Sie sind auf Seite 1von 8

Nama

: Riski Fitri Nopina

Kelas

: Beta

NIM

: 04011181419054

A. Pelvic Inflammatory Disease (PID)


Pelvic
Inflammatory Disease (PID) atau penyakit radang
panggul adalah infeksi
dan peradangan pada organ
reproduksi bagian atas
pada wanita. Biasanya
terkena

pada

fallopi,

uterus

tuba
dan

berbatasan pada regio


abdomen. Pasien dengan resiko
mengalami

PID

adalah

paling

tinggi

wanita yang berusia dibawah 25 tahun, hal ini

karena pertumbuhan endometrium belum matur dan sempurna.


B. Patofisiologi PID
PID ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga bisa menyebabkan penyakit
seksual lainnya. Bakteri tersebut di antaranya adalah C. Trachomatis, N. Gonorrhoeae,
Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (bakteri gram
negatif) Bacteroides fragilis, Mycoplasma genitalium dan Chlamydia. Namun di
antara semua bakteeri tersebut, yang paling sering menyerang adalah N. Gonorrheae
dan Chlamydia. Sebagian besar kasus PID terjadi pada dua tahap. Tahap pertama
yaitu akuisisi infeksi vagina atau leher rahim. Infeksi ini sering menular seksual dan
mungkin tidak memperlihatkan tanda dan gejala. Hal ini juga akan memicu terjadinya
penyakit kanker serviks atau leher rahim. Tahap yang kedua yaitu masuknya secara
langsung mikroorganisme dari vagina atau leher rahim ke organ reproduksi wanita
bagian atas dengan infeksi. Sebenarnya mukosa pada leher rahim atau serviks bisa
menghalang bakteri atau patogem untuk masuk. Namun, hal ini tdak maksimal
apabila terjadi peradangan pada vagina atau gangguan hormonal yang terjadi selama
ovulasi dan menstruasi. Peradangan pada serviks ini bisa terjadi akibat pemasangan
alat kontrasepsi, abortus ataupun pada saat orgasme. Bakteri ini dengan cepat

berkembang hingga mencapai tuba fallopi menyebabkan infeksi saluran tuba. Infeksi
ini diam-diam menyerang jaringan normal dan berubah menjadi jaringan parut.
Jaringan parut ini lama-lama akan berkembang dan akan menutup jalannya ovum
menuju uterus.
N. gonorrhoeae yang menyerang mukosa di tuba falopi dan menghasilkan
protease IgA1 yang dapat menginaktifkan s IgA 1 sehingga mengganggu proses
perlekatan IgA pada antigen. N. gonorrhoeae melekat pada epitel kolumner maupun
transisional lalu masuk ke dalam jaringan pengikat sub epitel melalui sel ataupun
melalui celah antar sel. Setelah itu terjadi perpindahan protein I gonokokus ke sel host
lalu lipoolingosakarida gonokokus merangsang pembentukkan TNF. Fragmen
peptidoglikan N. gonorrhoeae adalah toksik untuk mukosa dan menyebabkan reaksi
inflamasi.

Gonokokus

berinteraksi

dengan

IgM

lalu

melawan

antigen

lipooligosakarida dengan mengeluarkan faktor kemotaksis C5a dan kompleks


penyerang C5b-C9 yang menyerang membran luar dari gonokokus yang
mengakibatkan lisisnya gonokokus (Holmes, 1999).
C. Faktor Resiko PID
Faktor resiko PID lebih terlihat jelas pada wanita. Faktor resiko tersebut adalah :
a. Melakukan hubungan seksual dengan wanita berumur di bawah 25 tahun
Hal ini beresiko pada wanita yang berumur di bawah 25 tahun karena pematangan
endometrium yang masih belum matur dan sempurna menyebabkan peningkatan
untuk terkena penyakit menular seksual lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
berusia di atas 25 tahun
b. Bergonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual
Bergonta-ganti pasangan sebaiknya tidak dilakukan karena penularan infeksi
c.
d.
e.
f.
g.
h.

sangat cepat dan berbahaya.


Berhubungan seks tanpa kondom
Penggunaan alat kontrasepsi yang sangat baru
Punya partner sex yang melakukan hubungan intim dengan pasangan lain
Melakukan hubungan seks tidak menggunakan kondom
Punya riwayat penyakit PID atau penyakit menular seksual lainnya
Douching dengan teratur. Hal ini dapat menyebabkan berubahnya flora endogen
(organisme yang hidup dalam vagina) dengan cara yang merugikan dan memaksa

bakteri dapat masuk ke bagian atas organ rerproduksi wanita


i. Sering menggunakan produk pembersih alat kelamin wanita yang dapat
mengganggu kelembapan dan keasaman dari vagina yang memungkinkan
terjadinya infeksi
D. Komplikasi dan Prognosis PID

