Sie sind auf Seite 1von 7

Gejala Alergi

Gejala ringan akibat alergi makanan

Penyakit Alergi
Penyakit Alergi

- Eksim (Peradangan hebat yang membuat kulit melepuh atau gelembung kecil
pada kulit)

Berikut beberapa penyakit dalam lingkup alergi:

- Hives (Kulit mengalami bentol kemerah-merahanan dan gatal-gatal)

1. Asma Bronkial

- Pembengkakan di sekitar wajah, bibir, mata, atau lidah

Masalah utama asma adalah sering tak terdiagnosis atau pengobatan tak adekuat.
Pasien mengobati sendiri, pemahaman dan pengetahuan mengenai asma yang
kurang serta beberapa mitos atau salah persepsi mengenai asma.

- Perubahan suara karena pembengkakan pita suara


- Pusing
- Kram perut
- Diare
- Gejala seperti flu
- Mual
Gejala parah akibat alergi makanan:
- Denyut nadi mengalami perubahan drastis
- Kehilangan kesadaran
- Kesulitan bernapas
- Penurunan tekanan darah secara drastis
- Nyeri di bagian dada
- Pembengkakan obstruktif parah di sekitar bibir, lidah, atau tenggorokan.

Tak jarang dijumpai rasa sesak disangka penyakit jantung, atau batuk-batuk
kronis yang disebabkan penyakit bronkitis atau sukar tidur karena insomnia.
Keluhan batuk mengi atau sesak saja bukan monopoli penyakit asma. Beberapa
penyakit atau keadaan dapat menyerupai asma, seperti Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) bronkitis kronik dan emfisema; infeksi paru; sinusitis paranasal;
tuberkulosis; refluks gastroesofageal dan penyakit jantung seperti gagal jantung.
Diagnosis tepat mengarahkan pengobatan yang tepat.
Dalam praktiknya sering dijumpai pasien mengobati dirinya sendiri. Mereka
menggunakan obat semprot pelega (inhaler) untuk mengatasi gejala asmanya.
Dalam jangka panjang, kondisi ini justru akan memperburuk gejala asma dan akan
makin sering mendapat serangan asma.
Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan penderita obat anti
inflamasi, menghindari faktor pencetus serangan, dan mendapatkan edukasi.
Edukasi bertujuan agar pemahaman dan pengetahuan pasien mengenai asma dan
penyebabnya menjadi lebih baik. Pengetahuan inilah yang akan mempermudah
komunikasi dengan dokter, dan memahami mitos-mitos yang berkembang di
masyarakat.
Beberapa mitos yang dijumpai di masyarakat, diantaranya, obat semprot
berbahaya untuk jantung, dan hanya dipakai untuk asma yang berat. Pemakaian
obat asma secara teratur akan menyebabkan kecanduan (adiksi). Mitos-mitos itu
tidak benar.

Apakah asma bisa sembuh? Sejujurnya, tak ada obat yang dapat menyembuhkan
asma. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat penderita asma dapat
menjalani hidup dengan normal (pasien harus mematuhi instruksi, dan kontrol
dokter. Ia pun wajib memakai obat pengontrol secara teratur. Jangan pergi ke
dokter saat asma menyerang saja).

lamanya kurang dari empat minggu. Sedangkan rinitis persisten gejala


berlangsung lebih dari empat hari/ minggu dan lamanya lebih dari empat minggu.
Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya menggangu kualitas hidup
penderitanya. Yang perlu diwaspadai adalah komplikasi terjadinya sinusitis, polip
hidung, dan gangguan pendengaran.

Mitos lainnya yang juga tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya


adalah: mengobati asma jika muncul gejala saja. Asma akan hilang dengan
sendirinya menjelang dewasa. Penderita asma masih boleh merokok. Stress
penyebab asma. Penderita asma tak boleh berolah raga, dan lain-lain.

Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asma. Sering pasien
baru datang ke dokter jika telah terjadi komplikasi. Dengan pengobatan yang baik,
gejala rinitis dapat terkontrol. Sehingga kualitas hidup penderitanya meningkat
kembali dan menjalani hidup layaknya orang normal.

