Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Sindroma Horner merupakan akibat dari terganggunya suplai persarafan
simpatis ke mata dan bercirikan dengan triad klasik antara lain miosis, ptosis
parsial dan anhidrosis hemifasial. Sindroma Horner merupakan pertanda dari
masalah medis seperti tumor, cedera sumsum tulang belakang atau stroke yang
merusak saraf di wajah. Terkadang kasus penyebab utamanya tidak dapat
ditemukan karena sindroma Horner sebenarnya bukanlah penyakit. Sindroma
Horner tidak mempunyai penatalaksanaan spesifik. Namun jika dimungkinkan,
penatalaksanaan diarahkan pada penyebab utamanya.1,2Ketika saraf yang berjalan
dari otak ke mata dan wajah rusak, suatu gangguan yang jarang ditemui terjadi
yakni Syndrom Horner. Biasanya, hanya satu sisi wajah yang dipengaruhi oleh
syndrom Horner.
Orang pertama yang memperkenalkan syndroma ini adalah Johann Friedrich
Horner, seorang ahli oftalmologi berkebangsaan Swiss (1831 1886). Dimana ia
menemukan beberapa kelainan dari gejala klinis pada orang yang terinfeksi lues.
Kelainan tersebut sangat khas, yaitu adanya ptosis, miosis, enoftalmus dan
anhidosis.1,2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. Anatomi dan fisiologi mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya.Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan
untuk memberikan pengertian visual.
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak mata
bagian belakang. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva. Konjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh
sel goblet. 4
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
2
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan.
Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depanya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu yang lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma. 4
4.
Membrane
descement
5. Endotel
Berasal dari mesotellium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2040m.
endotel
melekat
pada
membrane
descement
melalui
Kornea dipersyarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.4
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenarasi.4
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 4
Uvea
Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid, bagian ini adalah lapisan
vas.Tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera, bagian ini ikut
mensuplai darah ke retina.4
Korpus siliaris
M. Siliaris tersusun dari gab. Serat longitudinal, sirkuler dan radial. Fungsinya
untuk kontraksi dan relaksasi serat-serat zonula, yang origo di lembah-lembah
di antara proc. Siliaris, otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga
lensa dapat menyesuaikan berbagai fokus dengan baik.4
Khoroid
Adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera.
Lensa
Adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna , tebal : 4 mm , diameter : 9 mm. Lensa ditahan di
tempatnya oleh ligamentum yang di kenal sebagai zonula zinii , yang tersusun
dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip dalam
ekuator lensa.4
Retina
Retina selembar tipis jaringan tipis yang semi transparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua sepertiga posterior dinding bola mata. Lapisan
retina dari dalam :
1. membrana limitans interna
2. lapisan serat saraf
3. lapisan sel ganglion
4. lapisan pleksiform dalam
5. lapisan inti dalam badan sel bipolar ( amakrin dan sel horizontal )
6. lapisan pleksiform luar
7. lapisan inti luar sel fotoreseptor
8.membrana limitans eksterna
9.lapisan fotoreseptor , segmen dalam / luar batang dan kerucut
10.epitelium pigmen retina
Vitreous adalah suatu badan gelatin yang jernih atau avaskuler, yang
membentuk 2/3 darivolume dan berat mata , vitreous merupakan ruangan
6
yang di batasi lensa , retina dan diskus optikus. Vitreous berisi 99 % air , 1 %
meliputi 2 komponen , kolagen dan asam hialuranat yang memberikan bentuk
dan konsistensi mirip gelombang pada vitreous karena kemampuannya
mengikat banyak air.4
2.2 Neuroanatomi Mata
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia3.
Bagian-bagian tersebut adalah5:
Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari
sumber cahaya.
Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata
1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.
Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya
datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat
objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
Saraf optik
Saraf yang memasuki sel batang dan kerucut dalam retina, untuk menuju
ke otak3. Berikut adalah sistem kerja penglihatan pada saraf optik ( visual
pathway) .
Retina
merupakan
reseptor
permukaan
untuk
informasi
visual.
10
BAB I
SINDROM HORNER
1. Definisi
Sindrom Horner adalah suatu sindrom yang terdiri dari kelainan berupa
masuknya bola mata, ptosis kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik,
kontraksi dari pupil, penyempitan dari fissura palpebra, anhidrosis dan warna
kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan oleh paralisa saraf-saraf simpatis
servikal.7
Sindroma Horner juga disebut dengan Bernards Syndrome, BernardHorners Syndrome dan Horners Ptosis. 7
2. Etiologi
Sindrom Horner terutama disebabkan oleh adanya kerusakan pada jalur
saraf simpatis. 6,8,9
Sentral:
Tumor
Ensefalitis
Difus ensefalitis
Perifer - Preganglionik:
Syringomyelia
Difus ensefalitis
Trauma
Tumor rhinopharyngeal
Goiter
Aneurisma
Proses di apeks paru - Pancoasts Syndrome (kerusakan pleksus
brachialis)
Perifer - Postganglionik
Aneurisma carotis interna
Tumor basis kranii
11
12
meninggalkan
vasomotor
ganglion
servikal
superior, lalu
berjalan di
dam
kelenjar keringat pada wajah. Serabut pupillomotor naik sepanjang arteri karotis
interna, masuk ke sinus kavernosa. Kemudian, serabut meninggalkan pleksus
karotis untuk bergabung dengan N. Abducens (VI) pada sinus kavernosus dan
masuk orbita melalui fisura orbital superior bersama dengan cabang oftalmik dari
N. trigeminus (V1) melalui N. ciliary longus. Kemudian menginervasi dilator iris
dan otot Mller.2
Pada sindrom Horner, adanya suatu patologi dalam jalur simpatik
bermanifestasi sebagai miosis ipsilateral, ptosis parsial, enophthalmos dan
anhidrosis.10
A.
B.
Gambar 2.2. Sindrom Horner pada mata kanan (A) dan mata kiri (B)
Miosis (perbedaan sekitar 1-2mm) karena kegagalan dari otot dilator pupillae.
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tergantung pada lokalisasi dan etiologi yang dicurigai, tes laboratorium
yang dapat dipertimbangkan dalam hubungannya dengan konsultasi medis yang
tepat. Meliputi:
5. Diagnosis Banding
Diagnosis utama untuk sindroma Horner adalah Argyll Robertson pupil.
Argyll Robertson pupil diakibatkan oleh cedera pada jalur parasimpatis sentral di
area periaquaduktus. Secara klasik, Argyll Robertson pupil merupakan tanda khas
dari penyakit meningovaskular sifilis (misalnya, neurosifilis, tabes dan parese
yang umum) dan sesekali dapat ditemukan pada ensefalitis batang otak,
alkoholisme, pinealoma dan diabetes mellitus yang lanjut. Argyll Robertson pupil
ditandai dengan hilangnya refleks pupil terhadap cahaya, pupil tidak berkontraksi
meskipun cahaya terang dipancarkan ke mata. Miosis biasanya ada dan bilateral.
Ketika cocaine diteteskan ke mata, pupil akan berdilatasi pada sisi kontralateral.
Juga dijumpai dilatasi pupil yang tidak sempurna setelah penetesan atropine. 11
Kondisi-kondisi atau penyakit-penyakit lain yang dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding sindroma Horner meliputi: pemakaian unilateral obat-obatan
miotikum dan keracunan obat-obatan sistemik, serta lesi pada pons. Obat-obatan
miotikum yang dapat menyebabkan miosis unilateral antara lain: pilocarpine,
neostigmine, physostigmine, carbachol, Methacholine, dan lain-lain. Sedangkan
keracunan obat-obatan sistemik menyebabkan miosis bilateral antara lain:
14
15
BAB IV.
GAMBARAN RADIOLOGIS
sindroma
Horner. 1%
hydroxyamphetamine
dapat
digunakan
16
kehilangan sensasi nyeri dan suhu pada tungkai yang berlawanan. Tanda-tanda
sensoris atau motorik tersilang sangat mungkin dari sebuah lesi batang otak.
Patologi
dalam
otak
tengah
menghasilakan
lumpuhnya
saraf
keempat
17
protocol
untuk
investigasi
MRI
dari
sindroma
Horner
18
4.1.3. Postganglionik
Sindroma Horner Postganglionik dapat disebabkan oleh kondisi mulai dari
relatif sepele mengancam jiwa sampai yang mengancam jiwa. Nyeri sering
merupakan gejala yang menyertai. Distribusi anatomikal meluas dari arteri carotis
interna sampai ke basis kranii, sinus cavernosus dan apeks orbita. Penyebab
paling umum adalah diseksi arteri carotis spontan atau traumatik (Gambar3.3),
sering bersamaan dengan carotydynia (nyeri dari wajah dan leher). Thrombosis
dalam vessel merangsang hemiplegia kontralateral. Pasien dengan gangguan
jaringan ikat, seperti bromuscular dysplasia atau sindrom Ehlerse Danlos,
mungkin lebih rentan. Baik tumor dan trauma dapat mengganggu saraf ketiga
dalam basis kranii dan sinus cavernosus (Gambar3.4). 12
Terjadinya kelumpuhan saraf kranial ketiga, keempat, kelima, dan keenam
menunjukkan sebuah lesi dalam sinus cavernosus atau fissura orbita superior.
Sebuah lesi apeks orbita juga dapat menyebabkan kehilangan penglihatan sebagai
tambahan. Sakit kepala tipe Cluster dianggap merupakan akibat cedera serabut
simpatik dalam tulang canalis carotikus. Riwayat pasien sering tipikal; unilateral
berat, sakit kepala singkat yang terlokalisir ke area orbita, temporal dan
pertengahan wajah dimana pencitraan mungkin tidak membantu. Umumnya,
pencitraan memiliki hasil positif yang lebih besar pada penyakit postganglionik
jika gejalanya akut dibandingkan kronik. Angiografi digital dengan formal kateter
merupakan teknik yang berharga yntuk mendeteksi diseksi arteri carotis interna,
tapi sedang digantikan dengan MR dan CT angiografi. MRI axial leher dengan
T1-weighted, lemak ditekan dan magnetic resonance angiography (MRA) akan
mendeteksi sebagian besar diseksi arteri carotis interna. 12
19
20
21
KESIMPULAN
Sindrom Horner adalah suatu sindrom yang terdiri dari kelainan berupa
masuknya bola mata, ptosis kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit
naik, kontraksi dari pupil, penyempitan dari fissura palpebra, anhidrosis
dan warna kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan oleh paralisa
saraf-saraf simpatis servikal
22
DAFTAR PUSTAKA
1
George A., Haydar A.A., Adams W.M., 2008. Imaging of Horners Syndrome.
United Kingdom: http://www.sepeap.org/archivos/pdf/10967.pdf.
23
Crick, Ronald Pitts and Peng Tee Khaw. 2003. Textbook of Clinical
Ophthalmology. 3rd Edition. New Jersey: World Scientific Publishing.
Riordan-eva, Paul and John P. Withcher. 2007. Vaughan and Asburys General
Opthalmology. 17th edition. New York: McGraw Hill-Lange.
10 Ming, Arthur Lim Siew and Ian J. Constable. 2007. Color atlas of
ophthalmology. 3rd edition. New Jersey: World Scientific Publishing.
11 Tsementzis, 2000. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.
New York: Thieme Stuttgart
12 George A., Haydar A.A., Adams W.M. Imaging of Horners Syndrome.
United Kingdom: 2008. http://www.sepeap.org/archivos/pdf/109
24
25