Sie sind auf Seite 1von 21

METODE TAFSIR TAHLILI DAN IJMALI

DiajukanUntukMemenuhiTugasMata Kuliah
Qawaid at-Tafsir

Dosen Pengasuh:
1. Prof.Dr.H.A.FahmyArief, MA.
2. Dr.H. MiftahurrahmanAlBanjary, MA

Oleh:

Siti Fatimah, S.H.I


NIM. 1402541426

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2015 M/1436 H

METODE TAFSIR TAHLILI DAN IJMALI


A.

Pendahuluan
Alquran adalah sumber ajaran Islam. Untuk memahami Alquran perlu menggunakan metode tafsir, Metode Tafsir merupakan bagian dari
ilmu tafsir1. Menurut para ilmuwan, metode merupakan cara atau jalan (cara ilmiah) untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran kajian ilmu.
Metode yang dalam istilah Arab lazim disebut Ath-thariqah, memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penggalian ilmu, termasuk dalam
kaitan ini adalah ilmu tafsir2.
Terkait dengan metode penafsiran Alquran, ada beberapa jenis metode yang biasa digunakan ulama tafsir. Penafsiran yang lazim
digunakan itu ada yang bersifat meluas-melebar dan global, ada juga yang menafsirkannya melalui studi perbandingan (komparasi). Bahkan, ada
pula menggunakan metode penafsiran alquran sistematis. Sebagian ahli ilmu tafsir, antara lain, Abd al Hayy al-Farmawi, menyebutkan empat jenis
metode (manhaj atau minhaj) penafsiran Alquran yakni metode tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhuiy3.
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar, sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud
menelusurinya satu demi satu. Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan didalam makalah hanya mengambil dua metode tafsir
saja yaitu tahliliy dan ijmaliy.
Dalam pembahasan makalah ini, pemakalah akan mencoba menjelaskan dan menguraikan mulai dari : Pengertian Metode Tahlili dan
Ijmali, langkah-langkah yang ditempuh mufassir dalam menafsirkan dengan Metode Tahlili dan Ijmali ini, Kelebihan dan kekurangan Metode Tahlili
dan Ijmali, serta kitab dan contoh dari masing-masing metode ini.
B. Pembahasan
1. Metode Tahlily
a. Pengertian Metode Tahliliy
Secara harfiah, at-tahlili berarti terlepas atau terurai. Jadi, at-tafsir tahlili ialah metode penafsiran ayat-ayat Alquran melalui pendiskripsian
(menguraikan) makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dengan mengikuti tata-tertib susunan atau urut-urutan surat-surat dan ayat-ayat
alquran yang diikuti oleh sedikit-banyak analisis tentang kandungan ayat4.
Metode tahliliy, atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajziiy, adalah satu metode tafsir yang Mufasirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtunan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum di
dalam mushaf5.
Dengan kata lain Metode Tahlili berarti menjelaskan ayat-ayat AlQuran dengan meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya,
mulai dari uraian makna kosakata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antar pemisah (munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul,
riwayat-riwayat yang berasal dari Nabi SAW, sahabat dan tabiin 6.Serta kadang kala bercampur dengan pendapat para penfasir itu sendiri dengan
diwarnai latar belakang pendidikannya dan sering pula bercampur dengan pembahasan kebahasaan yang dipandang dapat membantu memahami nas
al-Quran7.
Ditinjau dari kecenderungan para penafsir, para ulama membagi corak metode tahliliy kepada tujuh bentuk 8, yaitu :
1.
Tafsir bi al-Matsur
Merupakan salah satu jenis penafsiran yang muncul pertama kali dalam sejarah khazanah intelektual islam. Praktik penafsirannya adalah ayat-ayat
yang terdapat dalam al-Quran al-Karim ditafsirkan dengan ayat-ayat lain, atau dengan riwayat dari Nabi Saw, para sahabat dan juga dari tabiin.
namun ada sebagian ulama menggolongkan qaul tabiin ini sebagai bagian dari riwayat sedangkan yang lainnya mengkategorikannya kepada al-ray
saja.
Diantara kitab-kitab tafsir yang disusun berdasarkan metode ini adalah

Jami al-Bayan fi Tafsir al-Quranbuah karya Ibn Jarir al-Thabari.

Tafsir al-Quran al-AzhimkaryaIbnu Katsir


2.
Tafsir bi al-Rayi
adalah penafsiran alquran dengan ijtihad dan penalaran. Namun tidak semata-mata didasari pada penalaran akal dengan mengabaikan sumber
riwayat secara mutlak. Dalam konteks ini, penafsiran bersifat lebih selektif terhadap riwayat. Sehingga secara kuantitas porsi riwayat didalam
tafsirnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kadar ijtihad.
Ada sejumlah kualifikasi yang dibuat ulama sehubungan dengan penafsiran Al-Quran dengan metode ini. Persyaratan-persyaratan tersebut secara
umum terdiri atas dua aspek yakni
a.
Segi intelektualitas
Penafsir diharuskan benar-benar memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa arab yang mencakup gramatika dan sastra,
ilmu ushuluddin, hukum, hadis dan ilmu-ilmu alquran lainnya.
b.
Segi moral
Penafsir diharuskan memiliki aspek mental dan moral terpuji, jujur, ikhlas, loyal dan bertanggungjawab serta terhindar dari pengaruh hawa nafsu
duniawi dan kecenderungan terhadap aliran madzhab tertentu.
Diantara kitab-kitab tafsir yang mengikuti metode ini adalah

Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi.

Anwar al-Tanzil wa Asrar al Tawil karya Al-Baidhawi.

Madarrik at-Tanzil wa Haqaiq al-Tanwil karya ustad Mahmud al-Nasafy9.


3.
Tafsir al-Shufi
Yaitu suatu metode penafsiran Al-Quran yang lebih menitikberatkan pada makna batin dan bersifat alegoris. Penafsir yang mengikuti
kecenderungan ini biasanya berasal dari kaum sufi yang lebih mementingkan persoalan-persoalan moral batin dibandingkan masalah zahir dan
nyata.Penafsiran yang dilakukan oleh para sufi pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik.Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami
kecuali orang-orang sufi dan yang melatih diri untuk menghayati ajaran tasawuf 10.
Terdapat dua arah dalam menafsirkan al-Quran
1

Drs. Ahmad Izzan.Metodologi Ilmu Tafsir,(Bandung: Tafakur,2011),h.102.


Ibid, h.103.
Ibid.
4
Ibid.
5
Dr. Rohimin, M.Ag. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),h.68.
6
DR. Rosihon Anwar,M.Ag.Ilmu Tafsir, (Bandung :CV Pustaka Setia,2005),h.159
7
Dr.Rohimin,M.Ag,op.cit,h.67-68.
8
M.Alfatih Suryadilaga,dkk.Metodologi Ilmu Tafsir,(Yogyakarta:Teras,2010),h.42-45.
9
Dr.Rohimin,M.Ag,op.cit,h.71.
2
3

10

Ibid,h. 71-72.

a.

Tasawuf teoritis (al-tasawufun nadhary)


Aliran ini mencoba meneliti dan mengkaji al-Quran berdasarkan teori-teori mazhab dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Sehingga
tampak berlebihan dan keluar dari dhahir yang dimaksudkan syara dan didukung oleh kajian bahasa.
Penafsiran demikian ditolak dan sedikit jumlahnya. Tidak pernah ada karya yang lahir dari aliran ini.Hanya karya-karya penafsiran ayat-ayat
al-quran secara acak yang dinisbatkan kepada ibnu Arabi yang bernama kitab al-Futuhat al Makkiyah dan al-Fushush.
b. Tasawuf Praktis (al Taswu al Amaly)
Tasawuf yang mempraktikkan gaya hidup sengsara, zuhud dan meleburkan diri dalam ketaatan kepada Allah. Para tokoh aliran ini
menamakan tafsir mereka dengan al Tafsir al-Isyari yaitu mentawilkan ayat-ayat, berbeda dengan arti dhahirnya berdasarkan isyarat-isyarat
tersembunyi yang hanya tampak jelas oleh para pemimpin suluk, namun tetap dapat dikompromikan dengan arti dhahir yang dimaksudkan.
Diantara kitab-kitab tafsir yang mengikuti corak ini adalah

Tafsir al-Quran al-Karim oleh Tusturi.

Haqaiq al-Tafsir karya al-Salami.


4.
Tafsir al-fiqhi
Yakni salah satu corak tafsir yang pembahasannya berorientasikan pada persoalan-persoalan hukum islam, sebagian diantaranya memang disusun
untuk membela suatu mazhab fiqih tertentu atau untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran madzabnya.
Diantara kitab-kitab tafsir yang termasuk ke dalam kategori ini adalah

Ahkam al-Quran oleh Jashash.

Al-Jamili Ahkam al-Quran karya Qurthubi.


5.
Tafsir al-falsafi
Cara penafsiran ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan teori-teori filsafat. Diantara kitab tafsir yang ditulis berdasarkan corak ini adalah kitab
Tafsir Mafatih al-Ghaib karya al-Fakr al-Razi11.
6.
Tafsir al-Ilmi
Aliran Tafsir ini mencoba menafsirkan ayat-ayat kawniyah yang terdapat dalam al-Quran, dengan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan
modern yang timbul pada masa sekarang12. Tafsir jenis ini berkembang pesat setelah kemajuan peradaban di dunia islam.
Kitab tafsir yang mengikuti metode ini tidaklah begitu banyak, diantaranya adalah Al-Islam Yatahaadda karangan al-Allamah Wahid al-Din Khan.
7.
Tafsir al-Adab al ijtimai
Adalah salah satu corak penafsiran al-Quran yang cenderung kepada persoalan sosial kemasyarakatan dan mengutamakan keindahan gaya bahasa
serta lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan yang sedang berlangsung.
Kitab tafsir yang mengikuti metode ini adalah

Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Tafsirul Maraghi karya al Maraghy13.


b. Langkah-langkah Metode Tafsir Tahlili.
Metode tahlili digunakan oleh penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran dilakukan dengan menempuh cara sebagai berikut 14:
1. Menyebutkan sejumlah ayat pada awal pembahasan.
2. Menjelaskan arti kata-kata yang sulit.
3. Memberikan garis besar maksud beberapa ayat.
4. Menerangkan konteks ayat.
5. Menerangkan sebab-sebab turunayat.
6. Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari Nabi dan Sahabat atau tabiin.
7. Memahami disiplin ilmu tertentu.
c. Kelebihan dan kekurangan Metode Tafsir Tahlili
Sebagai sebuah metode yang bersifat nisbi karena hasil karya-karya manusia, metode Tafsir tahlili tidak bisa terlepas dari kekurangan, Diantara
kelebihan dan kekurangan metode tahlili ini adalah 15:
Kelebihan Metode Tafsir Tahlili
a. Ruang lingkup yang luas.
b. Memuat berbagai ide.
Kekurangan Metode Tafsir Tahlili
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran parsial.
b. Melahirkan penafsiran subjektif.
c. Masuk pemikiran israiliat.
d. Kitab-kitab dan Contoh Tafsir Tahlili
Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah16:
1. Jami al-Bayan an Tawil Ayi al-Quran karya besar Ibn Jarir ath-Thabari
2. Tafsir al-Quran al-Azhimkarya al-Hafizh Imad al-Din Abi al-Fida Ismail bin Katsir al-Quraisyi al-Simasyqi.
3. Bahr al-Ulum karya Nashr bin Muhammad bin Ahmad Abu al-Laits as-Samarqandhi
4. Ad-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Matsur karya Jalal al-Din as-Suyuthi.
5. Adhwa al-Bayan fi Idhah al-Quran bi al-Quran susunan Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar al-jakani asy-Syanqithi.
6. Al-Kasyf wa al-Bayan an Tafsir al-Quran karangan Abi Ishaq.
7. At-Tafsir al-Quran li al-Quran karya Abd al-Karim al-Khatib.
8. Al-Mizan fi Tafsir al-Quran karya al-Allamah al Sayyid Muhammad Husayn al-Thabathabai.
9. Majma al Bayan fi Tafsir al-Quran karya Syekh Abu Ali al-Fadhl bin al-hasan ath-Thabarsi.
Untuk lebih mudah mengenal metode tahlili ini,berikut dikemukakan contohnya dalam bentuk al- matsur dan al-ray17

11

Ibid,h.73.
Ibid.
13
Ibid,h.74.
14
Ibid,h.68-69.
15
Dr.Nashruddin Baidan.Metodologi Penafsiran Al-Quran,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000),h.53-62.
16
Drs. Ahmad Izzan.op.cit.h.104.
17
Dr.Nashruddin Baidan.op.cit.h.33-53.
12

115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
Penafsiran dalam bentuk al- matsur
Yang di maksud oleh Allah dengan firman-Nya