Layaknya penyakit hipertensi, atau diabetes tak dapat disembuhkan, manajemen


penyakit asma saat ini berdasarkan Kontrol Asma. Panduan manajemen asma
internasional berdasarkan Global Initiative for Asthma (GINA) menekankan
pentingnya kontrol asma. Sekali asma terkontrol, kecil kemungkinan untuk
mendapat serangan asma, apalagi sampai memerlukan perawatan rumah sakit.
Meskipun panduan GINA tersebut telah diedarkan secara luas, kenyataannya,
sebagian besar pasien asma belum atau bahkan tidak terkontrol. Oleh karenanya
peran dokter yang mengobati asma sangat penting dalam memberikan edukasi
kepada pasien. Tak hanya itu. Dokter pun memberikan pengobatan yang
profesional sehingga pasien dapat secara optimal menikmati hidupnya.

2. Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan salah satu bentuk rinitis yang mekanismenya secara
umum melalui sistem imun, atau IgE secara khusus. Prevalensinya berkisar antara
10-15% dari masyarakat. Penderitanya pun beragam, mulai dari usia anak hingga
dewasa. Gejalanya dapat berupa rinorea, hidung gatal, bersin dan hidung
tersumbat. Terkadang disertai rasa gatal di mata. Akibatnya, mengganggu kualitas
hidup penderitanya. Seperti, gangguan tidur, gangguan aktivitas, hingga absen dari
sekolah atau pekerjaan. Berdasarkan lama dan seringnya gejala rinitis dapat
diklasifikasikan sebagai rinitis alergi intermiten atau persisten. Dikatakan rinitis
intermiten bila gejala berlangsung kurang dari empat hari per minggu dan

3. Alergi Obat
Seiring pertumbuhan obat-obat baru untuk tujuan diagnosis, terapi, dan
pencegahan penyakit maka terjadinya reaksi simpang obat pun meningkat. Reaksi
simpang obat didefinisikan sebagai respons yang tidak diinginkan pada pemberian
obat dalam dosis terapi, diagnosis, dan profilaksis. Reaksi alergi obat adalah
reaksi simpang obat yang mekanismenya melalui reaksi imunologis. Kejadian
reaksi alergi obat diperkirakan 6-10% dari reaksi simpang obat. Dalam praktek
tidak mudah menentukan sistem imun terlibat. Banyak kejadian yang gejalanya
mirip atau serupa dengan gejala alergi, tetapi mekanismenya bukan alergi seperti
sesak napas atau angioderma karena aspirin atau anti inflamasi non steroid
(AINS), maka diperkenalkan istilah hipersensitivitas obat.
Alergi obat perlu dipahami oleh tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan
dengan pemberian obat. Hal ini terkait dengan masalah mediko-legal, terutama
bila kejadiannya dianggap merugikan pasien, sehingga pasien atau keluarganya
dapat menuntut dokter, petugas kesehatan lain atau rumah sakit.
Gejala alergi obat sangat bervariasi. Gejala paling sering adalah gejala kulit, mulai
dari eritema, urtikaria, pruritus, angioedema, vesikula, bula hingga kulit melepuh.
Gejala lain yang lebih jarang, misalnya sesak nafas, pusing hingga pingsan, seperti
pada anafilaksis. Dapat juga terjadi anemia, gangguan fungsi hati atau ginjal.

