Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
Informasi mengenai insiden brachial plexus injuries cukup sulit untuk
ditemukan.Sampai saat ini tidak ada data epidemiologi yang mencatat
insiden brachial plexus injury per setiap negara di seluruh dunia.Tetapi,
menurut Office of Rare Disease of National Institutes of Health, brachial
plexus injury termasuk dalam penyakit yang jarang terjadi.Kejadiannya
kurang dari 200.000 jiwa per tahun dihitung pada populasi di Amerika
Serikat.Sebagian besar korbannya adalah pria muda yang berusia 15-25
tahun. Narakas menuliskan mengenairule of seven seventies.[1][2]
Penelitian oleh Foad SL, et al mencatat insiden obstetrical brachial plexus
injury di Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus per 1000 kelahiran. Terdapat 3
macam obstetrical brachial plexus injury: Erbs palsy adalah yang paling
sering terjadi, insidennya sekitar 90% kasus, total plexus injury sebesar 9%
kasus, dan Klumpkes palsy sebesar 1% kasus. Insiden ini semakin menurun
setiap tahunnya. Dari berbagai analisis, didapati bahwa kejadian shoulder
dystocia memiliki resiko 100 kali lebih besar terjadinya obstetrical brachial
plexus injury,sedangkan forceps delivery memiliki resiko 9 kali lebih besar,
dan bayi besar dengan berat >4,5 kg memiliki resiko 4 kali lebih besar untuk
terjadinya cedera. Setidaknya 46% kejadian obstetrical brachial plexus
injury memiliki satu atau lebih faktor resiko, sedangkan 54%-nya tidak
ditemukan adanya faktor resiko.[3]
Pengobatan cederaplexus brachialisada yang memerlukan operasi dan ada
yang tidak, disesuaikan dengan kasusnya.Terdapat berbagai macam
tindakan operasi pada cederaplexus brachialis, tergantung jenis cedera saraf
yang terjadi.Saat ini banyak kemajuan yang telah dicapai dalam bidang
pembedahan, tetapi trauma plexus brachialis seringkali masih menjadi
masalah karena membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama.
BAB II
CEDERA PLEXUS BRACHIALIS
3.1
Definisi
Cedera plexus brachialisadalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5T1.Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke
arah axilla yang dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1. Cedera
pada plexus brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan
sensorik pada membrum superium.[8]
3.2
Epidemiologi
Penelitian oleh Foad SL, et al mencatat insiden obstetrical brachial plexus
injury di Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus per 1000 kelahiran.Terdapat 3
macam obstetrical brachial plexus injury: Erbs palsy adalah yang paling
sering terjadi, insidennya sekitar 90% kasus, total plexus injury sebesar 9%
kasus, dan Klumpkes palsy sebesar 1% kasus. Insiden ini semakin menurun
setiap tahunnya. Dari berbagai analisis, didapati bahwa kejadian shoulder
dystocia memiliki resiko 100 kali lebih besar terjadinya obstetrical brachial
plexus injury, sedangkan forceps delivery memiliki resiko 9 kali lebih besar,
dan bayi besar dengan berat >4,5 kg memiliki resiko 4 kali lebih besar untuk
terjadinya cedera. Setidaknya 46% kejadian obstetrical brachial plexus
injury memiliki satu atau lebih faktor resiko, sedangkan 54%-nya tidak
ditemukan adanya faktor resiko.[1][2]
Informasi mengenai insiden cedera brachial plexuscukup sulit untuk
ditemukan.Sampai saat ini tidak ada data epidemiologi yang mencatat
insiden cederabrachial plexus per setiap negara di seluruh dunia.Tetapi,
menurut Office of Rare Disease of National Institutes of Health, brachial
plexus injury termasuk dalam penyakit yang jarang terjadi.Kejadiannya
kurang dari 200.000 jiwa per tahun dihitung pada populasi di Amerika
Serikat.Sebagian besar korbannya adalah pria muda yang berusia 15-25
tahun. Narakas menuliskan mengenairule of seven seventies:
3.3
Etiologi
Ditemukan lebih dari 30 penyebab terjadinya cedera plexus brachialis. Tetapi
etiologi yang lebih sering, antara lain:
Trauma
Secara keseluruhan, kecelakaan motor merupakan penyebab tersering.
Menurut Narakas, dari seluruh kecelakaan motor, 2%-nya menyebabkan
cederaplexus brachialis.Trauma olahraga juga merupakan salah satu
penyebab cedera plexus brachialis yang sering terjadi.
Trauma persalinan
Menurut Ruchelsman DE, et al, setidaknya terdapat 8 faktor resiko yang
menjadi penyebab terjadinya obstetrical brachial plexus injury:
Shoulder dystocia
Vacuum atau forceps delivery
Macrosomia atau bayi besar dengan berat >4,5 kg
-
Kelahiran sunsang
Maternal diabetes
Tumor
Salah satu tumor yang sering menyebabkan cedera plexus brachialis adalah
tumor apikal paru.[9][10][11]
3.4
Klasifikasi : Terdapat berbagai macam versi sistem
klasifikasi brachial plexus injury, tetapi yang paling banyak digunakan
adalahLefferts classification system (Tabel 7), yang digolongkan
berdasarkan etiologi dan level injuri. Cedera plexus brachialis dapat
mengenai lebih dari 1 lesi.[12]
Level of the
Injury
Characteristics
II
A
Supraclavicul
ar
- avulsion of nerve roots, usually from
Preganglionic high speed injuries with other injuries
and LOC
(nerve root
avulsion)
- no proximal stump, no neuroma
formation (Tinel's sign negatif)
- pseudomeningocele, denervation of
neck muscles are common
- Horner's sign positif (ptosis, miosis,
anhydrosis)
- roots remain intact
Postganglioni
c
- usually from traction injuries
(traction
injuries)
Infraclavicular
Combined
III
Radiotherapy induced
IV
Obstetric
Upper root
(Erb's palsy)
Lower root
(Klumpke's
palsy)
Mixed
Perineurium
Tidak
Epineurium
Tidak
II (Axonotmesis)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
III
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
IV
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
V (Neurotmesis)
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Sembuh
spontan
Waktu penyembuhan
Penuh
II
(Axonotmesis)
Penuh
III
Parsial
IV
Tidak ada
Tidak ada
Derajat
I
(Neuropraxia)
V
(Neurotmesis)
Anamnesis
Low energy injury seringkali menyebabkan neuropraxia; pasien sebaiknya
diobservasi.High energy injury lebih sering
menyebabkanaxonal dan endoneurial disruption (derajat 3 dan 4 klasifikasi
Sunderland), sedangkan very high energy closed injury dapat
menyebabkannerve avulsion.
