Sie sind auf Seite 1von 13

KEJANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya
terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian
kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah
kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1
menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya kepada anak.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan
gangguan sistem saraf yaitu kejang demam
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi penyakit kejang demam pada anak.
2. etiologi penyakit kejang demam pada anak.
3. manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
4. patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
5. komplikasi penyakit kejang demam pada anak.
6. pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
7. penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep dasar Kejang Demam
A. Pengertian Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

(Arif Mansjoer. 2000)


Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim.
1989)
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang
bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala
dengan demam (Walley and Wongs edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu
awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia
A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada
2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5
tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul
Itqiyah, 2008)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak
dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam
terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran
pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
B. Etiologi Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui
dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yag
tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan metabolik
3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter

6. Idiopatik.
(Arif Mansjoer. 2000)
C. Patofisiologi Kejang Demam

D. Klasifikasi Kejang Demam


Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi atas dua :
Kejang demam sederhana : Kejang demam yang berlangsung singkat. Yang
digolongkan kejang demma sederhana adalah
a. kejang umum
b. waktunya singkat
c. umur serangan kurang dari 6 tahun
d. frekuensi serangan 1-4 kali per tahun
e. EEG normal
Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi criteria livingston
untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
c. Kejang bersifat umum.
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama
e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
(Taslim. 1989)
E. Manifestasi klinis
Gejala berupa
1. Suhu anak tinggi.
2. Anak pucat / diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.

4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.


5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri.
(Arif Mansjoer. 2000)
F. Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit
dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
G. Pemeriksaan laboratorium
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan
Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila
ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
(Suryati, 2008), ( Arif Mansyoer,2000), (Lumbatobing,1989)
H. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan Fase Akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,
suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan
kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan
intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti
sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak
timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau
pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang
tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga,
berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan
1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan
Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg
dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian
diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan
secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak
melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan
depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan
dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
2. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun
demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang
demam berlangsung lama.
3. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2)
profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis
intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi
menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara
intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan
suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan
hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam
berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan
adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis
selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin
1 atau 2) yaitu :
1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap.
3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang
maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan
diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
( Arif Mansyoer,2000)
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Doenges (1993 ) dasar data pengkajian pasien adalah :
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang
terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot
Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.
c. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus sfingter.
Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine / fekal ).
d. Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat
trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati hati.
Perubahan pada tonus otot.

Tingkah laku distraksi / gelisah.


g. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat,
peningkatan sekresi mukus.
Fase posiktal : apnea.
B. Pemeriksaan diagnostik
1. Periksa darah / lab : Hb. Ht, Leukosit, Trombosit
2. EEG
3. Lumbal punksi
4. CT-SCAN
C. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus
3. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu
tubuh
4. Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
D. Intervensi keperawatan
1. Dx 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- TTV stabil
- Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat.
-Turgor kulit baik
- membrane mukosa mulut lembab
Intervensi :
1. Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh
2. Berikan makanan dan cairan

R/ : memnuhi kebutuhan makan dan minum


3. Berikan support verbal dalam pemberian cairan
R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien
4. Kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual.
R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien
5. Pantau Hasil Pemeriksaan Laboratorium
R/ Untuk mengetahui status cairan klien.
2. Dx 2 Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
efektif
Kriteria hasil :
-sekresi mukus berkurang
- tak kejang
- gigi tak menggigit
Intervensi :
1. Ukur Tanda-tanda vital klien.
R/ : untuk mengetahui status keadaan klien secara umum.
2. Lakukan penghisapan lendir
R/ : menurunkan resiko aspirasi
3. Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
R/ : mencegah lidah jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas
4. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
R/ : untuk memfasilitasi usaha bernafas
3. Dx. 3 Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan
suhu tubuh
Tujuan : Keseimbangan cairan terpenuhi
1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan suhu tubuh dari yang normal membutuhkan penambahan cairan.

