Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KU-1201
PENGANTAR REKAYASA & DESAIN II
Disusun oleh:
Kelompok 2
Azhar Fahd Al Faridz / 16114007
Joshua Andrian K / 16114055
Rizky Nur Endah Sari / 16114115
Sandra Novitasari / 16214047
Rahel Hasianna /16214095
Nama Asisten : Jayen Aris
Kriswantoro
NIM Asisten : 10413022
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai yang sudah
cukup dikenal sebagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Tempe
mengandung vitamin B12 yang biasanya terdapat dalam daging dan juga
merupakan sumber protein nabati selain sebagai sumber kalori, vitamin dan
mineral. Proses pembuatannya dengan cara fermentasi dari kacang kedelai
atau kacang-kacang yang lainnya yang dapat difermentasikan dengan
Rhizopus oligosporus (Supraptri, 2003). Dari definisi ini dapat diketahui
bahwa kedelai merupakan bahan yang penting dalam pembuatan tempe.
Namun akhir-akhir ini harga kedelai naik. Berdasarkan pantauan di Kota
Bogor, lonjakan harga kedelai dari Rp 7.300 per kilogram menjadi Rp 9.100
per kilogram membuat 50 produsen dari 130 produsen tempe berhenti
berproduksi. Jika masih ada yang membuat tempe dan tahu, mereka
mengurangi produksi untuk sekadar bertahan (Ana, 2013). Untuk mencegah
hal ini maka perlu dicari bahan baku alternatif untuk membuat tempe. Alasan
kami melakukan percobaan ini adalah untuk mencari bahan baku alternatif
dalam pembuatan tempe dengan harapan memberi manfaat kepada semua
pihak dan meningkatkan kualitas tempe.
b. Tinjauan Pustaka
Definisi Tempe
Tempe adalah makanan fermentasi populer dari Indonesia yang
mengandung kedelai lembut atau kacang-kacangan, biji-bijian, butirbutiran sereal dan bahkan kelapa yang diikat bersama oleh serat seperti
kapas dari Rhizopus s.p dicetak higga kompak seperti kue berwarna
putih. Tempe memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Tempe
rata-rata memiliki 19.5% protein dibandingkan dengan daging ayam
(21%), daging sapi (20%), hamburger (13%), telur (13%) dan susu
(3%). Dan lebih lagi persen kandungan protein ini dapat dipenuhi
dengan bagian yang lebih sedikit dari daging ayam / daging sapi.
(Shurtleff, W dan Aoyagi, 1979)
Komposisi Tempe dan Manfaatnya bagi tubuh
Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat
besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat,
seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan
pencegah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih
karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai
sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponenkomponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma khas. (Widiarnako,2002)
kesehatan
karbohidrat
tubuh.
dan
Kandungan
berprotein
asam
tinggi
folat,
menjadikan
dan
kadar
serat
yang
tinggi
menyebabkan
Inkubator
Dalam biologi, inkubator adalah alat yang digunakan
untuk tumbuh dan memelihara budaya mikrobiologi atau
kultur
sel.
Inkubator
mempertahankan
suhu
optimal,
c. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
Menentukan bahan alternatif non-kedelai untuk membuat tempe
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembuatan tempe
Menentukan inkubator yang dapat digunakan dalam proses pembuatan
tempe
d. Hipotesis
Kacang merah dan kacang hijau dapat digunakan sebagai bahan
tempe
Rak merupakan inkubator yang dapat digunakan dalam proses
pembuatan tempe
II. Metode
Metode pembuatan tempe dilakukan dengan metode pembuatan tempe kedelai
sederhana dimulai dari pencucian, perendaman, pengupasan kulit ari, perebusan,
pengeringan, penambahan ragi tempe, pembungkusan, dan pemeraman. Dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Cuci kacang kedelai sampai bersih.
b. Rendam satu malam.
c. Pecah dan Kupas kulit ari kedelai dengan menggunakan tangan dan pisahkan
kulit ari dari biji kedelai.