Tinels Sign
Tinels sign positif ditandai oleh munculnya peripheral
tingling atau dysaesthesia yang diprovokasi oleh perkusi saraf.
Pada neuropraxia, Tinel sign negatif. Pada axonotmesis, Tinels sign postitif
pada lokasi cedera karena sensitivitas regenerasi axon. Rata-rata regenerasi
axon sekitar 1 mm setiap hari sepanjang Schwann-cell.
EMG (Electromyography)
Apabila otot kehilangan suplai sarafnya, EMG akan menunjukkan loss of
nerve supply pada minggu ke-3. Dari pemeriksaan EMG,
cederaneuropraxia dapat dieksklusi,
tetapi axonotmesis dan neurotmesis tidak dapat dibedakan.[19][20]
3.6
Lesi Pre-ganglionik dan Post-Ganglionik
Plexus brachialis dibentuk oleh pertemuan nerve roots dari C5 sampai
T1. Plexus berasal dari vertebra yang melewati otot-otot leher dan di
bawah clavicle yang berjalan ke arah lengan.Karena letak anatomisnya,
maka daerah ini rentan terhadap cedera. Cedera plexus brachialis dibagi
3.7.2
Root and Trunk Injury
3.7.2.1
Upper Radicular Syndrome (Erb-Duchenne Palsy)
Upper radicular syndrome (Erb-Duchenne palsy) adalah akibat dari cedera
pada upper roots (C4, C5, atau C6) atau upper trunk.Lesi ini paling sering
disebabkan oleh cedera selama persalinan akibat sulitnya bayi keluar
dari birth canalketika bahu bayi tertinggal pada birthcanal yang disebut
denganshoulder dystocia(ilustrasi Gambar 18).Penyebab lain adalah
penggunaan forceps dan bayi besar dengan berat >4,5 kg.[18][24]
Kelainan ini mengakibatkan paralisis m. deltoid, m. biceps brachii, m.
brachioradialis, m. pectoralis mayor, m. supraspinatus, m. infraspinatus, m.
subscapularis, dan m. teres major.Jika lesi berada di dekat akar (roots), m.
serratus, m. rhomboideus, dan m. levator scapulae juga dapat mengalami
paralisis.[23][25]
3.7.2.3
Lower Radicular Syndrome (Klumpkes Palsy)
Lower radicular syndrome (Klumpke palsy) timbul akibat cedera lower
roots (C7-T1) atau lower trunk, yang menyebabkan paralisis m. flexor carpi
ulnaris, m. flexor digitorum, m. interossei, m. thenar, dan m.
hypothenar.Sindrom ini merupakan lesi kombinasi n. medianusdan n.
ulnaris.Secara klinis, akan terlihat clawlike deformity of the hand (Gambar
20), kelemahan distal fleksicubiti, ekstensicarpi, hiperekstensi
pada articulatio metacarpophalangeal. Refleks triseps hilang.Sensory loss di
3.7.2.4
Nervus Thoracicus Longus Injury
N. thoracicus longus berasal dari C5, C6, dan C7 yang mensuplai m. serratus
anterior.Cedera nervus ini paling sering disebabkan oleh tekanan yang kuat
pada bahu sehingga terjadi kompresi nervus (biasanya axonotmesis).
Biasanya tekanan tersebut disebabkan membawa beban terlalu berat di
bahu, misalnya karung beras, ransel pada satu bahu, dsb.[8][23][28]
Cedera pada nervus menyebabkan instabilitas skapula dan kesulitan gerakan
abduksi lengan 90-180 ke arah atas, kelemahan pergerakan elevasi lengan
di atas garis horizontal.Gambaran utamanya adalah winging scapula, yaitu
penonjolan sisi medial scapuladilihat dari punggung akibat paralisis m.
serratus anterior.Tes klasik untuk winging scapula dengan mengarahkan
pasien ke dinding kemudian pasine mengangkat kedua telapak tangannya
menempel pada dinding (Gambar 21).[18][29]
3.7.3.1
Brachial Cutaneous dan Antebrachial Cutaneous Nerve
Injury
Brachial dan antebrachial cutaneous nervusyang merupakan cabang
dari plexus C8-T1 memperlengkapi sensasi pada barchii medialis dan 2/3
bagian anterior antebrachii.Nervus ini biasanya cedera bersamaan
dengan medial cord dari plexus brachialis dan jarang cedera pada satu
nervus saja. Ketika cedera, akan terjadi loss sensation pada antebrachii
medialis dan posterior.[23]
3.7.4
Terminal Branches Injury
3.7.4.1
Nervus Musculocutaneous Injury
N. musculocutaneous berasal dari C5 dan C6 yang merupakan cabang utama
dari upper trunk plexus brachialis.Nervus ini memperlengkapi inervasi m.
