Sie sind auf Seite 1von 24

KATARAK TRAUMATIK

I. PENDAHULUAN
Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai
macam trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan dari
kelopak mata, batas-batas orbita, hidung dan bantalan lemak dari belakang.1
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata
dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.2
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada
mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : trauma tumpul, trauma
tembus bola mata, dan trauma radiasi.2,3
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan
pada lensa. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi terhalang
sehingga dapat terjadi penurunan daya penglihatan.2
Katarak dapat mengenai semua umur dan terutama pada orang tua atau
umumnya pada proses ketuaan normal (katarak senile). Namun, dapat terjadi juga
pada anak anak. Katarak pada anak berhubungan pada beberapa keadaan
termasuk kelainan kromosom, sindrom sistemik, kongenital serta faktor eksternal
berupa trauma atau radiasi. Beberapa faktor lain yang terlibat, mencakup trauma,
toksisitas obat (steroid), penyakit metabolik (diabetes dan hiperparatiroidisme)
dan penyakit mata (uveitis dan ablasio retina).2,3
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera
pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat

sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat
muncul akut, subakut ataupun gejala sisa dari trauma mata.3

II. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, dimana
prevalensi buta katarak 0,78% dari 1,5% menurut hasil survey pada tahun 1996.
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatik laki-laki dan
perempuan adalah 4 : 1. National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) melaporkan rata-rata usia penderita katarak traumatik adalah 28 tahun
dari 648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata. Insiden katarak pada anak
6:10.000 dari angka kelahiran. 3
Berdasarkan data dari USER, insidensi trauma pada mata yang
melibatkan lensa adalah 23 50%. 39% diantaranya merupakan trauma open
globe injury sedangkan pada kasus closed globe injury hanya berkisar 11%. 43
75% dari open globe injury dapat menyebabkan katarak traumatik. Tipe injuri
pada lensa akibat trauma paling banyak adalah katarak traumatic yang mencapai
angka 74%. Insidensi katarak traumatik pada anak mencapai 13 57% dan 49%
mengenai mata kanan. 4

III.

DEFINISI
Katarak merupakan proses opasifikasi pada lensa. Penuaan merupakan
penyebab utama katarak, namun terdapat beberapa penyebab lain meliputi
trauma, toxin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan faktor
herediter. Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat
cedera pada mata, dapat berupa trauma perforasi maupu tumpul yang terlihat
setelah beberapa hari atau beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul
akut, subakut ataupun gejala sisa dari trauma mata.2
9

Katarak traumatik pada anak paling sering disebabkan karena adanya


trauma benda asing pada lensa atau adanya trauma tumpul pada bola mata.
Lensa akan menjadi berwarna putih beberapa saat setelah masuknya masuknya
benda asing atau trauma tumpul. Jika mengenai kapsul lensa biasanya
menyebabkan humour aquous ataupun viterus yang penetrasi ke struktur lensa.
Dapat memberikan manifestasi berupa cetakan dari iris di permukaan anterior
lensa.5

Gambar 1. Pigment iris yang tercetak pada permukaan anterior lensa


(Dikutip dari kepustakaan 5)

IV.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang
transparan berbentuk cakram bikonveks. Lensa tidak memiliki suplai darah atau
inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aquous humor
untuk

memenuhi

kebutuhan

metaboliknya

serta

membuang

sisa

metabolismenya. Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus

10

vitreus. Posisinya dipertahankan oleh zonula zinnia yang terdiri dari serat-serat
kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.1
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir,
ukurannya sekitar 6,3 mm pada bidang ekuator dan 3,5 mm anteroposterior
serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat
seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah,
sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin
bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini
mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka
lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada
keseimbangan faktor-faktor yang berperan.5
Lensa merupakan salah satu media refraksi yang memfokuskan sinar ke
retina. Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Jari-jari kurvatur pada
permukaan posterior 6 mm dan jari-jari pada kurvatur anterior yaitu 10 mm.
berat lensa pada orang dewasa kira-kira 220 mg.3
Lensa tidak mempunyai pembuluh darah dan tetap tumbuh secara aktif
sepanjang kehidupan sekalipun sangat lambat. Lensa menerima suplai nutrisi
dari humor aquos yang membasahinya.lensa dititupi oleh suatu kapsul yang
elastis, ini adalah alasan mengapa lensa cenderung pada keadaan sferis.1