PID atau penyakit radang panggul yang tidak dapat diobati dapat menyebabkan
jaringan parut dan berkumpulnya cairan yang terinfeksi (abses) yang berkembang di
saluran tuba dan merusak orgaan reproduksi wanita. Komplikasinya dapat mencakup :
1. Kehamilan ektopik
PID merupakan penyebab utama dari kehamilan ektopik terutama di tuba uterina.
Dalam kehamilan ektopik, telur yang dibuahi oleh sperma tidak dapat berjalan
melewati tuba falopi yang akan ditanam di dalam rahim atau uterus. Hal ini
dikarenakan adanya jaringan parut yang menutup jalan menuju rahim akibatnya
hasil pembuahan ovum tersebut terhenti di tuba falopi dan tertanam di dalamnya.
Dinding tuba falopi yang tidak elastis seperti halnya uterus menyebabkan
perkembangan janin yang tidak sempurna. Kehailan ektopik dapat mengancam
jiwa dan perlunya melakukan tindakan operasi.
2. Infertilitas atau ketidakmampuan untuk hamil.
Penundaan pengobatan PID akan meningkatkan resiko infertilitas
3. Nyeri panggul kronis
PID dapat menyebabkan nyeri panggul yang bisa berlangsung selama berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun. Jaringan parut yang ada pada tuba uterina dan
organ panggul lainnya dapat menyebabkan rasa sakit selama melakukan hubungan
seksual dan ovulasi.
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pelvic-inflammatory-disease/basics/complications/con-20022341
http://www.acog.org/Patients/FAQs/Pelvic-Inflammatory-Disease-PID
http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fact-sheet/pelvic-inflammatory-disease.pdf

E. Histologi Organ Reproduksi Wanita yang nornal


a. Ovarium
Pada ovarium, dilapisi oleh epitel selapis kuboid yang disebut dengan epitel
germinativum. Di bawah lapisan epitel germinativum terdapat jaringan kat padat
yang disebut dengan tunica albugenia. Ovarium sendiri memiliki 2 bagian yaitu
korteks ovarii di pinggir dan medulla ovaarii di tengah. Korteks ovarii banyak
terdapat folikel premordial yang sedang berkeembang. Sedangkan pada medulla
ovarii berisi jaringan ikat areolar dan bersambung dengan ligamentum ovarium
yang menggantungkan ovarium.

b. Uterus
Dinding uterus terbagi atas 3 lapis yaitu endometrium di sebelah dalam, lapisan
tengah otot polos adalah miometrium, dan perimetrium memnran serosa di
sebelah luar. Endometrium dibagi lagi menjadi 2 zona atau lapisan, yaitustratum
basale yang sempit dan dalam serta dekat dengan miometrium, dan stratum
functionale yaitu lapisan paling superficial yang lebih lebar di atas stratum basale
sampe ke dinding uterus.

c. Tuba Falopi
Sepasang tuba uterina yang berotot terbentang dari dekat ovarium hingga menuju
uterus. Ampulla adalah bagian terpanjang tuba uterina tempat terjadinya fertlisasi.
Mukosa ampulla memperlihatkan plica mucosae yang paling banyak. Plica ini
menyebabkan lumen yang ada di tuba tidak rata dan mengecil hingga ke uterus.

Mukosa tuba uterina terdiri dari epitel silindris bersilia dan tidak bersilia yang
terletak di atas jaringan ikat longgar lamina propia. Sel bersilia (epitheliocytus
ciliatus) berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan zigot ke dalam uterus agar bisa
melakukan implantasi pada endometrium. Sedangkan sel sekretori atau peg cell
(epitheliocytus tubarius) tidak bersilia berfungsi untuk memberi makan bagi oosit,
perkembangan awal ovum yang telah dibuahi dan embrio.

d. Serviks
Serviks adalah bagian bawah uterus. Serviks dibagi jadi 3 bagian yaitu kanalis
servikalis, bagian forniks vagina, dan dinding vagina. Kanalis servikalis dilapisi
oleh epitel kolumnar penghasil mukus yang berbeda dari uterus yang bersambung
dengannya. Epitel pada kanalis servikalis mendadak berubah menjadi peitel
berlapis gepeng non kornifikasi untuk melapisi bagian forniks vagina. Di dasar
forniks serviks kanalis berubah menjadi epitel vagina di dinding vagina.

e. vagina
Mukosa pada vagina tidak rata dan memperlihatkan banyak plica mucosae. Epitel
permukannya adalah epitel berlapis gepeng non kornfikasi. Papila jaringan ikat di
bawahnya tampak menonjol dan membentk indentasi epitel. Lamina propia
mengandung jaringan ikat areolar dan elastik yang meluas ke dalam tunica
muscularis. Epitel vagina banyak terdapat sel-sel vagina. Hormon strogen akan
merangsang sel-sel vagina untuk menyintesis dan menimbn banyak glikogen
seaktu sel-sel ini bermigrasi ke arah lumen vagina. Flora bakteri dalam vagina
melakukan metabolisasi glikogen menjadi asam laktat. Peningkatan keasaman di
kanalis vaginalis melindungi organ terhadap mikroorganisme atau invasi patogen.

F. Pembagian Dinding Abdomen


Pada regio dinding abdomen, ada yang membagi 4 bagian ataupun 9 bagian :
4 bagian terdiri dari :
a.
b.
c.
d.

Upper right quadrant


Upper left quadrant
Low right quadrant
Low left quadrant

9 bagian terdiri dari :


a. Hypocondriac dextra : hepar dan
pancreas
b. Hpocondriac Sinistra : lien, sedikit
pancreas, dan gaster
c. Epigastric : hepar, gaster dan pancreas
d. Lumbar dextra : colon ascendens
e. Lumbar sinistra clon descendens dan
sedikit ren
f. Umbilical : usus halus dan colon
transversum
g. Iliaca dextra : Ileocecal junction dan appendix
h. Iliaca sinistra : colon sigmoid
i. Hypogastric : usus halus, usus besar, urinary bledder, dan uterus pada wanita
Ereoschenko. Victor P. 2013. Atlas histologi diFioe (hal 450-481). Jakarta : EGC
Snell, Richard.S. 2014. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen