Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Perspektif
Pengurangan Risiko Bencana
Kajian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas
Internalisasi Nawacita: Membangun Kawasan Perbatasan dalam perspektif Tata Ruang dan
Pertanahan
Ir. Budi Situmorang, MURP
Direktur Tata Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang
42
Pelindung
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan
Otonomi Daerah
Penanggung Jawab
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Pemimpin Redaksi
Santi Yulianti
Dewan Redaksi
Mia Amalia
Uke M. Hussein
Nana Apriyana
Rinella Tambunan
Editor
Gina Puspitasari
Rini Aditya Dewi
Redaksi
Hernydawati
Aswicaksana
Raffli Noor
Elmy Yasinta Ciptadi
Idham Khalik
Cindie Ranotra
Riani Nurjanah
Aulia Oktriana Lafiadji
Zaharatul Hasanah
Meddy Chandra
Gita Nurrahmi
Fadiah Adlina Ulfa
Reza Nur Irhamsyah
Edi Setiawan
Desain & Tata Letak
Dodi Rahadian
Indra Ade Saputra
Distribusi & Administrasi
Sylvia Krisnawati
Redha Sofiya
Pratiwi Khoiriyah
Alamat Redaksi
Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan, Kementerian PPN/
Bappenas
Jl. Taman Suropati No. 2
Gedung Madiun Lt. 3
Jakarta 10310
telp: 021 - 392 66 01
email: trp@bappenas.go.id
website: www.trp.or.id
portal: www.tataruangpertanahan.com
facebook: trp.bappenas
Redaksi menerima kiriman tulisan/artikel dari
luar, Isi berkaitan dengan penataan ruang dan
pertanahan dan belum pernah dipublikasikan.
Panjang naskah tidak dibatasi.
Sertakan identitas diri, Redaksi berhak
mengeditnya.
Silakan kirim ke alamat di atas
dari redaksi
Tidak terasa kita berjumpa kembali. Pada kesempatan pertama kami
Keluarga Besar Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas
menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah. Mohon Maaf Lahir
dan Batin.
Pada edisi ini, kami menyajikan tema Peran Tata Ruang dan Pertanahan
dalam Pembangunan Kawasan Perbatasan sebagai Prioritas RPJMN
2015-2019. Ada apa dengan kawasan perbatasan?. Tentu saja perhatian
terhadap kawasan perbatasan bukan tanpa alasan. Sebagaimana diketahui
bahwa salah satu agenda prioritas yang tercantum dalam Nawacita adalah
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan. Dalam konteks inilah kemudian kawasan
perbatasan dimaknai sebagai salah satu daerah pinggiran. Namun yang
lebih penting lagi adalah adanya keinginan pemerintahan saat ini menjadikan
kawasan perbatasan sebagai beranda depan atau bagian dari etalase
Indonesia.
Untuk mewujudkan agenda maupun keinginan pemerintah tersebut, banyak
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah melakukan
pembenahan terhadap kondisi tata ruang dan pertanahan kawasan
perbatasan. Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan kita, Buletin
TRP kali ini mengetengahkan beragam materi mulai dari wawancara dengan
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas yang selama ini
mengawal pembangunan kawasan perbatasan, tulisan dari Direktur Tata
Ruang Wilayah Nasional Kementerian ATR/BPN yang banyak membahas
RPJMN, dan dilengkapi dengan melihat dari dekat salah satu kawasan
perbatasan yang sudah sangat dikenal yaitu Entikong. Selain itu, disajikan
pula Peraturan Presiden terkait RTR Kawasan Perbatasan di Provinsi NTT
sebagai contoh pengaturan tata ruang kawasan perbatasan. Tidak lupa juga
disertakan ringkasan buku terkait Pengembangan Kawasan Perbatasan.
Diharapkan sajian kali ini dapat menambah khasanah pengetahuan pembaca
terhadap pentingnya pembangunan kawasan perbatasan dan tentunya peran
tata ruang dan pertanahan dalam pembangunan kawasan perbatasan.
Akhir kata, kami selalu menantikan kritik dan saran dari para pembaca demi
peningkatan kualitas Buletin TRP.
Selamat membaca. Salam
daftar isi
2
15
19
Entikong: gerbang terdepan perbatasan Indonesia
Melihat dari Dekat
daftar isi
13
koordinasi trp
20
sosialisasi peraturan
22
dalam berita
27
ringkas buku
wawancara
Kebijakan Pembangunan
Kawasan Perbatasan 2015 2019
awasan Perbatasan sebagai pintu gerbang negara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga memiliki peran dan posisi yang
sangat strategis. Faktanya, masih banyak pekerjaan yang harus dibenahi dan dilakukan untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai
halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015 2019. Untuk itu, redaksi
mewawancarai Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas, Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi, untuk mengupas lebih
dalam kebijakan pembangunan kawasan perbatasan 2015 2019. Berikut hasil wawancara redaksi.
kesejahteraan masyarakat
(prosperity approach), yang
difokuskan pada 10 (sepuluh) Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas
(Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota dan
13 Provinsi .
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara mengunjungi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
Sumber: www.beritadaerah.co.id
Pembangunan kawasan
perbatasan dalam RPJMN 2015
-2019 mengacu pada rencana
Langkah strategis penyerasian
tata ruang kawasan perbatasan
kawasan perbatasan untuk
yang berfungsi sebagai
konservasi dan pertahanan, telah
pedoman dalam: (1) penyusunan
didesain oleh BNPP, yaitu pada
rencana pembangunan di
wilayah-wilayah perbatasan yang
Kawasan Perbatasan Negara;
masih berupa hutan akan dibangun
(2) pemanfaatan ruang dan
jalan inspeksi perbatasan (JIP).
pengendalian pemanfaatan ruang Pos Perbatasan Negara Republik Indonesia - Malaysia di Kalimantan Barat,
Jalan ini dibangun oleh TNI,
Sumber: www.harianterbit.com
Kawasan Perbatasan Negara;
berupa jalan setapak selebar 1-2
(3) perwujudan keterpaduan,
meter untuk keperluan patroli jalan kaki atau pasukan berkuda.
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
Dengan demikian patroli yang intensif di kawasan hutan ini akan
kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan
meminimalkan pencurian kayu pada wilayah-wilayah batas negara
Perbatasan Negara; (4) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk
yang masih terisolir.
investasi di Kawasan Perbatasan Negara; (5) penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan Perbatasan
Apa harapan Bapak untuk pembangunan kawasan perbatasan ke
Negara; (6) pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan (7)
depan?
perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan
Dari sisi kelembagaan, perlu penguatan BNPP yang rencananya
Perbatasan Negara dengan kawasan sekitarnya.
akan dilakukan revisi terhadap Perpres No. 12 Tahun 2010. Dalam
Konsekuensi pasal 361 UU 23 Tahun 2014?
Perpres tersebut perlu dikaji ulang kewenangan kewenangan
instansi yang terlibat. Selain itu, diharapkan ada perubahan
Pada UU 23 Tahun 2014 pasal 361 ayat 2, 3 dan 7 menyebutkan
pemikiran yang lebih pada koordinasi dan fasilitasi karena
bahwa pembangunan kawasan perbatasan adalah kewenangan dan
pengelolaan kawasan perbatasan harus dikelola secara utuh.
kewajiban pusat, baik dari pembangunan infrastruktur, penyusunan
rencana detail tata ruang, maupun izin pemanfaatan ruangnya.
Kawasan perbatasan harus lebih baik dari kabupatennya. Untuk itu
Harapannya, pembangunan kawasan perbatasan dapat dilakukan
perlu peraturan desentralisasi afirmatif yang mendukung kawasan
dengan cepat. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah membantu
perbatasan. Misalnya, standar biaya umum (SBU) harus disesuaikan
pembebasan, pengamanan, dan penyediaan lahannya. Sedangkan,
dengan kebutuhan di kawasan perbatasannya. Alasannya, contoh
RDTR kawasan perbatasan yang saat ini menjadi kewenangan
kasus pengiriman vaksin, untuk sampai ke kawasan perbatasan
pemerintah pusat, ini masih perlu disusun peraturan turunannya
dengan kondisi vaksi yang baik, vaksin seharusnya dikirim dengan
(Peraturan Pemerintah).
menggunakan pesawat untuk menyesuaikan waktu dan temperatur
yang dibutuhkan oleh vaksin. Tetapi dalam praktiknya di lapangan
CONTOH KASUS KAWASAN PERBATASAN NEGARA
hanya bisa menggunakan kendaraan darat karena SBU hanya
Baru baru ini, Presiden RI Joko Widodo, mengunjungi salah
mengenal transportasi darat, hasilnya, vaksin sudah rusak dan tidak
satu kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia, wilayah Entikong
bisa digunakan ketika tiba di lokasi.
