Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
sekelompok
heterogen
penyakit
yang
terdiri
atas
Polikistik
memiliki
autosomaldominan
dan
dua
bentuk
bentuk
yaitu
anak-anak
bentuk
yang
dewasa
bersifat
yang
autosomal
bersifat
resesif
(Purnomo,2003). Namun pada buku lain menyebutkan polikistik ginjal dibagi menjadi dua
bentuk
yaitu penyakit
ginjal
polikistik
resesif
autosomal
Autosomal
Resesif
autosomal
(Autosomal
Dominant
Polycytstic
Kidney/ADPKD)
Diperkirakan karena kegagalan fusi antara glomerulus dan tubulus sehingga terjadi
pengumpulan cairan pada saluran buntu tersebut. Kista yang semakin besar akan
menekan parenkim ginjal sehingga terjadi iskemia dan secara perlahan fungsi ginjal
akan menurun. Hipertensi dapat terjadi karena iskemia jaringan ginjal yang
menyebabkan peningkatan rennin angiotensin.
C. Manifestasi klinis
Penyakit ginjal polikistik pada dewasa
atau
penyakit
ginjal
polikistik
dominanautosomal tidak menimbulkan gejala hingga dekade keempat, saat dimana ginjal
telahcukup membesar. Gejala yang ditimbulkan adalah :
1. Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbar namun kadang-kadang jugadirasakan
nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda terjadinya iritasi didaerah peritoneal yang
diakibatkan oleh kista yang ruptur. Jika nyeri yang dirasakan terjadi secara konstan
maka itu adalah tanda dari perbesaran satu atau lebih kista.
2. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjtnya yang terjadi pada polikistik. Gross Hematuria
terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis ginjal.Hematuria mikroskopi
lebih sering terjadi disbanding gross hematuria danmerupakan peringatan terhadap
kemungkinan adanya masalah ginjal yangtidak terdapat tanda dan gejala.
3. Hipertensi
Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75% pasien.Hipertensi
merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap ginjal yangsudah kritis.
4. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyulit selain hipertensi.
5. Pembesaran ginjal
Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini merupakan hasil dari penyebarankista pada
ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi ginjal, semakincepat terjadinya
pembesaran ginjal makan semakin cepat terjadinya gagalginjal (Grantham et-al, 2006)
6. Aneurisma pembulu darah otak
7. Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) terdapat kista pada
organ-organ lain seperti : hati dan pangkreas (Grantham,2008).
D. Patofisiologi
Penyakit ginjal polikistik resesif autosomal (ARPKD) umumnya tampak padaorang
yang homozigot untuk alel yang mengalami mutasi, sedangkan heterozigot jarang
menunjukan fenotip penyakit. Pada penyakit yang bersifat resesif autosomal memiliki
beberapa karakteristik yaitu :
1. Hanya tereksperi pada homozigot (aa), sedangkan pada heterozigot (Aa)secara fenotipe
hanya pembawa yang normal.
2. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
3. Pola pewarisan horizontal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasaudara
kandung tetapi tidak pada orang tua.
4. Penyakit umumnya memiliki awitan dini.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka penyakit ginjal polikistik resesif
autosomalsering disebut sebagai bentuk anak-anak karena awitan yang muncul lebih
dini.ARPKD disebabkan oleh mutasi disuatu gen yang belum teridentifikasi pada
kromosom 6p.
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) dapat diekspresikan baik
pada heterozigot (Aa) maupun homozigot (aa). Selain yang telah disebutkan sebelumnya,
pada penyakit yang bersifat dominan autosomal memiliki beberapakarakteristik yaitu:
1. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
2. Pola pewarisan vertikal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasetiap
generasi.
3. Usia awitan penyakit sering lambat
Berdasarkan karakteristik tersebut maka peyakit ginjal polikistik dominan autosomal
sering disebut sebagai bentuk pada orang dewasa karena awitanya yang munculsering
lambat. Pada umumnya terdapat dua gen yang berperan terhadap ter bentuknyakista yaitu :
1. PKD-1 (gen defektif) yang terletak pada lengan pendek kromosom 16.
2. PKD-2 (gen defektif) yang terletak pada kromosom 4
Tetapi buku lain menyebutkan, ADPKD dibagi menjadi tiga tipe yaitu
duadiantaranya sama dengan yang telah disebutkan dan ditambah dengan ADPKD bentuk
ketiga yang telah diidentifikasikan namun gen yang bertanggung jawab belum diketahui
letaknya (Price dan Wilson,2005).
