Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
BRA Isabela Ratu Windriya G99141102
Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra
G99141103
Risandy Ditia Widhani
G99141104
Amelia Yunita
G99141105
Jeanne Fransisca
G99141106
Pembimbing :
Kurnia Rosyida, dr., Sp.M
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Tgl pemeriksaan
: 29 Januari 2015
No. RM
: 01-28-84-28
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
mata berair terus menerus, mata merah, belekan, gatal, pusing, dan cekotcekot.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
: disangkal
2.
3.
Riwayat hipertensi
: disangkal
4.
: disangkal
5.
6.
: disangkal
7.
Riwayat kacamata
: disangkal
E.
1.
: disangkal
2.
Riwayat hipertensi
: disangkal
3.
: disangkal
4.
: disangkal
Kesimpulan Anamnesis
Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi
OD
OS
Perforasi
Kornea
Post trauma kelilipan
Kronis
Kebutaan
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Frekuensi napas
: 20x/menit
Suhu : afebril
B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
c. refraksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
OS
2/60
Tidak maju
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
6/20
Tidak maju
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
a. heteroforia
b. strabismus
c. pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus
b. makroftalmus
c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola mata
a. temporal
b. temporal superior
c. temporal inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo tarsalis
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kesan normal
Tidak dilakukan
Kesan normal
Tidak dilakukan
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop (placido)
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
12 mm
keruh
Infiltrat putih (+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
12 mm
jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Belum dilakukan
Tidak ada
Jernih
Dalam
Jernih
Dalam
Cokelat
Tampak lempengan
Ada
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak ada
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
Tidak tampak
Tidak ada
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sentral
Positif
Sulit dievaluasi
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
Ada
Agak keruh
Sentral
Negatif
Ada
Jernih
Sentral
Negatif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus sentralis
jauh
B.
Visus perifer
Konfrontasi tes
Proyeksi sinar
Persepsi warna
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola
mata dalam orbita
F.
Ukuran bola mata
G.
Gerakan bola
mata
H.
Kelopak mata
I.
Sekitar saccus
lakrimalis
J.
Sekitar glandula
lakrimalis
K.
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
palpebra
M.
Konjungtiva bulbi
N.
Konjungtiva
fornix
OD
2/60
OS
6/20
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
O.
P.
Sklera
Kornea
Q.
Camera okuli
anterior
R.
Iris
S.
Pupil
T.
Lensa
U.
Corpus vitreum
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kesan normal
V. DIAGNOSIS BANDING
OD Leukoma Adheren
OD Makula kornea
OD Nebula kornea
VI. DIAGNOSIS
OD Leukoma Adheren
VII. TERAPI
Non medikamentosa
Edukasi untuk pasien memakai kaca mata saat berpergian.
Hindari mengucek mata
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan area disekitar mata
Medikamentosa
Cendo LFX 0,6 ml ED
3 dd gtt 1 OD
Glaucon
2x250 mg
VIII. PLAN
Fluoresence test
Uji fistel
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
Bonam
Dubia ad malam
Bonam
Dubia ad malam
OS
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) membentuk bagian anterior
bola mata merupakan jaringan transparan dan avaskular, mempunyai peranan
dalam refraksi cahaya. Indeks refraksi korna adalah 1,377 dan kekuatan
refraksi sebesar 43 Dioptri, merupakan 70% dari kekuatan refraksi mata.
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter
horizontal rata-rata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal
sedangkan permukaan posterior berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm.
Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi dengan rata-rata 0,65 1 mm
di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan posterior kornea. Radius
kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur
permukaan posterior rata-rata 6,5 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada
bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan
superior lebih datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan
luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau 1/14 dari total area bola mata (Wong &
Tien Yin, 2001; Karesh J. W., 2003).
B. HISTOLOGI KORNEA
Secara histologis kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu:
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descemet
5. Endotelium
1. Epitel
Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
2. Membrana Bowman
Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma,
yang berfungsi sebagai barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan
Bowman menghalangi penyebaran infeksi ke dalam stroma yang lebih
dalam. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi sehingga bila terjadi trauma
akan diganti dengan jaringan parut (Edelhauser H. F, 2005; Oyster, Clyde
W., 1999).
3. Stroma
Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen dan
proteoglikan. Matriks ekstraselular ini memegang peranan penting dalam
struktur dan fungsi kornea. Stroma terdiri atas kolagen yang diproduksi
oleh keratosit dan lamella kolagen. Karena ukuran dan bentuknya
seragam menghasilkan keteraturan yang membuat kornea menjadi
transparan. Serat-serat kolagen tersusun seperti lattice (kisi-kisi), pola
ini berfungsi untuk mengurangi hamburan cahaya (Edelhauser H. F, 2005;
Liesegang T. J., 2008-2009).
Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu
70%. Proteoglikan yang merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat
hidrofilik pada stroma. Hidrasi sangat dikontrol oleh barier epitel dan
endotel serta pompa endotel (Watsky M. A. & Olsen T. W., 2003;
Liesegang T. J., 2008-2009).
4. Membrana Descemet
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
5. Endotel
Lapisa in merupakan lapisan kornea yang paling dalam, tersusun dari
epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Berasal dari mesotelium, bentuk
heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement
melalui hemidosom dan zonula okluden. Sel-sel ini mensintesa protein yang
mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini
mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa Natrium
yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli
anterior. Ion0ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan
cairan di stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma dipertahankan
dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas refraksi kornea.
mekanisme
imun
misalnya
-hemolitik,
stafilokokkus
aureus,
moraxella
5. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul, yaitu berupa:
a. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
b. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis
dan
panopthalmitis
c. Prolaps iris
d. Sikatrik kornea
e. Katarak
f. Glaukoma sekunder
E. SIKATRIK KORNEA
Sikatriks adalah jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan
permukaan kornea irreguler sehingga memberikan uji plasido positif, dan
mungkin terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Makula
a. Penyembuhan akibat ulkus kornea
b. Kerusakan kornea pada 1/3 stroma
sampai 2/3 ketebalan stroma
c. Pada pemeriksaan, putih di kornea,
dapat dilihat di kamar gelap dengan
slit-lamp tanpa bantuan kaca pembesar
3.
Leukoma
a.Penyembuhan akibat ulkus kornea
b.
Agen
penyebab
Cedera
kornea
Mulai dari
epitel
Sampai ke
lapisan
endotel
Inflamasi
Nyeri
Kerusakan
kornea
(ulserasi)
Sikatrik
kornea
Uji flouresin
Uji fistel
Uji sensibilitas kornea (untuk fungsi trigeminus kornea)
Papan plasido (untuk melihat kelengkungan kornea)
Leukoma adheren adalah kekeruhan sikatriks kornea dengan
DAFTAR PUSTAKA
Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section
8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter.
Citied on August 9 th, 2011
Edelhauser HF. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers Physiology of The
eye Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri, Mosby, 2005 : 47103
Eva PR, Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, eds. General Ophtalmology
17th ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49
Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu
Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
Karesh, JW. Topografic anatomy of the eye, In: Duane's Clinical
Ophthalmology. (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA :
2003
Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44
Liesegang TJ,Deutsch TA. External Disease and Cornea. Section 8, AAO, San
Fransisco, 2008-2009: 181 9
Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
Citied
on
August
9,
2011.
Avaible
from:
http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm
Oyster, Clyde W. The Human Eye, Structure and Function.
Sunderland,