menggunaka metod
e lain selain bicara
Intervensi
Rasional
Pertegas
penjelasan dokter
tentang pembedahan
dan alasannya. Bila
memungkinkan,
jelaskan bahwa
trakeostomi
sementara
diindikasikan dalam
edema pascaoperasi
setelah biopsy,
distress pernafasan
berat, dan gangguan
lain, dan bahwa
trakeostomi
permanen adalah
alternative untuk
intubasi endotrakeal
atau nasotrakeal.
Menjelaskan
tentang apa yang
diperkirakan
terjadi dapat
membantu
mengurangi
ansietas klien
yang
berhubungan
dengan ketakutan
akan hal-hal yang
tidak diketahui
dan tidak
diperkirakan.
Jelaskan istilah
dan konsep umum,
berikan literature dan
peralatan aktual, bila
memungkinkan.
Pastikan klien
mengenal hal berikut
:
1. Prosedur
trakeostomi
2. Stoma
3. Selang
trakeostomi
4. Suksion dan
kateter
suksion
5. Kolar
pelembab
trakeal
6. Pengikat
trakeostomi
Pengertian
tentang
terminologi
memperbaiki
pemahaman dan
membantu
mengurangi
ansietas.
Menyiapkan
klien untuk apa
yang
diperkirakan
dapat
mengurangi
ansietas karena
ketidaktahuan.
Dengan
meminta klien
mempraktikkan
teknikkomunikas
i sebelum
prosedur
memungkinkan
perawat untuk
7. Oto trakea
Diskusikan
potensial squele
bedah trakeostomi,
termasuk :
1. Perubahan
penampilan
tubuh
2. Perubahan
fungsi tubuh,
misalnya ;
bernafas,
bicara,
menyanyi,
batuk, dan
pembersihan
sekresi.
mendeteksi dan
berupaya untuk
memperbaiki
adanya
kekurangan yang
serius.
Penguasaan
terhadap
pengganti
komunikasi dapat
membantu
menurunkan
perasaan asing
dan kesepian,
meningkatkan
rasa kontrol klien
dan mengurangi
ansietas.
Jelaskan klien
tentang cara-cara
alternative
komunikasi (misal ;
kertas atau papan
gambar). Minta klien
menggunakan
peragaan ulang untuk
menunjukkan
kemahiran.
2. Periode Pascaprosedur
N
O
1.
Dx. Kep
1. Resiko tinggi
inefektif
bersihan jalan
nafas yang
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi sekunder
terhadap
trakeostomi,
obstruksi kanula
Tujua
n
Kriteria Hasil
Intervensi
Tinggikan
1.
Klien
akan kepala tempat
tidur 30 - 45
mempertahankan
selang
trakeostomi derajat.
paten.
Anjurkan
2. Klien batuk dengan klien
untuk
efektif
untuk bernafas dalam
membersihkan
jalan dan batuk secara
nafas.
teratur.
Rasional
Posisi ini
memudahkan
pernafasan
optimal dengan
meningkatkan
drainase sekresi.
Nafas dalam
mengurangi
penumpukan
sekresi,
batuk
dalam, atau
perubahan
posisi selang
trakeostomi.
Berikan membantu
mengeluarkan
pelembaban
adekuat udara sekresi.
inspirasi.
Pelembaban
Secara dengan
teratur inspeksi mengakibatkan
dan bersihkan rusaknya mukosa
dan kemungkinan
selang
trakeitis (Martin,
trakeostomi.
1989).
Pertahankan
status
hidrasi Pengisian salin
akan
mencuci
optimal.
mukosa trakeal
dan bronchial dan
merangsang
batuk
untuk
membersihkan
sekresi
(Mapp,
1988).
Suksion
membuang
sekresi
dan
mencegah stasis.
Suksion
berlebihan dapat
menimbulkan
hipoksia dan atau
iritasi
pada
mukosa trakeal
(Sigler, 1993)
Sekresi kering
dapat
menghambat
jalan nafas atau
menjadi sumber
infeksi
2.