coracobrachialis, m. biceps brachii,m. brachialis, dan sensorik
pada ventrolateral foream dan antebrachii dorsolateral superficialis. Cedera
nervus ini jarang terjadi.[23][34]
Jika cedera, gejala klinis yang muncul adalah kelemahan fleksi dan
supinasi antebrachii akibat paralisis biceps brachii dan m. brachialis.Sensory
loss pada musculocutaneous myotomes (antebrachii lateral superficialis)dan
hilangnya refleks bisep.Pergerakan fleksiantebrachii mungkin saja masih
Akibatnya, timbul nyeri dan sensory loss pada distribusi n. medianus (manus
palmaris superficialis, digiti I, II, III, dan setengah digiti IV),kelemahan
pada median myotomes di tangan dan bagian thenar. Hal ini dapat
disebabkan karena cedera akibat gerakan fleksi pergelangan tangan yang
terlalu lama, seperti mengetik dan merajut.[23]
Dari pemeriksaan khusus, Tinels sign positif pada carpal tunnel
syndrome. Diagnosisnya didapatkan melalui gejala klinis, tetapi tes
elektrofisiologis, seperti segmental nerve conductions dapat mengkonfirmasi
lesi dan melokalisasi letak kompresi. Pengobatan konservatif
menggunakan wrist splint, tetapi pada kasus berat, dilakukan tindakan
operatif. [23]
1. High lesions
High lesions dapat disebabkan oleh fracture di bagian antebrachii, dislokasi
bagian cubiti, luka tusukan, luka tembakan, trauma, iskemik, maupun
kompresi anatomi, seperti terjepitnya m. pronator teres, sehingga
menyebabkan kelemahan dan sensory loss.[18][23]
Lesi pada n. medianus menyebabkan kelemahan dan sensory loss, tetapi
hanya pada beberapa pergerakan yang benar-benar paralisis karena adanya
kontribusi sinergik otot yang masih diinervasi oleh nervus lain.[23]
Gejala yang timbul sama dengan low lesions, dengan tambahan
ketidakmampuan pergerakan fleksi articulatio interphalangeal proximalis 13 dan articulatio interphalangeal distalis 2-3 disebabkan oleh paralisis m.
flexor digitorum superficialis dan m. flexor digitorum profundus. Tambahan
lain, ditemukan paralisis pergerakan radial wrist flexion dan m. pronator
teres, pergerakan fleksi articulatio metacarpophalangeal 2-3 juga tidak dapat
dilakukan karena paralsis dari m. lumcbricalis 1-2. Oleh karena itu, pasien
dengan n. medianus injury tidak dapat mengepalkan tangan karena digiti
II dan III yang mengalami ekstensi parsial. Tanda ini disebut dengan sign of
benediction (Gambar 28c).[18][23]
Cedera pada n. interosseous anterior yang disebut dengan anterior
interosseous syndromejarang terjadi.Gejala motorik yang timbul mirip
dengan high lesions dari n. medianus injury, tetapi tanpa adanya defisit
sensorik.Kelemahan tersebut adalah kelemahan pada m. flexor pollicis
longus (kelemahan motorik digiti I), m. flexor digitorum profundus I dan II,
dan m. pronator quadratus. Penyebab yang paling sering adalah brachial
neuritis (Parsonage-Turner syndrome) yang berhubungan dengan shoulder
girdle pain setelah imunisasi atau penyakit virus.[18][23]
Jika terjadi avulsi saraf, sebaiknya dilakukan nerve grafting. Post operasi,
dilakukan splint pada pergelangan tangan. Jika fungsi sensorik membaik,
tetapi fungsi motorik oposisi pada digiti I tidak membaik, dilakukan
transfer m. extensor indicis proprius atau m. abductor digiti minimi ke m.
abductor pollicis brevis.M. extensor carpi radialis longus dapat ditransfer
ke m. flexor digitorum profundus, m. brachioradialiske m. flexor pollicis
longus, dan m. extensor indicis ke m. abductor pollicis brevis.[18][23]
3.7.4.4
Nervus Radialis Injury
Radial neuropati adalah kondisi yang disebabkan oleh kompresi saraf radial
pada posterior humerus.Temuan klinis trauma padan. radialistergantung
pada tingkat lesi.Nervus radialis injury biasanya terjadi di bagian cubiti (low
lesions), upper arm (high lesions), dan axilla (very high lesions).[4][18]
2. Low lesions
Gejala klinis low lesions biasanya disebabkan oleh fracture atau
dislokasi cubiti atau karena luka yang sifatnya lokal. Pasien tidak dapat
melakukan pergerakan ekstensi pada articulatio
metacarpophalengeal, kelemahan pergerakan ekstensi dan retroposisi
pada digiti V.[18]
1. High lesions
High lesions biasanya terjadi akibat fracturehumerus dan kompresi intrinsik.
Cedera pada spiral groove yang disebabkan oleh fracturehumerus (Gambar
23) dan kompresi ekstrinsik (contohnya, kebiasaan tidur dengan kepala yang
menekan lengan posterior) menyebabkan kelemahan pada radial
myotome di bawah cubiti, dengan wrist drop akibat dari paralisis radial
ekstensor cubiti(Gambar 28b), kelemahan pada gerakan
ekstensi articulatio metacarpophalangeal jari-jari, dan sensory loss pada
distribusi n. radialis superfisial (permukaan manus dorsalis dan digiti I, II,
III dan setengah digiti IV), tetapi gerakan ekstensi cubiti masih baik.
Kelemahan gerakan fleksicubiti dapat ditemukan sebagai akibat dari
keterlibatan brachioradialis.[4][18][23]
3.7.4.5
Nervus Ulnaris Injury
Lesi komplit pada n. ulnaris menimbulkan gejala kelemahan pada gerakan
fleksi dan adduksi carpi dan kelemahan gerakan fleksi pada jari kelingking,
paralisis gerakan abduksi dan oposisi digiti I, paralisis gerakan adduksi digiti
I, dan paralisis gerakan adduksi dan abduksi digiti, bersamaan dengan
atrofi hypothenar dan interossei.Atrofi interossous terutama terlihat jelas di
bagian manus dorsum, antara digiti I dandigiti II.Sensory loss terutama pada
bagian permukaan palmar dan dorsal digiti V dan setengah digiti IV. Lesi
kronis akan menyebabkanclaw hand. Cedera n. ulnaris dapat disebabkan
oleh trauma, iskemik, dan kompresi anatomis.[4][18][23]
Lesi n. ulnaris dapat terjadi pada 2 lokasi utama, yaitu lesi dekat cubiti(high
lesions) dan lesi dekat carpi (low lesions):[23]
1. High lesions
Lesi terjepitnya nervus yang paling sering adalah di bagianCubital
tunnelyang disebut dengan Cubital tunnel syndrome(Gambar 25).Kompresi
atau nerve entrapment di bagian epicondylaris medialis (cubital
tunnel) sering menyebabkan ulnar neuritis.Hal ini berbeda dengan penyebab
cedera akibat fracture ataupun dislokasi.[23]
Gejala yang timbul adalah kelemahan ulnar myotomes di bagian manus,
termasuk m. flexor carpi ulnaris dan m. flexor digitorum profundus
III dan IVsehingga terjadi less clawed (the high ulnar paradox). Fungsi
motorik dan sensorik juga hilang sesuai dengan distribusi ulnar.[23]
1.
Low lesions
Lesi terjepitnya nervus juga dapat terjadi di bagian Guyon canal yang
disebut dengan Guyon cannal syndrome. Guyon canal adalah celah yang
dibentuk oleh ossapisiforme-hamatum dan ligamen yang menghubungkan
keduanya (Gambar 26).[23]
Lesi ini seringkali disebabkan oleh perlukaan pergelangan tangan oleh benda
tajam yang biasanya dilakukan saat usaha bunuh diri. Penyebab lain
adalah deep carpal ganglion dan a. ulnaris aneurysm. Gejala yang timbul
adalah numbness pada distribusi ulnaris(Gambar 27) dan ditemukan
karakteristik khas, yaitu claw hand(Gambar 28d) akibat kelemahan dan
atrofi otot intrinsik. M. flexor carpi ulnarisdan m. flexor digitorum
profundus normal pada pemeriksaan elektrofisiologik.[18][23]
Ilustrasi cedera nervus plexus brachialis dapat dilihat pada Gambar 28di
bawah ini:
normal power
3.9
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada pasien dengan brachial plexus
injury, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk dilakukan:
Anamnesis
Anamnesis yang penting untuk ditanyakan adalah riwayat trauma
sebelumnya, kronologi kejadian, dan gejala klinis yang dirasakan oleh
pasien.
Pada pasien dengan lesi plexus brakhialis akibat trauma lahir, perlu diketahui
riwayat kehamilan, kelahiran, usia kehamilan, berat badan lahir, presentasi
bayi, riwayat penggunaan forcep, distosia bahu, apgar skor dan kebutuhan
akan resusitasi saat kelahiran.
Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya perubahan anatomi dan
fisiologis di bagian ekstremitas atas, kelemahan pergerakan motorik,
parestesia atau anestesia pada daerah tertentu.
Pemeriksaan fisik untuk lesi plexus brachialis dilakukan dengan inspeksi,
yaitu melihat posisi lengan terutama saat istirahat.Avulsi pada radiks saraf
dapat diketahui dengan adanya sindroma Horner dan kelemahan pada otototot paraspinal.Sisi kontralateral dan ekstremitas bawah perlu juga dinilai
untuk menyingkirkan adanya lesi di medula.
Pada pasien trauma, palpasi clavicula, costae dan humerus disertai foto
sendi bahu jika dicurugai adanya fracture atau dislokasi.Mengevaluasi otototot pada punggung termasuk m. trapezius, m. rhomboideus, m.
supraspinatus, m. infraspinatus, m. latissimus dorsi, m. teres mayor, dan m.
CT Myelography
Hasil yang mungkin ditemukan adalah pseudomeningoceles yang diproduksi
oleh root avulsion, tetapi hasil yang positif tidak selalu dapat diandalkan
karena dura dapat robek tanpa adanya root avulsion. CT myelography lebih
sering dikerjakan pada pasien yang akan melakukan operasi. Kesimpulan
hasil CT myelography:
Dorsal dan ventral rootlets yang intak tanpa
adanya meningocele mengeksklusi kemungkinan avulsi.
Adanya meningocele tidak selalu menyatakan adanya avulsi.
Jika meningocele meluas hingga keluar foramen, kemungkinan
adanya avulsi sangat besar.
Angiography
Angiography seringkali sudah digantikan oleh MRA (Magnetic Resonance
Angiography).Pada beberapa kasus dapat dilakukan pemeriksaan angiografi
untuk menilai kerusakan pada pembuluh darah akibat trauma yang juga
menyebabkan lesi pada plexus brachialis. Angiografi dapat membantu
menentukan tingkat lesi pada saraf oleh karena arteri dan plexus sering
mengalami trauma pada tingkat yang sama.Angiography juga sering
dikerjakan setelah vaskular rekonstruksi.
Electrophysiology
EMG (Electromyography)
Pemeriksaan EMG dapat membantu menentukan letak lesi dan fungsi
inervasi saraf.
Apgar score
1. Pemeriksaan neurologik
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sensorik
3.11 Pengobatan
Pembedahan adalah pilihan untuk adultbrachial plexus injury, baik
pada closed maupun open injury. Setidaknya ada 4 hal yang mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan pembedahan:
1. Donor saraf yang digunakan (supraclavicular, infraclavicular
dissection, dan donor nerve dissection)
2. Strategi rekonstruktif (fungsi pergerakan yang menjadi prioritas
rekonstruktif)
3. Teknik pembedahan
Setidaknya terdapat 5 teknik pembedahan untuk brachial plexus injury:
Nerve transfer
Nerve transfer mengambil saraf lain atau cabang saraf yang kurang penting
untuk ditransfer pada saraf krusial yang mengalami kerusakan dengan
tujuan mengembalikan fungsinya dengan caradirect suturingatau nerve
grafting pada sisi distal. Nerve transfer dapat diambil dari saraf
proksimal (extraplexus dan intraplexus nerve transfer) atau saraf
distal (closed-target nerve transfer).
