Sie sind auf Seite 1von 18

PRESENTASI KASUS

AKNE VULGARISS

Disusun Oleh:
Sarry Handayani
1110221080

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERISTAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
PURWOKERTO
2013

LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS

AKNE VULGARIS

Disusun Oleh :
Sarry Handayani

1110221080

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik


di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto,

Februari 2013

Pembimbing

dr. Ismiralda Oke P.,Sp.KK

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
anugerah-Nya sehingga presentasi kasus dengan judul Akne Vulgaris ini dapat
diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan
penulisan di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK selaku dosen pembimbing.
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di
RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.
3. Rekan-rekan Co-Assisten Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas semangat dan
dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam maupun
di luar lingkungan RS. Margono Soekarjo.

Purwokerto, Februari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................... 5
A. Identitas Pasien................................................................................... 5
B. Anamnesis.......................................................................................... 5
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 6
D. Resume............................................................................................... 6
E. Diagnosis Banding.............................................................................. 7
F. Diagnosis Kerja.................................................................................. 7
G. Pemeriksaan penunjang...................................................................... 7
H. Penatalaksanaan.................................................................................. 7
I. Prognosis............................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 9
A. Definisi............................................................................................... 9
B. Epidemiologi...................................................................................... 9
C. Etiologi dan Patogenesis..................................................................... 9
D. Gejala Klinis....................................................................................... 9
E. Gradasi................................................................................................ 10
F. Diagnosis............................................................................................ 11
G.Diagnosis Banding.............................................................................. 12
H. Pencegahan......................................................................................... 12
I. Pengobatan.......................................................................................... 12
H. Prognosis............................................................................................ 13
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 14
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien

Nama

: Nn. NA

Umur

: 18 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jatisaba 03/01 Purbalingga


4

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Status Marital

: Belum menikah

No. Rekam Medik: 806112

Tanggal berobat

: 9 Februari 2013

B. Anamnesis
Keluhan utama

: Timbul bintik-bintik merah seperti jerawat yang semakin banyak dan

semakin membesar pada wajah sejak 3 minggu yang lalu.


Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Margono
Soekarjo Purwokerto dengan keluhan timbul bintik-bintik merah seperti jerawat yang
semakin banyak dan semakin membesar pada wajah sejak 3 minggu yang lalu. Jerawat yang
membesar terkadang berisi nanah dan dirasa sangat nyeri oleh pasien. Terkadang pasien juga
merasa muka gatal dan berminyak. Pasien mengaku membersihkan wajah pagi dan malam
apabila berpergian namun apabila sedang tidak beraktivitas di luar pasien cenderung tidak
terlalu membersihkan wajahnya meskipun dirasa berminyak. Sebelum muncul keluhan
berjerawat pasien tiap hari menggunakan pelembab yang berganti ganti merk. Lingkungan
tempat tinggal pasien sedikit berdebu. Pasien sangat senang memakan makanan yang
berlemak tinggi seperti coklat, susu dan martabak. Pasien tidak pernah berjerawat
sebelumnya. Di keluarga pasien tidad ada yang mengalami keluhan serupa. Sampai saat ini
pasien belum pernah ada reaksi alergi terhadap cuaca, makanan maupun obat obatan.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg


Nadi

: 68 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5oC
5

Keadaan gizi : BB : 58 kg
TB : 160 cm
Status Generalis : dalam batas normal
Status dermologis :
Regio

: fasialis

Efloresensi : makula eritematosa, papul, pustul, komedo. Susunan anular, bentuk lesi
tidak teratur, penyebaran lesi regional.

Gambar 1.1 Bentuk Lesi Pada Wajah Pasien


D. Resume
Pasien, perempuan, 18 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Margono
Soekarjo Purwokerto dengan keluhan timbul bintik-bintik merah seperti jerawat yang
semakin banyak dan semakin membesar pada wajah sejak 3 minggu yang lalu. Jerawat
yang membesar terkadang berisi nanah dan dirasa sangat nyeri oleh pasien. Terkadang
pasien juga merasa muka gatal dan berminyak. Pasien mengaku membersihkan wajah
pagi dan malam apabila berpergian namun apabila sedang tidak beraktivitas di luar
pasien cenderung tidak terlalu membersihkan wajahnya meskipun dirasa berminyak.
Sebelum muncul keluhan berjerawat pasien tiap hari menggunakan pelembab yang
berganti ganti merk. Lingkungan tempat tinggal pasien sedikit berdebu. Pasien sangat
senang memakan makanan yang berlemak tinggi seperti coklat, susu dan martabak.
Pasien tidak pernah berjerawat sebelumnya. Di keluarga pasien tidad ada yang
mengalami keluhan serupa. Sampai saat ini pasien belum pernah ada reaksi alergi
terhadap cuaca, makanan maupun obat obatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya makula eritematosa, papul, pustul,
komedo. Susunan anular, bentuk lesi tidak teratur, penyebaran lesi regional at regio
fasialis.
6

E. Diagnosis Banding

Erupsi akneiformis

Akne venenata

Rosasea

F. Diagnosis Kerja
Akne Vulgaris
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit
Pemeriksaan hormonal

H. Penatalaksanaan

I.

Preventif (non medikamentosa)


- Diet rendah lemak dan karbohidrat
- Membersihkan wajah secara rutin
- Gaya hidup sehat (cukup istirahat, hindari stres, olahraga)
- Hindari polusi udara
- Hindari pemencetan lesi dengan cara yang salah
Kuratif (medikamentosa)
- Sulfur 4-8% untuk peeling.
- Antibiotika topikal, tetrasiklin (1%) atau eritromisin (1%)
- Kortikosteroid topikal, hidrokortison (1-2,5%)
- Antibiotika per oral, trimetropim (3x100mg/hari)
- Kortikosteroid per oral, metilprednisolon (4-48mg/hari)

Prognosis

Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad functionam

: Bonam

Quo ad sanationam

: Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
B. Epidemiologi
Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun
pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul jarang
terlihat lesi beradang.
C. Etiologi dan Patogenesis

Gambar 2.1 Etiopatogenesis Akne


D. Gejala Klinis
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di wajah, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas. Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah satunya
adalah komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang
beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetis.
E. Gradasi
Pillsbury (1963) :
1. Komedo di muka
2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka
3. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung
4. Akne konglobata
Frank (1970) :
1. Akne komedonal non inflamatoar
2. Akne komedonal inflamatoar
3. Akne papular
4. Akne papulopustular
5. Akne agak berat
6. Akne berat
7. Akne nodulo kistik/konglobata
9

Burke dan Cunliffe (1984) :


1. Akne minor yang terdiri atas gradasi , ,
2. Akne major yang terdiri atas gradasi 1, 1, 1, 1, 2, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Plewig dan Kligman (1975) :
1.

2.

Komedonal yang terdiri atas gradasi :1,3,6


a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka
b. Bila ada 10 sampai 24 komedo
c. Bila ada 25 sampai 50 komedo
d. Bila ada lebih dari 50 komedo
Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi : 1,3,6
a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka
b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul
c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul
d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul

Penulis (1982) di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto
mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut :
1.

2.

3.

Ringan, bila : 1,3,6


Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
Sedikit lesi tak beradang pada bebrapa tempat predileksi
Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
Sedang, bila : 1,3,6
Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi
Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
Berat, bila : 1,3,6
Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan

: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi

Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul


Beradang

: putul, nodus, kista.

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum.

Pemeriksaan hormonal1,6
Dapat dilakukan pemeriksaan kadar testosterone, free testosterone, DHEA-S,
luteinizing hormone, and follicle-stimulating hormone levels.

Pemeriksaan mikrobiologis1,6

10

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi
dan pathogenesis penyakit dapat dilakukan di laoratorium mikrobiologi yang lengkap
untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

Pemeriksaan histopatologis1,6
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa
sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam
folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas
massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang
lepas.

G. Diagnosis Banding
1. Erupsi akneiformis. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya
komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi
di semua usia.
2. Akne venenata. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau
papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsang
fisisnya.
3. Rosasea. Klinis berupa eritema, pustul, telangiektasi dan kadang-kadang disertai
hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan
akne.
H. Pencegahan
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu timbulnya akne
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini
penting agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha
penatalaksanaan yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.
I. Pengobatan
Topikal :
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (408%)
2. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang
berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris, misalnya klindamisin fosfat (1%)
3. Salep atau krim kortokosteroid, misalnya hidrokortison (1-2,5%)
11

Sistemik :
1. Antibiotik sistemik, misalnya trimetropim 3x100mg/hari
2. Kortikosteriod sistemik, misalnya metilprednisolon (4-48mg/hari)
3. Vitamin A dan retinoid oral
4. Antiinflamasi nonsteroid, misalnya ibbuprofen (600mg/hari)
Bedah kulit :
Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh.
1. Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau
melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam.
2. Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah pengeluaran
sebum atau pada nodulokistik untuk drainase cairan isi yang dapat mempercepat
penyembuhan.
3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan jaringan parut
yang berbenjol.
4. Bedah beku dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempercepat
penyembuhan radang.
5. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne yang
luas.
J. Prognosis
Umumnya prognosisnya baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai
usia 30-40 tahunan.

