Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
dan faktor pendukung lainnya. Tingkat kejadian penyakit ini dari tahun ketahun
terjadi peningkatan.
2.1.1 Definisi Common Cold
Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering
mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak dijumpai pada bayi dan anak.
Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang
dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak
berlainan. Pada anak infeksi lebih luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga
tengah disamping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa
infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi
(Ngastiyah, 1997 : 12).
Pada dasarnya penyakit batuk dan pilek pada Bayi maupun Balita dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Sebagian besar penyebabnya adalah virus. Selain
virus batuk dan pilek serta demam tidak saja dipengaruhi oleh virus tetapi dapat
juga disebabkan oleh bakteri (Danarti, 2010 : 2-3).
Bagi kebanyakan orang, flu dianggap hal yang biasa dan akan sembuh
dengan sendirinya dalam 1 atau 2 minggu. Namun bagi sebagian orang flu dapat
membuat mereka sangat menderita, mereka yang dimaksud adalah bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (Aden R, 2010: 2 dan 22).
Pada Bayi, Balita dan Anak, infeksi saluran nafas yaitu Common cold
sangat berbahaya karena dapat menggangu makan dan kadang-kadang
menyebabkan infeksi saluran nafas bawah yang lebih akut apabila tidak ada
perhatian khusus dari orang tua maupun peran perawat di masyarakat serta
menentukan apakah diperlukan intervensi medis (Gould, 2003 : 219-220).
1.1.2 Etiologi Penyakit Common Cold
Commond cold merupakan rhinitis akut yang disebabkan oleh virus
selesma. Rhinitis berarti iritasi hidung dan adalah derivative dari rhino,
berarti hidung. Selaput lendir pada hidung yang terkena iritasi atau radang akan
memproduksi lebih banyak lendir dan mengembang, sehingga hidung menjadi
tersumbat dan pernafasan jadi sulit (Admin, 2011).
Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu
(common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan subgrup family
yang paling besar, terdiri dari 89 serotipe yang telah di identifikasi dengan reaksi
netralisasi memakai antiserum spesifik. Rhinovirus berasal dari bahasa yunani
rhin- yang artinya adalah hidung. Rhinovirus merupakan organisme mikroskopis
yang menyerang sel-sel mukus pada hidung, merusak fungsi normal mereka serta
memperbanyak diri di sana. Virus tersebut dapat bermutasi dan hingga saat ini ada
sekitar 250 strain atau jenis rhinovirus. Selain virus, batuk dan pilek dan demam
juga di sebabkan oleh bakteri. Keadaan bayi yang demikian biasa disertai panas.
Gejala yang lebih berat lagi tenggorokan berwarna merah. Pengobatannya cukup
dengan memberikan antibioitik. Biasanya batuk dan pilek pada bayi terjadi selama
lima 5 hari.
Virus adalah organisme yang amat halus. Karena amat halusnya itu tidak
dpat dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk itu diperlukan suatu mikroskop
electron yakni mikroskop yang mampu membesarkan sampai 1000000 X. Jenisjenis virus yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit yakni cacar, gondongan,
influenza, selesma atau Common Cold dan lain sebagainya (Aden R, 2010:12).
2.1.3 Gejala penyakit Common Cold
Adapun gejala penyakit Common cold yaitu :
1. Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
2. Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
3. Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit
ringan.
4. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada
saat terjadinya gejala.
5. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama
jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
6. Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan
jumlahnya tidak terlalu banyak.
7. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk
dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua
(Admin, 2011).
Dimana gejalnya hidung berair, kadang tersumbat, lalu di ikuti dengan
batuk dan demam. Jika cairan atau
dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar sekret
cair dan jernih yang dapat kental dan parulen bila terjadi infeksi sekunder oleh
kokus. Secret ini sangat merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti)
menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak
yang lebih besar kadang-kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan
anareksia. Sumbatan hidung (Kongesti) di sertai selaput lendir tenggorok yang
kering menambah rasa nyeri (Rusepno. Dkk, 1985).
Gejala yang umum adalah batuk, sakit tenggorokan, pilek, hidung
tersumbat, dan bersin, kadang-kadang disertai dengan mata merah, nyeri otot,
kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, menggigil tak terkendali, kehilangan
nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan gejala
influenza, virus lain atas infeksi saluran pernapasan yang gejalanya luas tumpang
tindih dengan dingin, tapi lebih parah. Gejala mungkin lebih parah pada bayi dan
anak-anak (karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak sepenuhnya berkembang)
serta orang tua (karena sistem kekebalan tubuh mereka sering menjadi lemah).
Mereka yang menderita pilek sering melaporkan sensasi chilliness
meskipun dingin tidak umumnya disertai dengan demam, menggigil dan
meskipun umumnya berhubungan dengan demam, sensasi mungkin tidak selalu
disebabkan oleh demam yang sebenarnya. Sekitar 30-50% dari pilek disebabkan
oleh rhinovirus.
2.1.4
mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat mudah tertular, karenanya
perawat yang sedang batuk pilek tidak diperkenankan bekerja di ruangan bayi
walaupun ia memakai masker, karena virus dapat menembusnya. Penularan juga
masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya
karena rasa gatal atau membuang ingusnya, jika tidak segera mencuci tangan ia
menjadi sumber penularan. Masa tunasnya adalah 1-2 hari dengan faktor
predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan. Pada umumnya
penyakit ini terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi
pada bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 1997 : 1213)
Bayi dan anak dapat tertular virus penyebab common cold melalui:
1. Penularan melalui udara. Bila seseorang sakit batuk-pilek, saat dia batuk,
bersin atau berbicara bisa menularkan virus pada bayi dan anak.
2. Kontak langsung. Virus dapat menular ketika orang yang sedang sakit
menyentuh hidung/mulutnya, lalu menyentuh tangan bayi/anak, selanjutnya
bayi/anak menyentuh hidung/mulutnya dengan tangannya yang sudah
terkontaminasi virus.
3. Menyentuh benda yang terkontaminasi virus. Virus dari orang yang sedang
sakit dapat melekat di permukaan benda dalam waktu 2 jam atau lebih.
Anak/bayi bisa tertular bila menyentuh benda yang terkontaminasi virus lalu
menyentuh mulut/hidungnya.
2.1.5
menghindarkan diri dari penyakit commond cold ini, secara umum yang perlu
diperhatikan dan dilakukan setiap harinya, antara lain:
1. Menjaga kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup
mulut ketika batuk dan bersin, dan membuang ludah / dahak dari mulut dan
ingus hidung dengan cara yang bersih dan tidak sembarangan.
2. Bila memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya
ruang keluarga, atau tempat tidur. Ruangan harus memiliki ventilasi yang
cukup lega.
3. Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak anak-anak.
4. Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat cukup, dll.
5. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
6. Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangan dahulu.
7. Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisi seimbang. Idealnya 4
sehat 5 sempurna.
8. Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
9. Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk
menggunakan obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atau suplemen untuk
mengatasi comond cold.
2.1.6 Pengobatan Penyakit Common cold
Saat ini, tidak ada terapi antiviral yang efektif untuk pengobatan common
cold. Oleh karena common cold merupakan penyakit yang self-limiting, yaitu
sembuh dengan sendirinya, maka pengobatan hanya ditujukan untuk meredakan
gejala. Terapi yang direkomendasikan adalah obat yang spesifik untuk gejala
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi
WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat
serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat
secara fisik, mental
dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat
diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan
dasar
fisik
lingkungan,
misalnya
penyediaan
air
minum,
2.2.2
Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pertukaran udara dari luar ke
dalam rumah atau sebaliknya, baik secara alami maupun secara mekanis.
Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
Ventilasi rumah mempunyai fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah kadar CO2 yang bersifat
racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu, tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapaan. Kelembaban ini
akan merupakan media yang baik untuk bakteribakteri , pathogen (bakteribakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen,
karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar
ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum (Askep,
2008).
rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha untuk melindungi kita dari gigitan
nyamuk tersebut.
2. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara
(Notoatmodjo, 2007:169).
Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5% dari
luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
2. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,
knalpot kenderaan, debu dan lain-lain.
3. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai
terhalang oleh barang-barang, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain
(Lubis, 2000).
Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan
antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter.
Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat
kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Rumah dengan luas ventilasi
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi
penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar.
Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak
Common Cold pada bayi biasanya alergen ditemukan terutama di sekitar tempat
tidur dan kamar, sisa protein susu sapi pada bayi yang mendapat susu formula
pada usia dini yang di konsumsinya. Sehingga pertumbuhan bakteri berlangsung
dan dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan.
2. Kepadatan Hunian Rumah
Diperkirakan rata-rata jumlah kelahiraan bayi hidup di bumi ini adalah 253
bayi/ menit atau sekitar 365.000 bayi/ hari, sementara rata-rata jumlah kematian
orang hanya 100 orang/ menit atau sekitar 144.000 orang/hari. Ini berarti terdapat
2,5 kali lebih banyak kelahiran dari pada kematian. Dengan demikian maka akan
terjadi peningkataan penduduk sebanyak 221.000 orang/hari atau sekitar 81 juta
orang/ tahun ( Soegianto, 2005 : 4).
Berdasarkan KepMenkes RI No.829 tahun 1999 tentang kesehatan
2
perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8m dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
umur 5 tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah
penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan
sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit
saluran pernafasan.
Kepadatan hunian adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan
jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian
2
untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum
per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
2
tidur diperlukan minimum 3 m /orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2
orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Secara umum
penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum,
yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil
2
bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 9 m /orang dan kepadatan
penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas
2
sampai dengan 3m untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan
jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah
satu penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan
kepada anggota keluarga lain.
Adapun kasus pendukung untuk kepadatan hunian dengan kejadian
Penyakit Common Cold yaitu contoh penyakit berbasis lingkungan, misalnya
berbagai penyakit yang di derita sekali waktu pada sebuah komunitas yang hidup
atau tinggal pada pemukiman padat berdesakan dimana Sanitasi dasar yang buruk
yaitu dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan di antaranya Ispa, Common
b. Cahaya Buatan
menunjukkan bahwa asap rokok yang terhirup oleh ibu menyusui dapat
menghambat produksi ASI. Dalam waktu tiga bulan, terlihat berat badan bayi dari
ibu yang perokok atau menghirup asap rokok, juga tidak menunjukkan
pertumbuhan yang optimal. Asap rokok yang terpaksa diisap perokok pasif,
Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah
dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak.
Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek
yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko
tertinggi. Perokok maupun yang terhirup asap rokok memiliki resiko yang lebih
besar dalam memperoleh penyakit common cold (Hidayati, 2011).
2.3
Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir ada dua sub pokok bahasan yaitu Kerangka Teori
Kuman Penyebab
a.Derajat infeksi
kuman/Virulensi
b. Jumlah kuman
1.Ventilasi
Rumah
2.Kepadatan
Rumah
Hunian
3.Pencahayaa
n Alami
4.Adanya
Perokok
Sanitasi
Rumah
Tingkat Sosial
Ekonomi
Tingkat
Pengetahuan
Tingkat
Kelemba
ban
Mikroor
ganisme
(Rhinovi
rus)
Pen
yaki
t
Com
mon
cold
Adanya perokok
dalam rumah
Kelengkapan Imunisasi
Stataus Gizi
Perilaku
dan
Daya
Tahan
subjek
Gambar 2.1
Kerangka Teori Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit Common
cold pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun
2012.
Kejadian penyakit
Common Cold pada
Balita
Keterangan :
: Variabel Independen (variable bebas)
: Variabel dependen (variable terikat)
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit Common
cold pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun
2012.
1.4 Tidak ada hubungan Merokok dalam rumah dengan kejadian Common
Cold pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo
Tahun 2012.
2.