PKD-1 yang terletak pada lengan pendek kromosom 16. Gen ini mengkodesebuah
protein dan kompleks, melekat ke membrane, terutama ekstrasel dandisebut dengan
polikistin-1. Polikistin-1 ini memiliki fungsi sama dengan proteinyang diketahui berperan
dalam perlekatan sel ke sel atau sel ke matriks. Namun pada saat ini belum diketahui
bagaimana mutasi pada protein tersebut dapatmenyebabkan kista, namun diperkirakan
ganguan
interaksi
sel-matriks
dapatmeneybabkan
gangguan
pada
pertumbuhan,
dengan
tetapidiperkirakan
968
asam
polikistin-1
amino.
dan
Walaupun
polikistin-2
secara
bekerja
struktural
sama
berbeda
dengan
membentuk heterodimer. Hal inilah yang menyebabkan,jika mutasi terjadi di salah satu
gen maka akan menimbulkan fenotipe yang sama.
E. Pathway
Terlampir
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalammenegagkan
diagnosis adalah :
1. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaannoninvasive yang memiliki
tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal dankista. Selain itu juga dapat terlihat
gambaran dari cairan yang terdapat dalamcavitas karena pantulan yang ditimbulkan
oleh cairan yang mengisi kista akanmemberi tampilan berupa struktur yang padat.
Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk melakukan screeningterhadap
keturuan dan anggota keluarga yang lebih mudah untuk memastikanapakah ada atau
tidaknya kista ginjal yang gejalanya tidak terlihat (asymptomatic) (Gearhart dan
Baker,2001).
2. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat mengidentifikasikistik
ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm (Grantham,2008). MRI dilakukan untuk
melakukan screening pada pasien polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang
anggota keluarganyamemiliki riwayat aneurisma atau stroke (Grantham,2008).
3. Computed tomography (CT)
Sensitifitasnya
sama
dengan
MRI
tetapi
CT menggunakan
media
kontras
(Grantham,2008).
4. Biopsi
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin dan dilakukan jika diagnosistidak dapat
ditegagkan dengan pencitraan yang telah dilakukan (Gearhart dan Baker,2001).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamneses
Pengkajian keperawatan akan menentukan tingkat pengetahuan dari pasien
tentang perawatan yang direncanakan dan respon dari pasien dan keluarga terhadap
diagnosa dan pembedahan yang akan datang. Observasi indikasi yang menunjukkan
fungsi ginjal, seperti keseimbangan cairan, hematuria, kadar serum creatinin, dan
catatan tekanan darah, adalah dasar. Perawat harus mengkaji adanya nyeri dan respon
pasien terhadap analgetik yang diresepkan.
Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak
terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
(a) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan
talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
(b) Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur
dan istirahat selama masuk rumah sakit.
(c) Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan
aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(d) Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien
dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan
pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(e) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada
perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah
palaksanaan operasi.
(f) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran
pasien.
(g) Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling
sering muncul pada pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ginjal dapat ditemukan beberapa hal yaitu :
a. Inspeksi : Terlihat pembesaran atau adanya massa pada pinggang baik bilateral atau
unilateral
b. Palpasi :
Saat
melakukan
palpasi
bimanual
maka
akan
teraba
ginjal
2) Mengajarkan pasien dan keluarga apa radikal nefrektomy itu, kenapa hal itu
diindikasikan, bagaimana hal itu dilakukan (menguatkan instruksi dokter dengan
menggunakan gambar dan diagram).
Rasional : Pengajaran kembali yang dimulai oleh dokter akan meningkatkan
pemahaman pasien dan keluarga. Hal ini memberikan suatu forum diskusi dengan
adanya pertanyaan. Hal ini menungkinkan perawat untuk mengkaji tingkat
pemahaman pasien dan anggota keluarganya dan menghilangkan jika ada
perbedaan pendapat.
