Sie sind auf Seite 1von 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Polikistik Ginjal


Polikisitik berasal dari dua kata poly yang berarti banyak dan Cystic yang berarti
rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel yang mengandung cairan atau bahansemisolid,
jadi polikistik (polycystic) ginjal adalah banyaknya kistik (cytstic) padaginjal
(Dorland,2002).
Polikistik ginjal merupakan bentuk lain dari kista ginjal. Penyakit kista padaginjal
merupakan

sekelompok

heterogen

penyakit

yang

terdiri

atas

penyakitherediter,berkembanga tetapi tidak herediter dan didapat (Robins,2007).


Penyakit ginjal polikistik adalah suatu penyakit keturunan dimana pada kedua ginjal
ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi fungsi ginjal semakin menurun.
Karakteristik penyakit ginjal polikistik yaitu terdapatnya multipel kista pada kedua ginjal.
Penyakit ini juga dapat menyebar dan merusak hati, pankreas, dan dalam bentuk yang
jarang pada jantung dan otak..
Penyakit ginjal polikistik dibagi dalam dua bentuk yaitu (1) Penyakit Ginjal
Polikistik Dominan Autosomal (PGPDA) dan (2) Penyakit Ginjal Polikistik Resesif
Autosomal (PGPRA). Keduanya merupakan kelainan herediter autosomal, yaitu pada
dewasa merupakan autosomal dominan, sedang pada anak-anak merupakan autosomal
resesif. Kedua bentuk ini ditandai dengan kerusakan kedua ginjal dengan adanya infiltrat
kista-kista dari beberapa ukuran ke dalam parenkim ginjal, sehingga fungsi ginjal semakin
menurun..
Penyakit Ginjal Polikistik Autosomal Dominan (PGPDA) merupakan penyakit ginjal
genetik yang paling sering ditemukan. Tanda dan gejala dari penyakit ini biasanya baru
muncul pada usia antara 30 dan 40 tahun. Dahulu, penyakit ini dinamakan penyakit ginjal
polikistik dewasa, tetapi ternyata kemudian diketemukan bahwa kelainan ini juga bisa
terjadi pada fetus, bayi, dan anak kecil. Hanya dibutuhkan salah satu orang tua saja yang
menderita kelainan ini sehingga dapat diwariskan kepada anaknya. Jika salah satu orang
tua menderita PGPDA, setiap anaknya memiliki kemungkinan 50% untuk menderita
penyakit yang sama. Bentuk PGPDA merupakan 90% dari seluruh penyakit ginjal
polikistik..
Penyakit Ginjal Polikistik Resesif Autosomal (PGPRA) merupakan jenis yang jarang
ditemui. Penyakit ini diturunkan secara resesif sehingga penyakit ini tidak terlihat pada
orang tuanya. Oleh karena kedua orang tuanya harus mempunyai gen yang resesif,
kemungkinan anak untuk memiliki kelainan ini adalah 25%. Satu diantara 2 anak, beresiko
menjadi pembawa gen penyakit ini..

Polikistik

memiliki

autosomaldominan

dan

dua

bentuk

bentuk

yaitu

anak-anak

bentuk
yang

dewasa

bersifat

yang

autosomal

bersifat
resesif

(Purnomo,2003). Namun pada buku lain menyebutkan polikistik ginjal dibagi menjadi dua
bentuk

yaitu penyakit

ginjal

polikistik

resesif

autosomal

Autosomal

Resesif

Polycystic Kidney/ARPKD) dan bentuk penyakit ginjal polikistik dominan autosomal


(Autosomal Dominant Polycytstic Kidney/ADPKD) (Price dan Wilson,2005).
B. Etiologi
Banyak teori mengenai terjadinya kista. Antara lain; kegagalan menyatukan nefron
dengan duktus kolekting (saluran pengumpul), kegagalan involusi dan pembentukan kista
oleh nefron generasi pertama, defek pada tubular basement membrane, obstruksi nefron
oleh karena proliferasi sel epitel papilla. Ada pula yang beranggapan bahwa perubahan
metabolism menghasilkan suatu bahan kimia yang akan merangsang terjadinya kista.
1. Ginjal Polikistik Resesif Autosomal (Autosomal Resesif Polycystic Kidney/ARPKD)
Disebabkan oleh mutasi suatu gen yang belum teridentifikasi pada kromosom 6p.
Manifestasi serius biasanya sudah ada sejak lahir, dan bayi cepat meninggal akibat
gagal ginjal. Ginjal memperlihat banyak kista kecil dikorteks dan medulla sehingga
ginjal tampak seperti spons.
2. Ginjal Polikistik dominan