Ialah Allah berwenang penuh atas pemilikan dan pengaturan keduanya seperti dikatakan : rumah ini kepunyaan si pulan artinya, dia
berwenang penuh atas pemilikan rumah itu. Dengan demikian bermakna bahwa keduanya milik dan makhluk-Nya. Kata al-masyriqu sama
artinya dengan mathlai yakni menunjuk kepada tempat terbit matahari"
Menurut ulama lain, ayat ini turun kepada nabi saw sebagai dispensasi dari Allah tentang kebolehan menghadap ke mana saja dalam shalat
sunnat ketika sedang dalam perjalanan, ketika perang, disaat ketakutan atau menemui kesukaran dalam shalat wajib. Dengan demikian,
diberitahukan kepada nabi saw bahwa ke mana saja mereka menghadap maka disitu ada Allah.
Mufasir menjelaskan penafsiran ayat 115 dari al-baqarah dengan mengemukakan berbagai riwayat dan pendapat para ulama.Begitu pula
dijelaskannya latar belakang turun ayat (asbab al-nuzul), juga tak ketinggalan penjelasan tentang kosakata yang terdapat di dalamnya.
Selain itu ia juga menggunakan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan ayat tersebut.
Penafsiran dalam bentuk al-ray
Ayat tersebut diatas bermakna kebolehan melakukan sembahyang ditempat mana saja di muka bumi ini,tidak terikat pada suatu masjid
tertentu dan tidak pula yang lain karena Allah ingin memberikan kelonggaran dan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dan Allah Maha
Tahu tentang kemaslahatan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya.
Ada yang berpendapat kebolehan menghadap ke arah mana saja itu adalah dalam berdoa, bukan dalam sholat.
Bahwa al-Penafsiran dalam bentuk ini dimulai dengan mengemukakan pemikiran rasional, kemudian didukung dengan firman Allah,
setelah itu mengemukakan riwayat atau pendapat ulama. Dengan kata lain, kalau ada riwayat yang menjelaskan tentang hal itu, maka
dipakainya, tapi jika tidak ada riwayat tersebut, tetap melakukan penafsiran.
2. Metode Tafsir Ijmali
a.
Pengertian Metode Tafsir ijmali
Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlah. Jadi tafsir al-ijmali ialah penafsiran Alquran dengan cara
mengemukakan isi dan kandungan Alquran melalui pembahasan yang panjang dan luas, tidak secara rinci 18.
Dengan kata lain yaitu menafsirkan Al-Quran secara global. Dengan metode ini mufassir berupaya menjelaskan makna-makna Al-Quran
dengan uraian singkat dan mudah sehingga dipahami oleh orang yang berpengetahuan sekedarnya sampai orang yang berpengetahuan luas19.
b.
Langkah-langkah Metode Tafsir Ijmali20.
1.
Menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang
dikehendaki.
2.
Dalam uraiannya penafsir membahas secara runtut berdasarkan urutan mushaf.
3.
Kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut.
4.
Dalam penyampaiannya, menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana serta memberikan idiom, bahkan sama dengan bahasa al-Quran.
Sehingga pembacanya merasakan seolah-olah al-Quran sendiri yang berbicara dengannya.
c.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Ijmali21.
Sama seperti metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali ini juga memiliki kelebihan atau keistimewaan maupun kekurangan dalam
menafsirkan Alquran. Dan diantara kelebihan dan kekurangannya adalah :
Kelebihan atau keistimewaan metode tafsir ijmali
a. Praktis dan mudah dipahami.
b. Bebas dari penafsiran israiliat.
c. Akrab dengan bahasa Al-Quran
Kekurangan metode ijmali
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial.
b. Tak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang memadai.
d.
Kitab-kitab dan Contoh Tafsir Ijmaly
Cukup banyak terdapat kitab-kitab tafsir yang mengikuti metode ini, diantaranya 22
1. Tafsir al-Quran al-Karim karangan Muhammad Farid Wajdi.
2. Tafsir al-Wasith terbitan Majmaal-Buhuts al-Islamiyyat.
3. Tafsir al-Jalalain karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahali.
4. Taj al-Tafsir karangan Muhammad Utsman al-Mirghani.
Contoh dalam penafsiran ijmali ini dapat kita lihat pada tafsir al-Jalalain karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahali ketika menafsirkan
surat al Baqarah ayat 1 dan 2sebagai berikut :
1.

Alif lam mim, Allah yang lebih mengetahui maksud dari ().

2.

() itu artinya kitab yang dibacakan oleh Muhammad ini tidak ada keraguan (syak) didalamnya, bahwa kitab itu datang dari
Allah.
Kalimat negatif

berfungsi sebagai predikat, dan subyeknya ialah (). Lafal ( )ini memberi isyarat akan keagungan kitab suci itu.

18

Drs. Ahmad Izzan.op.cit.h.105.


DR. Rosihon Anwar,M.Ag.op.cit.h.159.
M.Alfatih Suryadilaga,dkk.op.cit.h.45-46.
21
Dr.Nashruddin Baidan.op.cit.h.21-27.
22
Ibid h.13.
19
20


Yang berfungsi sebagai predikat kedua bagi ( )mengandung arti pemberi petunjuk

(bagi orang-orang yang takwa) yang selalu bertakwa dengan mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya
Penafsiran seperti diatas tampak kepada kita sangat singkat dan global sehingga tidak ditemui rincian atau penjelasan yang memadai.
C. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dalam berbagai tingkatan dan strata sosial.Perbedaan semacam ini juga terlihat pada tingkat-tingkat kecerdasan
dan daya nalar manusia.Al-Quran sebagai pedoman hidup perlu kita ketahui dan pahami dengan baik agar petunjuk-petunjuk yang terkandung di
dalamnya dapat berfungsi secara efektif untuk mengarahkan kehidupan kita ke jalan yang benar.Untuk memahami al-Quran secara baik dan benar
diperlukan penafsiran yang tepat.Untuk maksud ini perlu penguasaan metodologi tafsir secara baik pula.
Dalam penafsiran Al-Quran, jika ingin menjelaskan kandungan firman Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqh,
teologi, filsafat, sain, dan sebagainya, maka disini metode tahlili lebih berperan dan lebih dapat diandalkan daripada metode-metode yang lain.
Namun bagi para pemula atau mereka yang tidak membutuhkan uraian yang detail tentang pemahaman suatu ayat, maka tafsir yang
menggunakan metode ijmali atau global sangat membantu dan tepat sekali untuk digunakan karena uraian di dalam tafsir ini sangat ringkas dan tidak
berbelit-belit.
D. Daftar Pustaka
Alfatih, Suryadilaga, M, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Teras,2010).
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, (Bandung:CV. Pustaka Setia,2005)
Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2000).
Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung:Tafakur,2011).
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir Dan Aplikasi Model Penafsiran. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007).

BAB I
PENDAHULUAN

Alquran adalah sumber ajaran Islam. Untuk memahami Alquran perlu


menggunakan metode tafsir, Metode Tafsir merupakan bagian dari ilmu tafsir 1.
Menurut para ilmuwan, metode merupakan cara atau jalan (cara ilmiah) untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran kajian ilmu. Metode yang dalam
istilah Arab lazim disebut Ath-thariqah, memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses penggalian ilmu, termasuk dalam kaitan ini adalah ilmu tafsir2.
Terkait dengan metode penafsiran Alquran, ada beberapa jenis metode
yang biasa digunakan ulama tafsir. Penafsiran yang lazim digunakan itu ada yang
bersifat meluas-melebar dan global, ada juga yang menafsirkannya melalui studi
perbandingan (komparasi). Bahkan, ada pula menggunakan metode penafsiran
alquran sistematis. Sebagian ahli ilmu tafsir, antara lain, Abd al Hayy al-Farmawi,
menyebutkan empat jenis metode (manhaj atau minhaj) penafsiran Alquran yakni
metode tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhuiy3.
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar,
sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusurinya
satu demi satu. Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan
didalam makalah hanya mengambil dua metode tafsir saja yaitu tahliliy dan
ijmaliy.

Drs. Ahmad Izzan.Metodologi Ilmu Tafsir,(Bandung: Tafakur,2011),h.102.


Ibid, h.103.
3
Ibid.
2

Dalam pembahasan makalah ini, pemakalah akan mencoba menjelaskan


dan menguraikan mulai dari : Pengertian Metode Tahlili dan Ijmali, langkahlangkah yang ditempuh mufassir dalam menafsirkan dengan Metode Tahlili dan
Ijmali ini, Kelebihan dan kekurangan Metode Tahlili dan Ijmali, serta kitab dan
contoh dari masing-masing metode ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. MetodeTahlili
a. Pengertian Metode Tahlili
Secara harfiah, at-tahlili berarti terlepas atau terurai. Jadi, at-tafsir tahlili
ialah metode penafsiran ayat-ayat Alquran melalui pendiskripsian (menguraikan)
makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dengan mengikuti tata-tertib
susunan atau urut-urutan surat-surat dan ayat-ayat alquran yang diikuti oleh
sedikit-banyak analisis tentang kandungan ayat4.
Metode tahliliy,atauyang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode
tajziiy,adalah satu metode tafsir yang Mufasirnya berusaha menjelaskan
kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan
runtunan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum di dalam mushaf5.
Dengan kata lain Metode Tahlili berarti menjelaskan ayat-ayat AlQuran
dengan meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya, mulai dari uraian
makna kosakata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antar pemisah
(munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul, riwayat-riwayat yang berasal dari
Nabi SAW, sahabat dan tabiin 6.Serta kadang kala bercampur dengan pendapat
para penfasir itu sendiri dengan diwarnai latar belakang pendidikannya dan sering

Ibid.
Dr. Rohimin, M.Ag. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2007),h.68.
6
DR. Rosihon Anwar,M.Ag.Ilmu Tafsir, (Bandung :CV Pustaka Setia,2005),h.159
5

pula bercampur dengan pembahasan kebahasaan yang dipandang dapat membantu


memahami nas al-Quran7.
Ditinjau dari kecenderungan para penafsir, para ulama membagi corak
metode tahliliy kepada tujuh bentuk 8, yaitu :
1.

Tafsir bi al-Matsur
Merupakan salah satu jenis penafsiran yang muncul pertama kali dalam sejarah
khazanah intelektual islam. Praktik penafsirannya adalah ayat-ayat yang
terdapat dalam al-Quran al-Karim ditafsirkan dengan ayat-ayat lain, atau dengan
riwayat dari Nabi Saw, para sahabat dan juga dari tabiin. namun ada sebagian
ulama menggolongkan qaul tabiin ini sebagai bagian dari riwayat sedangkan
yang lainnya mengkategorikannya kepada al-ray saja.
Diantara kitab-kitab tafsir yang disusun berdasarkan metode ini adalah

2.

Jami al-Bayan fi Tafsir al-Quranbuah karya Ibn Jarir al-Thabari.

Tafsir al-Quran al-AzhimkaryaIbnu Katsir

Tafsir bi al-Rayi
adalah penafsiran alquran dengan ijtihad dan penalaran. Namun tidak sematamata didasari pada penalaran akal dengan mengabaikan sumber riwayat secara
mutlak. Dalam konteks ini, penafsiran bersifat lebih selektif terhadap riwayat.
Sehingga secara kuantitas porsi riwayat didalam tafsirnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan kadar ijtihad.

Dr.Rohimin,M.Ag,op.cit,h.67-68.
M.Alfatih Suryadilaga,dkk.Metodologi Ilmu Tafsir,(Yogyakarta:Teras,2010),h.42-45.

Ada sejumlah kualifikasi yang dibuat ulama sehubungan dengan penafsiran AlQuran dengan metode ini. Persyaratan-persyaratan tersebut secara umum terdiri
atas dua aspek yakni
a.

Segi intelektualitas

Penafsir diharuskan benar-benar memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan


mulai dari ilmu bahasa arab yang mencakup gramatika dan sastra, ilmu
ushuluddin, hukum, hadis dan ilmu-ilmu alquran lainnya.
b.