kajian
ebagai negara rawan bencana, sangat penting bagi Indonesia memiliki kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana. Salah satunya,
melalui upaya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana yang timbul. Undang Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana mengamanatkan agar setiap daerah memiliki perencanaan penanggulangan bencana. Untuk menjamin efektivitas
pelaksanaannya, sangatlah penting bagi setiap daerah untuk mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana ke dalam dokumen
perencanaan daerah, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Menengah, dan Rencana Tata Ruang.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, semua pemerintah daerah (provinsi,
kabupaten dan kota) wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) yang selanjutnya dilegalisasikan menjadi Peraturan
Daerah (Perda). RTRW tersebut memiliki masa berlaku selama
20 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun. Dalam mendukung
upaya pengurangan risiko bencana, rencana tata ruang juga perlu
memasukkan kajian risiko bencana untuk mengidentifikasikan
kerawanan, tingkat ancaman, tingkat kerentanan, dan tingkat
kapasitas di suatu wilayah. Mengintegrasikan upaya pengurangan
risiko bencana ke dalam penataan ruang harus menjadi prioritas
Pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Rencana tata ruang
berdasarkan perspektif mitigasi bencana, sangat berguna dalam
mereduksi keterpaparan jumlah penduduk, kerugian sosial,
ekonomi, dan sarana prasarana (fisik) dari ancaman bencana.
Tujuan dan Ruang Lingkup
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana disusun
sebagai bahan masukan terhadap penyempurnaan pedomanpedoman penyusunan rencana tata ruang (RTR) yang telah ada
saat ini untuk mengintegrasikan pendekatan pengurangan risiko
bencana ke dalam penataan ruang, khususnya: (a) Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan (b)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis Nasional (KSN).
Materi
Teknis
Integrasi
Dokumen/
Proses
Integrasi
Integrasi Spasial/Muatan
Spasial/
Muatan
Koordinasi
Kelembagaan
Melengkapi
Pedoman Penyusunan
RTRW Provinsi
Melengkapi
Pedoman Penyusunan
RTR KSN
Keterkaitan Materi Teknis dengan Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR
KSN, serta Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
Sumber: Hasil Analisis
Diskusi dengan Rima Yulianti, Kasubdit KLHS, Kementerian Lingkungan Hidup, 23 April 2014
10
BIG, dalam Diskusi Terarah Materi Teknis - SCDRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.
11
trp.bappenas
12
Kelembagaan BKPRN
Kehadiran Kementerian Agraria dan Tata Ruang di akhir tahun
2014 telah memberi warna baru bagi bidang tata ruang dan
memunculkan pemikiran untuk meninjau bentuk keberadaan BKPRN
sebagai badan koordinasi tata ruang selama ini. Pada prinsipnya,
keberadaan BKPRN seyogyanya tidak merupakan duplikasi terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian ATR/BPN. Kita tunggu
hasil peninjauan tersebut [ay].
13
Koordinasi
14
Artikel Utama
Internalisasi Nawacita:
Membangun Kawasan Perbatasan dalam perspektif
Tata Ruang dan Pertanahan
Ir. Budi Situmorang, MURP
Direktur Tata Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
15
16
Kawasan Perbatasan di Kec. Lumbis Ogong, Kab. Nunukan, Prov. Kalimantan Utara. sumber: citizendaily.net
17
18
Entikong
ecara geografis, Indonesia berbatasan darat dengan negara Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini sepanjang 3092,8 km. Titik
perbatasan tersebar di 3 (tiga) pulau, 4 (empat) Provinsi, dan 15 Kab/Kota dengan karakteristik yang berbeda. Buletin TRP kali ini
melihat lebih dekat salah satu kawasan perbatasan yang menjadi titik awal pembangunan perbatasan di era Presiden Joko Widodo,
yaitu kecamatan Entikong, kabupaten Sanggau, provinsi Kalimantan Barat.
Kecamatan Entikong merupakan kecamatan perbatasan yang
berlokasi di ujung utara kabupaten Sanggau yang berbatasan
langsung dengan Serawak Malaysia. Kecamatan Entikong
memiliki luas 506, 89 km2, yang terdiri dari 5 desa dan 28 dusun,
dengan jumlah penduduk 13.514 jiwa (tahun 2012). Sebagian
besar penduduk Entikong bermata pencaharian sebagai petani.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Entikong menjadi
salah satu Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada
di pintu perbatasan darat Indonesia, dengan sudut kepentingan
pertanahan dan keamanan, dan menjadi Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Propinsi Kalimantan Barat. Pengembangan PKSN
dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kegiatan masyarakat di kawasan perbatasan,
termasuk pelayanan kegiatan lintas batas antarnegara. Berdasarkan
rancangan Rencana Tata Rinci (RTR) Kawasan Perbatasan
Kalimantan, PKSN Entikong ini berfungsi sebagai: (i) pintu gerbang
utama; (ii) pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina,
dan keamanan; (iii) pusat kegiatan hankam negara; (iv) pusat
perdagangan dan jasa; (v) pusat industri; dan (vi) pusat pelayanan
sistem angkutan umum penumpang.
Sementara, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 3 Tahun
2012 tentang RTR Pulau Kalimantan, PKSN dan PKW Entikong akan
dikembangkan sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan
(kelapa sawit dan karet), hasil hutan, dan hasil pertanian. Selain
itu, fungsinya ditingkatkan sebagai pusat kegiatan pertanahan
keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang
internasional dan simpul transportasi kawasan perbatasan.
Pada tahun 2013, Ditjen Cipta Karya Kementerian PU telah
menyusun masterplan dan DED (Detail Engineering Design) di
kawasan PLBN (Pos Lintas Batas Negara) Entikong. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kawasan perbatasan (border area) yang
representatif dan tertata dengan baik, yang nantinya akan menjadi
panduan terukur dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Sebagaimana dapat dilihat pada rencana struktur ruang lokasi
prioritas (lokpri) Entikong, berdasarkan evaluasi dan peninjauan
kembali Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perbatasan
Entikong Tahun 2012, pusat primer bertumpu pada PBLN Entikong
dan memiliki pusat sekunder dan tersier sebagai buffer zone.
Dibandingkan dengan kawasan perbatasan lainnya, Entikong sudah
memiliki Custom, Immigration, Quarantine, and Security (CIQS)
dengan kondisi yang cukup baik, dan termasuk dalam PLBN Tipe
A. PLBN Tipe A, yaitu gerbang lintas batas negara yang dilengkapi
dengan CIQ dan status keimigrasianya dinyatakan sebagai Tempat
Pemeriksaan Imigrasi (TPI), bagi para pelintas batas diwajibkan
menggunakan dokumen paspor atau pas lintas batas bagi
penduduk kecamatan perbatasan. PLBN ini bersifat internasional,
19
Sosialisasi
Peraturan
ilayah Pertanahan terdiri atas: a) pangkalan militer atau kesatrian; b) daerah latihan militer; c) instalasi militer; d) daerah uji coba
peralatan dan persenjataan militer; e) daerah penyimpanan barang eksplosif dan berbahaya lainnya; f) daerah disposal amunisi dan
peralatan pertahanan berbahaya lainnya; g) obyek vital nasional yang bersifat strategis; dan/atau h) kepentingan pertahanan udara. Wilayah
pertahanan tersebut dapat ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) KSN dari sudut
kepentingan pertanahan dan keamanan dilakukan oleh pemangku
kepentingan tingkat nasional dengan melibatkan peran serta
masyarakat. Dalam proses persiapan penyusunan, melibatkan
unsur TNI. Dalam merumuskan konsepsi rencana, paling sedikit
harus mengacu pada: i) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN); ii) Rencana Wilayah Pertahanan (RWP); iii) kebijakan
umum pertahanan negara; iv) kebijakan penyelenggaraan
pertahanan negara; dan v) pedoman dan petunjuk pelaksanaan
bidang penataan ruang dan pertanahan. RTR tersebut harus
memuat tujuan, kebijakan, strategi, dan konsep pengembangan
KSN. RWP dan RRWP yang dihasilkan dari perencanaan wilayah
pertahanan, digunakan sebagai salah satu masukan dalam
menyusun RTRWN dan RTR KSN.
20
DEFINISI
Wilayah Pertahanan adalah wilayah yang ditetapkan untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman
dan gangguan keutuhan bangsa dan negara.
Rencana Wilayah Pertahanan (RWP) adalah hasil
perencanaan wilayah yang mengindikasikan lokasi
Wilayah Pertahanan untuk kepentingan pertahanan
negara.
Rencana Rinci Wilayah Pertahanan (RRWP) adalah jabaran
dari perencanaan wilayah yang mengindikasikan lokasi
Wilayah Pertahanan, sesuai matra TNI Angkaran Darat,
TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara yang dibuat
secara rinci untuk kepentingan pertahanan negara.
DEFINISI
Garis Batas Klaim Maksimum adalah garis batas maksimum
21
Kliping Berita
i awal Januari 2015, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 2019. RPJMN yang juga berisi visi, misi, dan agenda Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla merupakan pedoman bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dalam lima tahun ke depan. Sesuai
dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sasaran pembangunan nasional dalam RPJMN
2015-2019 ditekankan pada peningkatan daya saing bangsa di berbagai bidang.
JANUARI
Pemanfaatan tata ruang Laguna Segara Anakan yang memisahkan
daratan Pulau Jawa dan Samudra Indonesia di kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah, belum memiliki landasan aturan yang jelas.