11

Gambar 2: Bentuk dan posisi lensa. Lensa berbentuk bikonveks, berada pada
fossa hyaloid, dan membagi mata menjadi segmen anterior dan posterior.
(Dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar 3. Struktur lensa


(Dikutip dari kepustakaan 3)

Bagianbagian lensa terdiri dari kapsul, epithelium lensa, korteks dan nukleus.1
a. Kapsul
Kapsul lensa memiliki sifat elastis, terdiri dari substansia lensa yang dapat
mengkerut selama proses akomodasi. Lapis terluar dari kapsul lensa adalah
lamella zonularis yang berperan dalam perlengketan serat-serat zonula.
Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat
ketebalannya selama kehidupan. Bagian paling tebal dari kapsul lensa terdapat
pada bagian anterior dan pre-ekuator posterior dan yang paling tipis pada
daerah kutub posterior sentral yaitu sekitar 2-4 mm. Pinggir lateral lensa
disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk oleh gabungan kapsul anterior
dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.1,2
b. Serat Zonula
Serat zonula lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari
lamina basalis dari epithelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata
korpus siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas dari badan

12

siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan memungkinkan muskulus


siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat ini tersusun dalam 3 kelompok
1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata.
Berjalan ke anterior untuk berinseri pada anterior dari ekuator
2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi
bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior
3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris
secara lansung masuk kedalam untuk berinsersi pada ekuator. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsul lensa pada region ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan
lapis anterior dan posterior.1

c. Epitel lensa
Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. Terdiri
dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini
secara metabolik aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal
termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid sehingga dapat
menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel epitel
akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial memanjang
membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan peningkatan masa
protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya,
termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini
dapat menguntungkan karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau
terserap oleh organel-organel ini, tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi
metabolik pun akan hilang sedangkan serat lensa bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses glikolisis.1

13

d. Korteks dan Nukleus


Korteks merupakan bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang
masih muda. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga
lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamellar konsentrik yang panjang. Garis-garis
persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat
lamellar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di
anterior dan terbalik di posterior.2
Berdasarkan periode perkembangan zona yang berbeda, nukleus lensa
ini terbagi menjadi1,3:
1. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang
berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama. Terdiri dari
serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel dinding
posterior vesikel lensa
2. Nukleus fetal, berada disekitar nukleus embrionik dan berkaitan dengan
lensa pada 3 bulan pertama masa gestasi sampai dengan kelahiran
3. Nukleus infantile. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa
remaja
4. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk setelah
masa remaja sampai dengan kematian.

V.

METABOLISME LENSA
Suplai makanan lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini
menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya
dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.
Metabolism dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses yang
14

kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Oleh karena itu tidak


memungkinkan

untuk

mempengaruhi

perkembangan

katarak

dengan

pengobatan.1
Metabolisme dan pertumbuhan sel lensa adalah suatu pengaturan diri
sendiri (self regulating). Aktivitas metabolik terutama utnuk pemeliharaan
kesatuan, transparansi dan fungsi optic dari lensa. Epitel dari lensa membantu
untuk menjaga keseimbangan ion dan memperbolehkan transportasi nutrisi,
mineral dan air pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai system
pump-leak yang membuat transport aktif dari natrium, kalium, kalsium dan
asam amino dari humor aquos masuk kedalam lensa sebagai suatu proses difusi
pasif

sepanjang

kapsul

lensa

posterior.

