Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat I
Dosen Pembimbing : Venny Mayumi Gultom S.Kep, Ners
Disusun oleh:
1. Vinasta Agus Wahyudi (30.01.12.0049)
2. Wira Nirma Mellah Batra (30.01.12.0051)
3. Wulan Maya Sari (30.01.12.0053)
4. Yenita Rosyani (30.01.12.0055)
5. Yun Rehna Sinurat (30.01.12.0057)
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah
dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang Tamponade Jantung. Dengan harapan makalah
ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan
gawat darurat.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan gawat darurat yang
berkaitan dengan tamponade jantung. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah
ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan gawat
darurat secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan
dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Palembang,
Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................
2.1.1 Pengertian..................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................
4.2 Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel.
(Mansjoer, dkk. 2001: 458) Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan
tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena
pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri
dengan volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009: 137).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000
populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada
perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan 1,25:1). Morbiditas dan mortalitas
sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan
penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan pada ruang pericardium.
Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac, penurunan diastole secara
progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume sekuncup dan cardiac output.
(ENA, 2000: 128). Tamponad terjadi bila jumlah efusi pericardial menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel)
(Panggabean, 2006: 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat,
dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik,
dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1 Pengertian Tamponade Jantung
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel.
(Mansjoer, dkk. 2001)
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan
darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur
jantung (Spodick, 2003)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah
250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai
kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang
bertambah tersebut (Muttaqin, 2009)
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam
pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini
merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan
darurat.
2. Pericardium Parietalis
4.
2.1.4 Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab
tersering adalah neolasma dan uremi. (Panggabean 2006:364). Neoplasma
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung.
Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, ynag menyebabkan
pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada
kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium).
Uremia juga mengakibatkan temponade jantung(price, 2005 :945). Dimana orang
yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi ( dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium). Selain
itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat trauma tumpul / tembus.
Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga
darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung
terdesak oleh akumulasi ciran tersebut
keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung
redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher, bunyi
jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Menunjukkan gambaran
water
bottle-shape
heart,
kalsifikasi
perkardial.
bersih
Foto lateral kadang terlihat double fat stripe
2. Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium
disesuaikan
dengan
etiologi
terjadinya
Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan
pericarditis
3. Elektrokardiografi (EKG)
a. Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal
sebagai Electromechanical Dissociation, merupakan dimana pada EKG
didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan pulsasi.
PEA Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap gelombang
berikutnya.
b. PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
c. Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
Sinus tachycardia
PR segment depression
4. Echocardiografi
Meskipun
echocardiografi
menyediakan
informasi
yang
berguna,
tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan
echocardiografi 2-dimensi :
Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di belakang
atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan cairan lokal
posterior tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan dapat
membahayakan cardiac output.
Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak kolaps
Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup mitral
5. Pulse Oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat pada pasien
dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien dengan tamponade,
Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas pernapasan di pulsa-oksimetri
gelombang pada semua pasien. Ini harus meningkatkan kecurigaan untuk
kompromi hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetridapat membantu untuk mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.
6. USG FAST
Untuk mendeteksi cairan di rongga perikardium.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum
berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus dan
diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat
EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk membantu menentukan apakah
jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG.
Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung false-positive yang
signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel
kanan sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah
bahwa darah yang bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku.
Yang paling baik, perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara
untuk memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa
rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara darurat di
UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks. (Oman, 2008)
Gambar 3. Perikardiosintesis
Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat
EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu dari
beberapa kedaruratan yang harus ditransport dengan sirine dan lampu merah.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan berlebihan
ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan tension
pneumotoraks tanpa bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati
penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit terhadap kemungkinan
tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter
rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan
dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan ephineprin, dengan
hanya menarik penuh semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid,
menuju scapula kiri tepat seperti suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam
memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah
memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar).
Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan
sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem alligator. Sewaktu
jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum
menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong pericardium,
EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai myocardium.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup
untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa
mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien,
peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat
ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan
nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif
melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar
operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan
difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah
jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit
seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick,
1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien
tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak
adekuat karena penurunan curah jantung.
2.1.8 Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik
3. Henti jantung
4. Penimbunan cairan di paru-paru (edema paru)
5. Kematian
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher punggung atau
perut.
Dispnea
Cemas
Nyeri dada
Lemah
b. Riwayat Kesehatan
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Data Obyektif
a. Airway
Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala.
b. Breathing
Takipnea
c. Circulation
Takikardi
Trias classic beck berupa: distensis vena leher, bunyi jantung melemah
/ redup dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade.
d. Disability
2. Pengkajian Sekunder
a. Exposure
b. Five Intervensi
pemeriksaan
Echocardiografi
pada
tamponade
jantung
menunjukkan :
c. Give Comfort
d. Head to Toe
Dada: ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung
melebar
Intervensi
1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
EKG normal
Intervensi
Perubahan
suara,
frekuensi
dan
irama
jantung
dapat
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari
kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2
2. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis)
Rasional: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
3. Pantau GCS
Rasional: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan
penurunan tingkat kesadaran
4. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total
Rasional:
Menurunkan
kebutuhan
oksigen
2.2.4 Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien
2.2.5 Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi
berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
1. Pola nafas efektif
2. Curah jantung ke seluruh tubuh adekuat
3. Perfusi jaringan adekuat
BAB III
TINJAUAN KASUS
Skenario Kasus
Seorang pasien 35 tahun datang ke rs dengan keluhan lemas, terdapat luka operasi
pada dada. Keluarga mengatakan pasien pernah kecelakaan 2 tahun yang lalu
dimana pada waktu itu terjadi patahan tulang rusuk yang menembus jantung
pasien, saat ini pasien mengatakan napas sesak. Sekitar 2 bulan yll pasien
mengeluh nyeri dada dan didapatkan TD: 90/40 mmHg, N: 129 x/menit, terdapat
bunyi jantung yang lama dan terdapat distensi vena jugularis. Berdasarkan
pengkajian didapatkan hasil :
1. Pasien tampak lemah dan kesulitan bernafas
2. Tanda vital : laju respirasi 42 x/menit, nadi 100 x/menit, TD 90/60 mmHg,
suhu 38o C
3. Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin, kuku tampak biru
4. GCS 13 (E:3, M:6, V:4), pupil isokor 3 mm/-=
5. Sirkulasi
S3/S4/irama jantung, gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi)
Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
ketegangan pneumothoraks
6. Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung
menunjukkan udara dalam mediastinum)
7. Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: redup
8. Hasil laboratorium
Laboratorium
: kreatinin meningkat
Foto thorak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bersadarkan
pemaparan
diatas
kita
dapat
menyimpulkan
bahwa
DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed.
Philadelphia : Current Medicine.
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta :
EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders
Company.
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid pertama. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.
Mansjoer, A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid kedua. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.
Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Nichols, David G. dkk. 2006. Critical Heart Disease in Infant and Children.
Second Edition. USA : Elsevier.
Oman, K. S. 2000. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Terjemahan Andry
Hartono. 2008. Jakarta : EGC.
Panggabean M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam.
Price, S. A. 2000. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol. 2.
Edisi 6. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 :
Definisi & Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Artini, Aryik. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tamponade Jantung.
http://ayikrik2.blogspot.com/2010/04/askep-tamponade-jantung.html,
11
Maret 2015
Natiqah, Rabbi. (2012). Tamponade Jantung.
https://natiqahdr.wordpress.
com/2012/01/13/tamponade-jantung/. 11 Maret 2015
Arum,
Christy.
(2014).
Asuhan
Keperawatan
Tamponade
Jantung.