Neurolysis
Neurolysis merupakan suatu prosedur melepaskan neuroma (constrictive
scar tissue) di sekitar saraf. Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf
dilekatkan kembali dengan teknik end-to-end atau nerve grafts.
Neurolysis diindikasi pada kasus neuropraxia atau konduksi blok yang tidak
membaik secara spontan. Kondisi ini biasanya disebabkan olehperineural
fibrosis yang dipicu oleh hematoma post-traumatik maupun stretch
injuries. Saraf terdiri dari banyak fiber (axon).Ketika terjadi cedera saraf,
fiber-fiber ini berusaha menyebar keluar supaya tersambung, kadangkadang, fiber ini dapat membentuk gumpalan sehingga terjadi jaringan parut
pada saraf.
Nerve repair
Prosedur nerve repair berarti menjahit antara ujung dan ujung saraf yang
terputus yang dikerjakan di bawah mikroskop. Saraf tidak akan pernah
kembali secara sempurna jika telah terpotong. Kesembuhan maksimal hanya
terjadi sekitar 80%.Pertumbuhan saraf sekitar 1 mm setiap harinya.
Nerve grafting
Bila gap antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin dilakukan
tarikan.Saraf yang sering dipakai adalah n. suralis, n. cutaneous antebrachial
lateralis dan medialis, dan cabang terminal sensoris n. interosseus posterior.
1. Waktu pembedahan yang tepat (primary atau secondary repair)
Late delayed repair (nerve repair lebih dari 6 bulan setelah trauma)
Dalam waktu 6 bulan setelah trauma, telah terjadi denervasi saraf sehingga
disarankan nerve repair yang diikuti oleh local muscle
transfer atau functioning free muscle transplantation.
Cedera level 1 pada konteks ini adalah avulsion injury, sedangkan level 2, 3,
dan 4 adalah rupture injury. Perbedaan avulsion dan rupturedapat dilihat
pada Tabel 12.[42]
3.11.1
Level1 Injury (Preganglionic Injury: Spinal Cord,
Rootlets, and Roots)
Sayangnya, insiden nerve injury yang paling sering terjadi adalah lesi level 1
yang ditemukan sebesar 70%. Avulsi dapat terjadi pada satu hingga lima
akar yang terlibat. Strategi rekonstruktif yang dapat dikerjakan, antara
lain: nerve transfer, functioning free muscle transplantation, dan palliative
surgery.
1.
Nerve Transfer (Gambar 36)
Prosedur ini baik dikerjakan dalam rentang waktu golden periodyang tidak
lebih dari 5 bulan sejak trauma.Tujuan operasi ini setidaknya dapat
memperbaiki kekuatan otot hingga power4disesuaikan dengan Medical
Research Council Scale for Assessment of Muscle Power.Nerve
transfer diklasifikasikan menjadi:
Extraplexus nerve transfer
Extraplexus nerve transfer melibatkan transfer dari saraf tetangga (dari saraf
leher ipsilateral atau kontralateral) untuk neurotisasi saraf yang paralisis
pada avulsi plexus brachialis. Saraf tersebut termasuk n. phrenicus, n.
accesorius spinalis (XI), n. hypoglossus (XII), dan saraf C7
kontralateral.Extraplexus sensory nerve transfer, seperti n. supraclavicularis
sensoryuntuk transfer n. medianus, terkadang digunakan untuk memperbaiki
paralitik sensorik.
Intraplexus nerve transfer
Intraplexus nerve transfer dapat dikerjakan pada kasus non-global root
avulsion dimana sekurangnya satu dari saraf spinal terjadi rupture injury dan
masih dapat di-transfer. Contohnya, pada kasus C5 rupture dan C6 avulsion,
dimana ujung C5 lebih sehat dibanding ujung C6.Fiber C5 ditransfer secara
sengaja pada C6 (atau anterior division of the upper trunk) untuk
memperbaiki pergerakan fleksi cubiti.C5 distal (atau posterior division of the
upper trunk dan n. suprascapularis) kemudian diinervasi oleh partially
injured C6. Strategi ini menyatakan bahwa pergerakan fleksi cubiti memiliki
prioritas lebih dibanding rekonstruksi bahu.Intraplexus nerve
transfer bersifat individual, tergantung dari penemuan intraoperative, kondisi
pasien, dan persyaratan. Extraplexus dan intraplexus nerve
transfersdikerjakan untuk neurotisasi saraf proksimal.
Close-target nerve transfer
Close-target nerve transfer adalah prosedur transfer untuk saraf bagian
distal, lebih dekat pada neuromuscular junction, sehingga dapat dicapai
perbaikan motorik yang lebih cepat. Saraf donor yang diambil untuk closetarget nerve transfer adalah saraf yang letaknya di dekat target atau saraf
yang berada di luar fossa supraclavicularis dan infraclavicularis, seperti:
n. accessorius spinalis ditransfer ke n. suprascapularis
Shoulder
Rekonstruksi untuk pergerakan abduksi bahu pada lesi level 1 harus
diprioritaskan dibanding pergerakan adduksi bahu.Jika m. supraspinatus, m.
infraspinatus, dan m. deltoideus diinervasi secara bersamaan, tentu saja
hasilnya lebih baik.Nervus phrenicus dan n. XIadalah donor utama untuk
abduksi bahu.Nervus XII,cervical motor branches, part of C5 atau C6, n.
thoracicus longus, cabang dari caput longus triceps, n. pectoralis medialis, n.
intercostalis, dan contralateral C7 juga dilaporkan sebagai saraf donor untuk
abduksi bahu. Saraf resipien untuk abduksi bahu dalam urutan prioritas
adalah distal C5, n. suprascapularis, divisioner dorsalis dari trunkus
superior,kemudian n. axillaris.[42][46]
Cubiti
Pada cedera level 1, prioritas rekonstruksi adalah pergerakan fleksi cubiti.