Pemeliharaan

keseimbangan

(homeostasis) adalah penting untuk kejernihan lensa dan sangat berkaitan erat
dengan keseimbangan cairan. Muatan air dari lensa berkuran seiring dengan
perjalanan usia dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid)
meningkat lensa menjadi lebih keras, kurang elastis dan kurang transparan.
Suatu penurunan kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah sesuatu
yang tidak dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan rambut
putih. Gambaran klinik dari penurunan kejernihan lensa muncul pada 95% dari
seluruh orang diatas umur 65 tahun. Porsi bagian tengan atau nukleus dari lensa
menjadi sklerosis dan sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.1
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menajubkan pada kondisi
normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat
disebelah posterior iris dan ditopang oleh serat zonula yang berasal dari korpus
siliaris.serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa
adalah suatu membrane basalis yang mengelilingi subtansialensa. Sel-sel epitel
dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi
membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang tua di
pampatkan pada nukleus sentral, serat-serat muda yang kurang padat

15

disekeliling nukleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler


dan tidak mempunyai persarafan, nutris ilensa didapatkan dari humor aquos.
Metabolisme lensa terutama bersifatanaerob akibat rendahnya kadar oksigen
terlarut dalam aquos.6

VI.

KLASIFIKASI
Katarak pada anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu7:
-

Katarak kongenital. Katarak ini telah terlihat pada saat bayi lahir atau
beberapa saat setelah kelahiran.

Katarak didapat (acquired) merupakan katarak yang terjadi setelah beberapa


tahun usia anak, biasanya berhubungan dengan penyebab yang spesifik.
Kedua tipe katarak tersebut dapat bersifat unilateral ataupun bilateral.
Sepertiga dari jumlah katarak pada anak adalah herediter. Namun selain itu,
terdapat penyebab lain berupa gangguan metabolik, penyakit infeksi atau yang
berhubungan dengan beberapa sindrom. 7
Katarak didapat pada anak sebagian besar disebabkan oleh karena
trauma baik berupa trauma tumpul ataupun trauma penetrans. Penyebab lain
misalnya uveitis, infeksi ocular, obat obatan. 1
Klasifikasi katarak traumatik:3
Kontusio
Injuri Perforasi
Radiasi ionisasi

16

VII.

ETIOLOGI
Etiologi katarak pada anak antara lain 3,7:
1. Katarak Bilateral
-

Idiopatik

Familial (herediter)

Abnormalitas kromosom

Infeksi maternal

2. Katarak Unilateral
-

Idiopatik

Anomali okular

Katarak Traumatik
Penyebab katarak traumatik adalah akibat trauma, baik trauma tajam

sebagai benda asing yang mengenai lensa maupun trauma tumpul, radiasi dan
kimia pada bola mata yang memperlihatkan manifestasi kekeruhan lensa
sesudah beberapa hari atau beberapa tahun.2

VIII.

PATOFISIOLOGI
Klasifikasi katarak traumatik : 5
1. Trauma tumpul (Kontusio)
2. Injuri perforasi
3. Radiasi Elektromagnetik

1. Trauma Tumpul

17

Trauma tumpul okuler dapat terjadi pada beberapa keadaan1,8:


a. Pukulan langsung pada bola mata misalnya dengan kepalan tangan,
bola atau benda benda yang tumpul seperti batu,
b. Trauma tumpul akibat kecelakaan yang mengenai bola mata, dapat
terjadi pada kecelakaan lalu lintas, juga dalam pekerjaan.
Mekanisme Trauma pada bola mata akibat benda tumpul1:
a. Dampak langsung (Direct impact on the globe). Menghasilkan
kerusakan maksimum ketika terkena trauma langsung (gambar A).
b. Compression wave force. Ditransmisi melalui cairan ke seluruh arah dan
menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke belakang,
dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang- kadang gelombang
penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera pada tempat
yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter coup (gambar
B).
c. Reflected compression wave force. Setelah mengenai dinding luar, maka
gelombang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat merusak
fovea (gambar C).
d. Rebound compression wave forcer. Setelah mengenai dinding belakang,
gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang dapat merusak
koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang ke depan (gambar
D).
e. Indirect force. Kerusakan okuler dapat juga dapt disebabkan trauma
tidak langsung, misalnya bola mata mengenai struktur tulang dan elastis
dari struktur penyusun bola mata.