autosomal

(Autosomal

Dominant

Polycytstic

Kidney/ADPKD)
Diperkirakan karena kegagalan fusi antara glomerulus dan tubulus sehingga terjadi
pengumpulan cairan pada saluran buntu tersebut. Kista yang semakin besar akan
menekan parenkim ginjal sehingga terjadi iskemia dan secara perlahan fungsi ginjal
akan menurun. Hipertensi dapat terjadi karena iskemia jaringan ginjal yang
menyebabkan peningkatan rennin angiotensin.
C. Manifestasi klinis
Penyakit ginjal polikistik pada dewasa

atau

penyakit

ginjal

polikistik

dominanautosomal tidak menimbulkan gejala hingga dekade keempat, saat dimana ginjal
telahcukup membesar. Gejala yang ditimbulkan adalah :
1. Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbar namun kadang-kadang jugadirasakan
nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda terjadinya iritasi didaerah peritoneal yang
diakibatkan oleh kista yang ruptur. Jika nyeri yang dirasakan terjadi secara konstan
maka itu adalah tanda dari perbesaran satu atau lebih kista.
2. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjtnya yang terjadi pada polikistik. Gross Hematuria
terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis ginjal.Hematuria mikroskopi
lebih sering terjadi disbanding gross hematuria danmerupakan peringatan terhadap
kemungkinan adanya masalah ginjal yangtidak terdapat tanda dan gejala.

3. Hipertensi
Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75% pasien.Hipertensi
merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap ginjal yangsudah kritis.
4. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyulit selain hipertensi.
5. Pembesaran ginjal
Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini merupakan hasil dari penyebarankista pada
ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi ginjal, semakincepat terjadinya
pembesaran ginjal makan semakin cepat terjadinya gagalginjal (Grantham et-al, 2006)
6. Aneurisma pembulu darah otak
7. Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) terdapat kista pada
organ-organ lain seperti : hati dan pangkreas (Grantham,2008).
D. Patofisiologi
Penyakit ginjal polikistik resesif autosomal (ARPKD) umumnya tampak padaorang
yang homozigot untuk alel yang mengalami mutasi, sedangkan heterozigot jarang
menunjukan fenotip penyakit. Pada penyakit yang bersifat resesif autosomal memiliki
beberapa karakteristik yaitu :
1. Hanya tereksperi pada homozigot (aa), sedangkan pada heterozigot (Aa)secara fenotipe
hanya pembawa yang normal.
2. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
3. Pola pewarisan horizontal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasaudara
kandung tetapi tidak pada orang tua.
4. Penyakit umumnya memiliki awitan dini.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka penyakit ginjal polikistik resesif
autosomalsering disebut sebagai bentuk anak-anak karena awitan yang muncul lebih
dini.ARPKD disebabkan oleh mutasi disuatu gen yang belum teridentifikasi pada
kromosom 6p.
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) dapat diekspresikan baik
pada heterozigot (Aa) maupun homozigot (aa). Selain yang telah disebutkan sebelumnya,
pada penyakit yang bersifat dominan autosomal memiliki beberapakarakteristik yaitu:
1. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
2. Pola pewarisan vertikal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasetiap
generasi.
3. Usia awitan penyakit sering lambat
Berdasarkan karakteristik tersebut maka peyakit ginjal polikistik dominan autosomal
sering disebut sebagai bentuk pada orang dewasa karena awitanya yang munculsering
lambat. Pada umumnya terdapat dua gen yang berperan terhadap ter bentuknyakista yaitu :
1. PKD-1 (gen defektif) yang terletak pada lengan pendek kromosom 16.
2. PKD-2 (gen defektif) yang terletak pada kromosom 4