Komplikasi alergi obat yang paling berbahaya adalah anafilaksis, disusul dengan
Steven Johnson Syndrome, nekrosis epidermal toksik, dan Drug Rash
Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS).
Klinik Alergi RS Medistra memberikan pelayanan penyuluhan bagi pasien untuk
menghindari terjadinya reaksi alergi obat di masa mendatang, mengobati reaksi
alergi obat yang terjadi, dan uji diagnosis alergi obat.
Tes Kulit. Sebenarnya hanya sedikit jenis obat yang dapat dipakai untuk tes kulit.
Hal ini dikarenakan obat setelah masuk ke dalam tubuh akan mengalami
metabolisme. Hasil metabolisme atau metabolit umumnya belum diketahui
kecuali penisilin. Selanjutnya metabolit akan berikatan dengan protein tubuh,
untuk kemudian menimbulkan reaksi alergi.
Tes kulit obat-obat lainnya belum pernah divalidasi, sehingga hasilnya kurang
dapat dipercaya. Sebagai contoh, hasil tes kulit terhadap cefalosporin negatif
tetapi sewaktu diberikan, pasien mengalami anafilaksis. Ada dua jenis tes kulit
untuk alergi obat, yaitu tes tusuk, dan intra kutan untuk reaksi alergi obat fase
cepat dan tes tempel untuk reaksi alergi obat fase lambat. Tetapi kembali lagi
kedua tes di atas tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Tes Provokasi Obat. Tes ini merupakan baku emas untuk menentukan adanya
reaksi alergi obat. Karena dapat menyebabkan reaksi yang serius, tes ini hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang ahli dalam bidang ini dan dilakukan di rumah
sakit.
Tes Laboratorium. Sampai sejauh ini baru dalam tahap penelitian dan hanya
terhadap obat yang terbatas. Seperti halnya tes lain, tes invitro ini lebih spesifik
tetapi tidak sensitif. Sehingga banyak negatif palsu. Yang paling penting dalam
reaksi alergi obat adalah pencegahan. Jadi dalam memberikan obat indikasi
pemberian harus tepat, kemudian dipastikan tidak pernah mengalami reaksi alergi
obat yang akan diberikan. Selanjutnya selalu waspada dan siap bertindak bila
terjadi alergi obat.

4. Urtikaria dan Angioderma

Urtikaria ditandai kelainan kulit berupa bentol, kemerahan, dan gatal. Dikatakan
urtikaria akut jika gejala berlangsung kurang dari enam minggu dan sebabnya
jelas. Sedangkan urtikaria kronik jika gejala berlangsung lebih dari enam minggu,
bahkan bisa sampai 20 tahun. Umumnya pasien yang datang ke poli alergi adalah
urtikaria kronik.
Umumnya pasien telah lama berobat ke berbagai dokter baik umum maupun
spesialis, sehingga pasien merasa jengkel karena urtikarianya tidak sembuhsembuh. Sebagian besar urtikaria kronik penyebabnya tidak diketahui sehingga
pengobatan bisa berlangsung lama. Bila sebabnya diketahui, mungkin gejalanya
dapat dihilangkan. Angioderma menyerupai urtikaria, tetapi mengenai jaringan
kulit yang lebih dalam. Gejala sering tidak gatal tetapi terasa sakit. Umumnya
mengenai mukosa mata, bibir atau kemaluan. Bila mengenai daerah trakea atau
bronkus, seperti pada reaksi anafilaksis dapat membahayakan nyawa pasien.
5. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
LES merupakan salah satu penyakit autoimun. Karena bersifat sistemik, autoantibodi menyerang beberapa organ, baik secara bersamaan atau berurutan.
Radang sendi merupakan gejala yang tersering, tetapi demam yang
berkepanjangan juga merupakan salah satu gejala lupus. Gejala seperti kemerahan
di wajah, sariawan, anemia, lekopeni atau trambositopeni merupakan petunjuk ke
arah LES. Proteinuria dan hematuria sampai kepada efusi pleura atau perikard
tidak jarang dijumpai. Kelainan neorologi atau psikitrik dapat disebabkan LES.
Makin dini diagnosis, dan makin cepat diobati, diharapkan komplikasi yang serius
dapat dihindari.
6. Penyakit Imunodefisiensi
Penyakit imunodefisiensi bisa didapat sejak lahir, atau setelah dewasa. Berbagai
penyakit atau keadaan seperti pemakaian obat dapat menyebabkan
imunodefisiensi. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah
satu penyebab imunodefisiensi yang dikenal dengan AIDS. Umumnya pasien
datang dalam keadaan sudah lanjut karena infeksi oportunistik, padahal semakin
awal penyakit diketahui dan diobati semakin baik prognosisnya. Penyakitpenyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, sirosis hati,
dan PPOK dapat menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, meningkatkan
daya tahan tubuh sangat diperlukan, agar terhindar dari bahaya penyakit infeksi.

Mekanise Alergi
Mungkin Anda sudah tak asing dengan istilah alergi. Atau bahkan Anda adalah
salah satu penderita alergi. Alergi bisa beraneka macam, ada yang alergi terhadap
dingin, debu, makanan, dan lain-lain. Reaksinya juga bisa beragam, mulai dari
gatal-gatal, bersin, hidung meler seperti gejala flu, mengeluarkan air mata, sakit
kepala, dan sebagainya.
Alergi menjadi masalah kesehatan yang sangat mengganggu penderitanya.
Keadaan fisik dan kesehatan menjadi sangat sensitif terhadap sesuatu yang
sebenarnya tidak berbahaya. Tentu hal ini sangat mengganggu jika terjadi di
tengah aktivitas, apalahi jika sampai membahayakan tubuh. Alergi jangan
dianggap enteng karena dalam kasus yang parah, bisa mengakibatkan halusinasi,
hingga shock kemudian pingsan atau koma.