Gambar 4. Mekanisme trauma pada bola mata


(dikutip dari kepustakaan 1)

18

Terdapat empat mekanisme yang berperan dalam trauma okuli, antara lain
sebagai berikut1,3,6:
1. Coup
Coup merupakan kekuatan awal yang langsung disebabkan oleh trauma.
2. Countercoup
Countercoup diartikan pada gelombang energi yang merupakan akibat dari
mekanisme coup dimana gelombang tersebut ditransmisikan seluruhnya ke
bagian okuler serta struktur orbita lainnya. Jadi, countercoup menunjuk
pada cedera yang jauh dari tempat trauma awal.
3. Pemanjangan Equatorial
Selama terjadi trauma tumpul, ada pemendekkan cepat pada bagian
anterior-posterior yang diikuti pemanjangan equator dari bola mata dan
kemudian akan kembali mengkerut seperti keadaan normal sebelumnya.
Peregangan dari ekuatorial akan meregangkan kapsul lensa, zonula zinnia
ataupun keduanya.
4. Global repositioning
Mekanisme terakhir, bola mata akan kembali ke bentuk normal tetapi tidak
memungkinkan dapat sembuh dan menyebabkan adanya kerusakan pada
bola mata.
Beberapa tipe kerusakan yang dapat terjadi pada trauma tumpul di okuler, antara
lain1:
1. Robeknya jaringan pada bola mata
2. Kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya gangguan pada aktifitas
fisiologik dari sel.
3. Kerusakan vaskuler yang memicu terjadinya iskemia, udem bahkan
perdarahan.
4. Gangguan suplai nervus

19

5. Delayed complication dari trauma tumpul berupa glaucoma sekunder,


katarak bentuk rosette, ablasio retina.
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau lunak,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun
lambat. Berdasarkan letak traumanya dapat menyebabkan: 1,3,9

Palpebra
- Hematoma Palpebra yang merupakan pembengkakkan atau penimbunan
darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Jika perdarahan terletak lebih dalam dapat mengenai kedua kelopak dan
berbentuk seperti kaca mata (Hematoma kacamata). Hematom ini
merupakan tanda adanya fraktur basis kranii
- Laserasi palpebra

Konjungtiva
Lesi Konjungtiva, dapat berupa perdarahan subkonjungtiva yang paling
sering. Tidak jarang juga terjadi kemosis dan laserasi pada konjungtiva.

Kornea
- Abrasi kornea simple. Merupakan kelainan yang sangat nyeri dan dapat
didiagnosa menggunakan pewarnaan fluorescein. Biasanya dapat sembuh
dalam 24 jam setelah diberikan terapi salep antibiotic.
- Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya sel epitel kornea dapat
diakibatkan olel gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu singkat,
epitel di sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek
epitel.

Sklera
- Laserasi pada sclera (no fullthickness wound)

Bilik Mata Depan

20

Hifema. Hifema merupakan Adanya darah pada bilik mata depan. Biasanya
terjadi oleh karena ada injuri pada iris atau pembuluh darah di korpus
siliaris

Iris, Pupil dan Korpus siliaris


-

Ruptur batas pupil

Iridodialisis merupakan robeknya bagian ujung dari iris.

Traumatik aniridia merupakan iris yang robek secara total akibat trauma

Siklodialisis merupakan robeknya korpus siliaris dari sklera


Lensa
-

Vissius ring. Merupakan gambaran cincin berwarna coklat yang terlihat


pada kapsula anterior

Katarak traumatic merupakan katarak yang terjadi akibat trauma tumpul


atau perforasi yang terlihat sesudah beberapa hari atau tahun.

Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga


lensa berpindah tempat. Dapat terjadi secara spontan pada keadaan zonula
zinn yang rapuh (sindroma marphan)

Dislokasi lensa dapat terjadi pada keadaan putusnya zonula zinn ang
menyebabkan kedudukan lensa terganggu.

Vitreus
-

Perdarahan vitreus

Herniasi vitreus ke bilik mata depan dapat terjadi bila bersamaan dengan
subluksasi atau dislokasi lensa

Koroid
-

Ruptur koroid

Perdarahan koroid (perdarahan subretinal)

Choroidal detachment

Retina
-

Edema retina

21

Perdarahan retina

Ablasio retina

Nervus Optik
-

Injuri nervus optic. Biasanya berhubungan dengan fraktur basis kranii.


Injuri berupa : laserasi nervus optic, perdarahan nervus optic, avulsi papil
nervus optic.

Hematom retrobulbar 9,10


Terjadi injuri pada pembuluh darah di retrobulbar yang menyebabkan
terjadinya perdarahan orbita serta penonjolan pada bola mata (exophtalmus)
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata

dapat menyebabkan munculnya katarak. Mekanisme pasti serta alasan yang jelas
mengenai terbentuknya katarak masih belum jelas. Namun, faktor factor yang
dapat mengganggu keseimbangan dari cairan dan elektrolit intrasel dan
ekstraseluler dalam serat lensa cenderung menyebabkan lensa tersebut
mengalami opasifikasi. Faktor yang bertanggung jawab dalam gangguan
keseimbangan tersebut bervariasi dari tipe tipe katarak serta masing masing
individu.6
Munculnya katarak traumatic dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa
tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan
riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang
cukup sulit untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang
dapat ditemukan sebelumnya.2
Pada umumnya, manifesatasi awal dari katarak kontusio adalah
opasifikasi bentuk stellate atau bentuk rosette (rosette cataract). Biasanya
tampak pada sumbu aksial termasuk kapsul posterior lensa. Selain itu, dapat
memberikan tanda berupa pigmen dari iris yang tercetak ke permukaan anterior
lensa yang disebut vossius ring. Walaupun vossius ring secara visual dapat

22

menghilang dalam beberapa waktu, namun tanda ini merupakan indicator dalam
trauma tumpul.1

Gambar 4. Katarak traumatic di bagian posterior lensa.


(Dikutip dari kepustakaan 4)

Cincin Vossius

Katarak stellata

(dikutip dari kepustakaan 1 dan kepustakaan 6)


2. Trauma Perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya

katarak,

terutama

perforasi

pada

lensa

sangat

sering

menimbulkan opasifikasi pada korteks lensa yang mengalami trauma. Pada


umumnya, proses tersebut berkembang sangat cepat. Jika objek yang
menyebabkan perforasi tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya
tidak memberi dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu
luka memar yang signifikan maka katarak juga tidak terbentuk. Hal ini tentu
juga bergantung pada penatalaksanaan luka kornea yang hati hati dan
pencegahan terhadap infeksi. 2

23

Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat
kapsul lensa yang ruptur terjadi pada anak anak, maka akan diikuti oleh
reaksi inflamasi di bilik anterior dan massa lensa biasanya secara berangsur
angsur diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan. Namun
demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari
kemampuan refraktif mata telah hilang. Oleh karena itu, dibutuhkan
penggunaan lensa buatan intraokuler.

Gambar 6. Opasifikasi cortical complete setelah trauma perforasi dengan


kerusakan pada kapsul lensa
3. Radiasi Elektromagnetik
Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah : 2
a. Sinar infra merah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari
dan pada saat bekerja di pemanggangan. Bila seseorang berada pada jarak
1 kaki selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya
midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9C. Demikian pula iris
yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak
baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh
lensa dapat mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.
b. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet banyak terdapat pada saat bekerja las dan menatap sinar
matahari. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada
kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat.
c. Sinar X dan sinar terionisasi 2

24

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya


retina. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel
secara tidak normal.

IX.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien.
Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut :4
-

Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul

Riwayat keadaan mata sebelumnya apakah ada riwayat operasi, glukoma,


retinal detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik

Riwayat penyakit lain seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan,


homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase. Keluhan mengenai penglihatan
seperti penurun visus, pandangan ganda pada satu mata atau kedua mata
dan nyeri pada mata

Pada pemeriksaan fisis diperoleh sebagai berikut:9


-

Visus, lapangan pandang dan pupil

Kerusakan ekstraokular fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik

Tekanan intraocular glaucoma sekunder, pendarahan retrobulbar

Bilik anterior hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut

Lensa subluksasi, dislokasi, integritas kapsula (anterior dan posterior),


katarak (luas dan tipe)

Vitreus ada atau tidak adanya pendarahan vitreus posterior

Fundus Retinal detachment, rupture koroid, pendarahan preintra dan sub


retina, kondisi saraf optic

25

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:9

X.

B-scan jika pole posterior tidak dapat terlihat

A-scan sebelum ekstraksi katarak

CT scan orbita adanya fraktur, benda asing atau kelainan lain.

DIAGNOSIS BANDING
KATARAK KONGENITAL DAN DEVELOPMENTAL
Katarak kongenital

dan developmental merupakan katarak yang

terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan lensa. Ketika terjadi


gangguan sebelum lahir ataupun saat bayi lahir disebut sebagai katarak
kongenital . Pada katarak kongenital , lensa yang opak hanya terbatas pada
nukleus embrionik dan nukleus fetal. Sedangkan pada katarak developmental
terjadi pada anak anak dengan kelompok usia antara infantile sampai
remaja. Pada katarak developmental, lensa yang opak terjadi pada nukleus
infantil atau nukleus dewasa (adult), bagian dalam kortex maupun kapsul dari
lensa7
Beberapa etiologi dari katarak kongenital dan developmental antara
lain: idiopatik, faktor keturunan, faktor maternal berupa malnutrisi selama
kehamilan, infeksi, penggunaan

obat obatan, radiasi serta faktor fetal

berupa defisiensi oksigenase, gangguan metabolik, malnutrisi. Pada katarak


kongenital dan developmental manifestasi klinik yang dapat terjadi adalah
kekeruhan dari lensa yang bilateral. 7

26

Gambar 7. Katarak Kongenital total

XI.

PENATALAKSANAAN
1. Non Operatif
Pemberian antibiotik sistemik dan topical serta kortikosteroid topical dalam
beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropine
sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari dianjurkan untuk menjaga pupil tetap
berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.
2. Operatif
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila
terjadi pada anak-anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan
terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang
lensa intraokular primer atau sekunder. Apabila tidak terdapat penyulit maka
dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti
glaucoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.
Penyulit uveitis dan glaucoma sering dijumpai pada orang tua. Pada beberapa
pasien dapat terbentuk cincin soemmering pada pupil sehingga dapat
mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai pendarahan, ablasi
retina, uveitis atau salah letak lensa.4
Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau
setelah perandangan mereda. Apabila terjadi glaucoma selama periode
menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan.
Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya digunakan teknik-teknik yang
sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital , terutama
pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.

27

Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasuskasus katarak traumatik. Integritas kapsular preoperative dan stabilitas zolnular
harus diketahui/diprediksi. Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaucoma,
inflamasi atau hambatan visual, pembedahan mungkin tidak diperlukan.
Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak
traumatik adalah sebagai berikut4:
-

Penurunan visus yang berat (unacceptable)

Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.

Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma

Rupture kapsul dengan edema lensa

Keadaan patologis ocular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan


tindakan bedah

XII.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain dapat terjadi ambylopia jika
tidak segera dilakukan operasi. Dapat juga terjadi dislokasi lensa dan
subluksasi yang sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik. Pada
katarak traumatik bila terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis maka
segera akan dilakukan ekstraksi lensa.2,4
Lebih dari 200.000 operasi katarak dilakukan setiap tahunnya di
Inggris, dan meskipun teknik operasi modern memiliki tingkat keamanan yang
diharapkan, komplikasi masih terjadi. Harapan pasien untuk operasi katarak
sangat tinggi. Semua pasien harus diingatkan untuk kemungkinan resiko
pembedahan sebelum diberikan persetujuan untuk operasi.4,9
1. Endophtalmitis infeksi. Infeksi yang merusak ini terjadi sangat jarang
( sekitar

1 dalam 1000 operasi) tapi dapat menyebabkan penurunan

28

penglihatan berat yang permanen. Banyak kasus infeksi post operatif


timbul dalam 2 minggu post operasi biasanya pasien datang dengan
riwayat penurunan penglihatan dan mata merah yang sangat nyeri. Ini
adalah kegawatdaruratan mata. Infeksi derajat rendah dengan pathogen
seperti Propioniobacterium dapat menyebabkan pasien datang dalam
beberapa minggu setelah operasi dengan uveitis refraktori.
2. Perdarahan suprakoroid. Perdarahan intraoperatif yang berat dapat
menyebabkan penurunan penglihatan yang serius dan permanen.
3. Perforasi okuli. Jarum yang tajam digunakan untuk berbagai bentuk
anestesi

intraokuler,

dan

perforasi

bola

mata

sangat

kecil

kemungkinannya. Bentuk modern dari anestesi okuler telah menggantikan


banyak teknik jarum tajam.
4. Ablasio retina. Ini adalah komplikasi post operatif yang serius dan jarang
terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada pasien miop setelah komplikasi
intra operatif.
5. Kesalahan refraktif setelah operatif.

Banyak operasi bertujuan untuk

membuat pasien menjadi emetrop atau sedikit miop, tetapi pada kasus
yang jarang kesalahan biometrik dapat terjadi atau suatu lensa intraokuler
dengan kekuatan yang salah digunakan.
6. Ruptur kapsul posterior dan hilangnya cairan vitreus. Jika kapsul yang
lembut rusak selama pembedahan atau ligament yang halus (Zonula) yang
menahan lensa menjadi lemah, kemudian cairan vitreus akan prolaps ke
bilik mata depan. Komplikasi ini berarti bahwa lensa intraokuler tidak
dapat dimasukkan dalam pembedahan, pasien juga dalam resiko tinggi
ablasio retina post operatif.
7. Uveitis. Peradangan post operatif lebih sering terjadi dalam berbagai tipe
mata. Sebagai contoh pada pasien dengan riwayat diabetes atau penyakit
radang mata sebelumnya.
8. Edema makular cystoids. Akumulasi cairan pada macula selama post
operatif dapat menurunkan visus pada minggu-minggu pertama setelah

29

operasi katarak berhasil dilakukan. Pada banyak kasus, ini dapat diobati
dengan penanganan radang post operasi.
9. Glaukoma. Peningkatan tekanan intraokuler secara persisten akan
membutuhkan penanganan post operatif.
10. Kekeruhan kapsul posterior. Bekas luka dari bagian posterior dari kantung
kapsul, dibelakang lensa intraokuler terjadi pada lebih dari 20% pasien.
Laser kapsulotomi akan dibutuhkan.
XIII. PROGNOSIS
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada
saat terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma. Apabila
trauma yang terjadi tidak mencapai segmen posterior maka visus akan lebih
baik jika dibandingkan terjadi trauma hingga segmen posterior bola mata.
Mengenai visual katarak pada anak terutama pada anak yang memerlukan
operasi, prognosisnya tidak sebaik pada katarak orang dewasa. Hal ini
berhubungan dengan terjadinya ambliopia dan kelaianan tambahan lain yang
menyertai, misalnya adanya kelainan pada nervus optic atau retina akan
membatasi tingkat penglihatan.5,6

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Ocular Injury. Comprehensive Ophthalmology. 4thEd. New Delhi:
New Age International (P). 2007. p. 401-15.
2. Ilyas HS. Trauma mata. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. 2009. h.1-13, 259-276
3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Short Textbook. In: Lens. New York: thieme
Stuttgart. 2000. p. 169-203.
4. Kuhn. F. Lens. Ocular trauma Principle and Practice. Thieme: New York. 2002.
p. 180-97.
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Lensa. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Widya
Medika: Jakarta. 2009. h. 169-77.
6. Sundaram,V. Cataract. Training in Ophthalmology the Essential Clinical
Curriculum. Oxford Universuty Press: London. p. 256-60.
7. Wilson, EM. Pediatric Ocular Trauma. Pediatric Ophthalmology Current Thougt
and A Practical Guide. Springer: USA. 2009. p. 377, 475-6.
8. Rappon J. Primary Care Ocular Trauma Management. Pacific University Oregon.
Available from :
http://www.pacificu.edu/optometry/ce/list/documents/PrimaryCareOcularTraumaManage
ment.pdf
9. Khaw, PT. Cataract. ABC of Eye. 4rh Ed. BMJ: Spain. 2004. p. 47-9.

31

Das könnte Ihnen auch gefallen