Tetapi buku lain menyebutkan, ADPKD dibagi menjadi tiga tipe yaitu
duadiantaranya sama dengan yang telah disebutkan dan ditambah dengan ADPKD bentuk
ketiga yang telah diidentifikasikan namun gen yang bertanggung jawab belum diketahui
letaknya (Price dan Wilson,2005).
PKD-1 yang terletak pada lengan pendek kromosom 16. Gen ini mengkodesebuah
protein dan kompleks, melekat ke membrane, terutama ekstrasel dandisebut dengan
polikistin-1. Polikistin-1 ini memiliki fungsi sama dengan proteinyang diketahui berperan
dalam perlekatan sel ke sel atau sel ke matriks. Namun pada saat ini belum diketahui
bagaimana mutasi pada protein tersebut dapatmenyebabkan kista, namun diperkirakan
ganguan

interaksi

sel-matriks

dapatmeneybabkan

gangguan

pada

pertumbuhan,

diferensiasi dan pembentukanmatriks oleh sel epitel tubulus dan menyebabkan


terbentuknya kista.
PKD-2 yang terletak pada kromosom 4 dan mengkode polikistin-2 yaitu
suatu protein

dengan

tetapidiperkirakan

968

asam

polikistin-1

amino.
dan

Walaupun

polikistin-2

secara
bekerja

struktural
sama

berbeda
dengan

membentuk heterodimer. Hal inilah yang menyebabkan,jika mutasi terjadi di salah satu
gen maka akan menimbulkan fenotipe yang sama.
E. Pathway
Terlampir
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalammenegagkan
diagnosis adalah :
1. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaannoninvasive yang memiliki
tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal dankista. Selain itu juga dapat terlihat
gambaran dari cairan yang terdapat dalamcavitas karena pantulan yang ditimbulkan
oleh cairan yang mengisi kista akanmemberi tampilan berupa struktur yang padat.
Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk melakukan screeningterhadap
keturuan dan anggota keluarga yang lebih mudah untuk memastikanapakah ada atau
tidaknya kista ginjal yang gejalanya tidak terlihat (asymptomatic) (Gearhart dan
Baker,2001).
2. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat mengidentifikasikistik
ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm (Grantham,2008). MRI dilakukan untuk
melakukan screening pada pasien polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang
anggota keluarganyamemiliki riwayat aneurisma atau stroke (Grantham,2008).
3. Computed tomography (CT)

Sensitifitasnya

sama

dengan

MRI

tetapi

CT menggunakan

media

kontras

(Grantham,2008).
4. Biopsi
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin dan dilakukan jika diagnosistidak dapat
ditegagkan dengan pencitraan yang telah dilakukan (Gearhart dan Baker,2001).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamneses
Pengkajian keperawatan akan menentukan tingkat pengetahuan dari pasien
tentang perawatan yang direncanakan dan respon dari pasien dan keluarga terhadap
diagnosa dan pembedahan yang akan datang. Observasi indikasi yang menunjukkan
fungsi ginjal, seperti keseimbangan cairan, hematuria, kadar serum creatinin, dan
catatan tekanan darah, adalah dasar. Perawat harus mengkaji adanya nyeri dan respon
pasien terhadap analgetik yang diresepkan.
Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak
terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
(a) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan
talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
(b) Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur
dan istirahat selama masuk rumah sakit.
(c) Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan
aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(d) Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien
dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan
pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(e) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada
perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah
palaksanaan operasi.
(f) Pola sensori dan kognitif

Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran
pasien.
(g) Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling
sering muncul pada pasien.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ginjal dapat ditemukan beberapa hal yaitu :
a. Inspeksi : Terlihat pembesaran atau adanya massa pada pinggang baik bilateral atau
unilateral
b. Palpasi :

Saat

melakukan

palpasi

bimanual

maka

akan

teraba

ginjal

dengan permukaan yang tidak rata.


c. Nyeri ketok ginjal : Terdapat rasa nyeri ketika dilakukan nyeri ketok ginjal pada
sudutkostovetebralis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diagnosa karsinoma sel ginjal
dan kehilangan ginjal dengan radikal neprektomy yang ditandai dengan gelisah, mudah
tersinggung, dan kemungkinan perubahan tanda vital.
2. Risiko komplikasi post operasi (infeksi pernafasan, shock, nyeri, infeksi luka,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, distensi gastrointestinal) berhubungan dengan
pembedahan neprectomy
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan perawatan follow
up lanjutan
C. Intervensi keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diagnosa karsinoma sel ginjal
dan kehilangan ginjal dengan radikal neprektomy yang ditandai dengan gelisah, mudah
tersinggung, dan kemungkinan perubahan tanda vital.
a. Tujuan : Kecemasan dan ketakutan pasien berkurang.
b. Kriteria hasil:
1) Pasien dan keluarga akan mengungkapkan secara verbal ketakutan berkaitan
dengan diagnosis, penurunan tingkat kecemasan, pemahaman akan pembedahan
yang luas dan alasannya.
2) Pasien tidak memperlihatkan tanda dan gejala klinik dari kecemasan.
c. Intervensi Keperawatan
1) Menjalin hubungan dengan pasien dan keluarga dan mengobservasi prilaku
mereka yang berkaitan dengan diagnosis dan pembedahan yang akan dijalaninya.
Rasional : Perawat bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan belajar pasien
dan keluarga, perhatian pasien dan keluarga dapat diidentifikasi, dan tingkat
kecemasan dapat dikaji.

2) Mengajarkan pasien dan keluarga apa radikal nefrektomy itu, kenapa hal itu
diindikasikan, bagaimana hal itu dilakukan (menguatkan instruksi dokter dengan
menggunakan gambar dan diagram).
Rasional : Pengajaran kembali yang dimulai oleh dokter akan meningkatkan
pemahaman pasien dan keluarga. Hal ini memberikan suatu forum diskusi dengan
adanya pertanyaan. Hal ini menungkinkan perawat untuk mengkaji tingkat
pemahaman pasien dan anggota keluarganya dan menghilangkan jika ada
perbedaan pendapat.
3) Menjelaskan pada pasien bahwa ginjal yang masih ada akan mengambil alih kerja
dari kedua ginjal.
Rasional :Beberapa pasien merasa takut bahwa mereka tidak dapat hidup normal
dengan hanya satu ginjal.
4) Memberikan pendidikan preoperative pada pasien dan keluarga (termasuk apa
yang diharapkan dari pembedahan).
Rasional : Kemandirian pasien didorong melalui persiapan pendidikan
preoperative.
5) Pada persiapan operasi, hal lain yang mempengaruhi pasien adalah membersihkan
dan mencukur dari daerah puting susu sampai ke pangkal paha.
Rasional : Pasien akan mengalami insisi yang dibuat dari panggul atau abdomen.
Pembersihan akan membantu mengurangi adanya infeksi.
2. Risiko komplikasi post operasi (infeksi pernafasan, shock, nyeri, infeksi luka,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, distensi gastrointestinal) berhubungan dengan
pembedahan neprectomy.
a. Tujuan : Pasien bebas dari kemungkinan komplikasi post operasi
b. Kriteria hasil : Pasien mempunyai pola dan kecepatan nafas efektif, tanda vital dan
warna kulit yang normal, jumlah drainase darah normal, nyeri hilang dengan
analgetik, keadaan luka normal (yang di harapkan), cairan dan elektrolit seimbang,
dan mulainya kembali bising usus dalam 48 72 jam.
c. Intervensi keperawatan :
1) Auskultasi bunyi paru, dan observasi adanya tanda dyspnea. Jadwal yang teratur
dari perubahan posisi, batuk, dan nafas dalam dibuat (biasanya setiap 2 hari).
Bantu pasien dan sokong daerah operasi.
Rasional : Hal ini membantu mencegah atelektasis atau pneumonia, dan
mendeteksi dini pneumothoraks. Pernafasan dalam kemungkinan nyeri,
kemungkinan cenderung bernafas pendek.
2) Monitor tanda vital setiap 2 4 jam; waspada tanda shock.
Rasional : Monitor tanda-tanda perdarahan dan ketidakseimbangan cairan.
Perdarahan sekunder mungkin timbul yang memperlambat penyembuhan dan
merusak jaringan ginjal.

3) Monitor pembalut insisi setiap 4 jam selama 24 48 jam pertama (khususnya


dibawah punggung pasien jika dia mempunyai insisi pada panggul).
Rasional : Perdarahan luar dapat timbul pada daerah insisi setelah pembedahan.
Balutan biasanya perlu diganti atau diperiksa setiap pergantian jaga selama masa
post operasi.
4) Perhatikan luka insisi.

Catat adanya bengkak, erythema, echymosis, hematoma, atau keadaan luka.