2. Hitung Intak & Output setiap pergantian shift.


R/ Untuk mengetahui keseibangan cairan klien.
3. Anjurkan pemasukan/minum sesuai program.
R/ membantu mencagah kekurangan cairan.
4. Kolaborasi pemeriksaan lab : Ht, Na, K.
R/ mencerminkan tingkat / derajat dehidrasi.
4. Dx. 4 Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang
Tujuan : Agar tidak terjadi kejang berulang
1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam
R/ peningkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan kejang berulang.
2. Observasi tanda-tanda kejang.
R/ untuk dapat menentukan intervensi dengan segera.
3. Kolaborasi pemberian obat anti kejang /konvulsi.
R/ menanggulangi kejang berulang.
5. Dx. 5 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Peningkatan status nutrisi
1. Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien, mengurangi gangguan
seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.
R/ cara khusus meningkatkan napsu makan.
2. Bantu klien makan
R/ membantu klien makan.
3. selingi makan dengan minum
R/ memudahkan makanan untuk masuk.
4. Monitor hasil lab seperti HB, Ht
R/ : Monitor status nutrisi klien
5. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.
R/ : Mengurangi regurtasi.

E. Evaluasi
1. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
2. Bersihan Jalan Nafas kembali efektif
3. Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.
4. Resiko tinggi kejang berulang tidak terjadi
5. kebutuhan Nutrisi klien dapat terpenuhi.
BAB III
CONTOH GAMBARAN KASUS
A. Gambaran kasus
Klien An. D umur 3 tahun 6 bulan dirawat di RSF dari tanggal 10 Juni 2008 dengan
keluhan kejang demam selama dirumah 3 kali selama 24 jam, kejang pertama 15
menit, kejang kedua 10 menit, kejang ketiga 5 menit, tangan dan kaki
mengepal pada saat kejang, suhu klien 39,5O C. Keadaan umum klien lemah,nadi
120x/menit, RR 26 kali/menit, Suhu 39,5O C, klien terlihat gelisah, ubun-ubun besar
cekung, mukosa mulut kering, BB saat masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini
8,1 kg, Lingkar lengan atas 14 cm (ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak
aqua geas (120cc) berisi cairan kuning kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien
tidak mau makan. Intake klen minum sebanyak 300 cc & infuse 400 cc, total 700
cc, Output BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc, Total :450 cc, Balance : 250 cc Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3 g/dl), Ht:
38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit: 81 ribu/ul, Eritrosit: 3.51 juta/ul.
Leukosit: 13.500/L(N= 6.000 17.500/L), Trombosit : 400.000 /L (N= 150.000
440.000/L), Eritrosit : 5juta/L(N= 3,60 5,20 juta/L), Natrium : 131 mmol/L (N=
135 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 5,5 mmol/L), Clorida : 100 mmol/L
(N= 98 105 mmol/L)
B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
Dari data diatas penulis mengangkat tiga diagnosa keperawatan adalah sebagai
berikut :
Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan b.d mual dan muntah. Ditandai dengan :
DS : -. DO : keadaan umum lemah, mucosa mulut kering,konjungtiva anemis,
capilarry refill 3 detik, muntah aqua gelas (120cc) berisi cairan kuning
kecoklatan, Nadi :120x/menit, RR 26x/menit, Suhu : 39,5 C, Hasil Lab 10 Juni 2008
Natrium: 131 mmol/L (N= 135 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 5,5
mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 105 mmol/L).
Perencanaan keperawatan : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi. Kriteria hasil : Tanda tanda
vital dalam batas normal :N : 60 80 x / mnt, S : 36 - 37C, RR : 16 20 x / mnt,
mukosa mulut lembab, muntah teratasi,konjungtiva tidak anemis, capilarry refill <
style=""> hasil laboratorium normal Natrium: 135 145 mmol/L, Kalium: 3,5 5,5
mmol/L, Clorida : N= 98 105 mmol/L.