Alergi yang biasa ditemui selanjutnya adalah alergi sistem pernapasan. Alergi ini
biasanya disebabkan oleh udara dingin, debu, atau bulu binatang. Reaksi yang
ditimbulkan bisa beragam, mulai dari bersin-bersin, pilek, hidung terasa gatal,
hingga asma. Jika tidak ditanggulangi dengan baik akan sangat membahayakan
tubuh anda.
Alergi juga bisa menyerang mata. Alergi ini menyebabkan mata merah, berair,
hingga bengkak. Tentu hal ini sangat mengganggu aktivitas. Dalam keadaan yang
parah, alergi juga menyebabkan diare dan gejala lain seperti yang terjadi di kulit,
mata, dan pernapasan. Bahkan, karena shock yang dialami oleh penderita alergi,
dia bisa mengalami halusinasi.

Anda tentu tak ingin bukan mengalaminya? Apalagi jika allergen pemicu alergi
pada anda bisa dengan mudah anda temui di sekeliling anda. Selain membuat anda
repot, tak jarang anda juga harus menanggung reaksi alergi yang terjadi.
Sebenarnya apa itu alergi dan bagaimana mekanisme alergi tersebut? Anda juga
bisa menghindarinya mulai dari sekarang.

Allergen juga bisa berupa makanan yang termasuk ke dalam jenis kacangkacangan hingga minuman seperti susu. Anak-anak dalam masa pertumbuhan
tidak sedikit yang mengalami alergi protein susu. Hal ini tentu membuat orang tua
khawatir akan pertumbuhannya karena pada masa pertumbuhan dan balita, anak
membutuhkan susu sebagai asupan energi yang juga berperan dalam
pertumbuhannya. Untuk masalah ini, anda bisa mengatasinya dengan susu kedelai
atau susu non laktosa yang khusus untuk anak-anak yang alergi terhadap susu sapi
biasa.

Mengenal Alergi

Mekanisme Alergi

Alergi adalah respon tubuh kita yang tidak tepat terhadap sesuatu yang sebenarnya
tidak berbahaya, seperti makanan, zat yang terhirup, inhalan, atau zat kimia
tertentu. Dalam tubuh kita terdapat sistem kekebalan tubuh yang bertugas
melindungi tubuh dari segala benda atau zat asing dari luar yang dianggap
membahayakan.

Telah kita ketahui dengan jelas bahwa allergen atau pemicu alergi bukan sesuatu
yang berbahaya dan biasa bagi orang lain, tapi sistem kekebalan tubuh kita
menganggapnya sebagai zat yang berbahaya sehingga menimbulkan reaksi
berlebihan. allergen juga ada di sekitar penderita akan sangat membahayakan dan
membuat penderita alergi merasa tidak nyaman. Alergi ini disebabkan oleh tipe
sistem kekebalan tubuh setiap orang dan allergen sebagai pemicunya.

Berdasarkan jenis alergennya, alergi dibedakan atas berbagai jenis. Alergi kulit
biasa disebabkan oleh zat tertentu yang tersentuh atau juga dari makanan yang
dikonsumsi. Makanan tersebut biasanya berupa seafood. Gejala yang ditimbulkan
adalah kemerahan pada kulit, bentol-bentol kecil yang lama-lama akan membesar,
hingga terjadinya pembengkakan pada permukaan kulit, bisa-bisa sampai ke
wajah anda.

Sistem kekebalan tubuh bertugas mendeteksi tipe zat penyerang itu dan
membentuk antibodi untuk menanggulanginya. Nah, ketika ada zat-zat tertentu
yang masuk ke tubuh kita, adakalanya sistem kekebalan tubuh kita salah
menafsirkan itu sebagai zat yang berbahaya. Sel-sel kekebalan tubuh pun segera
bekerjasama membentuk antibodi untuk memerangi zat asing tersebut.

