Sie sind auf Seite 1von 4

MENINGOKEL

A. DEFINISI
Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista di garis tulang belakang yang umumnya
terdapat di daerah lumbo-sakral. Benjolan ditutup dengan membrane tipis yang semitransparan berwarna kebiru-biruan atau ditutup sama sekali oleh kulit yang dapat
menunjukkan hipertrikhosis atau nevus. Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf
pusat di dinding benjolan.
B. ETIOLOGI
Meningokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf. Berhubungan dengan
pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di
garis tengah, selama perkembangan janin. Karena usia ibu yang terlalu mudan dan terlalu
tua, adanya infeksi, kekurangan asam folat, mutasi genetic serta pola makan yang salah.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian
tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau dibagian bawahnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar
sarf yang terkena dan tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan
terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan
vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida: hidrosefalus,
siringomielia, serta dislokasi pinggul. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa
gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi
oleh korda spinalis maupun akar sarf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina bifida, yaitu :
1. Spina bifida okulta, merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol.
2. Meningokel, yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba
sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
3. Mielokel, merupakan jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis
menonjol dan kulit di atasnya tampak kasar dan merah.
Contoh gejala dari spina bifida umumnya berupa:
a.
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b.
Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.

c.
d.
e.

Kelumpuahn/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.


Penurunan sensasi, inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja (diare).
Korda spinalis yang tertekan rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta, adalah:


a.
Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
b.
Ada Lekukan pada daerah sakrum.
c.
Korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf).
Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik
dan bayi akan menjadi normal.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis spina bifida, termasuk meningokel ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindrom down, dan
kelainan bawaan lainnya.
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk menentukan
luas dan lokasi kalainan, pemeriksaan USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya
kelainan pada korda spinalis maupun vertebra, serta pemeriksaan. CT-scan atau MRI
tulang belakang kadang-kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
E. PENANGANAN DAN PENGOBATAN
a. Tujuan: mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifina dan meningokel,
meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
b. Terapi non farmakologis:
- Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka dengan kasa steril
setelah lahir.
- Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut
diatas kandung kemih.
- Pembedahan shunting dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk
mengobati hidrosefalus.
- Bergerak akan melatih pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat
fungsi otot.

- Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi
lainnya, diberikan antibiotik. Kasus yang berat kadang harus dilakukan
pemasangan kateter.
- Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
c. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur
tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel adalah mengurangi
kerusakan saraf akibat spina bifida, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta
membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan dilakukan untuk
menutup lubang yang terbentuk dan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk
mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik
yang sering menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat
fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan
infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih
bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang
harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air
besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur
tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati
sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang
pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrisefalus akan menyebabkan berkurangnya
mielimeningokel secara spontan.
F. PENATALAKSANAAN
a. Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.
b. Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk mencegah
infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent.
Penanganan yang dapat dilakukan pada kelainan ini, antara lain :
a. Untuk spina bifida atau meningokel tidak diperlukan pengobatan
b. Perbaikan mielomeningokel, kadang-kadang meningokel, melalui pembedahan
diperlukan
c. Apabila dilakukan perbaikan melalui pembedahan, pemasangan pirau (shunt) untuk
memungkinkan drainase CSS perlu di lakukan untuk mencegah hidrosefalus dan
peningkatan tekanan intrakranial selanjutnya

d. Seksio sesarea terencana sebelum mulainya persalinan dapat penting dalam


mengurangi kersakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek medula
spinalis.

G. PENCEGAHAN
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut
hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Pada janin kecukupan asam folat berperan dalam mengurangi risiko terjadinya kecacatan
pada sistem saraf pusat (gangguan pada bumbung saraf/Neural Tube Defects (NTD) dan
cacat lahir lainnya seperti meningokel. Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena
gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup sebagaimana mestinya pada hari
ke-28 pasca-konsepsi.

Das könnte Ihnen auch gefallen