12

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis :
Pada Kasus didapatkan :
Pasien, perempuan, 18 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Margono
Soekarjo Purwokerto dengan keluhan timbul bintik-bintik merah seperti jerawat yang
semakin banyak dan semakin membesar pada wajah sejak 3 minggu yang lalu. Jerawat
yang membesar terkadang berisi nanah dan dirasa sangat nyeri oleh pasien. Terkadang
pasien juga merasa muka gatal dan berminyak. Pasien mengaku membersihkan wajah
pagi dan malam apabila berpergian namun apabila sedang tidak beraktivitas di luar
pasien cenderung tidak terlalu membersihkan wajahnya meskipun dirasa berminyak.
Sebelum muncul keluhan berjerawat pasien tiap hari menggunakan pelembab yang
berganti ganti merk. Lingkungan tempat tinggal pasien sedikit berdebu. Pasien sangat
senang memakan makanan yang berlemak tinggi seperti coklat, susu dan martabak.
Pasien tidak pernah berjerawat sebelumnya. Di keluarga pasien tidad ada yang
mengalami keluhan serupa. Sampai saat ini pasien belum pernah ada reaksi alergi
terhadap cuaca, makanan maupun obat obatan.
Sesuai dengan teori pada Akne Vulgaris yang menyatakan
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat perdangan menahun folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat
predileksinya dan dapat disertai rasa gatal maupun nyeri bila sedang meradang.1,3,6
Lokasi yang sering terkena adalah daerah dengan folikel sebasea yang padat yaitu
wajah,dada atas dan punggung1,2. Multipel faktor bisa menyebabkan akne vulgaris. Tidak
diragukan lagi adanya faktor keturunan. Beberapa anggota keluarga pada suatu keluarga
yang sama bisa terkena akne yang berbekas. Namun terdapat beberapa faktor lainnya
yang mempengaruhi terjadinya akne seperti kebersihan wajah pasien dan diet. 1,4,6
Kebersihan wajah pasien yang kurang serta pola diet pasien dapat dikatakan sebagai
penyebab utama terjadinya akne sesuai dengan teori pathogenesis akne yang menyatakan
13

bahwa akne dapat terjadi karena produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan
peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. Serta
terjadi peningkatan jumlah flora folikel (propionibacterium acnes) yang berperan pada
proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid
sebum.1,6 Dan pada beberapa penelitian telah terbukti bahwa makanan yang mengandung
lemak tinggi westernized dapat meningkatkan risiko timbulnya akne. 4
II . Berdasarkan pemeriksaan fisik
Status Dermatologikus pada kasus :
Makula eritematosa, papul, pustul, komedo. Susunan anular, bentuk lesi tidak teratur,
penyebaran lesi regional at regio fasialis.
Sesuai dengan teori pada Akne Vulgaris yang menyatakan
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat perdangan menahun folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat
predileksinya dan dapat disertai rasa gatal maupun nyeri bila sedang meradang.1,2,3,6
III . Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan hormonal1,6
Dapat dilakukan pemeriksaan kadar testosterone, free testosterone, DHEA-S,
luteinizing hormone, and follicle-stimulating hormone levels.

Pemeriksaan mikrobiologis1,6
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi
dan pathogenesis penyakit dapat dilakukan di laoratorium mikrobiologi yang lengkap
untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

Pemeriksaan histopatologis1,6
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa
sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam
folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas
massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang
lepas.

IV . Penatalaksanaan
Pasien pada kasus ini diberikan pengobatan
14

Sulfur 4-8% untuk peeling.


Antibiotika topikal, tetrasiklin (1%) atau eritromisin (1%)
Kortikosteroid topikal, hidrokortison (1-2,5%)
Antibiotika per oral, trimetropim (3x100mg/hari)
Kortikosteroid per oral, metilprednisolon (4-48mg/hari)

V . Pencegahan
a.

Menghindari polusi debu1,3


Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya 1,3
Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari

b.
c.

stress1,3,4
Diet rendah lemak dan karbohidrat. 1,3,4
Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan

d.
e.

jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis akne vulgaris. 1,3
Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,

f.

pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting
agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha penatalaksanaan
yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa. 1,3
VII . Diagnosis
Pada kasus diagnosis banding yang dipertimbangkan ialah Akne vulgaris papulopustul
sedang dan Akne vulgaris papulopustul ringan dan Akne Venenata.
Seperti yang dikatakan Plewig dan Kligman (1975) :
3.

4.

