Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
1110312119
1110312021
1110312157
Preseptor :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Patofisiologi
dan Penatalaksanaan Presbiopia. Makalah ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Mata RS Dr. M. Djamil Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Rindawati, Sp.M selaku
pembimbing dan juga kepada rekan-rekan dokter muda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan penulis menerima setiap kritik dan saran
dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya di bidang ilmu kedokteran. Aamiin.
Padang,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................
1.2 Batasan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................
1.5 Metode Penulisan.....................................................................
1
1
1
1
2
2
3
3
7
7
7
8
9
9
9
10
11
12
13
14
BAB II PENUTUP..................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR
iii
Halaman
Gambar 2.1 : Lapisan Kornea.................................................................... 5
Gambar 2.2 : Media Refraksi pada mata.................................................... 7
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelainan refraksi atau yang dikenal dengan ametropia adalah keadaan
dimana bayangan tegas tidak tepat dibiaskan pada retina (macula lutea).
Pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang
normal, susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan
dibiaskan tepat di daerah macula lutea.1
Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa
membelokkan sinar pada titik focus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini
memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata.
Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada macula lutea, tetapi dapat
di depan atau dibelakang makula.1
Bentuk
ametropia
tersebut
diantaranya
yaitu
presbiopia,
miopia,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media pembiasan yang
terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, benda kaca dan juga ditentukan oleh
panjangnya bola mata. Pada mata yang normal, sinar akan dibiaskan melalui
media pembiasan ini dan bayangan akan ditempatkan tepat diretina dalam
keadaan mata tidak melakukan akomodasi.1
A. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, dan merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.1
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar
+43 dioptri.2
Kornea terdiri dari lima lapisan.1
1. Lapisan yang terluar adalah lapisan epitel.
a. Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong ke depanmenjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke
depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal
di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom
dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit,dan glukosa yang merupakan barrier.
b. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren.
c. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Lapisan kedua adalah membran Bowman (lamina elastika anterior).
a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Lapisan ketiga yang terletak di sebelah dalam mebran Bowman adalah
stroma. Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
Proses Penglihatan
Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot
siliar
dan
prescription
(contoh:
alkohol,
klorpromazin,
Merokok
Penelitian Khlalaz M et al pada tahun 2014 menemukan bahwa terhadap
hubungan yang kuat antara merokok dengan perkembangan presbiopia.
Perokok memiliki risiko tinggi untuk menderita presbiopia dan risiko
meningkan pada perokok berat.7
2.3.6 Patofisiologi
Pada mata normal, cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika
melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueus, lensa,
humor vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
retina. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
10
11
40 tahun
+1,5 D
45 tahun
+2,0 D
50 tahun
+2,5 D
55 tahun
+3,0 D
60 tahun
12
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3,0 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan kepada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak perlu
berakomodasi, karena benda yang dibaca berada pada titik api lensa +3,0 D
sehingga sinar yang keluar akan sejajar.1
Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kaca mata baca memiliki
koreksi dekat di seluruh aperture kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk
membaca, tetapi membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk dapat
mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata separuh, yaitu kacamata yang
bagian atasnya terbuka dan tidak dikoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tapi memungkinkan untuk koreksi kelainan refraksi
yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.3,5
Ada lensa kontak untuk presbiopia. Baik lensa lunak dan rigid dapat dipakai
untuk mengoreksi presbiopia. Ketika akan memakai lensa kontak, dokter harus
memikirkan refraksi pasien, desain lensa yang cocok, dan fisiologi mata. Evaluasi
fisiologi ocular sangat penting untuk memastikan pasien mana yang tidak toleran
dengan penggunaan lensa kontak seperti pada pasien dengan mata kering atau
distrofi kornea. Faktor lainnya adalah motivasi pasien dan pengertian pasien,
aktivitas, sistem penunjang, kecekatan, hygiene, financial. Tipe lensa kontak
untuk koreksi presbiopi diantaranya:3
1. Monovision lenses
2. Bifocal contact lenses
3. Alternating vision bifocal contact lenses
4. Simultaneous vision contact lenses
Pasien presbiopi yang menjalani operasi refraksi sengaja dibuat
anisometropik untuk mencapai monovision. Pasien sebaiknya diinfokan tentang
efek samping operasi (overcorrection, undercorrection, menyebabkan astigmat,
regresi, penyembuhan epitel yang lambat, stromal berkabut, diplopia, nyeri mata).
Pasien harus mengerti benar, karena operasi sifatnya ireversibel. Masa percobaan
dengan lensa kontak monovision direkomendasikan sebelum menjalankan operasi.
Kadang pasien dibuat dengan miopi rendah sehinga mereka dapat focus lebih baik
pada penglihatan dekat. Pada kasus ini, kacamarta jauh mungkin dibutuhkan.3
13
terjadi
secara
bertahap,
penglihatan
yang
kabur
dan
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2.
3.
4.
Refraksi
Cahaya
pada
Mata.
Diunduh
dari
6.
States,
April
1,
2000July
1,
2006.
www.census.gov/popest/national/asrh/NC-EST2006-sa.html.
Accessed 12/01/2008.
7.
8.
15
9.
Gupta M1, Sukul R R1,Gupta Y1, Dey M3, Phougat A3, Bhardwaj U3, Dixit
S. Presbyopia and its anatomical and physiological variants. Nepal J
Ophthalmol. 2011; 3(6):155-158.
16