2. Resiko tinggi
terhadap infeksi
yang
berhubungan
dengan
penumpukan
sekresi
berlebihan
dan
bypass
pertahanan
pernafasan atas.
Suksion
selang
trakeostomi
setiap jam dan
sesuai
kebutuhan atau
yang
telah
dipesankan.
Status hidrasi
mempengaruhi
jumlah
dan
karakter sekresi,
klien
dehidrasi
beresiko terhadap
pembentukan
sumbatan
oleh
lendir.
Penghisapan
teratur
menghilangkan
sekresi
yang
tertumpuk, yang
memberikan
media baik untuk
pertumbuhan
mikroorganisme.
Pertahankan
Memberi
teknik steril.
perlindungan
1. Klien akan bebas
Gunakan infeksi.
dari
infeksi
pada
kateter
yang
tempat trakeostomi.
telah
diberi Kateter yang
besar
pelumas, ukuran terlalu
yang
tepat dapat
(kurang
dari menghambat
jalan
nafas,
setengah
diameter selang kateter yang tidak
dilumasi
dapat
trakeostomi),
lumasi selang mengetuk selang
kateter
non- trakeostomi
silikon dengan
air,
kateter
Drainase
silicon dengan abnormal dapat
pelumas
larut menunjukkan
air,
infeksi (purulen,
nonpetroleum.
bau)
atau
kebocoran duktus
Kaji batas torakal (seperti
stoma terhadap susu).
edema yang tak
biasanya, tanda
Penggantian
kerusakan kulit, balutan
teratur
drainase,
membantu
pendarahan,
mempertahankan
bau,
eritema, batas stoma tetap
lesi,
dan kering dan bebas
krepitus udara.
mukus.
Ganti balutan
trakeostomi
setiap shift atau
sesuai
kebutuhan.
Ikatan harus
cukup
aman
untuk mencegah
gerakan
turun
naik
selang
trakeostomi
dalam
trakea
tetapi
tidak
terlalu kencang
karen
dapat
menekan
vena
jugularis
eksterna.
Hindari
iritasi jaringan
di
sekitarnya
dengan
mengendurkan
ruang satu jari
di
antara
pengikat
dan
leher.
Pembersihan
teratur
a. Bersihkan menghilangkan
sekitar
stoma sumber
setiap 4 jam dan kontaminasi
potensial. Dokter
sesuai
kebutuhan
; mungkin
membiarkan
gunakan
stoma
tanpa
hydrogen
balutan
selama
peroksida
setengah kuat periode
dan
larutan pascaoperasi
untuk
salin, dan usap segera
memudahkan
dengan salin.
pengkajian dan
b.Oleskan salep pembersihan.
antibakteri bila
dipesankan.
c.Bila
selang
trakeostomi
dijahit,
bersihkan
sekitar
stoma
menggunakan
bola kapas.
Berdasarkan
hasil pengkajian,
lakukan
konsultasi yang
tepat
(misal
patologis wicara
,optalmologist,
atau
otorhinolaringologist).
3.
Kerusakan
komunikasi
verbal
yang
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n
untuk
menghasilkan
bicara sekunder
terhadap
trakeostomi.
Sebelum
pembedahan
jelas-kan klien
tentang
efek
1. Klien
akan
yang
mengkomunika
diperkirakan
sikan
dari trakeostokebutuhan
mi
terhadap
dasar
dengan
bicara.
menggunakan
bentuk
Jelaskan
komunikasi
fisiologi normal
pengganti.
penghasilan
bicara
dan
bagaimana
trakeostomi
mengganggu
mekanisme ini
Setelah
mengidentifikas
i
me-tode
komunikasi
pengganti yang
tepat,
instruksikan klien
untuk
Klien mungkin
memerlukan
intervensi
intensif, khusus
unutk
memastikan
komunikasi yang
efektif.
Pengertian
klien
bahwa
trakeostomi
normalnya tidak
mengganggu
struktur anatomi
yang bertanggung
jawab terhadap
penghasilan
bunyi, dan bahwa
kerusakan bunyi
mungkin
sementara, dapat
membantu klien
mengatasi
kerusakan bicara
dan
dapat
mendorong
penggunaan
metode
komunikasi
pengganti
(Trwley, 1987).