3) Menjelaskan pada pasien bahwa ginjal yang masih ada akan mengambil alih kerja
dari kedua ginjal.
Rasional :Beberapa pasien merasa takut bahwa mereka tidak dapat hidup normal
dengan hanya satu ginjal.
4) Memberikan pendidikan preoperative pada pasien dan keluarga (termasuk apa
yang diharapkan dari pembedahan).
Rasional : Kemandirian pasien didorong melalui persiapan pendidikan
preoperative.
5) Pada persiapan operasi, hal lain yang mempengaruhi pasien adalah membersihkan
dan mencukur dari daerah puting susu sampai ke pangkal paha.
Rasional : Pasien akan mengalami insisi yang dibuat dari panggul atau abdomen.
Pembersihan akan membantu mengurangi adanya infeksi.
2. Risiko komplikasi post operasi (infeksi pernafasan, shock, nyeri, infeksi luka,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, distensi gastrointestinal) berhubungan dengan
pembedahan neprectomy.
a. Tujuan : Pasien bebas dari kemungkinan komplikasi post operasi
b. Kriteria hasil : Pasien mempunyai pola dan kecepatan nafas efektif, tanda vital dan
warna kulit yang normal, jumlah drainase darah normal, nyeri hilang dengan
analgetik, keadaan luka normal (yang di harapkan), cairan dan elektrolit seimbang,
dan mulainya kembali bising usus dalam 48 72 jam.
c. Intervensi keperawatan :
1) Auskultasi bunyi paru, dan observasi adanya tanda dyspnea. Jadwal yang teratur
dari perubahan posisi, batuk, dan nafas dalam dibuat (biasanya setiap 2 hari).
Bantu pasien dan sokong daerah operasi.
Rasional : Hal ini membantu mencegah atelektasis atau pneumonia, dan
mendeteksi dini pneumothoraks. Pernafasan dalam kemungkinan nyeri,
kemungkinan cenderung bernafas pendek.
2) Monitor tanda vital setiap 2 4 jam; waspada tanda shock.
Rasional : Monitor tanda-tanda perdarahan dan ketidakseimbangan cairan.
Perdarahan sekunder mungkin timbul yang memperlambat penyembuhan dan
merusak jaringan ginjal.
dan
juga
penyakit
ketidakseimbangan cairan.
ginjal
dapat
memberikan
kemungkinan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Robbins,
Stanley..
Buku
Ajar
Patologi.
Volume
2.
Editor:
dr.Huriawati
Rudolph, Abrajam, dkk. Buku Ajar Pediatri,. Ed 20 Vol 2. Jakarta : EGC. 2003. Hal
1484- 1485
6.
Roser Torra, MD, PhD, Penyakit Ginjal Polikistik. Di unduh dari www.eMedicine.com
7.
Sjamsuhidajat, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke 2. Jakarta: EGC. Hal:
775.
8.
Gearhart J.P., Baker L.A., 2001. Congenital Disease of The Lower Urinary Tract.
In: Comperhensive Urology, Editor : Robert M. Weiss, Nicholas J.R. George, Patrick H.
Oreally. Mosby International Limited, England.
9.
10.
11.
Nelson W.E., Behrman R.E., Kliegman R.M., Marvin A.M., , Ilmu Kesehatan
Anak, Alih Bahasa : A. Samik Wahab.Ed. 15., Vol. 3., EGC, Jakarta. 2000
12.
Penyakit
Ginjal
Polikistik
diunduh
dari kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/polycystic
13.
Roser Torra, MD, PhD, Penyakit Ginjal Polikistik. Jan 9, 2008. diunduh
dari www.eMedicine.com
14.
Price S.A., Wilson L.M., Patofisologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Editor :
Huriawati Hartono [et.al.]. Ed.6., Vol. 2., EGC, Jakarta. 2005
15.
https://harikrisnaleluni045.wordpress.com/2013/10/18/polikistik-ginjal/