Segi moral

Penafsir diharuskan memiliki aspek mental dan moral terpuji, jujur, ikhlas, loyal
dan bertanggungjawab serta terhindar dari pengaruh hawa nafsu duniawi dan
kecenderungan terhadap aliran madzhab tertentu.
Diantara kitab-kitab tafsir yang mengikuti metode ini adalah
Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi.

Anwar al-Tanzil wa Asrar al Tawil karya Al-Baidhawi.

Madarrik at-Tanzil wa Haqaiq al-Tanwil karya ustad Mahmud al-Nasafy9.

3.

Tafsir al-Shufi
Yaitu suatu metode penafsiran Al-Quran yang lebih menitikberatkan pada
makna batin dan bersifat alegoris. Penafsir yang mengikuti kecenderungan ini
biasanya berasal dari kaum sufi yang lebih mementingkan persoalan-persoalan
moral batin dibandingkan masalah zahir dan nyata.Penafsiran yang dilakukan
oleh para sufi pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik.Ungkapan-

Dr.Rohimin,M.Ag,op.cit,h.71.

ungkapan tersebut tidak dapat dipahami kecuali orang-orang sufi dan yang
melatih diri untuk menghayati ajaran tasawuf10.
Terdapat dua arah dalam menafsirkan al-Quran
a. Tasawuf teoritis (al-tasawufun nadhary)
Aliran ini mencoba meneliti dan mengkaji al-Quran berdasarkan teori-teori
mazhab dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Sehingga tampak
berlebihan dan keluar dari dhahir yang dimaksudkan syara dan didukung
oleh kajian bahasa.
Penafsiran demikian ditolak dan sedikit jumlahnya. Tidak pernah ada karya
yang lahir dari aliran ini.Hanya karya-karya penafsiran ayat-ayat al-quran
secara acak yang dinisbatkan kepada ibnu Arabi yang bernama kitab alFutuhat al Makkiyah dan al-Fushush.
b. Tasawuf Praktis (al Taswu al Amaly)
Tasawuf yang mempraktikkan gaya hidup sengsara, zuhud dan meleburkan
diri dalam ketaatan kepada Allah. Para tokoh aliran ini menamakan tafsir
mereka dengan al Tafsir al-Isyari yaitu mentawilkan ayat-ayat, berbeda
dengan arti dhahirnya berdasarkan isyarat-isyarat tersembunyi yang hanya
tampak jelas oleh para pemimpin suluk, namun tetap dapat dikompromikan
dengan arti dhahir yang dimaksudkan.
Diantara kitab-kitab tafsir yang mengikuti corak ini adalah

10

Tafsir al-Quran al-Karim oleh Tusturi.

Haqaiq al-Tafsir karya al-Salami.

Ibid,h. 71-72.

4.

Tafsir al-fiqhi
Yakni salah satu corak tafsir yang pembahasannya berorientasikan pada
persoalan-persoalan hukum islam, sebagian diantaranya memang disusun untuk
membela suatu mazhab fiqih tertentu atau untuk dapat dijadikan sebagai dalil
atas kebenaran madzabnya.
Diantara kitab-kitab tafsir yang termasuk ke dalam kategori ini adalah
Ahkam al-Quran oleh Jashash.

Al-Jamili Ahkam al-Quran karya Qurthubi.

5.

Tafsir al-falsafi
Cara penafsiran ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan teori-teori filsafat.
Diantara kitab tafsir yang ditulis berdasarkan corak ini adalah kitab Tafsir
Mafatih al-Ghaib karya al-Fakr al-Razi11.

6.

Tafsir al-Ilmi
Aliran Tafsir ini mencoba menafsirkan ayat-ayat kawniyah yang terdapat dalam
al-Quran, dengan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang
timbul pada masa sekarang12. Tafsir jenis ini berkembang pesat setelah
kemajuan peradaban di dunia islam.
Kitab tafsir yang mengikuti metode ini tidaklah begitu banyak, diantaranya
adalah Al-Islam Yatahaadda karangan al-Allamah Wahid al-Din Khan.
Tafsir al-Adab al ijtimai

7.

Adalah salah satu corak penafsiran al-Quran yang cenderung kepada persoalan
sosial kemasyarakatan dan mengutamakan keindahan gaya bahasa serta lebih
11
12

Ibid,h.73.
Ibid.

banyak mengungkapkan hal-hal yang ada kaitannya dengan perkembangan


kebudayaan yang sedang berlangsung.
Kitab tafsir yang mengikuti metode ini adalah

Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Tafsirul Maraghi karya al Maraghy13.

b. Langkah-langkah Metode Tafsir Tahlili.


Metode tahlili digunakan oleh penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat alQuran dilakukan dengan menempuh cara sebagai berikut 14:
1. Menyebutkan sejumlah ayat pada awal pembahasan.
2. Menjelaskan arti kata-kata yang sulit.
3. Memberikan garis besar maksud beberapa ayat.
4. Menerangkan konteks ayat.
5. Menerangkan sebab-sebab turunayat.
6. Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari Nabi dan Sahabat
atau tabiin.
7. Memahami disiplin ilmu tertentu.
c. Kelebihan dan kekurangan Metode Tafsir Tahlili
Sebagai sebuah metode yang bersifat nisbi karena hasil karya-karya manusia,
metode Tafsir tahlili tidak bisa terlepas dari kekurangan, Diantara kelebihan dan
kekurangan metode tahlili ini adalah 15:
Kelebihan Metode Tafsir Tahlili

13

Ibid,h.74.
Ibid,h.68-69.
15
Dr.NashruddinBaidan.Metodologi Penafsiran AlQuran,(Yogyakarta:PustakaPelajar,2000),h.53-62.
14

a. Ruang lingkup yang luas.


b. Memuat berbagai ide.
Kekurangan Metode Tafsir Tahlili
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran parsial.
b. Melahirkan penafsiran subjektif.
c. Masuk pemikiran israiliat.
d. Kitab-kitab dan Contoh Tafsir Tahlili
Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah16:
1. Jami al-Bayan an Tawil Ayi al-Quran karya besar Ibn Jarir ath-Thabari
2. Tafsir al-Quran al-Azhimkarya al-Hafizh Imad al-Din Abi al-Fida
Ismail bin Katsir al-Quraisyi al-Simasyqi.
3. Bahr al-Ulum karya Nashr bin Muhammad bin Ahmad Abu al-Laits asSamarqandhi
4. Ad-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Matsur karya Jalal al-Din asSuyuthi.
5. Adhwa al-Bayan fi Idhah al-Quran bi al-Quran susunan Muhammad alAmin bin Muhammad al-Mukhtar al-jakani asy-Syanqithi.
6. Al-Kasyf wa al-Bayan an Tafsir al-Quran karangan Abi Ishaq.
7. At-Tafsir al-Quran li al-Quran karya Abd al-Karim al-Khatib.
8. Al-Mizan fi Tafsir al-Quran karya al-Allamah al Sayyid Muhammad
Husayn al-Thabathabai.

16

Drs. Ahmad Izzan.op.cit.h.104.

9. Majma al Bayan fi Tafsir al-Quran karya Syekh Abu Ali al-Fadhl bin
al-hasan ath-Thabarsi.
Untuklebihmudahmengenalmetodetahliliini,berikutdikemukakancontohnyadalamb
entukal- matsurdanal-ray17

115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
Penafsirandalambentukal- matsur
Yang di maksudoleh Allah denganfirman-Nya

Ialah

Allah

berwenangpenuhataspemilikandanpengaturankeduanyasepertidikatakan
rumahinikepunyaansipulan

artinya,

diaberwenangpenuhataspemilikanrumahitu.
Dengandemikianbermaknabahwakeduanyamilikdanmakhluk-Nya. Kata almasyriqusamaartinyadenganmathlaiyaknimenunjukkepada
tempatterbitmatahari"
Menurutulamalain, ayatiniturunkepadanabi saw sebagaidispensasidari
Allah
tentangkebolehanmenghadapkemanasajadalamshalatsunnatketikasedangda
17

Dr.Nashruddin Baidan.op.cit.h.33-53.

10

lamperjalanan,ketikaperang,
disaatketakutanataumenemuikesukarandalamshalatwajib.
Dengandemikian,

diberitahukankepadanabi

saw

bahwakemanasajamerekamenghadapmakadisituada Allah.
Mufasirmenjelaskanpenafsiranayat

115

dari

al-

baqarahdenganmengemukakanberbagairiwayatdanpendapatparaulama.Beg
itupula

dijelaskannyalatarbelakangturunayat

jugatakketinggalanpenjelasantentangkosakata

(asbab
yang

dalamnya.Selainituiajugamenggunakanayat-ayat

al-nuzul),

terdapat
lain

di
yang

berkaitandenganayattersebut.
Penafsirandalambentukal-ray
Ayattersebutdiatasbermaknakebolehanmelakukansembahyangditempatman
asaja di mukabumiini,tidakterikatpadasuatu masjid tertentudantidak pula
yang

lain

karena

Allah

inginmemberikankelonggarandankemudahankepadahamba-hamba-Nyadan
Allah MahaTahutentangkemaslahatandankebutuhanhamba-hamba-Nya.
Ada

yang

berpendapatkebolehanmenghadapkearahmanasajaituadalahdalamberdoa,
bukandalamsholat.
Bahwa al-Penafsiran dalam bentuk ini dimulai dengan mengemukakan
pemikiran rasional, kemudian didukung dengan firman Allah, setelah itu
mengemukakan riwayat atau pendapat ulama. Dengan kata lain, kalau ada

11

riwayat yang menjelaskan tentang hal itu, maka dipakainya, tapi jika tidak
ada riwayat tersebut, tetap melakukan penafsiran.

B. Metode Tafsir Ijmali


a.

Pengertian Metode Tafsir ijmali


Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global dan

penjumlah. Jadi tafsir al-ijmali ialah penafsiran Alquran dengan cara


mengemukakan isi dan kandungan Alquran melalui pembahasan yang panjang
dan luas, tidak secara rinci18.
Dengankata

lainyaitumenafsirkan

Al-Quran

secara

Denganmetodeinimufassirberupayamenjelaskanmakna-makna
denganuraiansingkatdanmudahsehinggadipahamioleh

global.
Al-Quran

orang

yang

berpengetahuansekedarnyasampai orang yang berpengetahuanluas19.


b. Langkah-langkah Metode Tafsir Ijmali20.
1.

