Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
Benny Hary Kharisma
Firyal Soraya Nurhidayati
Pembimbing
dr. Rahmawati, Sp.THT - KL
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..1
DAFTAR ISI.......2
DAFTAR GAMBAR..........3
BAB 1 PENDAHULUAN......4
1.1 Latar Belakang...................4
1.2 Tujuan Penulisan............5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.6
2.1 Anatomi......6
2.2 Fisiologi.....9
2.3 Definisi.....10
2.4 Epidemiologi........10
2.5 Etiologi.....11
2.6 Patofisiologi.....12
2.7 Manifestasi Klinis....13
2.8 Penegakkan Diagnosis.....16
2.9 Penatalaksanaan...17
2.10 Komplikasi.....21
2.11 Prognosis....22
DAFTAR PUSTAKA...23
DAFTAR GAMBAR
2.1 Telinga dan pembagiannya; Permukaan lateral pinna; Kartilago aurikular.......6
2.2 Serat radier, sirkular, dan parabolik dari pars tensa...........................................7
2.3 Penampakan membran timpani kanan...........................8
2.4 Pembagian telinga tengah..............................................8
2.5 Tulang pendengaran...............9
2.6 Skema pembagian otitis media....10
2.7 Membran timpani stadium kataralis.........14
2.8 Membran timpani stadium bombans........15
2.9 Membran timpani stadium perforasi............16
2.10 Agen antimikroba untuk OMA..........................18
2.11Pengobatan OMA...............................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2015).Yang dimaksud dengan
telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran
timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
Eustachius (Tortora dkk, 2009).
Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit
yang umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan
ekonomi rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup
bervariasi pada tiap-tiap negara(Ramakrishnan, 2007).
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan
dengan terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anakanak dibandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor
anatomis, dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak,
tuba Eustachius memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase
yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa. Hal inilah yang membuat
kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim
dibandingkan usia dewasa (Tortora dkk, 2009).
Berdasarkan realita yang ada, Donaldson menyatakan bahwa anak-anak
berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena OMA, dimana frekuensinya akan
berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang usia 18-20 bulan.
Pada usia yang lebih tua, beberapa anak cenderung tetap mengalami OMA dengan
persentase kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling sering pada usia empat
tahun dan awal usia lima tahun. Setelah gigi permanen muncul, insidensi OMA
menurun dengan signifikan, walaupun beberapa individu yang memang memiliki
kecenderungan tinggi mengalami otitis tetap sering mengalami episode
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan dalam. Telinga tengah
berbentuk kubus dengan perbatasan (Soepardi, 2007):
Luar
Depan
Bawah
Belakang
Atas
Dalam
: membran timpani
: tuba eustachius
: vena jugularis
: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
: tegmen timpani (meningen/ otak)
: (dari atas ke bawah) kanalis semisirkularis horizontal,
Gambar 2.1. (A) Telinga dan pembagiannya, (B) Permukaan lateral Pinna, (C)
Kartilago aurikular(Dhingra, 2014)
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu
lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid (Soepardi,
2007).
Gambar 2.2. Serat radier, sirkular, dan parabolik dari pars tensa(Dhingra,
2014)
t t ti i
i ss
i
ah
en
,a
ii
o
e
i
,
r ik i
o s
t
k o
g
iK
)
d
i
g
2.4 Epidemiologi
Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba
eustachius yang lebar dan pendek (Bull, 2003). Di Amerika Serikat, 70% anak
telah mengalami OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian
otitis media akut adalah pada anak berusia 3-18 bulan (Donaldson, 2015).
Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih
disebut
dengan istilah
"cenderung otitis".Suatu
penelitian
oleh Howie
10
penyebab
utama
OMA
ialah
bakteri
piogenik,
seperti
11
2.6 Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring.Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan
antibodi.Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu
(Soepardi, 2007).Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan di permukaan, suatu
anyaman kapiler subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral,
leukosit PMN dan sel fagosit lainnya (Boies, 1997).
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media.Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan (Soepardi, 2007).
Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran
napas atas.Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA.Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh
karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal (Soepardi,
2007).
Terdapat beberapa rute infeksi sehingga terjadi otitis media akut, antara
lain (Dhingra, 2014):
1. Melalui tuba eustachius.Merupakan rute paling sering. Infeksi berpindah
melalui lumen.
2. Melalui telinga luar. Trauma perforasi pada membran timpani akan
membuka jalan terjadinya infeksi telinga tengah
3. Peredaran darah. Merupakan rute yang sangat jarang
Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan
kondisi inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi
pada nasofaring meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis
dan inflamasi.Hal tersebut mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga
tengah.Keadaan stasis mendukung terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam
ruang telinga tengah.Respon yang terjadi berupa reaksi inflamasi akut seperti
vasodilatasi, eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi imunologis lokal di
dalam telinga tengah (Donaldson, 2015).
12
Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus
melekat pada lapisan mukosa.Infeksi virus yang menyerang dan merusak
permukaan mukosa traktus respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh
patogen di daerah nasofaring, tuba eustachius, dan ruang telinga tengah
(Donaldson, 2015).
2.7 Manifestasi Klinis
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur
pasien.Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di
dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi.Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang
dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai 39,5 oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba
anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak
memegang telinganya yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang
(Soepardi, 2007)
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas
4 stadium: (1) stadium kataralis, (2) stadium supurasi / bombans, (3) stadium
perforasi, (4) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melalui meatus akustikus eksternus (MAE) (Harmadji,
Soepriyadi, & Wisnubroto, 2005).
1. Stadium Kataralis
Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.Kadangkadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat dan berlanjut
hingga tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis serta edem.Sekret yang terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga stadium ini sukar dibedakan dengan
otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi (Soepardi, 2007).
13
14
3. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE.Anak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi(Soepardi, 2007).
4. Stadium Resolusi
15
Anamnesis
Otoskopi
Diawali dengan ISPA dan - Membran timpani:
diikuti
dengan
gejala
di
telinga:
warna
mulai
hiperemia
- Terasa penuh
- Kadang-kadang
- Grebeg-grebeg
2. Supurasi / Bombans
Retrkasi,
tampak
- Gangguan pendengaran
- Otalgia hebat
- Gangguan pendengaran
- Febris, batuk, pilek
- Membran timpani:
Bombans dan hiperemia
- Belum ada sekret di MAE
rewel,
kejang,
gastroenteritis
3. Perforasi
- Membran timpani:
- Gangguan pendengaran
kuadran antero-inferior
- Sekret:
mukopurulen
16
- Warna
membran
hiperemia
Gejala-gejala pada stadium - Membran timpani:
4. Resolusi
sebelumnya
sudah
banyak
mereda
dan
gangguan
pendengaran
dijumpai
pendengaran
lubang
perforasi
2.9 Penatalaksanaan
terselubung,
timpani
sebagai
gejala
sisa
dan
17
miringotomi
sering
dikacaukan
dengan
18
19
2.10 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur di sekitarnya.Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang
juga seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi.Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel
mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan
terkena(Soepardi, 2007).
20
Pada otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya
melalui
osteotromboflebitis
atau
hematogen.
Penyebaran
melalui
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Boies, Adams, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. 1997
Bull TR. Color Atlas of ENT Diagnosis 6th ed. London: Thieme. 2003
Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and
Neck Surgery 6th ed. Haryana: Elsevier. 2014
Donaldson JD. Acute Otitis Media. Medscape reference. 2015
Dube E. Burden of acute otitis media on canadian families. Canadian Family
Physician, 57: 60, 62-64. 2011
Harmadji, S., Soepriyadi, & Wisnubroto. (2005). Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/. In R. d. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Edisi ke-3 (pp. 10-13).
Surabaya: FK UNAIR.
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology A Step by Step Learning
Guide. Stuttgart: Thieme. 2006
Ramakrishnan K. Diagnosis and treatment of otitis media.Ann Fann Physician
76(11): 1650-1658. 2007
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2007
Tortora GJ. Principles of Anatomy and Physiology 13th ed. USA: Biological
Science Textbook. 2012
23
24