Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Kartika Purnamasari
102012159
C4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat
Email: ikha_aphl@yahoo.co.id
Pendahuluan
Artritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan terbesar di seluruh
dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstraselular. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi artritis gout akut, akumulasi kristal
pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu asam urat yang jarang adalah kegagalan ginjal
(gout nefropati).1 Penyakit gout berhubungan dengan gangguan metabolisme purin yang
menimbulkan hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah melebihi 7,5 mg/dl. Namun,
hiperurisemia atau keadaan meningginya urat dalam darah sendiri tidak selalu disertai
penyakit gout.2
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu teknik wawancara terhadap pasien disertai dengan empati.
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat obstetri, dan ginekologi, riwayat penyakit keluarga, anamnesis
susunan sistem dan anamnesis pribadi.3
Identitas meliputi nama lengkap, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang
tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa
dan agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien
pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Riwayat penyakit sekarang atau riwayat perjalanan
penyakit adalah cerita kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah
diderita dengan penyakitnya sekarang. Anamnesis susunan sistem bertujuan mengumpulkan
data-data positif dan negatif yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien
berdasarkan alat tubuh yang sakit. Riwayat penyakit dalam keluarga penting untuk mencari
kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.3
Didalam skenario, anamnesis dapat dilakukan secara auto-anamnesis karena keadaan
pasien memungkinkan untuk memberikan keterangan. Beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan kepada pendamping pasien:4
1. Pasien akan datang dengan keluhan sendi kemerahan disertai nyeri akut seringkali
pada ibu jari kaki.
2. Berjalan mungkin sulit karena nyeri atau bahkan jika seprai menyentuk kaki.
3. Episode biasanya berlangsung mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pemeriksaan LED, hitung leukosit dan CRP. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk
mendeteksi apakah terjadi inflamasi pada pasien tersebut. Reaksi inflamasi akan
terjadi pada penderita gout pada fase akut. Biasanya pada penderita gout mengalami
leukositosis dan terjadi peningkatan laju endap darah (LED).5
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto polos. Pemeriksaan foto polos ini digunakan karena memberikan
hasil yang cukup spesifik dengan biaya yang cukup terjangkau. Pemeriksaaan radiologi ini
hanya dapat dilaksanakan pada pasien gout interkritikal. Pada pasien awal tidak dapat
dilakukan pemeriksaan karena pasti akan mendapatkan hasil normal. Hal ini disebabkan
karena belum terbentuknya kristal urat yang akan memberikan gambaran radiopak.5
Perubahan yang radiografis pada penyakit gout ditemukan pada sekitar 50% pasien.
Dimana sebagian besar pasien menunjukan kelainan pada sendi metatarsophalangeal yang
pertama yaitu sekitar 60% pasien. Selain dari sendi itu, lokasi lain yang sering terjadi radang
gout antara lain jari kaki, mata kaki, tangan, dan bursa olecranon.5
Perubahan tersebut terjadi diluar dari sendi yang terserang atau pada daerah juxtaartricular dan didefinisikan sebagai punched-out lytic lesion dan lama kelamaan akan
menjadi bertambah besar. Pertambahan besar lesi ini sangat dipengaruhi oleh pola diet pasien.
Pada sebagian kasus sering terjadi patah tulang. Untuk penyakit gout yang kronis
memberikan gambaran erosi tulang berupa lubang yang ireguler didekat namun biasanya
tidak mengenai batas artikular. Bisa tampak tofi jika timbul kalsifikasi. Kalsifikasi dan
deformitas sendi terjadi apabila penyempitan sendi tersebut dibiarkan. Pada sebagian kasus
dapat juga diketemukan penyakit degeneratif yang terdapat pada sendi metatarsophalangeal.
Pada penyakit yang akut biasanya diketemukan inflamasi asimetris, artritis erosif yang
kadang-kadang disertai nodul jaringan lunak. Perubahan osteoartritis sering ditemukan pada
sendi dengan gout. Batu ginjal asam urat bersifat radiolusen.5
Gambar 1. Perubahan
metabolisme purin (asam nukleat) tubuh, yang sebagian kecil berasal dari makanan. Sebagian
besar asam urat diekskresikan oleh ginjal. Dalam darah, sebagian besar asam urat dalam
bentuk monosodium urat. Pada penderita gout, konsentrasi monosodium urat dapat sangat
tinggi, dalam bentuk campuran yang sangat jenuh, sehingga beresiko terjadinya deposit
kristal urat pada jaringan yang menyebabkan tofi (nodul subkutan akibat deposit kristal urat),
sinovitis dan artritis, dan penyakit ginjal dan kalkuli.8
Etiologi
Penyebab gout adalah multifaktor. Ada komponen genetik, tetapi bekerjanya faktor
lain penyebab penyakit gout ini dimasukkan kedalam kelainan yang didapat. Faktor etiologi
ialah:8
Jenis kelamin (pria>wanita)
Riwayat keluarga
Diet (daging, alkohol)
Keadaan sosio-ekonomi (tinggi>rendah)
Kehamilan
Perempuan yang kadar asam urat normal, kadar asam urat biasanya turun sampai
umur kehamilan 24 minggu. Kemudian kembali naik sampai normal setelah 12 minggu
setelah melahirkan. Kadar asam urat tinggi bila perempuan tersebut menderita keracunan
kehamilan (preeklamsia dan toksemia). Agaknya hal ini berhubungan dengan menurunnya
klearens ginjal terhadap asam urat.10
Ukuran tubuh (besar>kecil)
Selama ratusan tahun sudah banyak ahli yang mengemukakan bahwa obesitas
berhubungan dengan penyakit gout. Juga dilaporkan penderita dengan asam urat tinggi
(hiperurikemia) yang berhubungan dengan obesitas adalah sebanyak 3,4% pada penduduk
dengan berat badan 20 presentil diatas rata-rata, dan 5,7% pada penduduk yang berat
badannya 21-79 presentil. Laporan lain sejalan dengan data tersebut, pada obesitas sering
dijumpai hiperurikemia dan gout, dan penderita hiperurikemia biasanya mempunyai berat
badan 20% lebih berat dari rata-rata penduduk.10
Kadar asam lemak tinggi (hiperlipidemia):10
Trigeliserida tinggi terjadi pada 75-84% penderita gout.
Hiperuricemia terjadi pada 82% penderita yang hiperurikemia.
Penderita gout yang juga peminum alkohol, kadar trigliserida tinggi.
Beberapa faktor ini, tentunya saling mempengaruhi. Gout dapat dibagi dalam gout
primer, karena beberapa kelainan genetik pada metabolisme purin, atau gout sekunder, karena
meningkatnya pembebasan asam nukleat dari jaringan nekrotik atau ekskresi asam urat dalam
urin yang berkurang.8
Epidemiologi
yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian gout, seperti juga
pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian penulis di dapat 21%
pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan temperatur, pH dan kelarutan urat
untuk timbul serangan gout akut. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih
rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal MSU
diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk mengendapkan kristal MSU pada
metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang
pada daerah tersebut.1
Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat dari ruang sinovia
kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi urat dalam
cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari
selanjutnya bila cairan sendi di reabsorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar
urat lokal. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam
hari pada sendi yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat infitro
melalui pembentukan dari protonatet solid phases walaupun kelarutan sodium urat
bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada penurunan pH dari
7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal
untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukan bahwa perubahan pH secara akut
tidak signifikan mempengaruhi pembentukan kristal MSU sendi.1
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada artritis gout terutama gout
akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non psesifik untuk menghindari
kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah :1
Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab.
Mencegah perluasan agen penyebab ke jaringan yang lebih luas.
Peradangan pada artritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu
kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti.
Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator
peradangan akibat aktifasi melalui berbagai jalur, antara lain aktifitas komplemen (C) dan
selular.1
Aktivasi Komplemen
Kristal urat dapat meningkatkan sistem komplemen melalui jalur klasik dan jalur
alternatif. Melalui jalur klasik, terjadi aktifasi komplemen C1 tanpa peran immunoglobulin.
Pada kadar MSU meninggi, aktifitas sistem komplemen melalui jalur alternatif terjadi apabila
jalur klasik terhambat. Aktifitas C1q melalui jalur klasik menyebabkan aktifitas kolikrein dan
berlanjut dengan mengaktifkan Hageman faktor (Faktor XII) yang penting dalam reaksi
kaskade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif, (C3a) merupakan proses opsonisasi.
Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut mudah dikenal
yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh netrofil, monosit, atau makrofag. Aktifitas
komplemen C5 (C5a) menyebabkan peningkatan aktifitas proses kemotaksis sel neutrofil,
vasodilatasi serta pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF. Aktifitas C3a dan C5a menyebabkan
pembentukan membrane attack complex (MAC). Membrane attack complex merupakan
komponen akhir aktivasi komplemen yang berperan dalam ion channel yang bersifat
sitotoksik pada sel patogen maupun sel host. Hal ini membuktikan bahwa melalui jalur
7
Palindromic rheumatisme terjadi peradangan akut satu sendi atau lebih yang terjadi
pada anak usia muda dan usia lanjut. Onset penyakit lebih tiba-tiba dibanding gout.10
Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif atau arthritis hipertrofi yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Paling sering mengenai beberapa tulang penyangga
tubuh seperti vertebrae, panggul, lutut, dan pergelangan kaki. Pasien osteoarthritis
biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan
pada sendi yang terkena. Penyakit ini bersifat kronik-progresif dan prevalensinya
banyak diderita oleh orang usia tua. Secara klinis ditandai dengan nyeri sendi,
hambatan gerakan sendi, kaku sendi setelah imobilitas, krepitasi pada sendi yang
sakit, perbesaran salah satu sendi, serta perubahan gaya berjalan.12
Rheumatoid Arthritis merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit inflamasi kronik
yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformasi sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan
kematian dini. Gejala klinis Rheumatoid Arthritis adalah poliarthritis yang
mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya. Kerusakan ini
terutama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang umumnya bersifat
simetris. Prevalensi Rheumatoid Arthritis 3 kali lebih banyak diderita wanita daripada
pria. Kriteria American Rheumatism Association yang direvisi tahun 1987 untuk
Rheumatoid Arthritis adalah bila pasien sekurang-kurangnya memenuhi 4 kriteria
sebagai berikut: kaku pagi hari; arthritis pada 3 daerah persendian/lebih; arthritis pada
persendian tangan; arthritis simetris; adanya nodul rheumatoid; factor rheumatoid
serum positif; dan ditemukan gambaran erosi pada pemeriksaan radiology.11
Penatalaksanaan
11
12
Penderita obesitas perlu menurunkan berat badan untuk mengurangi keluhan nyeri
sendi.
Kortikosteroid dan ACTH diberikan apabila kolkisin dan NSAID tidak efektif atau
merupakan kontraindikasi. Pemakaian kortikosteroid pada gout dapat diberikan oral
atau parenteral. Indikasi pemberian adalah pada atritis gout akut yang mengenai
banyak sendi (poliartikular). Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna
mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet
rendah purin dan pemakaian obat alopurinol bersama obat urikosurik yang lain.1
Pencegahan
Pasien dengan gout akan memiliki resiko untuk terkena serangan berulang. Untuk
mengurangi resiko serangan maka penderita harus mulai mengatur pola hidup dan pola
makan. Secara umum penanganan atritis gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan.1
Penderita gout hendaknya menghindari makanan yang mengandung tinggi purin,
antara lain:10
Sayur bayam
Kecambah gandum
Kulit ari beras
Makanan dari tepung gandum
Ragi dan produknya
Telur ikan
Beberapa jenis ikan seperti ikan hering sardines dan markerel
Kaldu daging
Daging merah dari sapi, babi, dan domba
Kerang, siput, dan remis
Kesimpulan
Penyakit gout sering menyebabkan pembengkakan pada sendi akibat deposit kristal
asam urat terutama pada metatarsophalangeas-1 yang kemudian menyebabkan timbulnya rasa
nyeri dan panas. Penyakit ini dapat menjadi kronis bila tidak diobati segera dan dapat dicegah
dengan memakan makanan yang rendah purin.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, dll. Artritis Pirai (Gout). Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Internal Publishing;
2009.h.2558-2560.
2. Hartono A. Implementasi nutrisi oral dan diet. Dalam: Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2006.h.178-9.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, dll. Anamnesis, Pemeriksaan fisis, Demensia.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Internal
Publishing; 2009.h.29-31.
4. Gleadle J. Gout dan penyakit Paget. Dalam: At a Glande: Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2007.h.194.
5. Rubenstein, David, Wayne, Bradley J. Penyakit metabolik. Dalam: Kedokteran Klinis.
Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2007.h.212-213.
6. Penyakit-penyakit akibat hiperurisemia. Dalam: Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia,
Arthritis Gout. Edisi ke-1. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2007.h.19-25.
7. Davey P. Penyakit neuromuskular. Dalam: At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Medical Series; 2006.h.376; 378-9.
8. Stringer JL. Analgetik nonnarkotik dan antiinflamasi. Dalam: Konsep Dasar Farmakologi.
Edisi ke-3. EGC. Jakarta: EGC; 2008.h.295-6.
9. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. Tulang, sendi, dan tumor jaringan lunak. Dalam: Buku
Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Contran. Edisi ke-7. Jakarta: EGC;
2008.h.747-8.
10. Yatim F. Penyakit Tulang dan Persendian (Artritis atau Arthralgia). Edisi ke-1. Jakarta:
Pustaka Populer Obor; 2006.h.32-51.
11. Daud R. Artritis reumatoid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2006.h.1184-7.
12. Soeroso J, Isbagio H, Handono H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.1205-8.
14