d. Buang kulit ari kupasannya dan kedelainya dicuci pada air mengalir sampai
permukaan bijinya terasa kesat.
g. Dikipas atau diangin anginkan sampai suhu mencapai suhu kamar dan tidak
ada butiran air yang tersisa menempel dikedelai atau diwadahnya
h. Sebarkan bubuk ragi tempe sebanyak 1 gram secara merata sambil diaduk
i. Kedelai dibagi dua bagian, satu bagian dimasukkan kedalam kantong plastik
dan sebagian lain dimasukkan kedalam daun pisang.
j. Atur isinya sedemikian rupa agar tidak terlalu tebal (kurang lebih 2-3 cm)
k. Tusuk tusuk dengan tusuk gigi secara merata diseluruh permukaan kantong
Mudah Didapat
Harga Murah
Kandungan Gizi
1/1
1/2
4/1
2/1
1/1
4/1
1/1
Ket: [1: sama; 2: sedikit lebih penting; 3: lebih penting; 4: paling penting]
Tempe yang dibuat adalah tempe yang memiliki gizi yang tinggi dengan harga
yang terjangkau (murah) serta mudah ditemukan. Fokus paling utama adalah
kandungan gizi dari tempe, karena tempe yang dibuat bukan hanya sekedar untuk
nikmat dimakan saat dilidah, melainkan bisa menjadi sumber makanan alternatif yang
bergizi.
3 5
1
(dikuadratkan) 2 3 0.625
10 16
3
Rangking
Jumlah
Normalisasi
Preferensi
Kriteria
Mudah
Baris
9
Jumlah Baris
0.2132
Iterasi Baru
0,2063
0,0069
0.2063
Didapat
Harga
5,625
0.0934
0,1289
-0,0355
0.1289
Murah
Kandungan
29
0.6933
0,6648
0,0285
0.6648
Gizi
Total
43,625
Pilihan
Biomassa
1.0
Mudah
Didapat
0.2063
Harga
Murah
0.1289
Kandunga
n Gizi
0.6648
Jadi, rangking kriteria dari yang paling tinggi adalah kandungan gizi, kemudahan
mendapat bahannya, serta harga yang murah.
Mudah Didapat
Kacang Merah
Kacang Hijau
Harga Murah
Kacang Merah
Kacang Hijau
Kandungan Gizi
Kacang Merah
Kacang Hijau
Kacang Merah
1/1
5/1
Kacang Merah
1/1
4/1
Kacang Merah
1/1
4/1
Kacang Hijau
1/5
1/1
Kacang Hijau
1/4
1/1
Kacang Hijau
1/4
1/1
Eigen Vector
0.1667
0.8333
Eigen Vector
0.2
0.8
Eigen Vector
0.3333
0.6667
Mudah Didapat
Harga Murah
Kandungan Gizi
Kacang Hijau
0.8333
0.8333
Kacang Hijau
0.8
Kacang Hijau
0.667
Kacang Merah
0.2
Kacang Merah
0.333
Kacang Merah
0.1667
Peringkat Alternatif
Mudah
Kandunga
Harga
Matriks
Didapat
n Gizi
Murah Kriteria
Hijau
Kacang
0,8333
0,8
0,6667
Merah
0,1667
0,2
0,333
Hasil Kali
Kedua
Matriks
Kacang
0.2132
0.0934
0.6933
0,7146
0,2825
Jadi, bahan yang paling tepat untuk membuat tempe yang bergizi dengan harga yang
murah dan mudah didapat adalah tempe berbahan baku kacang hijau.
b.