Intervensi : Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
Berikan makanan dan cairan, Berikan support verbal dalam pemberian cairan,
Kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual, Pantau Hasil Pemeriksaan
Laboratorium
Implementasi : Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
Berikan makanan dan cairan, Berikan support verbal dalam pemberian cairan,
Kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual, Pantau Hasil Pemeriksaan
Laboratorium
Evaluasi akhir : S : Klien mengatakan sudah dapat minum. O : Tanda tanda vital
dalam batas normal :N : 60 80 x / mnt, S : 36 - 37C, RR : 16 20 x / mnt,
mukosa mulut lembab, muntah teratasi, Lingkar lengan atas ideal 16 cm, hasil
laboratorium normal Natrium: 135 145 mmol/L, Kalium: 3,5 5,5 mmol/L, Clorida :
N= 98 105 mmol/L.. A: Masalah kekurangan cairan dapat teratasi. P : hentikan
intervens
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat Ditandai dengan data data sebagai berikut : DS: Ibu klien mengatakan
sebelum dan saat dirawat tidak napsu makan. DO: K.U: lemah, BB awal mei 2008
9,5 kg saat masuk RS IGD 8,1 kg, muntah gelas Aqua(120cc), Lingkar lengan
atas 14 cm ( ideal 16 cm), Hasil Laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl
(N:13,2-17,3 g/dl), Ht: 38% (N:31-59%).
Perencanaan keperawatan, Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperwatan 3 x 24
jam nutrisi terpenuhi dan berat badan meningkat. Kriteria hasil : BB naik
0.25kg(ideal 12kg), mual dan muntah klien dapat teratasi, napsu makan
bertambah, Hb&Ht dalam batas normal (Hb:10.8-15.6 g/dl & Ht: 35-43%).
Intervensi : Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien, mengurangi
gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan. Bantu klien makan,
selingi makan dengan minum, Monitor hasil lab seperti HB & Ht, Atur posisi
semifowler saat memberikan makanan.
Implementasi : Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien,
mengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan. Bantu
klien makan, selingi makan dengan minum, Monitor hasil lab seperti HB & Ht, Atur
posisi semifowler saat memberikan makanan. Evaluasi akhir : S: ibu mengatakan
susu diberikan sesuai jadwal. O : BB naik 0.3 Kg jadi 9.5kg Hb: 9.2g/dl, Ht: 30%, A :
masalah kekurangan nutrisi belum teratasi. P : lanjutkan intervensi Dx.2
Diagnosa 3 : Resiko injuri berhubungan dengan kejang berulang. Ditandai dengan
data data sebagai berikut : DS : ibu klien bertanya penanganan kejang. DO :
penghalang tempat tidur tidak terpasang, S : 38.3C, N: 124x/menit, RR:42X/menit
Perencanaan keperawatan : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam injuri tidak terjadi. Kriteria hasil : orang tua dapat
mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan cidera, mampu melakukan
penanganan kejang, menunjukan koping positif.
Intervensi : berikan posisi yang aman, memasang pengaman tempat tidur,
memberikan penjelasan kepada orang tua tentang penanganan kejang.
Implementasi : observasi suhu(penyebab kejang), memberikan posisi yang aman,

memberikan penjelaan kepada orang tua tentang penanganan kejang..


Evaluasi akhir : S : ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kejang, sudah
memasang penghalang. O : S : 37,2C, N: 124x/menit, RR: 42X/menit. Klien tidak
kejang, pengaman tempat tidur sudah terpasang dengan baik A : masalah resiko
injuri tidak terjadi. P: Lanjutkan intervensi Dx.2
.
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas contoh asuhan keperawatan pada An.D yang
mengalami kejang demam yang telah divas pada bab III serta memberikan saran
untuk masalah keperawatan yang harus diintervensi serta berkesinambungan.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian pada An. D menurut contoh gambaran kasus diatas
mendapatkan hasil data yang sesuai dengan teori yaitu seperti adanya kejang
demam yang disebabkan demam yang tinggi yaitu dengan suhu 39,5 , tidak ada
respon verbal, frekuensi pernapasan meningkat 26 x/menit.
2. Diagnosa keparawatan yang ditemukan pada klien sesuai gambaran kasus diatas
yaitu : Kekurangan Volume cairan b.d mual dan muntah, Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat, Resiko injuri berhubungan
dengan kejang berulang.
3. Intervensi keperawatan pada An. D telah disusun sesuai dengan teori atau
konsep dasar asuhan keperawatan. Intervensi meliputi juga tindakan yang
dilakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
4. Implementsi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat
dan disesuaikan dengan keadaan klien yang terjadi di rumah sakit.
5. Adapun evaluasi akhir dari keseluruhan asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi dilaksanakan secara sumatif yaitu dengan memberikan
kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan secara keseluruhan.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang rencana keperawatan pada pasien dengan kejang demam,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan
klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan kejang demam
maka tugas perawat yang utama hdala sering memantau frekuensi pernapsan
anak, memperhatikan posisi anak, pengaman pada tempat tidur anak.

3. Untuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memotivasi klien dalam proses
penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI
Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
khaidirmuhaj (http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejangdemam.html)
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/kejang-demam.html

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • DIABETES
    DIABETES
    Dokument26 Seiten
    DIABETES
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Bahan Ajar Asuhan Kebidanan I
    Bahan Ajar Asuhan Kebidanan I
    Dokument19 Seiten
    Bahan Ajar Asuhan Kebidanan I
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokument2 Seiten
    Bab 1
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Peran Remaja Dalam Permasalahan Hiv Dan Napza
    Peran Remaja Dalam Permasalahan Hiv Dan Napza
    Dokument1 Seite
    Peran Remaja Dalam Permasalahan Hiv Dan Napza
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Konsep Belajar
    Konsep Belajar
    Dokument10 Seiten
    Konsep Belajar
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Askep KLG Vidya
    Askep KLG Vidya
    Dokument14 Seiten
    Askep KLG Vidya
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
    UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
    Dokument23 Seiten
    UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
    Library
    Noch keine Bewertungen
  • Rencana Kerja
    Rencana Kerja
    Dokument2 Seiten
    Rencana Kerja
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Tema Lansia
    Tema Lansia
    Dokument3 Seiten
    Tema Lansia
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • OBESITAS, Faktor Penyebab Dan Bentuk-Bentuk Terapinya
    OBESITAS, Faktor Penyebab Dan Bentuk-Bentuk Terapinya
    Dokument13 Seiten
    OBESITAS, Faktor Penyebab Dan Bentuk-Bentuk Terapinya
    Bit Komunitas
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokument35 Seiten
    Bab 2
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan
    Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan
    Dokument64 Seiten
    Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan
    yoeyoe
    89% (9)
  • Materi Penyuluhan
    Materi Penyuluhan
    Dokument4 Seiten
    Materi Penyuluhan
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Konsep Keluarga
    Konsep Keluarga
    Dokument4 Seiten
    Konsep Keluarga
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Tali Pusat 2
    Tali Pusat 2
    Dokument2 Seiten
    Tali Pusat 2
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Aisyah 2
    Aisyah 2
    Dokument16 Seiten
    Aisyah 2
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Nakita
    Nakita
    Dokument2 Seiten
    Nakita
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokument6 Seiten
    Bab 1
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Lusa Tali Pusat
    Lusa Tali Pusat
    Dokument2 Seiten
    Lusa Tali Pusat
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Fungsi Tali Pusat (Bobak + Sodikin)
    Fungsi Tali Pusat (Bobak + Sodikin)
    Dokument3 Seiten
    Fungsi Tali Pusat (Bobak + Sodikin)
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Belinda Infeksi
    Belinda Infeksi
    Dokument9 Seiten
    Belinda Infeksi
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Andri
    Andri
    Dokument8 Seiten
    Andri
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Umi Latifahbuka Pas
    Umi Latifahbuka Pas
    Dokument28 Seiten
    Umi Latifahbuka Pas
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Askeb 1
    Askeb 1
    Dokument7 Seiten
    Askeb 1
    Nanang Hidayatulloh
    Noch keine Bewertungen
  • Astiti
    Astiti
    Dokument3 Seiten
    Astiti
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Sesar
    Sesar
    Dokument1 Seite
    Sesar
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Ghita
    Ghita
    Dokument2 Seiten
    Ghita
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokument7 Seiten
    Jurnal
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen
  • 39 159 1 PB
    39 159 1 PB
    Dokument5 Seiten
    39 159 1 PB
    Santhi Octaviani
    Noch keine Bewertungen
  • Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea
    Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea
    Dokument2 Seiten
    Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea
    Muhamad Miftahudin
    Noch keine Bewertungen