Penggunaan
bentuk
komunikasi
pengganti dapat
mempraktikkan
pa-da
praoperasi, bila
memungkinkan.
Anjurkan staf
dan para pendukung untuk
mempraktik-kan
juga komunikasi
peng-ganti.
Jelakan
peran
dan
pentingnya
nutrisi
pada
pemulihan
jaringan pasca
operasi.
4.
4.
Resiko
Tinggi terhadap
Perubahan
Nutrisi : Kurang
dari Kebutuhan
Tubuh
yang
berhubungan
dengan proses
penyakit,
anoreksia,
disfagia,
odinofagia, dan
status
puasa
pasca operasi.
1. Klien
mempertahankan berat
badan atau penurunan
tidak lebih dari 2 kg
dalam periode pasca
operasi.
2. Klien
mengkonsumsi jumlah
cairan dan nutrisi
adekuat untuk
memenuhi kebutuhan
metabolism basal pada
periode pasca operasi.
3. Masukan nutrisi dan
cairan adekuat tanpa
aspirasi atau tersedak
sebelum pulang.
Pantau berat
badan.
Evaluasi
konsistensi
makanan yang
dapat ditoleransi
pasien
tanpa
aspirasi.
membantu
menurunkan
ansietas
dan
perasaan
terisolasi
dan
asing,
meningkatkan
control terhadap
situasi,
dan
meningkatkan
keamanan
(Sawyer, 1990).
Penjelasan
perlunya nutrisi
pasca
operasi
optimal
dapat
membantu
meminimalkan
miskosepsi dan
memudahkan
kepatuhan klien.
Kecenderunga
n berat badan
dapat
mengindikasikan
kebutuhan
suplemen
diet
atau perubahan
teknik pemberian
makan pada klien
dengan
peningkatan
kebutuhan nutrisi
atau mereka yang
akan diouasakan
selama lebih dari
1 sampai 2 hari
(Taylor, 1989).
Berikan
makan melalui
selang (sesuai
ketentuan atau
yang
telah
dipesankan) dan
ajarkan prinsipprinsip
pemberian
makan melalui
selang.
Semi padat
atau
makanan
Pertahankan dihaluskan
hygiene
oral mungkin
yang
baik ditoleransi lebih
sebelum
dan baik, karen awal
setelah makan
bila diberikan
makanan
peroral.
menelan
dan
gerakan makanan
dari konsistensi
ini dikontrol lebih
baik
daripada
Bekerja sama cairan
dengan ahli gizi (Mendelsohn,
1993).
untuk
memastikan
kebutuhan
Untuk
nutrisi
pasien mempertahankan
bila
klien berat
badan,
mengalami
memudahkan
defisit
nutrisi penyembuhan
pra operasi atau luka,
dan
masukan nutrisi membantu
dibatasi
pada mencegah infeksi
periode pasca (Sigler, 1993).
operasi.
Untuk
menjaga suture
tetap bersih dan
merangsang nafsu
makan.
Bila klien
mendapat makan
melalui
selang
atau mengalami
kesulitan
mempertahankan
masukan nutrisi
adekuat, masukan
dari ahli gizi
mungkin
diperlukan untuk
menetapkan
kebutuhan
nutrient
dan
cairan bagi klien
untuk
memudahkan
pemulihan luka
dan
mencegah
dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Lindman, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA, (2011). Tracheostomy.
Medscape reference. Diakses 28 september 2011 pukul 06.16, dari web site
http://emedicine.medscape.com/article/865068-overview
Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 28 september 2011 pukul 06.30, dari web
site http://www.tracheostomy.com/care/care.htm
Bryant, LR., Trinkle, J., Dublier L.(1971) Reappraisal of tracheal injury from cuffed
tracheostomy tubes. Journal of the American Medical Association 215:4
Gibson, I. (1983) Tracheostomy management. Nursing 2(18), pp538-540