Kriteria
Mudah Didapat
Kedap Air
Mudah Diberi Lubang
Mudah Didapat
1/1
2/1
4/1
Kedap Air
1/2
1/1
Ket: [1: sama; 2: sedikit lebih penting; 3: lebih penting; 4: paling penting]
Kriteria pembungkus sangat diperlukan untuk menentukan pembungkus yang paling
sesuai untuk memaksimalkan hasil fermentasi. Setelah pemberian ragi, biji yang difermentasi
harus diberi pembungkus yang bisa digunakan sebagai cetakan tempe ketika tempe sudah
ditembus miselium dan menjadi kompak. Pembungkus yang dibutuhkan harus kedap air,
sehingga wadah yang digunakan tidak langsung basah atau hancur saat terkena uap air. Untuk
mengatasi uap air yang berlebih di dalam pembungkus, maka dibutuhkan lubang untuk aerasi
yang cukup. Pembungkus yang digunakan juga harus murah, sehingga turut membuat harga
produksi tempe lebih terjangkau (murah).
3 1.125 1,5
3
4,5
--> (dikuadratkan) 12
9
3
3
Normalisasi
Normalisasi
Rangking
Jumlah
Jumlah Baris
dari Iterasi
Perbedaan
Preference
Kriteria
Mudah
Baris
5,625
0.1402
Baru
0,1499
-0,0097
0,1499
19,5
0.486
0,4732
0.0128
0,4732
15
0.3738
0,3769
-0,0031
0,3769
Didapat
Kedap Air
Mudah
Diberi
Lubang
Total
40,125
1
Bagan Rangking Kriteria Bahan Baku
Pemilihan
Pembungkus
1.0
Mudah
Didapat
Kedap Air
0,1499
Mudah diberi
Lubang
0,4732
0,3769
Jadi, rangking kriteria dari yang paling tinggi adalah kedap air, mudah diberi lubang,
lalu kemudahan mendapat bahannya.
Mudah Didapat
Plastik
Kertas Nasi
Kedap Air
Plastik
Kertas Nasi
Mudah Diberi
Plastik
1/1
1/2
Plastik
1/1
1/4
Plastik
Kertas Nasi
2/1
1/1
Kertas Nasi
4/1
1/1
Kertas Nasi
Eigen Vector
0.6667
0.3333
Eigen Vector
0.8
0.2
Eigen Vector
Lubang
Plastik
Kertas Nasi
1/1
1/3
3/1
1/1
0.75
0.25
Kedap Air
Mudah Didapat
Plastik
0.6667
Kertas Nasi
0.3333
Plastik
0,8
Plastik
Kertas Nasi
0,2
Kertas Nasi
0,25
0.75
Peringkat Alternatif
Plastik
Mudah
Kedap
Didapat
Air
0,6667
0,8
Mudah
Diberi
Lubang
0,75
Matriks
Kriteria
0,149
9
Hasil Kali
Kedua
Matriks
0,7612
0,473
2
0,376
9
Kertas Nasi
0,3333
0,2
0,25
0,2388
Jadi, pembungkus yang paling tepat untuk melakukan fermentasi pada pembuatan
tempe adalah plastik.
Kriteria
Kemampuan
Kemampuan
Mempertahankan Suhu
1/1
c.
Kemudahan Aerasi
c.
c.
2/1
Mempertahankan
c.
Suhu
Kemudahan Aerasi
c.
1/2
1/1
c.
AHP Inkubator
Bobot Tiap Kriteria
Ket: [1: sama; 2: sedikit lebih penting; 3: lebih penting; 4: paling penting]
Fungsi utama dari inkubator adalah untuk mempertahankan suhu, sehingga proses
fermentasi tempe tetap pada suhu kamar. Selain mempertahankan suhu kamar, inkubator yang
digunakan harus memiliki sistem aerasi yang bagus.