Catat adanya nanah dari luka, dapatkan kultur/biakan dari luka.


Rasional : Pasien dengan kanker seringkali dalam status nutrisi yang kurang, yang
meningkatkan bahaya infeksi luka. Perembesan cairan purulent mengindikasikan
infeksi. Kultur dapat meng-identifikasi mikroba yang menyebabkan infeksi dan
menentukan pengobatan antibiotik yang diperlukan.

5) Monitor suhu tiap 4 jam


Rasional : Peningkatan tempratur (101 F) dapat mengindikasi-kan adanya infeksi
luka atau infeksi pernafasan atas.
6) Tentukan sumber dan beratnya nyeri. Berikan analgetik sesuai instruksi. Atur
posisi dengan dengan sebuah bantal kecil diletakkan antara pinggir bawah kosta
dan krista iliaka dengan pasien berbaring menyamping untuk mengurangi
ketidaknyamanan dengan menghilangkan nyeri dari insisi.
Rasional : Rasa tidak nyaman bisa berasal dari posisi lateral yang hyperekstensi
dimana pasien diatur selama pembedahan untuk pembukaan yang maksimal dan
memungkinkan prosedur pembedahan.
7) Monitor keadaan cairan dan elektrolit pasien
a. Monitor kecepatan dan volume infus intravena. Pertahankan pencatatan yang
teliti dari intake dan output.
b. Waspada dengan tanda ketidakseimbangan elektrolit, termasuk perubahan
tingkat kesadaran, keadaan pernafasan (kecepatan dan dalam), keadaan
jantung dan tonus otot.
c. Perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan, termasuk kongesti paru atau
peningkatan tekanan vena sentral.
Rasional : Berbagai keadaan abnormal yang timbul memungkinkan ginjal yang
masih ada berisiko komplikasi atau mengalami kemunduran. Perhatian yang cepat
terhadap hal ini dapat mencegah akibat yang irreversible. Pengangkatan kelenjar
adrenal

dan

juga

penyakit

ketidakseimbangan cairan.

ginjal

dapat

memberikan

kemungkinan

8) Monitor fungsi pencernaan.


a. Batasi intake oral dampai bising usus terdengar dan terjadi flatus.
b. Perhatikan gejala distensi, mual , atau muntah setelah memulai kembali intake
oral.
c. Makanan yang encer dapat diberikan peroral, dan intake ditingkatkan sesuai
toleransi, didasarkan pada instruksi dokter.
Rasional : Masa atonia usus seringkali mengikuti pembedahan. Pulihnya kembali
bising usus dan lewatnya flatus mengindikasikan bahwa usus telah kembali
berfungsi. Intake oral dini mungkin menyebabkan mual dan muntah, distensi
abdo-men, dan ketidaknyamanan abdomen. Intake oral dimulai kembali jika
peristaltik usus sudah kembali.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan perawatan follow
up lanjutan.
a. Tujuan : Pasien akan mengerti dan terus melakukan perawatan diri dan secara
berangsur-angsur mengembalikan aktifitas atau kehidupan sehari-hari.
b. Kriteria hasil : Pasien menjelaskan dengan tepat perawatan diri, meliputi diet dan
pembatasan makanan, dan menggambarkan dengan tepat tanda dan gejala yang
memerlukan kontak dengan dokter. Pasien membuat catatan tertulis dari kunjungan
follow up awal ke dokter dan mengungkapkan secara verbal kenapa masa kontrol
diperlukan.
c. Intervensi keperawatan :
1) Berikan pembelajaran pemulangan pada pasien dan keluarga berkaitan dengan
kebutuhan perawatan diri.
a. Jelaskan indikasi, efek samping, dosis dan jadwal semua pengobatan setelah
pulang.
b. Jelaskan bahwa pasien mungkin mengalami nyeri pada daerah insisi dan
kelemahan yang berlanjut merupakan efek dari pembedahan selama beberapa
minggu.
c. Jelaskan adanya pembatasan aktifitas seperti mengangkat.
Rasional : Anjuran ini akan menyiapkan pasien untuk kembali ke keadaan
mandiri di luar rumah sakit dan membantu melaksanakan tujuan yang realistis
yang berkaitan dengan penyembuhan.
2) Anjurkan kepada pasien untuk memberitahu dokter jika ada dari hal berikut yang
muncul :
a. Dingin, demam, hematuria, nyeri panggul.