Akibatnya, kerusakan ekosistem laguna bertambah parah tanpa
penanganan efektif. Padahal, kawasan ini telah dimasukkan dalam
kawasan strategis nasional. Kerusakan ekosistem diperparah
penyusutan luas hutan bakau dari 15.000 hektar pada 1980-an
menjadi 8.000 hektar. Kedalaman laguna kini 1-1,5 meter. Padahal,
sesuai Peraturan Pemerintah No.26/2008, pemerintah pusat telah
menetapkan Laguna Segara Anakan sebagai Kawasan Strategis
Nasional dalam jejaring Pancangsanak. Kawasan itu meliputi
Pangandaran-Kalipuncang-Segara Anakan-Nusakambangan.
FEBRUARI
Pemerintah berjanji mengurai satu per satu hambatan bidang
pertanahan dan perumahan. Satu contoh yang sedang dibahas
serius Kementerian Agraria dan Tata Ruang adalah rencana
penghapusan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB). Sebagai tahap awal, rencana ini berlaku bagi
rumah tinggal, rumah ibadah, dan rumah sakit. PBB dan BPHTB
tetap dipungut bagi properti komersial, seperti hotel, restoran dan
warung, serta properti dengan luas di atas 200 m. (Kompas.com)
22
28 Februari 2015)
MARET
Pulau Jawa saat ini dinilai sangat kritis jika dilihat dari buruknya
daya dukung lingkungan dan tingginya konflik agraria. Namun,
izin penambangan masih terus diberikan dengan mengonversi
daerah tangkapan air, hutan, dan kawasan pertanian. Laporan
penelitian Jaringan Advokasi Tambang hingga 2013, izin tambang
karst di pulau Jawa mencapai 76 izin, mencakup 23 kabupaten,
42 kecamatan, dan 52 desa dengan total konsesi tambang karst
34.944,90 hektar. Pulau Jawa tak hanya dibebani industri ekstraktif.
Jawa juga pulau terpadat
dengan 1.057 jiwa per
kilometer. Lebih dari 50
persen penduduk Indonesia
tinggal di pulau Jawa
sehingga setiap masuknya
industri ekstraktif di Jawa
berpotensi bersinggungan
dengan masyarakat.
kecil (oleh masyarakat) seluas 5,6 juta hektar. Itu target yang
sangat kecil jika dibandingkan dengan alokasi kawasan hutan
untuk usaha kehutanan skala besar yang mencapai 43,6 juta
hektar. Angka tersebut mau tak mau harus direvisi. Dalam RPJMN
2015-2019 terdapat angka jelas, target pemberian hak kelola
hutan kepada masyarakat seluas 2,54 juta hektar pada tahun
2015, lalu tahun 2016 seluas 5,08 juta hektar, tahun 2017 seluas
7,62 juta hektar, tahun 2018 seluas 10,16 juta hektar, dan tahun
2019 ditargetkan seluas 12,7 juta hektar. Bentuknya berupa hutan
kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan rakyat,
hutan adat, dan hutan kemitraan. (Kompas, 16 Maret 2015)
APRIL
Sejumlah pemukim liar merambah hutan penyangga waduk di
Batam, Kepulauan Riau. Hal ini merupakan masalah yang tidak
kunjung selesai di Batam.Mereka membuat rumah, berternak,
serta berkebun di areal hutan penyangga Waduk Duriangkang.
Selain untuk hunian, sebagian perambah hanya mengambil kayu.
Dalam 3,5 bulan terakhir, sudah 10 kali Badan Pengusahaan (BP)
Batam sebagai pengelola waduk Batam dan hutan penyangganya
menemukan pembalakan liar. (Kompas, 15 April 2015)
Pembangunan jalan rel untuk kereta Bandar Udara SoekarnoHatta masih menunggu pembebasan lahan. Hingga akhir April ini,
JUNI
Masalah perubahan agraria dan kemiskinan di pedesaan semakin
kompleks, tetapi studi mengenai itu sangat minim. Di Indonesia,
studi ini lebih minim lagi karena selama 30 tahun Orde Baru,
penggunaan analisis relasi kelas dalam melihat perubahan agraria
tidak dimungkinkan. Menurut Suraya Afif, pengajar Antropologi
Universitas Indonesia, baru setelah era Reformasi, kajian relasi
kelas digunakan. Namun, belum banyak yang menggunakannya
untuk mengaji persoalan agraria. Persoalan agraria sangat penting
karena lebih dari 50 persen penduduk tinggal di pedesaan dan
tiga perempatnya petani kecil. Bahkan, banyak yang tidak memiliki
tanah. (Kompas, 03 Juni 2015)
Laju deforestasi hutan Indonesia pada periode 2000-2009 sekitar
1,5 juta hektar per tahun (Forest Watch Indonesia). Tahun 2012,
pada acara khusus forum Konferensi Pembangunan Berkelanjutan
Rio+20 di Brasil, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
memaklumatkan, laju deforestasi Indonesia tinggal 450.000
hektar per tahun. Angka itu masih terus jadi perdebatan karena
berdasarkan metode penelitian lainnya, angkanya masih di atas 1
juta hektar. Faktanya, hutan menjadi obyek korupsi, sarat konflik
antara masyarakat dan korporasi, warga dengan pemerintah,
serta ada banyak soal tenurial melibatkan masyarakat adat/lokal.
Bencana menjadi dampak terujung dari kekacauan tata kelola.
(Kompas, 04 Juni 2015)
sumber: tataruangpertanahan.com
masih dalam masa sanggah dari warga pemilik tanah yang terkena
pembebasan lahan. Setelah masa sanggah, barulah dilakukan
pembayaran atas tanah yang terkena proyek ini. Pembangunan rel
sepanjang 6 kilometer yang menyambungkan jalur lingkar dengan
bandara serta persinyalan ini diperkirakan memakan waktu sekitar
satu tahun. Adapun rute kereta bandara adalah Stasiun ManggaraiSudirman Baru-Tanah Abang-Duri-Batu Ceper-Bandara SoekarnoHatta. (Kompas, 15 April 2015)
MEI
Dalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1986 Tahun
2000, dari 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu, 23 pulau di
antaranya milik pribadi. Bandingkan dengan 11 pulau ditinggali
penduduk sebanyak 21.000 orang. Berdasarkan data Polda
Metro Jaya, 66 pulau dimiliki perorangan yang tersebar di enam
kelurahan. Di kelurahan Pulau Panggang terdapat 7 pulau pribadi,
Pulau Kelapa 27 pulau, Pulau Harapan 23 pulau, Pulau Tidung 2
pulau, Pulau Untung Jawa 2 pulau, dan Pulau Pari 6 pulau.Potensi
penyalahgunaan narkoba, misalnya, bisa terjadi karena masingmasing pemilik pulau pribadi menutup akses ke pulau tersebut.
(Kompas, 28 Mei 2015)
sumber: suaratambang.com
23
i awal masa pemerintahan Jokowi JK, Presiden Joko Widodo melakukan perubahan terhadap beberapa nama kementerian/lembaga
di struktur Kabinet Kerja. Salah satunya,untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, dilakukan penggabungan antara Direktorat Jenderal
Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
(ATR)/BPN, dan telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
24
alam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019,
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) bersama dengan Direktorat Analisa Peraturan Perundangundangan dan Direktorat Hukum dan HAM-Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan diskusi
terhadap isu strategis Bidang Pertanahan pada Jumat, 10 Januari 2014. Pembahasan dalam diskusi tersebut
difokuskan pada Rencana Pembentukan Pengadilan Khusus Pertanahan.
Berdasarkan hasil background study RPJMN 2015-2019 Bidang
dilaksanakan. Bahkan pada beberapa kasus, setelah dilakukan
penyelesaian melalui mediator, kembali dimasukan ke pengadilan
formal.
Pembentukan Kamar Khusus (Special Chamber)
Mengingat peradilan formal yang ada saat ini belum dapat
menyelesaikan kasus pertanahan dengan asas murah, mudah,
dan cepat, maka diusulkan pembentukan pengadilan khusus
pertanahan. Namun pembentukan pengadilan khusus pertanahan
akan sulit dilaksanakan karena terkendala beberapa hal, yakni:
a) pembentukan pengadilan khusus memerlukan UU khusus yang
mengatur hukum acara peradilan;
b) kebutuhan SDM yang cukup banyak, khususnya hakim dengan
kualifikasi tertentu dan jenjang karir yang pasti; dan
c) kebutuhan anggaran yang cukup besar.
Berdasarkan pengalaman, beberapa pengadilan khusus yang ada
saat ini tidak terlalu efektif dalam menyelesaikan suatu kasus.
Dengan demikian, yang paling memungkinkan adalah membentuk
kamar khusus (special chambers) pertanahan pada pengadilan
umum. Untuk itu, jumlah SDM dan anggaran yang dibutuhkan tidak
terlalu besar.
Pada prosesnya, pembentukan kamar khusus pertanahan pada
pengadilan negeri masih memerlukan assessment termasuk
regulasi yang diperlukan. Selain itu, perlu dilakukan pendalaman
lebih lanjut terkait tipe kasus dan mekanisme penyelenggaraan
kasus. Kasus yang masuk dipastikan hanya tentang pertanahan
dan tidak bisa masuk ke pengadilan lain. Untuk itu, diperlukan
konsep-konsep yang disusun oleh pakar hukum, hakim, dan pakar
bidang pertanahan yang menjelaskan kebutuhan kamar khusus
pertanahan, termasuk di dalamnya substansi keputusan final dalam
kerangka waktu tertentu dan identifikasi tipe kasus pertanahan [ih/
ay].
tahukah anda
25
alah satu langkah untuk meningkatkan mutu rencana pembangunan adalah dengan memberikan penghargaan Anugerah Pangripta
Nusantara Tahun 2015 kepada daerah yang telah berhasil menyusun dokumen rencana pembangunan secara baik. Pemberian APN
Tahun 2015 kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota bertujuan untuk mendorong setiap daerah untuk menyiapkan dokumen rencana
pembangunan secara lebih baik, konsisten, komprehensif, terukur dan dapat dilaksanakan sekaligus menciptakan insentif bagi pemerintah
daerah untuk mewujudkan perencanaan pembangunan yang lebih baik.
Penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara Tahun 2015 diberikan
pada saat Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Nasional (Musrenbangnas), 29 April 2015, oleh Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Drs.
Andrinof Achir Chaniago, MSi, dan dihadiri oleh Presiden dan Wakil
Presiden RI.
Proses penilaian dilakukan oleh Tim yang terdiri atas Tim Penilai
Utama (TPU), Tim Penilai Independen (TPI) dan Tim Penilai
Teknis (TPT). Semua Tim melaksanakan tugas berdasarkan
Surat Keputusan Menteri PPN/Bappenas Nomor Kep. 42/M.PPN/
HK/03/2015 tanggal 18 Maret 2015.
Mekanisme penilaian melalui 3 (tiga) tahapan, yakni: (i) penilaian
dokumen rencana yang terdiri atas 4 (empat) parameter
(keterkaitan, konsistensi, kelengkapan dan kedalaman dokumen,
serta keterukuran) dengan 16 (enam belas) indikator; (ii) verifikasi
proses penyusunan dokumen rencana pembangunan berdasarkan
5 (lima) parameter (proses perencanaan top-down, bottom-up,
teknokratik, politik, dan inovasi) dengan 10 (sepuluh) indikator yang
dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD); dan (iii) presentasi
dan wawancara terhadap para nominasi yang diwakili oleh Kepala
Bappeda.
Mekanisme penilaian bagi Provinsi dilakukan oleh Tim Penilai
Pusat dengan pemberian penilaian dari tahap I dan II yang berbobot
30 persen, menghasilkan 17 provinsi nominasi, sedangkan untuk
tahap III yang berbobot 40 persen, mendapatkan 6 provinsi terbaik.
Sedangkan pada mekanisme penilaian Kabupaten/Kota, penilaian
tahap I yang berbobot 40 persen dan tahap II dengan bobot 60
persen menghasilkan Kabupaten/Kota terbaik dari masing-masing
provinsi untuk mengikuti penilaian di tingkat pusat. Tetapi besaran
bobot ini tidak dihitung kembali pada saat penilaian tahap III dan
tahap IV. Sehingga pada tahap III dan IV dilakukan penilaian dari
awal (bobot 0%). Dikarenakan pada tahap III dan IV penilaian
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat.
Dari hasil penilaian terhadap 33 provinsi dokumen RKPD Tahun
2015, keterkaitan dokumen RKPD Provinsi dan RKP dinyatakan
tercapai apabila setiap dokumen RKPD memiliki nilai 3 (tiga) atau
4 (empat) dalam skala penilaian pelaksanaan dari 0 (0% - 29%),1
(30% - 59%), 3 (60% - 79%),dan 4 (pelaksanaan lebih dari 80%).
Pemberian penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara 2015
berbeda dengan Anugerah Pangripta Nusantara 2014 dalam
kategori pemenang/penghargaan. Tahun 2014 pemenang/
penghargaan diberikan berdasarkan kategori Utama dan Pratama,
baik untuk pemenang Provinsi/Kabupaten/Kota. Sedangkan di Tahun
2015, kategori disusun berdasarkan pada kategori: (i) Perencana
Terbaik I, II dan III untuk Provinsi/Kabupaten/Kota; (ii) Perencana
Harapan Terbaik I, II dan III untuk Provinsi/Kabupaten/Kota; serta (iii)
penghargaan khusus bagi Provinsi dengan peningkatanan kualitas
RKPD. Tahun 2015, ternyata jumlah pemenang provinsi/kabupaten
luar Jawa sudah relatif sama dengan pulau Jawa [sy].
Ringkas Buku
ringkas buku:
erbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu Negara yang memiliki peranan penting dalam penentuan
batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan, dan keutuhan wilayah. Wilayah perbatasan memiliki
arti yang sangat vital dan strategis, baik dalam sudut pandang pertahanan keamanan, maupun dalam sudut pandang ekonomi, sosial, dan
budaya. Masing masing wilayah perbatasan tersebut memiliki karakter sosial budaya dan ekonomi yang relatif berbeda antara satu dengan
lainnya. Namun secara keseluruhan memperlihatkan adanya fenomena yang sama, yakni adanya interaksi langsung dan intensif antara
warga negara Indonesia dengan warga negara tetangga, berupa hubungan sosial kultural secara tradisional, maupun kegiatan-kegiatan
ekonomi moderen.
Kawasan perbatasan merupakan pintu masuk dan keluar arus
sumber daya (barang dan jasa, serta manusia) antar negara.
Sebagai pintu masuk dan keluar sumber daya antar negara maka
wilayah perbatasan bisa memperoleh dampak positif maupun
negatif dari arus keluar masuk sumber daya ekonomi tersebut.
Sebagai akibat dari kedudukannya sebagai pintu masuk dan
keluar arus sumber daya ekonomi antara negara, maka kawasan
perbatasan tergolong rawan baik secara ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Nilai strategis
faktual kawasan perbatasan dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya:
a. Aspek ideologi, kurangnya akses pemerintah pusat maupun
daerah ke kawasan perbatasan dapat menyebabkan masuknya
pemahaman ideologi lain seperti paham komunis dan liberal
kapitalis, yang mengancam kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara dari rakyat Indonesia.
b. Aspek Politik, kawasan perbatasan tergolong rawan konflik
politis dengan negara lain, karena adanya persinggungan batas
teritorial dan yuridiksi terutama pada segmen batas yang belum
disepakati. Selain itu kehidupan sosial ekonomi di daerah
perbatasan umumnya dipengaruhi oleh kegiatan di negara
tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk menimbulkan
kerawanan di bidang politik.
c. Aspek Ekonomi, kawasan perbatasan memiliki potensi sumber
daya alam di darat dan di laut yang sangat besar, serta memiliki
kedekatan geografis dengan pusat kegiatan ekonomi negara
tetangga. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah
perbatasan dengan masyarakat negara tetangga mempengaruhi
watak dan pola hidup masyarakat dan berdampak negatif bagi
pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme.
d. Aspek sosial budaya, kawasan perbatasan memiliki karakteristik
khas dengan adanya mobilitas lintas batas yang cukup tinggi,
baik karena faktor sosial budaya maupun ekonomi. Selain itu
akibat globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat dapat mempercepat masuk dan
berkembangnya budaya asing dalam kehidupan masyarakat
Istilah Perbatasan
Orientasi
Faktor Pembeda
Kekuatan
Frontier
Ke Luar
Sentripetal
Boundaries
Ke Dalam
Sentripugal
Ruang Gerak
Integrasi dan
penetrasi pengaruh
Faktor Pemisah
27
28
tahukah anda
RTR Pulau/Kepulauan
No
Sudut Kepentingan
Rehabilitasi dan
pengembangan dengan
sudut kepentingan
ekonomi
Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang RTR KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur)
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang RTR KSN Perkotaan Mebidangro (Medan, Binjai, Deli
Serdang, dan Karo)
Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang RTR KSN Perkotaan Mamminasata (Makassar, Maros,
Sungguminasa, dan Talakar)
Perpres No.45 Tahun 2011 jo Perpres No. 51 tahun 2014 tentang RTR KSN Perkotaan
Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan)
Rehabilitasi dan
pengembangan dengan
sudut kepentingan
lingkungan hidup
Perpres No. 70 Tahun 2014 tentang RTR KSN Taman Nasional Gunung Merapi
Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang RTR KSN Danau Toba dan Sekitarnya
Rehabilitasi dan
pengembangan dengan
sudut kepentingan sosial
budaya
Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang RTR KSN Borobudur dan Sekitarnya
1
2
Perpres No. 179 Tahun 2014 tentang RTR KSN Perbatasan Negara di Pro vinsi Nusa
Tenggara Timur
Perpres No. 31 Tahun 2015 tentang RTR KSN Perbatasan Negara di Kalimantan
Perpres No. 32 Tahun 2015 tentang RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Papua
Perpres No. 33 Tahun 2015 tentang RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Maluku
Perpres No. 34 Tahun 2015 tentang RTR KSN Perb atasan Negara di Prov insi Maluku Utara
dan Provinsi Papua Barat
29
Perbatasan Negara
sebagai beranda depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
30