Menjelaskanartidanmaksudayatdenganuraiansingkat

yang

dapatmenjelelaskansebatasartinyatanpamenyinggunghal-halselainarti

yang

dikehendaki.
2.

Dalamuraiannyapenafsirmembahassecararuntutberdasarkanurutanmushaf.

3.

Kemudianmengemukakanmakna global yang dimaksudolehayattersebut.

4.

Dalam penyampaiannya, menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana


serta

memberikan

idiom,

bahkan

sama

dengan

bahasa

al-Quran.

18

Drs. Ahmad Izzan.op.cit.h.105.


DR. Rosihon Anwar,M.Ag.op.cit.h.159.
20
M.Alfatih Suryadilaga,dkk.op.cit.h.45-46.
19

12

Sehinggapembacanyamerasakanseolah-olah

al-Quransendiri

yang

berbicaradengannya.
c.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Ijmali21.


Sama seperti metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali ini juga memiliki

kelebihan atau keistimewaan maupun kekurangan dalam menafsirkan Alquran.


Dan diantara kelebihan dan kekurangannya adalah :
Kelebihan atau keistimewaan metode tafsir ijmali
a. Praktisdanmudahdipahami.
b. Bebasdaripenafsiranisrailiat.
c. Akrabdenganbahasa Al-Quran
Kekuranganmetodeijmali
a. Menjadikanpetunjuk Al-Quran bersifatparsial.
b. Takadaruanganuntukmengemukakananalisis yang memadai.
d. Kitab-kitab dan Contoh Tafsir Ijmaly
Cukupbanyakterdapatkitab-kitabtafsir yang mengikutimetodeini, diantaranya22
1. Tafsir al-Quran al-Karimkarangan Muhammad FaridWajdi.
2. Tafsir al-WasithterbitanMajmaal-Buhuts al-Islamiyyat.
3. Tafsir al-Jalalainkarya Jalal al-Din al-Suyuthidan Jalal al-Din al-Mahali.
4. Taj al-Tafsirkarangan Muhammad Utsman al-Mirghani.
Contoh dalam penafsiran ijmali ini dapat kita lihat pada tafsir al-Jalalain karya
Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahali ketika menafsirkan surat al
Baqarah ayat 1 dan 2sebagai berikut :
21
22

Dr.Nashruddin Baidan.op.cit.h.21-27.
Ibid h.13.

13

1. Alif lam mim, Allah yang lebih mengetahui maksud dari ().

2. () itu artinya kitab yang dibacakan oleh Muhammad ini tidak

ada keraguan (syak) didalamnya, bahwa kitab itu datang dari Allah.
Kalimat negatif


berfungsi sebagai predikat, dan subyeknya ialah (). Lafal ( )ini
memberi isyarat akan keagungan kitab suci itu.

Yang berfungsi sebagai predikat kedua bagi ( )mengandung arti


pemberi petunjuk

(bagi orang-orang yang takwa) yang selalu bertakwa dengan mematuhi


semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya
Penafsiran seperti diatas tampak kepada kita sangat singkat dan global
sehingga tidak ditemui rincian atau penjelasan yang memadai.

14

BAB III
KESIMPULAN

Manusia diciptakan

Allah dalam berbagai

tingkatan

dan

strata

sosial.Perbedaan semacam ini juga terlihat pada tingkat-tingkat kecerdasan dan


daya nalar manusia.Al-Quran sebagai pedoman hidup perlu kita ketahui dan
pahami dengan baik agar petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya dapat
berfungsi secara efektif untuk mengarahkan kehidupan kita ke jalan yang
benar.Untuk memahami al-Quran secara baik dan benar diperlukan penafsiran
yang tepat.Untuk maksud ini perlu penguasaan metodologi tafsir secara baik pula.
Dalam penafsiran Al-Quran, jika ingin menjelaskan kandungan firman
Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqh, teologi, filsafat, sain,
dan sebagainya, maka disini metode tahlili lebih berperan dan lebih dapat
diandalkan daripada metode-metode yang lain.
Namun bagi para pemula atau mereka yang tidak membutuhkan uraian
yang detail tentang pemahaman suatu ayat, maka tafsir yang menggunakan
metode ijmali atau global sangat membantu dan tepat sekali untuk digunakan
karena uraian di dalam tafsir ini sangat ringkas dan tidak berbelit-belit.

15

DAFTAR PUSTAKA

Alfatih, Suryadilaga, M,Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Teras,2010).


Anwar, Rosihon,Ilmu Tafsir, (Bandung:CV. Pustaka Setia,2005)
Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2000).
Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung:Tafakur,2011).
Rohimin,Metodologi

Ilmu

Tafsir

Dan

Aplikasi

Model

Penafsiran.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007).

16

Das könnte Ihnen auch gefallen