Donor saraf untuk fleksi cubiti termasuk n. intercostalis, nervus
XI dengan nerve graft, n. phrenicus dengan atau tanpa nerve graft, partial n.
ulnaris, partial n. medialis, n. pectoralis, n. thoracodorsal,dan contralateral
C7. Saraf resipien termasuk n. musculocutaneous, cabang dari n.
biceps, atau cabang n. brachialis.
Rekonstruksi pergerakan ekstensi cubiti bukanlah prioritas utama.Transfer n.
phrenicus ke distal C5 atau posterior division of the upper trunk atau n.
radialis dengan nerve graft seringkali baru dapat menghasilkan pergerakan
ekstensi pada tahun ke-3 rehabilitasi. Beberapa ahli menggunakan 2 atau
2.
Functioning Free Muscle Transplantation
Penggunaan functioning free muscle transplantation pada
rekonstruksi plexus brachialis adalah salah satu contoh aplikasi nerve
transfer(termasuk extraplexus, intraplexus, dan close target nerve transfer).
[42]
Rekonstruksi untuk cedera level ini meliputi neurolysis, nerve repair, nerve
grafts (free nerve graft atau vascularized ulnar nerve graft).[42][49][50]
1.
Neurolysis
Lesi saraf yang masih tersambung, biasanya menunjukkan neuroma-in
continuity, menyatakan bahwa beberapa fungsi saraf masih
tersisa.Neurolysis (Gambar 38) kadang membantu.
Teknik operasi sebaiknya epifascicular epineurotomy/epineurotommy
(external neurolysis) atau interfascicular epineurectomy (internal
neurolysis).Pada lesi plexus brachialis, biasanya dilakukan external
neurolysis.[42]
Sumber:http://www.highimpact.com/uploads/exhibits/images/legalexhibits/medical-illustrations/large/MDI00400.jpg
2.
Nerve Repair
Direct nerve repair (Gambar 39) biasanya dilakukan pada cedera penetrasi.
[42]
Jika dikombinasikan dengan cedera level 2 dan 3 pada spinal nerve yang
sama, long nerve grafts (dengan panjang >10 cm) biasanya digunakan untuk
menutup jarak dari spinal nerve ke cabang terminal pada fossa
infraclavicularis. Clavicle dapat ditinggikan melalui pendekatan Chuangs
triangle tanpa memerlukan osteotomi.[42]
3.11.3
Level 3
Cedera level 3 melibatkan trunk dan divisions.Insidennya sekitar 5% dari
1600 kasus dengan penyebab tersering adalah neuroma.Bypass nerve
grafting diperlukan untuk membangun kembali koneksi
antara supraclavicular dan infraclavicular brachial plexus. Clavicle
osteotomy diperlukan khususnya untuk cedera yang melibatkan lower
trunk, untuk memenuhi grafting atau direct neurolysis. Multiple nerve
grafts seringkali dibutuhkan dan seringkali diambil dari lokasi lain. C-loop
vascularized ulnar nerve graft kadang-kadang dibutuhkan untuk mengurangi
jumlah nerve grafts, khususnya pada kasus cedera yang luas.[42][51]
3.11.4
Level 4
Level 4 cederaplexus brachialis melibatkan cords dan terminal
branches. Insidennya cukup tinggi, yaitu sekitar 17%. Cedera ini
berhubungan dengan nerve ruptures, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan oleh nerve avulsion. Pada beberapa kasus, distal avulsionterjadi
pada bone margin (seperti avulsi n. musculocutaneous dari permukaan m.
biceps brachii).
Pada lesi level 4 tertutup, nerve damage bervariasi, berkisar dari simple
isolated nerve injury hingga lesi pada seluruh cords atau seluruh cabang
terminal. Pada cedera level 4 seringkali dilakukan nerve graft dengan
prognosis yang pada umumnya baik.Angka kejadian tertinggi disebabkan
oleh vascular injury, rupture, dan oklusi segmental pada a. subclavia atau a.
axillaris. Pada kasus penetrating injuries, vasculardan nerve repairs biasanya
dilakukan secara bersamaan. Golden time untuk primary direct repair pada
pembuluh darah level 4 yang terbelah pada kasus penetrating
injury tanpa nerve grafts berkisar 2 minggu, berbeda dengan cedera level 2
atau 3 yang hanya berkisar 1 minggu. Traction injury level 4 biasanya
berhubungan dengan fracture pada proximal humerus atau pada scapula
glenoideus.Biasanya dibutuhkan long nerve grafts dengan panjang lebih dari
8 cm. Kadang-kadangC-loop vascularized ulnar nerve grafts diambil
dari paralytic antebrachii dan digunakan untuk rekonstruksi n.
medianus dan n. radialis. Pada umumnya, hasilnya baik. Pada avulsi saraf
dari otot seringkali dilakukan nerve grafting dari proximal nerve
stump dan direct implantation ke dalam otot (nerve to muscle
neurotization)dengan hasil kekuatan otot rata-rata berkisar M3. Pilihan
rekonstruksi yang lain adalah functioning muscle transplantation.[42][52][53]
3.11.5
Strategi Rekonstruksi untuk Perbedaan Tipe Lesi
3.11.5.1
Single-Root Avulsion
Pada kasus isolated C5 root injury, dilakukan mass nerve
transfer, termasuk spinal accessorius, phrenicus, dan cabang
motorik cervicalisyang ditransfer secara langsung ke C5 spinal nerve untuk
memperbaiki kekuatan m. supraspinatus, m. infraspinatus, dan m.
deltoideusdan untuk mendapatkan kekuatan pegerakan abduksi bahu lebih
dari 90.
Single C6 root avulsion biasanya berhubungan dengan C5 rupture. Nerve
grafts dari ujung proksimal C5 ke divisi anterior upper trunkbiasanya
menghasilkan pergerakan fleksi cubiti yang lebih baik dibanding transfer n.
intercostalis ke n. musculocutaneous. Pergerakan abduksi dapat diperbaiki
melalui transfer n. accesorius ke n. suprascapularis dan transfer n.
phrenicus ke divisi posterior upper trunk.[42]
Single C7 root avulsion biasanya berhubungan dengan rupture of the upper
trunk.Hanya dibutuhkan perbaikan upper trunk saja. Reinervasi C7 spinal
nerve tidak dibutuhkan.[42]
3.11.5.2
Two-Root Avulsion
Pada kombinasi C5 dan C6 two-root avulsion, dilakukan nerve
transfers. Untuk pergerakan elevasi bahu, direkomendasikan transfer n.
XIke n. suprascapularis, dikombinasikan dengan n. phrenicus transfer ke
divisi posterior upper trunk. Untuk restorasi pergerakan
fleksicubiti, dilakukan n. intercostalis transfers ke n. musculocutaneous.
Pada kasus C6 dan C7 two-root avulsions, biasanya C5 ikut ruptured. Ujung
proksimal C5 yang masih sehat ditransferkan pada divisi anterior upper
trunk untuk pergerakan fleksi cubiti.Fungsi bahu didapat dari n. XI dan n.
phrenicus transfer seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika transfer
proksimal C5 tidak dapat dilakukan, direkomendasikan untuk ditransfer ke
divisi posterior upper trunk sebagai tambahan transfer n. XI dan n.
suprascapularis untuk mendapatkan fungsi bahu yang maksimal. Pergerakan
fleksi cubiti dapat diperoleh dari transfer n. intercostalis ke n.
musculocutaneous.
Kombinasi C8 dan T1 root avulsions biasanya disertai dengan C5 dan
C7 ruptures. Pergerakan elevasi bahu didapat melalui nerve graftsdari C5
ke n. suprascapularis dan divisi posterior upper trunk. C6 nerve
fibers ditransfer ke n. medianus untuk memperbaiki fungsi motorik dan
sensorik manus.Pergerakan fleksi cubiti diperbaiki dengan transfer n.
intercostalis.
Kasus C8 dan T1 root injury tanpa ruptures C5 hingga C7 sangat jarang
terjadi. Pada fase lanjut, dilakukan tendon transfer dengan 2 prosedur yang
terpisah.[42]
3.11.5.3
Three-Root Avulsion
Kombinasi C5-C7 root avulsion tanpa cedera C8-T1 adalah trauma yang
sering terjadi. Direkomendasikan transfer n. phrenicus dan n. XIuntuk
perbaikan fungsi abduksi bahu dan transfer n. intercostalis untuk
fleksi cubiti. Nervus phrenicus ditransfer ke divisi posterior upper
trunk untuk muscle neurotization dari deltoid, triceps, dan ekstensi carpi (m.
extensor carpi radialis longus).Jika n. phrenicus juga mengalami avulsi, dapat
dilakukan transfer n. XII ke n. axillaris dengan nerve graft.
Kombinasi C7-T1 three-root aculsion biasanya disertai
dengan rupture dari upper trunk. Direkomendasikan nerve grafts, transfer C5
fiberske n. suprascapularis dan divisi posterior upper trunk untuk pergerakan
elevasi bahu. Ujung proksimal C6 ditransfer ke distal C8 n. spinalis atau n.
medianus untuk fungsi manus.Untuk pergerakan fleksi cubiti, dilakukan
transfer n. intercostalis ke n. musculocutaneous.[42]
3.11.5.4
Four-Root Avulsion
C6-T1 four root avulsion biasanya berhubungan dengan rupture C5. Cedera
ini termasuk trauma yang jarang terjadi.Jika proksimal C5 fibers masih sehat,
dilakukan transfer ke divisi anterior upper trunk untuk memperbaiki
pergerakan fleksi cubiti. Jika transfer C5 fiberstidak dapat dikerjakan,
dilakukan transfer divisi posterior upper trunk dan transfer n. XI ke n.
suprascapularis untuk perbaikan fungsi bahu. Transfer contralateral C7 ke n.
medianus dengan pedicle atau free vascularized ulnar nerve graft untuk
perbaikan fungsi manus(fleksi digiti dan sensorik) dapat dilakukan secara
bersamaan untuk kepentingan total rekonstruksi dengan sekali prosedur. [42]
3.11.5.5
Five-Root Avulsion or Total Avulsion
Total root avulsion adalah brachial plexus injury yang paling sering terjadi.
Transfer contralateral C7 ke n. medianus menggunakan free vascularized
ulnar nerve graft untuk perbaikan fungsi manus dapat dilakukan untuk
kepentingan total rekonstruksi dengan sekali prosedur. Sebagai tambahan,
transfer n. intercostalis ke n. musculocutaneous untuk pergerakan
fleksi cubiti dan transfer n. phrenicusatau n. XI untuk pergerakan elevasi
bahu dapat dilakukan secara bersamaan.[42]
3.12 Rehabilitasi Paska Trauma Plexus brachialis(Palliative Surgery)
Palliative reconstruction procedures termasuk muscle transfer, tendon
transfer, functioning muscle transplantation,
tenodesis, danarthrodesis. Alternatif lain adalah orthotics dan prosthetics.
Local pedicled muscle transfer, sekalipun merupakan pilihan alternatif untuk
restorasi, tetapi seringkali bukan pilihan yang terpercaya karena
adanya partial nerve injury.[42]
Contohnya, menggunakan lokal m. latissimus dorsi transfer untuk
fleksi cubiti C5 dan C6 C7 avulsion injury biasanya menghasilkan kekuatan
siku.Sembilan minggu paska operasi, ortesa airbag dilepas dan ortesa elbow
sling dipakai untuk mencegah subluksasi bahu.[42]
Setelah Reinervasi
Setelah EMG menunjukkan reinervasi pada transfer otot, biasanya 3-8 bulan
paska operasi, EMG biofeedback dimulai untuk melatih transfer otot
menggerakkan siku dan jari.
Teknik elektromiografi feedback di mulai untuk melatih otot yang ditransfer
untuk menggerakkan siku dan jari dimana pasien biasanya kesulitan
mengkontraksikan ototnya secara efektif.[42]
Pada alat biofeedback terdapat level nilai ambang yang dapat diatur oleh
terapis atau pasien sendiri. Saat otot berkontraksi pada level ini, suatu nada
berbunyi, layar osciloskop akan merekam respons ini. Level ini dapat diatur
sesuai tujuan yang akan dicapai.
Lempeng elektroda ditempelkan pada otot, kemudian pasien diminta untuk
mengkontraksikan ototnya. Pada saat permulaan biasanya
EMG discharge sulit didapatkan, tetapi dengan latihan yang kontinyu,
EMG discharge otot akan mulai tampak.[42]
Latihan EMG biofeedback (Gambar 40) dilakukan 4 kali seminggu dan tiap
sesi selama 10-70 menit, dan latihan segera dihentikan bila ada tanda-tanda
kelelahan.Efektivitas latihan biofeedback tidak dapat dicapai bila pasien
tidak mempunyai motivasi dan konsentrasi yang cukup.[42]
Terapi Rekreasi
Terapi ini sebagai strategi dan aktivitas kompensasi sehingga dapat
menggantikan berkurang dan hilangnya fungsi ekstremitas.[42]
Orthosis pada Post Trauma Plexus brachialis
Pada umumnya penderita dengan cedera plexus brachialisakan
menggunakan lengan disisi kontralateral untuk beraktivitas. Pada beberapa
kasus, penderita memerlukan kedua tangan untuk melakukan aktivitas yang
lebih kompleks.Untuk itu orthosis didesain sesuai kebutuhan
penderita.Orthosis (Gambar 41) untuk penderita cederaplexus
brachialis dibuat terutama untuk menyokong bagian bahu dan siku.[42]
3.13 Prognosis
Lebih dari 70% kasus obstetric brachial plexus injury sembuh secara
spontan. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar nervus injurypada kasus
obstetrikal termasuk dalam cedera neuropraxia yang dapat pulih secara
spontan.[42][54][55]
Sembuh spontan pada kasus brachial plexus injury jarang terjadi, tetapi
masih mungkin pada beberapa lower plexus root injuries. Padabrachial
plexus injury, setelah nerve reconstruction atau free functioning muscle
transplantation, fungsi motorik dinilai kekuatannya sesuai dengan
pemeriksaan British Medical Research Council grading system.[42]
Pada cedera plexus brachialis level 4 setelah nerve grafting, keberhasilan
operasi ditandai dengan pergerakan elevasi bahu M4 180, pergerakan fleksi
dan ekstensi cubiti M4 atau lebih, pergerakan fleksi dan ekstensi digiti M3
atau lebih. Pada post-opertive total root avulsion dengan multiple nerve
transfer, keberhasilan operasi ditandai dengan pergerakan abduksi 60,
pergerakan fleksi cubiti M4, dan pergerakan digiti M2 atau lebih.
Partial
Total Cases Full Recovery Recovery
13
3
5
No Recovery
5
Upper trunk
34
18
11
Lower trunk
18
11
Cords
23
13
Complete
24
18
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan, full recovery pada kasus upper
roots sekitar 23%, pada kasus upper trunk sekitar 53%, pada kasuslower
trunk sekitar 17%, pada kasus cords trauma sekitar 26%, dan 0% pada
kasus complete brachial plexus injury.[56]
BAB IV
KESIMPULAN
Cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5T1.Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke
arah axilla yang dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1.[8]
Insiden obstetrical brachial plexus injury di Amerika Serikat sebesar 1-2
kasus per 1000 kelahiran. Insiden Erbs palsy sekitar 90%, total plexus
injury sebesar 9%, dan Klumpkes palsy sebesar 1%.[1][2] Menurut Office of
Rare Disease of National Institutes of Health, angka kejadian brachial plexus
injury kurang dari 200.000 jiwa per tahun dihitung pada populasi di Amerika
Serikat. Sebagian besar korbannya adalah pria muda yang berusia 15-25
tahun.[3]
Ditemukan lebih dari 30 penyebab terjadinya cedera plexus brachialis. Tetapi
etiologi yang lebih sering, antara lain: trauma, cedera
persalinan, compression syndrome, dan tumor.[9][10][11]
Terdapat berbagai macam versi sistem klasifikasi brachial plexus
injury, tetapi yang paling banyak digunakan adalah Lefferts classification
system.
1. Tipe 1 termasuk brachial plexus injury yang disebabkan oleh open
trauma.
2. Tipe 2 termasuk brachial plexus injury yang disebabkan oleh closed
trauma, dibagi menjadi:
A: Supraclavicular, dibagi menjadi: preganglionik dan postganglionik.
B. Infraclavicular
C: Kombinasi
1.
Manifestasi klinis cedera plexus brachialis tergantung dari tingkat lesi yang
terjadi (roots, trunks, divisions, cords, terminal branches, atautotal plexus).
Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan motorik dan sensorik sesuai
dengan distribusi nervus.
Pemeriksaan fisik yang diperlukan, meliputi: (1) pemeriksaan motorik sesuai
dengan distribusinya yang dinilai dari skala 0 hingga 5 disesuaikan
dengan Medical Research Council Scale for Assessment of Muscle Power. (2)