Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Genetik
Penyakit ginjal bawaan ini bisa saja muncul karena faktor keturunan. Kelainan genetik
yang menyebabkan penyakit ini bisa bersifat dominan atau resesif, artinya bisa memiliki 1 gen
dominan dari salah satu orang tuanya (autosomal dominant) atau 2 gen resesif dari kedua orang
tuanya (autosomal resessive). Penderita yang memiliki gen resesif biasanya baru menunjukkan
gejala pada masa dewasa. Penderita yang memiliki gen dominan biasanya menunjukkan penyakit
yang berat pada masa kanak-kanak.
b. Usia
Angka kejadian penyakit Kista Ginjal meningkat sesuai usia. Sekitar 20 % pada usia di
atas 40 tahun dan 30 % pada usia 60 tahun, namun secara umum Kista Ginjal lebih banyak
diderita pada usia 30-40 tahun.
c.
Jenis Kelamin
Penyakit Kista Ginjal ini sering ditemukan pada pria dibanding wanita.
3. Patofisiologi
Banyak teori menjelaskan tentang mekanisme terjadinya Kista Ginjal. Diantara teori-teori
tersebut adalah :
a.
Terjadi kegagalan proses penyatuan nefron dengan duktus kolekting (saluran pengumpul).
peningkatan transudasi cairan dan kapiler ke ruang interstitial sesuai dengan hukum Starling.
Akibatnya volume darah yang beredar akan berkurang (underfilling) yang selanjutnya
mengakibatkan perangsangan sekunder sistem renin-angiostensin-aldosteron yang meretensi
natrium dan air pada tubulus distalis. Hipotesis ini menempatkan albumin dan volume plasma
berperan penting pada proses terjadinya edema (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006).
Jika kista yang tumbuh pada ginjal terutama daerah korteks maka peregangan kapsula
renalis sehingga jaringan ginjal membengkak. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada
daerah pinggang sampai ke bahu.
4. Manifestasi klinis
Banyak penderita tidak memberikan keluhan tentang penyakit ini (asimptomatik). Kista
baru
diketahui
saat
orang
tersebut
menjalani
pemeriksaan
USG.
Nyeri Pinggang
Nyeri pada area dari ginjal-ginjal dapat disebabkan oleh infeksi kista, perdarahan ke
dalam kista-kista, atau peregangan atau penekanan dari jaringan yang berserat disekitar ginjal
dengan pertumbuhan kista.
b. Hipertensi
Terjadi karena iskemi segmental atau adanya obstruksi. Sehingga mengaktifkan hormon
renin yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan berakhir menjadi Hipertensi.
c.
Sakit Kepala
Sakit kepala yang berat disebabkan oleh aneurysms pembuluh-pembuluh darah yang
menggelembung di tempat di dalam otak. Sakit kepala juga dapat disebabkan tekanan darah
tinggi.
ginjal.
Kelelahan
Hal ini terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoiten yang berperan dalam
produksi sel darah merah sehingga terjadilah anemia, akibatnya orang yang menderita penyakit
kista ginjal mudah sekali mengalami kelelahan.
f.
Pengalaman penyakit Kista Ginjal pada setiap orang tidaklah sama. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah infeksi. Meskipun sangat jarang, atau kadang-kadang terjadi perdarahan
di kista. Apabila kista menekan atau menjepit ureter dapat terjadi Hidronefrosis, dan dapat
berlanjut menjadi Pyelonefrosis akibat statis urine.
Kadang jumlah kista relatif banyak dan kadang terletak di piala ginjal (daerah sentral),
maka bisa mengganggu fungsi eksresi (pengeluaran bahan) ginjal. Akhirnya, penderita
mengalami Gagal Ginjal Kronik.
Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan kerja ginjal menjadi lebih berat lagi dan
mempercepat perkembangan kista. Komplikasi akibat darah tinggi yang lama dapat mengganggu
otak dan jantung. Jika ternyata ditemukan pula ada kelainan pembuluh darah otak (aneurysma),
yang mana sewaktu-waktu pembuluh darah otak yang berkelainan tersebut bisa pecah dan
terjadilah perdarahan otak. Demikian pula dengan kelainan terbentuknya kantung pada dinding
usus (diurticulosis) juga bisa bermasalah.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus ini adalah konservatif, dengan evaluasi rutin menggunakan USG.
Apabila kista sedemikian besar, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat
dilakukan tindakan bedah. Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa Kista Ginjal
yang besar merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang demikian cenderung
mengandung keganasan. Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada kista adalah aspirasi
percutan.
a.
Bedah terbuka
1) Eksisi
2) Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim.
b. Laparoskopi
Pada tindakan aspirasi percutan harus diingat bahwa kista merupakan suatu
kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik aspirasi harus betul-betul steril, dan perlu
pemberian antibiotik profilaksis. Karena apabila ada kuman yang masuk dapat menimbulkan
abses. Seringkali kista muncul lagi setelah dilakukan aspirasi, meskipun ukurannya tidak sebesar
awalnya.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat mendukung dalam menegakkan diagnosa terutama pada
pemeriksaan foto polos abdomen, mungkin terlihat suatu bayangan massa yang menumpuk
dengan bayangan ginjal.
Apabila beberapa kriteria tidak didapatkan, misalnya ditemukan adanya septa, dinding
yang ireguler, kalsifikasi atau adanya area yang meragukan, perlu pemeriksaan lanjutan
Computer Tomografi Scaning (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau aspirasi
pemeriksaan CT-Scan pada Kista Ginjal sangat akurat.
Pada pemeriksaan lain juga akan ditemukan suatu kondisi dimana laju endap darah akan
meninggi dan kadang-kadang juga ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk. Pemeriksaan pielografi intravena dapat
memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari
pemeriksaan renoarteriogram didapatkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto
thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru (Japaries,willie,1995).
terjadinya penurunan berat badan. Selain itu berat badan dapat meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
4) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glomerulus menyebakan sisasisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, hematuria.
5) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada pasien dengan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena telah terjadi anemia.
6) Pola tidur dan istirahat :
Pasien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
7) Integritas kulit
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
8) Kognitif & perseptual
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertermi ditemukan
bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
9) Persepsi diri :
Pasien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema dan perawatan lama.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Lynda Juall Carpenito (1999) diagnosa keperawatan secara umum pada pasien
dengan sistem perkemihan adalah sebagai berikut :
a.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan, penurunan
mekanisme pengaturan berkemih.
b.
c.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein
dan cairan.
f.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai keluarga yang menderita penyakit
yang mengancam kehidupan.
3. Rencana Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan, penurunan
mekanisme pengaturan berkemih.
Tujuan :
Pasien tidak menunjukan terjadinya akumulasi cairan berlebihan.
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
c.
1)
2)
3)
d.
1)
1)
2)
3)
4)