Komedonal yang terdiri atas gradasi :1,3,6


a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka
b. Bila ada 10 sampai 24 komedo
c. Bila ada 25 sampai 50 komedo
d. Bila ada lebih dari 50 komedo
Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi : 1,3,6
a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka
b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul
c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul
d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul

Dan menurut Penulis (1982) di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN
Dr. Cipto mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut :
4.

Ringan, bila : 1,3,6


Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
Sedikit lesi tak beradang pada bebrapa tempat predileksi
Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
15

5.

6.

Sedang, bila : 1,3,6


Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
Bebrapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
Bebrapa lesi beradang pada 1 predileksi
Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
Berat, bila : 1,3,6
Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan

: sedikit <5, bebrapa 5-10, banyak >10 lesi

Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul


Beradang

: putul, nodus, kista. [2]

Serta definisi akne venenata itu sendiri ialah akne akibat rangsangan fisis. Umumnya
lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi
di tempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya. 1
Pada akne venenata dijadikan salah satu dari diagnosis banding dikarenakan bentuknya
bias berupa komedo, ataupun papul serta akibat kontak zat kimia seperti kosmetik
namun tidak dijadikan pilihan pertama dan kedua karena umumnya tidak gatal namun
pada pasien ini lesi polimorf dan dirasa gatal.
VIII . Prognosis
Berdasarkan teori :
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum
mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau
mencapai gradai sangat berat sehingga perlu di rawat inap di rumah sakit.

Quo ad vitam : bonam1,2,6

Quo ad functionam

: bonam1,2,6

Quo ad sanationam

: bonam1,2,6
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada Kasus didapat kesimpulan untuk diagnosis kerja ialah akne vulgaris dikarenakan
memiliki banyak kesamaan apa yang ditemukan pada kasus dengan teori. Seperti pada
16

definisi akne vulgaris yang menyatakan bahwa penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan
menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan
kista pada tempat predileksinya dan dapat disertai rasa gatal maupun nyeri bila sedang
meradang. 1,3,6 Lokasi yang sering terkena adalah daerah dengan folikel sebasea yang padat
yaitu wajah, dada atas dan punggung. 1,3,6
B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah presentasi kasus tentang akne vulgaris ini diharapkan
penulis dan pembaca dapat lebih mengenal mengenai akne vulgaris. Untuk dapat
mendiagnosis penyakit serta menatalaksana penyakit suatu saat nanti berada di lapangan.
Penulisan makalah presentasi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembacanya dan
diharapkan adanya penulisan yang lebih lengkap dengan penambahan kepustakaan mengenai
akne vulgaris ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors, Ilmu
penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
2. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff KK, Frredberg IM and Austen KF (eds). 2008.
Dermatology in General Medicine, 7th edition. New York : McGraw Hill-Inc
3. R.S.Siregar: Atlas Berwarna SARIPATI PENYAKIT KULIT edisi 2. Jakarta. EGC;
2002
4. Elsa H. Spencer,PhD, Hope R. Ferdowsian,MD, MPH, and Neal D. Barnard,MD: Diet
and Acne: a review of the evidence. The Washington Center for Clinical Research, and
Department of Medicine, George Washington University School of Medicine,
Washington DC. 2009
5. William D. James, M.D : ACNE: The new england journal of medicine. 2005
17

6. James Fulton Jr, MD, PhD Center for Cosmetic Dermatology; Consultant, Vivant
Pharmaceuticals, LLC: Acne Vulgaris Workup: emedicine 2010
7. Ramos-e-Silva M, Carneiro SC (2009). "Acne vulgaris: review and guidelines".
Dermatol Nurs 21 (2): 638; quiz 69. PMID 19507372.
8. Steele, K.; Shirodaria, P.; O'Hare, M.; Merrett, J.D.; Irwin, W.G.; Simpson, D.I.H.;
Pfister, H. (1988). "Monochloroacetic acid and 60% salicylic acid as a treatment for
simple plantar warts: effectiveness and mode of action". British Journal of
Dermatology

118

(4):

53743.

doi:10.1111/j.1365-2133.1988.tb02464.x.

PMID 3377974
9. Salicylic Acid Essential Actives, KAVI.
10. Grimes, P.E. (1999). "The Safety and Efficacy of Salicylic Acid Chemical Peels in
Darker

Racial-ethnic

Groups".

Dermatologic

Surgery

25

(1):

1822.

doi:10.1046/j.1524-4725.1999.08145.x. PMID 9935087


11. Roberts, W. E. (2004). "Chemical peeling in ethnic/dark skin". Dermatologic Therapy
17 (2): 196205. doi:10.1111/j.1396-0296.2004.04020.x. PMID 15113287

18

Das könnte Ihnen auch gefallen