Reaksi sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh secara berlebihan ini, tidak hanya
menciptakan antibodi yang menghancurkan zat-zat yang dianggap sebagai
penyerang, melainkan juga menghancurkan dirinya sendiri. ini merupakan suatu
mekanisme yang terjadi di dalam tubuh kita, tanpa kita sadari sebelum merasakan
reaksinya.
Reaksi berlebihan terhadap alergen (yang menyebabkan alergi) tertentu yang
datang inilah yang kemudian menimbulkan reaksi alergi. Molekul-molekul
antibodi yang disebut IgE (imunoglobulin E) ini kemudian menempel pada
reseptor, pada sel-sel mast, yang menjadi tempat menerima zat-zat alergen dari
luar untuk pertama kalinya. IgE kemudian melepaskan zat histamin yang menjadi
biang keladi bersin-bersin, kulit gatal, mata berair, dan reaksi-reaksi alergi
lainnya.
Adakalanya pula terjadi reaksi alergi yang hebat, seperti alergi pada ikan, kacang,
atau sengatan serangga. Alergi hebat ini kemudian menyebabkan jaringan yang
membengkak bahkan kesulitan bernafas jika pembengkakan terjadi pada saluran
pernafasan. Alergi jenis ini disebut anafilaksis. Reaksi alergi jenis ini bisa
dinetralisir dengan menyuntikkan epinefrin sintesis, atau hormon sintesis yang
biasa dihasilkan oleh adrenalin.
Orang-orang yang memiliki potensi mengalami alergi hebat, sangat dianjurkan
untuk selalu membawa pena epinefrin, sehingga sewaktu-waktu serangan alergi
hebat terjadi bisa segera ditanggulangi. Jangan sampai alergi menyebabkan
keadaan gawat yang bisa membahayakan diri anda.
Reaksi alergi bisa berlangsung cepat atau lama, tergantung dari sistem kekebalan
tubuh si penderita. Kadang, pada kasus alergi bentol-bentol yang dibiarkan dalam
beberapa saat akan sembuh dengan sendirinya. Begitu pula dengan
pembengkakan. Pada kasus asma dan shock atau diare hal ini bisa sangat
berbahaya.
Tips Menghindari Alergi
Berikut beberapa tips menghindari alergi.
1. Pastikan allergen yang memicu alergi pada anda

Kenali alergen atau sesuatu yang membuat Anda alergi. Apakah itu jenis-jenis
makanan tertentu, zat-zat tertentu yang terhirup, atau kondisi cuaca tertentu. Jika
Anda mengenali alergen Anda, akan lebih mudah bagi Anda untuk
menghindarinya.
Dalam suatu kasus pada anak yang mengalami alergi pada hidung dan saluran
pernapasan, si orang tua menyangka bahwa allergen dari alergi tersebut adalah
bulu kucing. Akhirnya, kucing tersebut dibuang dari rumah. Hal tersebut membuat
si anak stress dan tetap mengalami alergi.
Ternyata setelah diselidiki, alergennya adalah debu yang terdapat di dalam rumah.
Pastikan allergen anda dengan benar dan tepat, jangan sampai anda salah sangka
membuang allergen yang anda curigai padahal alergi yang sebenarnya masih
mengancam anda.
2. Hindari makanan penyebab alergi
Jika Anda alergi terhadap suatu makanan tertentu, hindarilah mengkonsumsi
makanan tersebut. Cermati pula kandungan yang terdapat pada suatu makanan,
termasuk juga mencermati label yang terdapat pada makanan kemasan. Jika Anda
makan di rumah makan, tidak ada salahnya Anda menanyakan kandungan
makanan tersebut kepada sang juru masak.
3. Hindari debu di sekitar anda
Jika Anda alergi terhadap debu, hindari terpapar debu dalam tempo yang lama.
Kenakan masker saat mengendarai sepeda motor di jalan, atau pada saat
membersihkan rumah. Pastikan bahwa lingkungan rumah anda bersih dan terbebas
dari debu.
4. Pastikan tubuh anda terhindar dari suhu yang terlalu dingin
Jika Anda alergi terhadap dingin, lindungi diri Anda dengan jaket tebal yang
memungkinkan tubuh Anda tetap berada pada kondisi hangat, sehingga sistem
kekebalan tubuh Anda tidak akan bereaksi terhadap alergen dingin yang hadir,
khususnya pada musim dingin dan pagi hari.

Alergi yang disebabkan oleh suhu dingin juga bisa disebabkan oleh minuman
dingin, seperti es dan soft drink yang dingin. Jika anda merasa flu, bersin, dan
hidung merah setelah mengkonsumsi es, dapat dipastikan es tersebutlah yang
menjadi allergen. Untuk itu, hindari mengkonsumsi es demi kesehatan anda.
5. Bawalah epinefrin
Bagi Anda yang memiliki potensi mengalami alergi hebat, selalu bawa pena
epinefrin, untuk mencegah kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.
Jenis-Jenis Alergi
Posted by alergi dingin
Alergi dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah alergi berdasarkan
penyebabnya. Tipe kedua adalah alergi berdasarkan gejala yang muncul di tubuh.
1. Tipe Pertama (Berdasarkan Penyebab)
Alergi yang dibedakan atas dasar penyebabnya juga terbagi atau dua macam, yaitu
penyebab yang berasal dari luar tubuh (ekstrinsik) penyebab yang berasal dari
dalam tubuh (intrinsik).
Penyebab yang berasal dari luar tubuh terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
a. Alergi terhadap debu rumah, kapuk, dan serbuk sari bunga, biasanya berupa
asma dan batuk
b. Alergi terhadap makanan, seperti udang, kepiting, susu, dan telur, biasanya
berupa alergi kulit

2. Tipe Kedua (Berdasarkan Gejala )


a. Tipe Cepat
Reaksi timbul 15-20 menit setelah alergen masuk ke dalam tubuh penderita
b. Tipe Lambat
Reaksi baru timbul 2-3 hari setelah tubuh kontak dengan alergen.
c. Jika terjadi pada kulit, yang timbul adalah gejala eksim. Jika terjadi pada hidung
yang timbul adalah rhinitis, sinusitis, dan polip hidung. Pada bayi dapat
menyebabkan peradangan usus.
Kedua tipe alergi ini paling banyak ditemui di Indonesia. Dibandingkan dengan
alergi tipe lambat, alergi tipe cepat kasusnya lebih banyak terjadi. Di Indonesia,
kemunculan IgE lebih sering dibandingkan dengan di negara maju (Eropa). Hal ini
disebabkan Indonesia terletak di wilayah tropis. IgE juga dapat diproduksi oleh
cacing, virus dan limfosit.
Alergi tipe cepat biasanya disebabkan alergen hirup, alergen makanan dan alergen
obat-obatan. Alergi lambat biasanya, selain oleh alergen makanan, juga
disebabkan oleh alergen yang menempel dikulit. Alergen tipe lambat
membutuhkan waktu yang agak lama dan menimbulkan reaksi lokal, seperti gejala
eksim dan bintik-bintik berair di lokasi-lokasi tertentu di tubuh. Misalnya alergi
pada hidung (rhinitis), alergi pada saluran pernapasan (asma bronkial), alergi pada
kulit (biduran, kaligata, eksim) dan alergi pada saluran pencernaan.
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan

c. Alergi terhadap tembaga, kulit, rantai jam tangan dan sebagainya


d. Alergi terhadap obat-obat antibiotik, seperti Tetrasiklin
Sementara itu, penyebab yang berasal dari dalam tubuh (intrinsik) pada umumnya
merupakan faktor keturunan (genetis).

ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya
melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan penyakit.
Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan kemampuan untuk
mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan respon pada kondisi asing

atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi kegagalan untuk

gastrointestinal, endokrin sistem, kulit dan jaringan ikat lainnya, mata, darah, dan

mengenali beberapa bagian dari dirinya (NIH, 1998).


Ada 80 grup Penyakit autoimmune serius pada manusia yang

pembuluh darah. Pada gangguan penyakit tersebut diatas, problema pokoknya

memberikan tanda kesakitan kronis yang menyerang pada hampir seluruh bagian
tubuh manusia. Gejala-gejala yang ditimbulkan mencakup gangguan nervous,

adalah terjadinya gangguan sistem immune yang menyebabkan terjadinya salah


arah sehingga merusak berbagai organ yang seharusnya dilindunginya.

Das könnte Ihnen auch gefallen