2 4
--> (dikuadratkan) 1 2
Normalisasi
Normalisasi
Rangking Kriteria
Jumlah
Jumlah
dari Iterasi
Perbedaan
Preference
Kemampuan
Baris
6
Baris
0,6667
Baru
0,6667
0,6667
0.3333
0.3333
0.3333
Mempertahankan
Suhu
Kemudahan
Aerasi
Total
Pemilihan
Pembungkus
1.0
Kemampuan
Mempertahankan
Suhu
0,6667
Kemudahan
Aerasi
0,3333
Kemampuan
Eigen Vector
Suhu
Rak Plastik Berlubang
Di Atas Meja
Kemudahan Aerasi
1/1
4/1
1/1
Rak Plastik Berlubang Di Atas Meja
0,8
0.2
Eigen Vector
1/1
1/3
0.75
0.25
Mempertahankan
3/1
1/1
Di Atas Meja
0,2
Di Atas Meja
0,25
Peringkat Alternatif
Kemampuan
Kemudaha
Mempertahanka
n Aerasi
n Suhu
Rak Plastik
Berlubang
Hasil Kali
Matriks
Kedua
Kriteria
Matriks
0,666
0,8
0,75
0,7833
0,333
Di Atas
Meja
3
0,2
0,25
0,2167
Jadi, dari hasil perhitungan diatas, kami menggunakan inhibitor rak plastik berlubang.
Hipotesis yang didapat dari analisis AHP ini adalah, proses fermentasi akan memberi
hasil maksimal bila dibuat dari bahan kacang hijau, dibungkus dengan plastik, dan
menggunakan inhibitor dari rak plastik berlubang.
Lama
Lama
Hasil Pengamatan`
No.
1.a
perendaman
8 Jam
perebusan
15 menit
1.b
8 Jam
10 menit
11,5 Jam
15 menit
(lonjong)
Teksturnya lembek, beberapa kulit
ari terlepas, kadar air tidak terlalu
tinggi, dan bentuk sedikit rusak
(tidak semuanya lojong)
Percobaan No.
1.a
Pembungkus
24 Jam
Temperature meningkat,
48 Jam
Terdapat sedikit
Temperature meningkat,
Temperature meningkat
kompak
Miselium tumbuh
Kertas Nasi
embun air
Temperature meningkat,
Plastik
kertas kering
Temperatur meningkat
Plastik
Kertas Nasi
1.b
Hasil Pengamatan
Plastik
Kertas Nasi
melebur, tempe
dalam plastik.
(tidak dapat diamati)
membusuk
Temperatur normal
terdapat sedikit
miselium,sedikit
lembab, sedikit berbau
tak sedap, tempe gagal
(miselium tak dapat
tumbuh dengan baik dan
sedikit membusuk)
Pengamatan
100 gram
Baik
10 Menit
1%
8 Jam
Memucat
Uap Air
Suhu
Sedikit meningkat
Pertumbuhan Miselium
Belum ada
Tekstur
Warna
Kompak lengket
Pucat dan putih miselium
Uap air
Suhu
Pertumbuhan Miselium
Ada
Meningkat (hangat)
Ada (jumlahnya sedang)
Rasa
nasi)
Aroma
Harum ragi
Tekstur
Rasa
Kompak
Tidak/ sedikit berbau
Kompak sedikit lembek
Biaya produksi
Aroma
Tekstur
Rp. 1.500
Awal
Setelah 24 Jam
Setelah 48 Jam
Awal
Setelah 24 Jam
Setelah 48 Jam
Tahap Pelaksanaan
Berat Kacang Merah
Kualitas kacang merah
Lama pengukusan/perebusan
Prosentase ragi terhadap
Pengamatan
100 gram
Baik
30 Menit
1%
kedelai
Lama perendaman
Warna
11,5 Jam
Memucat
Uap Air
Suhu
Sedikit meningkat
Pertumbuhan Miselium
Belum ada
Tekstur
Warna
Terpisah pisah
Pucat dan putih miselium
Uap air
Suhu
Pertumbuhan Miselium
Ada
Meningkat (hangat)
Ada (jumlahnya sedang)
Biaya produksi
Rasa
Aroma
Harum ragi
Tekstur
Rasa
Aroma
Tekstur
Rp. 3000
Kompak
Tidak/ sedikit berbau
Lembek
V. Pembahasan
Kacang hijau adalah kacang yang semakin lama direndam dan direbus,
kandungan proteinnya tidak akan rusak, melainkan membantu memecah nutrisi pada
kacang hijau sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh (Abdi,2009). Dalam waktu
perebusan selama 15 menit, kacang hijau sangat lembek bahkan bentuknya hampir
terlihat tidak seperti kacang karena sangat lembek dan menempel dengan kacang hijau
lainnya. Untuk menyiapkan bahan dari kacang hijau yang masih berbentuk lonjong,
waktu perebusan dikurangi menjadi 10 menit. Tekstur mereka tetap sama, yaitu
lembek menurut indera peraba manusia, namun bentuk lonjong masih terbentuk.
Tekstur mereka yang sangat lembek didukung oleh banyak kadar air dalam
kacang. Semakin lama kacang direndam dan direbus, maka akan makin banyak
mengandung kadar air, sehingga waktu pengeringan akan sangat lama. Kacang hijau
yang sudah dikipas-kipas atau diangin-anginkan sulit untuk menjadi kering
sesungguhnya, namun dianggap kering bila kacang tidak terlalu lembap untuk
menerima ragi.
Dengan waktu perendaman yang sama dan waktu perebusan yang berbeda,
tempe dengan bahan kedelai yang sangat lembeklah yang dapat ditumbuhi miselium.
Meskipun menurut indera peraba manusia bahwa tekstur kacang hijau yang direbus
selama 10 menit sudah lembek, justru kapang dari ragi tersebut hanya mampu
menembus kacang hijau yang direbus lebih lama. Jadi, kapang dari ragi tumbuh pada
kacang hijau yang direbus pada waktu 15 menit dengan waktu perendaman 8 maupun
11,5 jam.
Miselium yang tumbuh pada tempe tidak tumbuh secara merata. Bagian tepi
dari tempe ini tidak ditumbuhi jamur pada percobaan 1a. Hal ini disebabkan
pemberian ragi yang kurang merata pada setiap biji. Pada percobaan 2, kami
melakukan penyebaran ragi yang sangat rata sehingga miselium dapat tumbuh merata.
Kacang merah memiliki ukuran biji yang lebih besar dan lebih keras
dibandingkan kacang hijau setelah direbus. Tekstur kacang merah tetap utuh dan
kurang lembek dibandingkan kacang hijau. Kadar air dalam kacang merah setelah
direbus juga tidak terlalu banyak. Hal yang diuntungkan dari keadaan ini adalah
mudahnya
singkat dan lebih kering dari kacang hijau. Walaupun teksturnya nampak kurang
lembek, kacang merah bisa ditumbuhi miselium dan menjadi kompak setelah
fermentasi dengan bentuk kacangnya yang masih utuh.
Wadah pada proses fermentasi ini sangat memengaruhi keberhasilan proses
fermentasi yang ada. Hasil dari pembuatan tempe ini, dibuktikan bahwa plastik cocok
untuk proses fermentasi dibandingkan kertas nasi. Dari tiga percobaan yang
dilakukan, fermentasi pada wadah kertas nasi tidak pernah berhasil pada kacang hijau
yang kadar airnya banyak. Hal ini disebabkan perbedaan keadaan lubang pada wadah
tersebut. Pada plastik, lubang yang terbentuk memang mebentuk lubang-lubang yang
diperlukan untuk aerasi, sedangkan pada kertas nasi, lubang yangdibentk hany
sekedar robek dan menutup kembali sehingga udara yang keluar sedikit. Jika bagian
yang digunakan adalah bagian kertasnya, tentu wadah akan langsung rusak saat
terkena air, saat yang digunakan adalah bagian plastik, lubang yang ada tidak terbuka
sempurna.
