Sie sind auf Seite 1von 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS (PTG)


Untuk memenuhi tugas praktik Profesi Keperawatan
Di IRNA III Ruang 09 Gynekologi Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Department Maternitas

Disusun Oleh :
Desi Putri Hermawati
201210300511059

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015

LAPORAN PENDAHULUAN
I. Masalah Utama
PENYAKIT TROFOBLAS GANAS (PTG)
II. Definisi
Penyakit trofoblas gestasional merupakan suatu kelainan berupa proliferasi sel
trofoblas yang abnormal selama kehamilan yang melipui mola hidatidosa komplit maupun
parsial, mola invasif, koriokarsinoma dan placental site trophoblastic tumor. Sekitar 10 %
kasus penyakit trofoblas gestational berkembang menjadi proses keganasan (penyakit
trofoblas ganas) yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut. Penyakit Trofoblas Ganas (PTG)
meliputi mola invasif, koriokarsinoma dan placental site trophoblastic tumor.1,2 Penyakit
trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan sinsiotrofobals
yang menginvasi miometrium, merusak jaringan disekitarnya dan pembuluh darah sehingga
menyebabkan perdarahan
PTG dapat didahului oleh proses fertilisasi (molahidatidosa, kehamilan biasa abortus,
dan kehamilan ektopik) bahkan dapat merupakan produk langsung dari hasil konsepsi atau
yang bukan didahului oleh suatu kehamilan. PTG yang didahului proses pembuahan sel telur
digolongkan sebagai khoriokarsinoma dengan kehamilan (gestational choriocarcinoma)
sedangkan yang tidak didahului pembuahan sel telur dikenal sebagai koriokarsinoma tanpa
kehamilan (non gestational choriocarcinoma) yakni yang berasal dari tumor sel germinal
pada ovarium.
III.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering terjadi pada usia 14-49 tahun dengan rata-rata 31,2 tahun. Risiko
terjadinya PTG yang nonmetastase 75% didahului oleh molahidatidosa dan sisanya oleh
abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan aterm. Risiko terjadinya PTG yang metastase
50% didahului oleh molahidatidosa, 25% oleh abortus, 22% oleh kehamilan aterm dan 3%
oleh kehamilan ektopik.

Pada jenis invasif mola 12,5% berasal dari mola komplit dan 1,5% berasal dari mola
parsial. Pada koriokarsinoma 1,7% berasal dari mola komplit dan 0,2% dari mola parsial,
koriokarsinoma setelah kehamilan normal lebih sering terjadi dibandingkan mola invasif.
IV.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Ada 3 tipe sel tropoblastik plasenta, yaitu: sitotropoblas, sinsitiotropoblas, dan
intermediet tropoblas. Masing-masing tipe bertanggungjawab untuk menghasilkan hormonhormon yang spesifik bagi plasenta,
Secara morfologi sitotropoblas merupakan sel tropoblastik yang primitif dengan
bentuk poligonal sampai oval, dengan satu nukleus dan batasnya jelas. Aktivitas mitotik
jelas. Sinsitiotropoblas merupakan sel diferensiasi tinggi berhubungan dengan sirkulasi
maternal dan memproduksi banyak hormon plasenta. Tidak ada aktivitas mitotik yang jelas.
Sedangkan intermediet tropoblas menunjukkan pertumbuhan infiltrat ke dalam desidua,
miometrium, dan memotong pembuluh darah pada sel normal.
Hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta yaitu human chorionic gonadotropin
(hCG), human placental lactogen (hPL), estradiol, progesteron, dan placental alkaline
phosphatase

(PLAP).

Kebanyakan

hormon-hormon

tersebut

dihasilkan

oleh

sinsitiotropoblas. Sinsitiotropoblas mulai memproduksi hCG pada hari ke 12 kehamilan dan


produksi maksimal pada 8-10 minggu kehamilan, setelah sekresi merosot. Pada umur 40
minggu kehamilan, hCG hanya ada pada sinsiotropoblas. hPL juga berlokalisasi pada
sinsiotropoblas pada hari ke 12 dan setelah itu meningkat.
V. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya penyakit trofoblas ganas (PTG) belum jelas diketahui, namun
bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion meskipun pertumbuhan dan
metastasisnya menyerupai sarkoma. Selain itu, pada umumnya penyakit ini disebabkan oleh
adanya kehamilan anggur atau molahidatidosa.
PATOGENESIS
1. Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dan villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

Menurut Reynolds, kematian disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan
histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21, menyebabkan gangguan angiogenesis.
2. Teori Neoplasma, dari Park
Sel-sel tropoblas yang abnormal mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana
resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung,
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
VI.

KLASIFIKASI
Penyakit trofoblas ganas dibedakan atas 2, yaitu:
1. Penyakit trofoblas ganas non-metastatik
A. Mola invasif (korioadenoma destruens)
B. Placental site trophoblastic tumor
2. Penyakit trofoblas ganas metastatik

MOLA INVASIF
Ditemukan sekitar 15% sesudah pengeluaran mola dan lebih rendah pada pasca
kehamilan normal. Gejala-gejala klinis yang dapat ditemukan ialah:
Perdarahan vaginal yang tidak teratur
Adanya kista teka lutein
Subinvolusi uterus atau pembesaran asimetris
Sel-sel tumor trofoblas dapat menyebabkan perforasi miometrium sehingga terjadi
perdarahan intraperitoneal
Infeksi tumor yang nekrosis dapat menyebabkan sekret purulen dan nyeri pelvis akut.

PLACENTAL SITE TROPHOBLASTIC TUMOR (PSTT)


Jarang ditemukan, tetapi merupakan varian penting dari koriokarsinoma. Ditemukan
kurang dari 1% pada penderita penyakit trofoblas. Tumor tumbuh lokal dengan infiltrasi
ke miometrium atau berupa polip yang tumbuh ke dalam kavum uterus.

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS METASTATIK

Ditemukan sekitar 4% sesudah pengeluaran mola dan lebih rendah pada pasca
kehamilan normal. Gejala-gejala klinis yang dapat ditemukan ialah:
Gabungan perdarahan spontan & fokus metastasis
Paru-paru

: nyeri dada, batuk, hemoptisis,sesak, hipertensi pulmonal

Vagina : perdarahan ireguler & sekret purulen


Hati

: nyeri epigastrik atau nyeri kwadran kanan atas,


perdarahan intraperitoneal hebat

SSP

: kelainan otak & gangguan neurologik fokal bila terjadi


perdarahan spontan.

Pada pembagian lain secara klinis PTG di bagi 2, yaitu:


1. PTG terdapat hanya dalam uterus invasif mola
Adalah tumor atau suatu proses seperti tumor yang menginvasi miometrium dengan
hiperplasia trofoblas disertai struktur vili yang menetap. Terminologi lain untuk keadaan ini
yang tidak lagi dipakai ialah malignant mola, mola detruens, korio adenoma detruens.
2. PTG meluas keluar uterus koriokarsinoma
a.

Gestasional koriokarsinoma adalah karsinoma yang terjadi dari sel-sel trofoblas dengan
melibatkan sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas. Hal ini biasa terjadi dari hasil konsepsi yang
berakhir dengan lahir hidup, lahir mati (still birth), abortus, kehamilan ektopik,
molahidatidosa atau mungkin juga oleh sebab yang tidak diketahui.

b.

Non gestasional koriokarsinoma adalah suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa
didahului oleh suatu fertilisasi, tetapi berasal dari germ sel ovarium. Brewer mengatakan
bahwa non gestasional koriokarsinoma juga dapat merupakan bagian teratoma. Oleh
International Union Against cancer (IUCR) diadakan klasifikasi sederhana dari penyakit
trofoblas, yang mempunyai keuntungan bahwa angka yang diperoleh dari berbagai negara di
dunia dapat dibandingkan.
Klasifikasi itu adalah:
1. Ada hubungan dengan kehamilan
2. Tidak ada hubungan dengan kehamilan
a. Diagnosis Klinik

Non metastasis

Metastasis

- Lokal (pelvis)
- Di luar pelvis
b. Diagnosis histologi

PTG jenis villosium

PTG jenis non villosium

PTG jenis yang tidak jelas

c. Diagnosis morfologi

Molahidatidosa
- invasif
- non invasif

Koriokarsinoma

Tidak dapat ditentukan (unclassified)

Adalah PTG yang disgnosis morfologinya tidak ada, baik dari autopsi, operasi atau
kerokan, akan tetapi diagnosis dibuat dengan cara-cara lain (hormonologik).
Klasifikasi non gestational trophoblastic disease asal dan perkembangan dari germ cell
tumor ini banyak mengandung pertentangan, akan tetapi pendapat yang banyak dianut aalah
seperti yang dianjurkan Tailum:
1. Germ cell: Seminoma, Dysgerminoma, Tumor of potensial cells
2. Extra embryonal carcinoma
3. Extra embryonal structure
4. Embryonal carcinoma
5. Embrionic ectoderm, mesoderm, endoderm
6. Endodermal sinus tumor: choriocarcinoma, teratoma.3
Terdapat tiga sistem klasifikasi untuk menentukan stadium dan prognosis pasien
dengan PTG. FIGO (The International Federation of Gynecologist and Obstetricians)
membagi stadium pasien berdasarkan penyebaran penyakit dan faktor risiko klinik (Tabel 1),
WHO mentabulasi skor total berdasarkan faktor risiko individual dalam menentukan skor
indeks prognosis (Tabel 2) sedangkan klasifikasi menurut Hammond membagi PTG atas
yang bermetastasis atau tidak (Tabel 3).1,6,7,8,9,10
Tabel 1. Stadium PTG berdasarkan FIGO 2000

Stadium

Keterangan

Pasien dengan peningkatan kadar hCG persisten dan


tumor terbatas pada korpus uterus.

II

Pasien dengan metastasis pada vagina dan/atau pelvik.

III

Pasien dengan metastasis paru dengan atau tanpa


keterlibatan uterus, vaginal atau pelvik.
Diagnosis berdasarkan peningkatan kadar hCG dengan
adanya lesi-lesi pulmoner pada foto radiologik dada.

IV

Pasien

yang

keterlibatan

mengalami
otak,

penyakit

lanjut

dengan

ginjal,

atau

saluran

hati,

gastrointestinal.
Masuk dalam kategori risiko-paling tinggi,oleh karena
sebagian besar resisten terhadap kemoterapi.
Pada banyak kasus penyakit timbul setelah kehamilan
non-mola

dan

memiliki

gambaran

histologik

koriokarsinoma.

Tabel 2.Skor Indeks Prognosis oleh WHO


Skor FIGO
Usia (tahun)
Kehamilan sebelumnya
Jarak dari kehamilan ( bulan)

0
39
Mola
<4

1
>39
Abortus
4-6

2
aterm
7-12

4
>12

Kadar hCG pretreatment

< 1.000

1000-

>10.000-

>

10.000

100.000

100.000

Besar tumor termasuk uterus < 3

3-5

>5

(cm)
Letak metastasis

Paru,vagina

Lien,

Tr,

Otak,

0
-

ginjal
1-4
-

gatrointestinal
4-8
Regimen

hati
>8
2
atau

tunggal

lebih

Jumlah metastasis
Riwayat gagal kemoterapi

Penilaian:

Bila nilai total:

= risiko rendah

5-7

= risiko sedang

= risiko tinggi

Tabel 3. Klasifikasi PTG menurut Hammond


Kategori
Non metastasis
Metastasis

Kriteria
Tidak ditemukan metastasis
Terdapat metastasis ekstrauterin

a. Prognosis baik

Tidak ada faktor risiko :


Durasi < 4 bulan
Kadar hCG pre terapi < 40.000mIU/ml
Tidak terdapat metastasis otak atau hati
Bukan kehamilan aterm sebelumnya
Belum pernah kemoterapi

Prognosis buruk

Ada faktor risiko


Durasi 4 bulan sejak kehamilan sebelumnya
Kadar hCG preterapi 40.000 mIU/ml
Metastasis otak atau hati
Kehamilan aterm sebelumnya
Pernah kemoterapi

VII.

TANDA DAN GEJALA


Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan dimana
terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan dapat terus menerus atau intermiten dengan
perdarahan mendadak dan terkadang masif. Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan uterus
membesar dan lunak. Kista tekalutein bilateral. Lesi metastasis di vagina dan organ lain.
Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis ditandai dengan: nyeri perut, batuk
darah, melena, dan peningkatan tekanan intrakranial berupa sakit kepala, kejang, dan
hemiplegia.
Kadar hCG paska mola setelah menurun, tidak menurun malahan dapat meningkat
lagi atau titer hCG yang meninggi setelah terminasi kehamilan, mola atau abortus.
Pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan adanya lesi yang metastasis. Pada sediaan
histopatologis dapat ditemukan villus namun demikian dengan tidak memperlihatkan
gambaran patologik tidak dapat menyingkarkan suatu keganasan.3

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit trofoblas ganas secara klinis ditegakkan berdasarkan:
a. Anamnesis.
Perdarahan yang terus menerus setelah evakuasi mola atau kehamilan sebelumnya
Bila terjadi perforasi uterus, ditemukan adanya keluhan nyeri perut
Bila ada lesi metastasis, maka dapat ditemukan gejala hemptoe, sakit kepala, kejang, dan
hemiplegia.
b. Pemeriksaan fisis

Uterus besar dan irreguler

Dapat terlihat adanya lesi metastasis di vagina atau organ lain

Ditemukan kista lutein bilateral yang persisten


c. Pemeriksaan penunjang

Ditemukan kadar hCG yang menetap atau meninggi

Pada foto thorax dapat terlihat adanya lesi metastasis

USG pelvis, hati dan ginjal untuk melihat adanya metastasis

Bila ada metastasis di hati maka dapat ditemukan gangguan fungsi hati

CT scan kepala bila ada indikasi kelainan saraf

IX. Penatalaksanaan Medis


Prinsip dasar penanganan penyakit trofoblas ganas adalah kemoterapi dan operasi. Indikasi
kemoterapi yaitu:
1. Meningkatnya hCG setelah evakuasi
2. Titer hCG sangat tinggi setelah evakuasi
3. hCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi
4. Meningginya hCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau turun tetapi lambat
5. Metastasis ke paru-paru, vulva, vagina kecuali kalau hCGnya turun
6. Metastasis ke bagian organ lainnya (hepar, otak)
7. Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan gastrointestinal
8. Gambaran histologi koriokarsinoma
Operatif merupakan tindakan utama dalam penanganan dini PTG, walaupun tumor sudah
lama bila masih terlokalisir di uterus tindakan histerektomi baik dilakukan. Pasien-pasien dengan
perdarahan pervaginam yang terus menerus, setelah abortus, mola, dan persalinan yang normal
dengan uterus sebesar kehamilan 12 minggu dan tidak ruptur operasinya diutamakan
histerektomi. Bila penyakit telah meluas maka histerektomi dilakukan hanya atas dasar
perdarahan dari uterus yang hebat atau resisten terhadap kemoterapi.3
Bila tergolong risiko rendah, maka diberikan kemoterapi tunggal, sedang bila tergolong
risisko sedang dan tinggi diberikan kemoterapi kombinasi.
Stadium I:
Jika penderita tidak menginginkan anak lagi, maka histerektomi dengan adjuvant
kemoterapi tunggal merupakan pengobatan yang utama. Bila penderita masih menginginkan
anak, maka diberikan kemoterapi tunggal.
Kemoterapi tunggal tersebut adalah:

a.

Methotrexate (MTX): dosis 10-20 mg/m IV/IM tiap hari selama 5 hari diulang tiap 2-3 minggu,
jika dalam 2 minggu tidak ada tanda-tanda depresi sum-sum tulang/ kelainan darah (Hb,
leukosit, trombosit) maka segera diberikan seri berikutnya.

b.

Actinomycin D (ACT.D): dosis 12 g/kgBB/IV tiap hari selama 5 hari diulang tiap 2-3 minggu,
jika tidak ada depresi sum-sum tulang. Kemoterapi diberikan sampai kadar hCG dalam
darah menjadi normal, kemudian dilanjutkan 1-2 seri.
Jika kadar hCG meningkat atau menetap setelah pemberian sitostatika sebanyak 1 seri,
maka dianggap resisten/ tidak dilanjutkan lagi untuk seri berikutnya kemudian diganti dengan
kemoterapi kombinasi.
Penderita stadium I harus:
1. Kontrol hCG tiap minggu sampai normal tiaga minggu berturut-turut kemudian dilanjutkan
setiap bulan sampai normal 12 kali berturut-turut.
2. Menggunakan kontrasepsi selama evaluasi
Stadium II dan III
Ditentukan apakah tergolong risiko rendah, sedang atau tinggi. Jika tergolong rendah maka
diberikan kemoterapi tunggal seperti pada penderita stadium I. Bila tergolong risiko sedang atau
tinggi, maka diberikan terapi kombinasi.
Kemoterapi kombinasi tersebut adalah:
1. Untuk risiko sedang:
Kombinasi: Vincristine 1 mg/m/IV dan Cyclophosphamide 600 mg/m/IV.
Diberikan pada hari 1 dan hari ke 3 dengan interval 1 minggu, bila penekanan sum-sum
tulang sudah pulih
2. Untuk risiko tinggi
Kombinasi: Vincristine 1 mg/m/IV dan Cyclophosphamide 600 mg/m/IV.
Diberikan pada hari 1 dan hari ke-3 dengan interval 1 minggu bila penekanan sum-sum
tulang sudah pulih
Pemantauan penderita stadium II dan III sama dengan penderita stadium I
Stadium IV
Semua penderita stadium IV diberi kemoterapi kombinasi sama dengan yang tergolong
risiko tinggi.
Pemantauan penderita stadium IV berupa:

1. Pemeriksaan kadar hCG setiap sampai mencapai kadar normal 3 minggu berturut-turut.
2. Pemeriksaan kadar hCG dilanjutkan setiap bulan sampai kadar normal 24 bulan berturutturut.
Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan medis yang harus dilakukan pada pasien
dengan penyakit trofoblas ganas:

X.

PENCEGAHAN
Pada kasus risiko tinggi bila jumlah anak yang diinginkan sudah mencukupi supaya

dilakukan histerektomi. Memberikan kemoterapi terhadap kasus-kasus kehamilan ektopik untuk


mencegah penyakit trofoblas.
Bila titer hCG paska mola tidak turun-turun selama 3 minggu berurut-turut atau malah
semakin naik dapat diberikan kemoterapi, kecuali anak sudah cukup dapat dilakukan
histerkstomi.3
XI.

PROGNOSIS
Makin dini diagnosis dibuat dan makin dini pengobatan dimulai makin baik prognosisnya.

Prognosis penyakit trofoblas ganas jenis villosum lebih baik daripada jenis non villosum.
Prognosis memburuk dijumpai pada:
1. Masa laten antara mola dan timbulnya keganasan panjang
2. hCG yang tinggi
3. Pengobatan tidak sempurna

4. Adanya nak sebar pada otak dan hepar


5. Daya tahan tubuh penderita
6. Diagnosis terlambat dibuat dengan akibat terapi terlambat diberikan.
Setelah ditemukannya kemoterapi kasus-kasus PTG risiko rendah 100% dapat bertahan
untuk hidup lebih lama, sedangkan kasus risiko tinggi hanya 30-50% dapat bertahan lebih lama.
XII.

FOLLOW UP
Pasien-pasien penyakit tropoblas ganas dianjurkan mengikuti jadwal berikut. Pasien harus

dievaluasi selajutnya karena adanya risiko kambuh.


1. Pemeriksaan kadar hCG tiap minggu sampai didapatkan negatif dalam 3 minggu.
2. Pemeriksaan kadar hCG tiap bulan sampai didapatkan negatif dalam 12 bulan (non
metastatik atau penyakit dengan metastatik risiko rendah atau dalam 24 bulan (metastasis
risiko tinggi).
3. Kontrasepsi yang efektif
4. Pemeriksaan radiologi atas indikasi (mis: CT thoraks untuk melihat metastasis paru, MRI
kepala untuk melihat metastasis serebral.
XIII. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian

adalah

pendekatan

sistematis

untuk

mengumpulkan

data

dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan yang


dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
3) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluhan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
1) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase
2) Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan

3) Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya


keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
c. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin(Johnson
& Taylor, 2005 : 39).
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa:

Nyeri

berhubungan

dengan

lesi

karena

metastasis.

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang.


Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas normal (90-130/60-90mmHg, RR: 16-20x/menit, T:36,5-37,5,
HR: 60-100x/menit).
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu


menentukan intervensi yang tepat.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
Rasional: perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Beri posisi yang nyaman.
Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri
tidat dapat dipersepsikan.
2. Diagnosa: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
Tujuan: klien akan menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat setelah
dilakukan tindakan keerawatan selama 3x24 jam.
Kriteria hasil:-klien melaporkan badannya tidak lemas, anemis (-), CRT<2detik,
sianosis (-), akral hangat, Hb (11-15g/dL), TTV dalam batas normal (TD:90-130/6090mmHg, RR: 16-20x/menit, T:36,5-37,5, HR: 60-100x/menit).
Intervensi:
a. Monitor Tanda Vital: Mengumpulkan dan menganalisis sistem kardiovaskuler,
pernafasan dan suhu untuk menentukan dan mencegah komplikasi
R: TTV merupakan indikator utama yang dapat diketahui ketika terjadi perubahan
perfusi jaringan.
Aktifitas:
1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam atau sesuai indikasi
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
5. Monitor sianosis perifer
b. Monitor status neurologi
R: perubahan status neurologi merupakan tanda gejala yang dapat muncul
ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan perdarahan.
Aktifitas:
1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien

3. Monitor tingkat orientasi


4. Monitor GCS
5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan
6. Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi pasien
c. Monitor keseimbangan cairan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.
Aktifitas:
1. Mencatat intake dan output cairan
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, mata cekung, dll)
3. Monitor status nutrisi
4. Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek darah dengan identitas
pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)
5. Awasi pemberian komponen darah/transfuse
6. Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
7. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka trombosit)

3. Diagnosa

:kecemasan

berhubungan

dengan

perubahan

status

kesehatan.

Tujuan
:klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.
Kriteria hasil:
- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi
kecemasan.
3) Mendengarkan keluhan klien dengan empati.
Rasional: dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan
merasa diperhatikan.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan.
Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
5) Beri dorongan spiritual/support.
Rasional: menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suheimi K. Laporan kasus ginekologi onkologi. [online]. 2015 Mar 03 [cited 2008 Oct 27];
[8 screens]. Available from: URL: http://ksuheimi.blogspot.com/2008/07/laporan-kasusginekologi-onkologi.html
2. Nguyen CP, Bristow R. Gestational trophoblastic disease. In: Bankowski BJ, Hearne AE,
Lambrou NC, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins manual of gynecology and
obstetrics. 2nd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 2008. p. 577-89.
3. Soekimin. Penyakit tropoblas ganas. [online]. 2005 [cited 2015 Mar 03]; [6 screens].
Available from: URL: http://www.usu-repository.com/penyakit-tropoblas-ganas.pdf.
4. Hernandez E. Gestational Trophoblastic Neoplasia. [online]. 2015 Mar 03 [cited 2008 Oct
27]; [15 screens]. Available from: URL:
trophoblastic-neoplasia.html.

http://www.eMedecine.com/gestational-

5. Suheimi K. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. [online]. 2015 Mar 03
[cited

2015

Mar

03];

[8

screens].

Available

from:

URL:

http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/penyakit-serta-kelainan-plasenta.html.
6. Penyakit tropoblas gestasional. [online]. 2008 [cited 2015 Mar 03]; [6 screens]. Available
from: URL: http://www.indocancer.com/penyakit-tropoblas-gestasional.html.
7. Rich WM. Gestational trophoblastic disease. [online]. 2008 [2015 Mar 03]; [4 screens].
Available from: URL: http://www.gyncancer.com/gest.html.
8. Barkowitz RS, Goldstein DP. Gestational trophoblastic neoplasia. In: Berek JS, Hacker NF,
editors. Practical gynecology oncology. 3nd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers; 2007. p. 780-810..
9. Stenchever MA, Droegenmueller W, Arthur H, Mishell DR, Herbst AL, editors.
Comprehensive gynecology. 4nd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers;
2012. p. 1046-61..
10. Barkowitz RS, Goldstein DP. Gestational trophoblastic neoplasia. In: Berek JS, editors.
Novaks gynecology. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 2009. p.
1536-60.
11. Budi A, Djuanna A. Penyakit tropoblas ganas. Ujung Pandang: SMF Obstetri dan
Ginekologi FKUH; 2009. p. 254-7.

Das könnte Ihnen auch gefallen