b. Penurunan mendadak dari urine output meskipun intake cairan normal.


c. Penurunan berat badan, nyeri tulang, perubahan status mental, ekstrimitas
lemah atau mati rasa.
Rasional : Kerusakan ginjal harus dicegah dengan tindakan medis segera.
3) Hal tersebut mungkin mengindikasikan infeksi traktus urinarius.
a. Hal tersebut mengindikasi gagal ginjal.
b. Hal tersebut mungkin mengindikasi penyebaran metastase dari tumor.
c. Berikan klien diet yang dianjurkan setelah pulang.
Rasional : Diet setelah nefrectomy radikal bersifat individual pada tiap pasien
tergantung pada keadaan dan fungsi ginjal yg masih ada.
4) Berikan pasien informasi yang berkaitan dengan perawatan follou up (perlu
persetujuan untuk pemeriksaan fisik dan diagnostik secara periodik)
Rasional : Perlu bagi dokter untuk memonitor fungsi ginjal pasien dan memeriksa
penyebaran tumor.
5) Mengkaji bantuan di rumah untuk menentukan hal berikut :
a. Menentukan apakah pemberi pelayanan dapat membantu pasien dalam
beberapa minggu pertama post operasi.
b. Menentukan apakah pemberi pelayanan dapat memonitor keadaan pasien
dengan baik dan mengetahui kemungkinan komplikasi. Rujuk pasien dan
keluarga ke agen/ perwakilan perhimpunan keperawatan untuk asuhan
keperawatan dirumah.
Rasional : Pasien dan keluarga seringkali memerlukan perbaikan di rumah
selama beberapa minggu pertama sete-lah keluar. Pengawasan yang
professional dari keadaan pasien mungkin diindikasikan. Pasien dan keluarga
mungkin membutuhkan bantuan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
1.

Datu , Abd Razak. Diktat Urogenitalia Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.


Diunduh pada tanggal 25 Mei 2011. (http://www.scribd.com/doc/18025323/DIKTATUROGENITALIA)

2.

B Purnomo, Basuki. Ginjal Polikistik dalam Dasar dasar Urologi. Edisi ke 2 .


Jakarta : EGC. 2003.

3.

Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, Alih Bahasa : Huriawati


Hartono [et.al.]. Ed.29., EGC, Jakarta. 2002.

4.

Robbins,

Stanley..

Buku

Ajar

Patologi.

Volume

2.

Editor:

dr.Huriawati

Hartanto,dkk.Edisi 7,. Jakarta:EGC. 2007


5.

Rudolph, Abrajam, dkk. Buku Ajar Pediatri,. Ed 20 Vol 2. Jakarta : EGC. 2003. Hal
1484- 1485

6.

Roser Torra, MD, PhD, Penyakit Ginjal Polikistik. Di unduh dari www.eMedicine.com

7.

Sjamsuhidajat, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke 2. Jakarta: EGC. Hal:
775.

8.

Gearhart J.P., Baker L.A., 2001. Congenital Disease of The Lower Urinary Tract.
In: Comperhensive Urology, Editor : Robert M. Weiss, Nicholas J.R. George, Patrick H.
Oreally. Mosby International Limited, England.

9.

Grantham J.J., Torres V.E., et al : Volume Progression in Polycystic Kidney Disease.


New England Journal Medicine ;354 : 2122-30, 2006.

10.

Grantham J.J., Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease. New England


Journal Medicine. 359;14,2008.

11.

Nelson W.E., Behrman R.E., Kliegman R.M., Marvin A.M., , Ilmu Kesehatan
Anak, Alih Bahasa : A. Samik Wahab.Ed. 15., Vol. 3., EGC, Jakarta. 2000

12.

Penyakit

Ginjal

Polikistik

diunduh

dari kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/polycystic
13.

Roser Torra, MD, PhD, Penyakit Ginjal Polikistik. Jan 9, 2008. diunduh
dari www.eMedicine.com

14.

Price S.A., Wilson L.M., Patofisologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Editor :
Huriawati Hartono [et.al.]. Ed.6., Vol. 2., EGC, Jakarta. 2005

15.

https://harikrisnaleluni045.wordpress.com/2013/10/18/polikistik-ginjal/

Das könnte Ihnen auch gefallen