Aerasi yang kurang bagus (lubang pada wadah yang tidak tepat) membuat
keadaan tempe jadi beberapa jenis. Bila aerase yang ada sangat buruk, tidak ada udara
yang keluar, bisa dipastikan bahwa pertumbuhan bakteri jauh lebih pesat daripada
kapang yang ada dalam ragi sehingga menjadi busuk dan tidak terbentuk miselium
sedikit pun. Bila ada aerase yang terjadi namun sedikit lembap, maka miselium tetap
tumbuh dan teksturnya akan basah. Selain wadah, inhibitor yang digunakan sangat
berpengaruh. Kami menggunakan rak yang memungkinkan aerase tetap terjadi dari
permukaan atas maupun bawah. Meskipun desain inhibitor kami seperti itu, saat
wadah yang kami gunakan kurang sesuai dengan kebutuhan aerase, maka fermentasi
menjadi tidak sempurna.
Percobaan kami sesuai dengan analisis AHP. Bahan yang paling baik
digunakan untuk pembuatan tempe adalah kacang hijau. Inkubator yang paling baik
digunakan adalah plastik. Dengan menggunakan plastik, perkembangan misellium
dalam kacang kedelai mudah diamati. Lubang yang kita buat dalam plastik dapat
mempermudah masuknya oksigen ketimbang lubang yang pada kertas nasi. Kemudian
untuk peletakan fermentasi tempe, dipilihlah rak yang dapat diakses udara dari atas
dan dari bawah. Sehingga oksigen dapat masuk secara merata pada fermentasi tempe
tersebut.
Sebagian tempe hasil praktikum memang kompak, namun kami tidak
menggorengnya karena teksturnya yang belum lembut (tidak basah) seperti kapas. Hal
ini dilakukan untuk menghindari efek samping dari proses fermentasi yang mungkin
belum sempurna.
VI. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kacang hijau dan kacang merah dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif
tempe non-kedelai. Namun, perlakuan yang diperlukan masing-masing bahan
berbeda.
2. Pembuatan tempe yang merupakan hasil fermentasi kapang membutuhkan
kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Faktor yang mengaruhi
keberhasilannya adalah lama perendaman, lama perebusan, jenis pembungkus,
lama pengeringan, presentase ragi yang digunakan, dan inkubator yang sesuai.
Tekstur bahan yang digunakan, keadaan yang telalu lembab dan basah, dan
suhu yang terlalu rendah atau tinggi pada saat fermentasi terjadi dapat
menghambat pertumbuhan miselium kapang dan mengakibatkan kegagalan
pada pembuatan tempe.
3. Inkubator fermentasi tempe kami yang berdasarkan inkubator tradisional yang
digunakan para produsen tempe memiliki aerasi yang sangat baik tetapi
mengakibatkan keadaan suhu yang tetap tidak terlalu bisa dipertahankan.
b. Saran
Materi Pengantar Rekayasa dan Desain tentang proses fermentasi tempe sudah
sangat baik, keterangan dan pengarahan yang dilakukan juga sudah sangat baik akan
tetapi rentang waktu pengerjaan yang telalu cepat membuat praktikan kurang mampu
menemukan inovasi-inovasi yang menarik dalam rangka mengembangkan teknik
pembuatan fermentasi tempe. Diharapkan pada kedepannya materi ini akan terus
dilanjutkan dengan penambahan-penambahan baru agar praktikan lebih dapat
berkreasi dan berinovasi lebih luas lagi untuk bahan pengembangan pengetahuan
praktikan di masa yang akan datang.
VII.
Daftar Pustaka
Alat Labor. 2015. Pengertian Inkubator pada Laboratorium. [Online]
http://www.alatlabor.com/article/detail/65/co2- inkubator-inkubator diakses
pada 3 Maret pukul 22:23
Santoso, Deny. 2014. Kacang Hijau, Langsingkan Tubuh Hingga Bangun Otot.
[Online] http://duniafitnes.com/nutrition/kacang-hijau- langsingkantubuh- hingga-bangun-otot.html diakses pada 2 Maret pukul 03:44
Grasindo. Jakarta
Yana, Yuli. 2014. 6 Manfaat Kacang Merah Yang Luar Biasa Bagi Kesehatan.
[Online] http://manfaat.co.id/manfaat-kacang- merah diakses pada 2 Maret
2014 pukul 03:51
VIII. Lampiran
Kesan dan kritik dari anggota kelompok 2: