Sie sind auf Seite 1von 18

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Dalam pergaulan sehari hari antara kita sesama Manusia, agar hubungan ini berjala dengan
baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut
telah diatur dalam Alquan dan sunnah Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji
atau akhlak terpuji.
Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan
mengemukakan diatara bentuk bentuk dari akhlak terpuji tersebut mulaidari pengertian,
macam macam sampai kepada bentuk bentuk atau contoh dari akhlak terpuji tersebut.
Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan
kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan akhlak terpuji ini, dan juga dengan pembahasan
ini agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu
rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari hari. Kemudian juga pembahasan
ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah materi aqidah akhlak dan pembelajarannya
di STAIN Batusngkar dalam tugas kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.
B.

PokokPembahasan
1. Pengerian Akhlak, Moral,dan Etika
2. Pengertian dan Pentingnya beserta Contoh Contoh Prilaku Ikhlas, Taat, Khauf dan
Taubat
3. Nilai-Nilai Positif Dari Perilaku Ikhlas, Taat, Khauf Dan Taubat
4. Pengertian Tawakal,Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah
5. Contoh-Contoh Perilaku Tawakal,Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah
6. Nilai Nilai Positif Dari Tawakal, Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah.

C. Tujuan
Dari materi yang kami sajikan dalam makalah ini, mengenai akhlak terpuji, mudah
mudahan hal ini dapat kita jadikan suatu rujukan dalam melakukan perbuatan dalam kehidupan
sehari hari, kemudian juga dengan materi ini, ilmu kita semakin mantap mengenai topik akhlak
terpuji ini.

BAB II
AKHLAK TERPUJI
A.

Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika


1.

Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahas arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak
atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabiaat, watak.

dari khuluq,

Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatankegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
2. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga
seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau
meninggalkan perbuatan tersebut.
2. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latinmores yang merupakan jamak dari kata mos yang artinya
adat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut istilah akhlak adalah suatu ajaran baik dan buruk yang diterima
umumnya mengenai perbuatan, sikap, akhlak, dan budi pekerti.
Adapun menurut kamus umum bahasa indonesia moral adalah penentuan baik atau
buruknya suatu perbuatan.
3.

Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti watak, kesusilaan, dan adat.

Sedangkan menurut istilah etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baikatau buruk suatu
perbuatan seseorang, atau menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sedangkan menurut kamus umum bahasa indonesia etika adalah ilmu pengetahuan tentang azazazaz ahklak.
B.

Ruang Lingkup Akhlak

Yang menjadi ruang lingkup dari ahklak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam
itu sendiri, yaitu mencangkup seluruh aspek kehidupan, baik secara vartikal dengan Allah SWT
maupun secara horizontal sesama makhluk lainnya.
Yang menjadi ruang lingkup ahklak tersebut adalah :
1.

Ahklak Terhadap Allah SWT


Misalnya takwa cinta, ridha, tawakkal, syukur, dan taubat

2.

Ahklak Terhadap Rasulullah SAW

Adapun ahklak terhadap Rasulullah SAW tersebut dapat dilakukan dengan:

Mencintai dan memuliakan rasulullah

Mengikuti dan menaati Rasul

Menggucapkan syalawat dan salam terhadap Rasul

3.

Akhlak Pribadi atau Diri Sendiri

Adapun ahklak terhadap pribadi ini adalah :

Menjaga kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan dan merusaknya

awadhu(rendah hati )

Haya (malu)

4.

Ahklak Terhadap Keluarga

Adapun ahklak terhadap keluarga itu adalah:

Berbuat baik terhadap kedua orang tua

Hak dan kewajiban dan kasih sayang suami istri

5.

Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak


Ahklak Terhadap Masyarakat

Adapun ahklak terhadap masyarakat itu asdalah:


1)

Bertamu dan menerima tamu

6.

2)

Hubungan baik dengan tetangga

3)

Hubungan baik dengan masyarakat

4)

Bergaul dengan muda-mudi dalam masyarakat itu sendiri

Ahlak Terhadap Negara

Adapun ahklak terhadap negara itu adalah:


1)

Musyawarah menegakkan keadilan

2)

Hubungan baik pemimpin dan yang dipimpin

C. Pengertian dan Pentingnya beserta Contoh Contoh Prilaku Ikhlas, Taat, Khauf dan
Taubat
1.

Pengertian Ikhlas

Ikhlas menurut bahasa berasal dari bahasa arab khalasa artinya bersih, jernih, murni dan
tidak bercampur. Sedangkan menurut istilah ikhlas adalah semata mata mengharap ridha allah.
Menurut sayyid sabiq ikhlas adalah Seseorang berkata, beramal dan berjihad mencari ridha
allah, tampa mempertimbangkan harta, pangkat, status, popularitas, kemajuan atau kemunduran,
supaya dia dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan amal dan kerendahan akhlaknya serta
dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT .
Pentingnya Prilaku ikhlas dalam kehidupan sehari-hari sangat berperan sekali dalam
kehidupan kerena ikhlas untuk menjalani sesuatu akan bernilai ibadah disisi Allah.
Contohnya seorang pedagang, setelah ia luruskan motivasinya dan berusaha secara
profesional lalu setelah berhasil mendapatkan kekayaan untuk apa kekayaan itu dimanfaatkan ?
apakah hanya sekadar untuk memuaskan hawa nafsu? Apakah dia belanjakan hartanya untuk
kebaikan atau kemaksiatan? hal inilah yang menentukan keikhlasannya.
2.

Pengertian Taat

Secara bahasa taat artinya patuh. Sedangkan menurut istilah taat artinya upaya untuk
selalu mengikuti petunjuk Allah dengan cara malaksanakan perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Prilaku taat merupakan prilaku yang senantiasa selalu menjaga diri kita agar tidak
melakukan hal-hal yang melanggar syariat. Karena dengan taat untuk melaksanakan perintah
Allah kita semakin menyadari kebesaran Allah dalam menciptakan dan mengawasi apapun yang
terjadi dimuka bumi.

Contoh prilaku taat adalah tidak mencuri, tidak berzina dan melaksanakan shalat lima
waktu.
3.

Khauf

Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan
menimpanya atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Dengan berlaku khauf itu merupakan pembuktian keimanan seseorang kepada Allah SWT,
apabila khauf kepada Allah berkurang dalam diri seseorang maka hal ini bertanda mulai
berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Allah. Dengan adanya rasa khauf atau takut kepada
Allah maka akan menambah keimanan seseorang.
Contoh prilaku khauf adalah memelihara hatinya dari dengki, sombong, riya dll.
4.

Taubat

Taubat menurut bahasa adalah taba yang berarti kembali, hamba yang bertaubat allah
adalah orang yang kembali dari sesuatu, misalnya kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju
sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat
menuju taat.
Agama islam tidak memandang manusia seperti malaikat yang tidak mempunyai kesalahan
dan dosa sebagaimana islam tidak membiarkan manusia untuk tidak putus asa dari ampunan
tuhannya. kewajiban seorang mukmin adalah harus mendekatkan diri kepada Allah salah satu
dengan senatiasa bertaubat.
Contoh prilaku taubat adalah dengan menyesali segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
D.

Nilai-Nilai Positif Dari Perilaku Ikhlas, Taat, Khauf Dan Taubat

1. Dampak positif dari prilaku ihklas dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
1. Melatih diri agar tidak mersa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang lain.
2. Dapat menjaga keistiqomahan dan kerutinan dalam berbuat baik, meskipun perbuatan
amal baiknya itu tidak terlihat oleh manusia.
3. Merasa senang karena adanya harapan mencari ridha dari Allah semata.
4. Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji oleh orang lain.
2. Dampak Positif dari Perbuatan taat dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :

1. Memperoleh kepuasan batin karena telah melaksanakan salah satu kewajibannya kepada
Allah.
2. Memperoleh kemenangan yang besar
3. Mendapatkan ridho Allah karena telah mampu mentaati perintah-Nya.
4. Melatih diri untuk disiplin dalam segala hal termasuk dalam urusan belajar dan mematuhi
peraturan.
5. 3. Dampak Positif dari PerbuatanKhauf dalam Kehidupan Sehari hari adalah
Sebagai Berikut :
1.
1. Dapat meningkatkan kualitas perbuatan baiknya karena mengharap ridho
dari Allah.
2. Tidak menganggap ringan terhadap semua perbuatan dosa karena akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah.
3. Tidak membangga banggakan kebaikan yang dilakukan dimasa lalu
karena belum tentu kebaikannya tersebut diterima disisi Allah.
4. Bersikap hati-hati dalam berusaha sehingga rizki yang diperoleh halal
dan diridhoi Allah.
5. Mengingat ingat dosa dan kesalahan dimasa lalu karena belum tentu
dimaafkan Allah.
6. 4. Dampak Positif dari Perbuatan Taubat dalam Kehidupan Sehari hari adalah Sebagai Berikut :
1. Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah
berkenan menerima taubatnya.
2. Dapat memperoleh jalan yang benar setelah terjerumus dalam jalan
kesesatan.
3. Mendapatkan simpati dan dihargai oleh orang lain karena telah
kembali kejalan yang benar.
4. Dapat mengembalikan nama baik keluarga yang sempat tercoreng
meskipun dalam waktu yang
lama.
5. Menjadikan rasa aman dan tentram bagi kehidupan masyarakat.

6. E.

Pengertian Tawakal, Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah


1. 1. Tawakkal

Secara harfiah (bahasa), berarti menyerahkan diri. Secara istilah, menurut Harun Nasution
tawakal adalah menyerahkan diri kita kepada qada dan keputusan dari Allah SWT. Sedangkan
menurut Hamdun al-Qashshar tawakal adalah selalu berpegang teguh kepada Allah. Tawakal
adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada yang selain dari Allah dan
menyerahkan segala sesuatu kepadanya.
Tawakal harus diawali dan diikuti dengan kerja keras dan usaha yang maksimal karena
tawakal itu merupakan buah dari keimanan. Orang-orang yang beriman akan senantiasa berlaku
tawakal atas semua usaha yang telah ia lakukan
Pentingnya prilaku tawakkaldalam kehidupan manusia, seseorang sangat membutuhkan yang
namanya berprilaku tawakkal karena dengan adanya sikap tawakkal seseorang tidak akan
berputus asa ketika mengerjakan atau melakukan suatu usaha yang tidak sesuai dengan
harapannya. Karena ia akan senantiasa menyerahkan dirinya kepada Allah dan berprilaku sabar
dan ikhlas dalam menghadapi suatu cobaan yang datangnya dari Allah.
2. Ikhtiyar
Ikhtiyar berasal dari bahasa arab yaitu ikhtiar yang berarti mencari hasil yang lebih baik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata ikhtiyar itu berarti alat atau syarat untuk mencapai
maksud pilihan bebas, upaya dan daya upaya. Dalam kehidupan ini manusia senantiasa
berikhtiyar dalam mengerjakan sesuatu. Jadi ikhtiyar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
dengan mengeluarkan segala daya, upaya dan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai
hasil yang terbaik yang sesuai dengan keinginannya.
Manusia diberi oleh Allah akal dan pikiran, dengan adanya dua hal tersebut maka manusia
itu memiliki kehendak. Setiap manusia pasti memiliki cita-cita dan keinginan yang berbedabeda, baik itu keinginan dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu yang
pendek dan baik itu didunia maupun diakhirat.
Allah menjadikan manusia dimuka bumi sebagai Khalifah Fil Ardi yang mampu
mengembangkan dan memajukan alam dan peradaban dimuka bumi ini.
3. Shabar
Secara Harfiah, sabar berarti tabah hati, sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari
segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridho dari Allah swt. Menurut Zun alNun al-Mishri, sabar adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
Allah, tetapi tetap tenang ketika menghadapi cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun
sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi.

Menurut Ibn Atha, sabar adalah tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang
baik. Sedangkan sabar menurut Ibn Usman al-Hairi adalah orang yang mampu memasung
dirinya atas segala sesuatu apa yang kurang menyenangkan. Dikalangan para sufi sabar diartikan
sabar dalam menjalankan perintah Allah dan menerima segala cobaan yang dtang dari Nya dan
tidak menunggu datangnya pertolongan.
4. Syukur
Syukur secara bahasa berarti berterima kasih, sedangkan menurut istilah adalah berterima
kasih kepada allah swt dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan kurnianya melalui ucapan,
sikap dan perbuatan.nikmat dan kurnia allah banyak macamnya ada nikmat yang terdapat dalam
diri sendiri dan ada juga yang terdapat di luar diri sendiri,ada nikmat yang bersifat jasmani dan
ada pula yang bersifat rohani.
Nikmat allah yang bersifat jasmani dan terdapat dalam diri manusia seperti panca indra,
bentuk dan susunan tubuh manusia.nikmat yang berbentuk rohani seperti roh, akal.
Kemudian juga dalam kehidupan, manusia juga penting berprilaku Syukur karena orang
yang beriman kepada Allah senantiasa bersyukur. Bersyukur karena Allah telah menciptakan
manusia sebagai makhuk yang sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya, dan manusia
diberi akal dan pikiran oleh Allah swt. Allah telah memberikan karunia yang berlimpah ruah
kepada manusia, yang mustahill kita akan dapat untuk menghitungnya. Untuk itulah kita
senantiasa bersyukur kepadaNya.
1. 5.

Qanaah

Qanaah yang secara harfiah berarti rela, puas, senang. Sedangkan secara istilah adalah sikap
berupa kerelaan hati dan merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya.
Menurut Harun Nasution berarti ridha, tidak berusaha, tidak menentang kada dan kadar dari
Allah swt.
Sifat Qanaah ini sangat diperlukan bagi manusia, karena dengan adanya sikap qanaah
membuat manusia itu menjadi tenang dan damai.
Prilaku Qanaah sangat penting karena manusia biasanya sukar untuk menerima keadaankeadaan yang biasa menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan pangkat dan
kedudukan, kematian dll. Hanya orang-orang yang Qanaah lah yang mampu bertahan dari
berbagai macam cobaan diatas dan juga orang yang bersifat qanaah akan tenang dan tidak
bersifat tamak dalam mengjalani kehidupan ini.
F.

Contoh-Contoh Perilaku Tawakal,Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah

1.

Contoh Prilaku Tawakal

Contoh prilaku tawakkal adalah seorang petani yang sudah berusaha menjadikan sawahnya
agar mendapatkan hasil yang cukup banyak, seperti memberi pupuk, membersihkan hama,
mengairinya dengan baik kemudian dia bertawakkal kepada Allah.
2.

Contoh Prilaku Ikhtiar

Seorang pelajar yang berusaha belajar dengan rajin, untuk mencapai cita-citanya tetapi
usahanya tersebut belum tentu berhasil.
3.

Contoh prilaku Sabar

Disaat kita di timpa musibah atau mengalami ujian seperti kemiskinan maka kita betah hati
dan beranggapan allah mempunyai rencana di balik suatu kejadian atau segala sesuatu datang
dari allah dan akan kembali kepada allah.
4.

Contoh Prilaku Syukur

Menggunakan anugrah yang diberikan Allah kepada hal-hal yang baik, seperti menggunakan
mata, mulut untuk hal yang baik dan bermanfaat. Dan ketika kita mendapatkan nilai yang baik,
kita melakukan sujud syukur.
5.

Contoh Prilaku Qanaah

Keadaan kehidupan seorang buruh tani yang sudah berusaha tetapi tetap hidupnya pas-pasan
tetapi ia selalu merasa cukup dan bersyukur dan rela dengan rezki yang diterimanya.
G.

Nilai Nilai Positif Dari Tawakal, Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah
1.
1. Menambah ketakwaan kepada Allah
2. Memperoleh hidup yang lebih baik
3. Dapat menghilangkan rasa kecewa yang berlebihan apabila usaha kita tidak sesuai
dengan harapan
4. Memperoleh ketenangan jiwa
5. Dapat menciptakan perasaan optimis dan meningkatkan motivasi
6. Dapat terhindar dari sifat putus asa dan prasangka buruk
7. Dapat menumbuhkan sikap kasih sayang kepada sesame
8. Terhindar dari sikap rakus dan tamak.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan
kesimpulan akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam diri
seseorang dan hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari hari. Sehingga ada yang
dinamakan dengan akhlak terpuji, dan ada juga yang dinamakan dengan akhlak tercelah.
Adapun bentuk dari akhlak terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut
Ikhlas, Taat, Khauf, Taubat, Tawakal,Ikhtiar, Sabar, Syukur, Dan Qanaah.
Semuanya ini memiliki sisi positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan
hubungan yang bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan AllahSWT atau
dalam melakukan hubunga secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul antar
sesama Manusia.
B.

Saran

Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah kita
mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam
melakukan pergaulan dalam kehidupan baik bergaul dengan Allah atau bergaul antar sesama
manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini,
agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam
makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama sama aktif dalam mencari buku buku dan sumber
lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam, sehingga lebih
memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji tersebut.

Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi, Falsafi Dan Syii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua arah
perkembangan. Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori prilaku; ada pula tasawuf yang
mengarah pada teori-teori yang begitu rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama disebut sebagai
tasawuf salafi, tasawuf akhlaqi, atau tasawuf sunni. Ada pun tasawuf yang berorientasi ke arah
kedua disebut tasawuf falsafi. Tasawuf jenis kedua banyak dikembangkan para sufi yang berlatar
belakang sebagai filosof, disamping sebagai sufi.

1.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian tentang tasawuf di atas, kami merumuskan beberapa permasalahan yang akan
kita bahas dalam makalah ini, yaitu:
Bagaimana sejarah perkembangan dan ajaran tasawuf Salafi (akhlaqi) ?
Bagaimana sejarah perkembangan dan ajaran tasawuf Falsafi ?
Dan bagaimana pula sejarah perkembangan tasawuf Syii ?

a.
b.
c.
1.3.
a.
b.
c.

Tujuan Penulisan
Agar dapat menjelaskan:
Sejarah perkembangan serta ajaran tasawuf Salafi (akhlaqi)
Sejarah perkembangan serta ajaran tasawuf Falsafi
Dan sejarah perkembangan tasawuf Syii
http://pub.kliksaya.com?refid=210879
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tasawuf Salafi (Akhlaqi)


a. Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi (Akhlaqi)
Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman dari intuisi-intuisi
Islam. Sejak zaman sahabat dan tabiin, kecendrungan pandangan orang terhadap ajaran Islam
secara lebih analitis sudah muncul.
1. Abad Kesatu dan Kedua Hijriah
Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase: pada abad pertama
dan kedua hijriah dikenal sebagai fase asketisme (zuhud). Sikap asketisme (zuhud) ini banyak
dipandang sebagai pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini, terdapat individu-individu dari
kalangan muslim yang lebih memusatkan diri pada ibadah. Mereka menjalankan konsepsi asketis
dalam kehidupan, yaitu tidak mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Mereka
lebih banyak beramal untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, yang
menyebabkan mereka lebih memusatkan diri pada jalur kehidupan dan tingkah laku yang asketis.
Tokoh yang sangat popular dari kalangan mereka adalah Hasah Al-Bashri (wafat pada 110 H)
dan Rabiah Al-Adawiyah (185 H). kedua tokoh ini dijuluki sebagai zahid.
2. Abad Ketiga Hijriah
Pada abad ketiga hijriyah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku.perkembangan doktrin-doktrin dan tingkah laku sufi

ditandai dengan upaya menegakkan moral di tengah terjadinya dekadensi moral yang
berkembang saat itu sehingga di angan mereka, tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral
keagamaan. Kajian yang berkenaan dengan akhlak ini menjadikan tasawuf terlihat sebagai
amalan yang sangat sederhana dan mudah dipraktekan oleh semua orang terlebih oleh kaum
salaf. Kaum salaf tersebut melaksanakan amalan-amalan tasawuf dengan menampilkan akhlak
yang terpuji, dengan maksud memahami kandungan batiniah ajaran Islam yang mereka nilai
banyak mengandung muatan anjuran untuk berakhlak yang terpuji. Pada abad ketiga ini mulai
ada segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang
masa itu, mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, yaitu tasawuf yang berisi suatu metode yang lengkap tentang
pengobatan jiwa, yang mengkonsentrasikan-kejiwaan manusia kepada Khaliqnya, sehingga
ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan dapat teratasi dengan baik.
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak; yaitu didalamnya terkandung petunjuk-petunjuk tentang
tata cara berbuat baik serta cara menghindari keburukan; yang dilengkapi dengan riwayat dari
kasus yang pernah di alami oleh para sahabat Nabi.
Tasawuf yang berintikan metafisika; yaitu didalamnya terkandung ajaran yang melukiskan hakikat
Ilahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak, serta melukiskan
sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi orang-orang yang akan tajalli kepada-Nya.
3. Abad Keempat Hijriah
Pada abad keempat hijriah ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat
dibandingkan dengan abad ketiga hijriah, karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk
mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Akibatnya, kota Baghdad satu-satunya kota
yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf paling besar sebelum masa itu tersaingi oleh kotakota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangankan tasawuf diluar kota Baghdad pada abad keempat ini
dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
Musa Al-Anshary; mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan (Persia atau Iran), dan wafat disana
tahun 320 H.
Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; mengajarkannya disalah satu kota di Mesir, dan wafat
disana tahun 322 H.
Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah, dan wafat disana tahun 314 H.
Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy; mengajarkannya di Naisabur dan kota Syaraz,
hingga ia wafat tahun 328 H.
Perkembangan tasawuf diberbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan
tasawuf kota Baghdad bahkan,penulisan kitab-kitab tasawuf disana mulai bermunculan, misalnya
kitab Qutubul Qultib Fi Muamalatil Mahbub, yang dikarang oleh Abu Thalib Al-Makky
(meninggal di Baghdad tahun 386 H).
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad keempat ini adalah semakin kuatnya unsur filsafat
yang mempengaruhi corak tasawuf, karena banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan
umat Islam hasil dari terjemahan orang-orang musliam sejak permulaan Daulah Abbasiyah. Pada
abad ini pula mulai dijelaskan perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dibagi oleh ahli tasawuf
menjadi empat macam:
Ilmu Syariah
Ilmu Thariqah
Ilmu Haqiqah
Ilmu Marifah

4.

Abad Kelima Hijriah


Pada abad kelima hijriah muncullah Imam Al-Ghazali, yang sepenuhnya hanya menerima
tasawuf berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta bertujuan asketisme, kehidupan sederhana,
pelurusan jiwa, dan pembinaan moral. Pengetahuan tentang tasawuf berdasarkan tasawuf
dikajinya dengan begitu mendalam. Di sisi lain, ia melancarkan kritikan tajam terhadap para
filosof, kaum Mutazilah dan Batiniyah. Al-Ghazali berhasil mengenalkan prinsip-prinsip
tasawuf yang moderat, yang seiring dengan aliran ahlu sunnah waljamaah, dan bertentangan
dengan tasawuf Al-Hajjaj dan Abu Yazid Al-Busthami, terutama mengenai soal karakter
manusia.
5. Abad Keenam Hijriah
Pada abad keenam hijriah, sebagai akibat pengaruh keperibadian Al-Ghazali yang
begitu besar, pengaruh tasawuf Sunni semakin meluas ke seluruh pelosok dunia Islam.
Keadaan ini memberi peluang bagi munculnya para tokuoh sufi yang mengembangkan
tarikat-tarikat untuk mendidik para murid mereka, seperti Sayyid Ahmad Ar-Rifai (wafat
pada tahun 570 H) dan Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani (wafat pada tahun 651 H).
b. Ajaran Tasawuf Salafi (Akhlaqi)
1. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi.Takhalli
adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak
tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang
berlebihan kepada urusan duniawi.
2. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan
jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat
eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban
yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat dalam adalah seperti
keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan. Sikap mental dan perbuatan yang baik sangat
penting diisikan kedalam jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka
pembentukan manusia paripurna, antara lain:
Taubat: Yaitu rasa penyesalan sungguh sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
Cemas dan Harap (Khauf dan Raja) : yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
Zuhud: Yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
Al-Faqr: Yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
Al-Sabru: Yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
Ridha: Yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah.
Muraqabah: yaitu seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan
Allah sehingga selalu membawanya pada sikap mawas diri atau self correction.
3. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, maka
rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah fase tajalli. Kata tajalli bermakna terungkapnya

nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh yang telah terisi dengan
butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak
berkurang, maka, maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan
dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan
menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
2.2.
Tasawuf Falsafi
a. Sejarah Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi, disebut juga denga tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaranajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai penggagasnya. Berbeda dengan
tasawuf salafi (akhlaqi), tasawuf filodofi menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya.
Selama abad kelima hijriah, aliran tasawuf salafi (akhlaqi) terus tumbuh dan berkembang.
Sebaliknya, aliran tasawuf falsafi ini mulai tenggelam dan muncul kembali dalam bentuk lain
pada pribadi-pribadi sufi yang juga filosof. Tenggelamnya aliran ini adalah imbas dari kejayaan
teologi Ahlussunnah Wal Jamaah di atas aliran-aliran lain.
Sejak abad keenam hijriah muncul sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf
mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah. Artinya, disebut
murn tasawuf bukan, disebut murni filsafat juga bukan. Di antara mereka yaitu Syukhrawardi AlMaqtul (meninggal tahun 549 H), penyusun kitab Hikmah Al-Insyraqiyah, Syekh Akbar
Muhyidin Ibnu Arabi (meninggal pada Tahun 638 H), dan lain-lain. Mereka banyak menimba
berbagai sumber dan pendapat asing, seperti filsafat Yunani dan khususnya Neo-Platonisme.
Mereka pun banyak mempunyai teori mendalam mengenai jiwa, moral, pengetahuan, wujud dan
sangat bernilai baik ditinjau dari segi tasawuf maupun filsafat, dan berdampak besar bagi para
sufi mutakhir.
Dengan munculnya para sufi yang juga filosof, orang mulai membedakannya dengan
tasawuf yang mula-mula berkembang , yakni tasawuf akhlaqi. Kemudian, tasawuf akhlaqi ini
didentik dengan tasawuf sunni. Hanya saja, titik tekan penyebutan tasawuf sunni dilihat pada
upaya yang dilakukan oleh sufi-sufi yang memegari tasawufnya dengan Al-Quran dan AsSunnah. Dengan demikian terbagi menjadi dua, yaitu sunni yang lebih berorientasi pada
pengokohan akhlak , dan tasawuf falsafi, yakni aliran yang menonjolkan pemikiran-pemikiran
filosofis dengan ungkapan-ungkapan ganjilnya (syathahiyat) dalam ajaran-ajaran yang
dikembangkannya. Ungkapan-ungkapan syathahiyat itu bertolak dari keadaan yang fana menuju
pernyataan tentang terjadinya penyatuan ataupun hulul.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam tasawuf falsafi antara lain, yaitu Ibn Masarrah (dari
Cordova, Andalusia, wafat tahun391 H), Syukhrawardi (dari Persia, wafat dibunuh di Aleppo
tahun 587 H), dan Ibn Arabi (sufi Andalusia, wafat di Damaskus tahun 638 H). bila tasawuf
sunni memperoleh bentuk final pada pengajaran Al-Ghazali, maka tasawuf falsafi mencapai
puncak kesempurnaannya pada pengajaran Ibn Arabi. Dengan pengetahuannya yang amat kaya,
baik dalam lapangan keislaman mapun dalam lapangan filsafat, ia berhasil membuat karya tulis
yang luar biasa banyaknya (di antaranya, Futuhat Al-Makkiyah dan Fushush Al-Hikam). Hampir
semua praktik, pengajaran, dan ide-ide yang berkembang dikalangan sufi diliputinya dengan
penjelasan-penjelasan memadai. Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang kesatuan wujud
(Wahdah Al-Wujud).
b.

Ajaran Tasawuf Falsafi

Ciri umum tasawuf falsafi menurut At-Taftazani adalah ajarannya yang samar-samar akibat
banyaknya istilah khusus yang hanya dapat difahami oleh siapa saja yang memahami ajaran
tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak hanya dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan
metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf
dalam pengertian yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan
lebih berorientasi pada panteisme. Para sufi yang juga filosof pendiri aliran tasawuf ini mengenal
dengan baik filsafat Yunani serta berbagai alirannya seperti Socrates, Aristoteles, aliran Stoa, dan
aliran Neo_Platonisme dengan filsafatnya tentang emanasi. Bahkan mereka pun cukup akrab
dengan filsafat yang sering kali disebut hermenetisme yang karya-karyanya sering diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab, dan filsafat-filsafat Timur kuno, baik dari Persia maupun dari India serta
filsafat-filsafat Islam seperti yang diajarkan oleh Al-Farabi dan Ibn Sina. Mereka pun
dipengaruhi aliran Batiniyah sekte Ismailiyah aliran Syiah dan risalah-risalah Ikhwan AshShafa.
Berbagai paham dalam tasawuf falsafi selalu dipresentasikan dalam ungkapan-ungkapan
ganjil dan aneh (syathahat) yang meresahkan umat Islam. Karena itu wajar jika para fuqaha
merasa gelisah sehingga mengeluarkan berbagai kritik bahkan kecaman serius terhadap para sufi
falsafi.
Objek yang menjadi ajaran para tasawuf filosof adalah:
1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta intropeksi diri yang timbul darinya.
2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifatsifat rabbani, arsy,
kursi, malaikat dll.
3. Peristiwaperistiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
5. Penciptaan ungkapan ungkapan yang pengertiannya sepintas samarsamar
(syatahiyyat).
2.3.

Sejarah Perkembangan Tasawuf Syii


Diluar dua aliran tasawuf di atas, ada juga yang memasukkan tasawuf aliran ketiga,
yaitu tasawuf SyiI atau Syiah. Pembagian tasawuf aliran ketiga ini didasarkan atas
ketajaman pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhan.
Kaum Syiah dinisbatkan kepada pangikut Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarahnya, setelah
perang Shiffin (yakni perang antara pendukung Khalifah Ali dengan pendukung Muawiyah
bin Abu Sufyan), para pendukung fanatik Ali memisahkan diri, dan banyak berdiam
didaratan Persia. Daratan Persia terkenal sebagai daerah yang telah banyak mewarisi tradisi
pemikiran semenjak Imperium Persia Berjaya, dan disinilah kontak budaya antara Islam dan
Yunani telah berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa di Persia.
Perkembangan tasawuf Syii dapat ditinjau melalui kaca mata keterpengaruhan Persia
oleh pemikiran-pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun dalm Al-Muqaddimah telah
menyinggung soal kedekatan kaum Syiah dengan paham tasawuf. Ibnu Khaldun melihat
kedekatan tasawuf falosofis dengan sekte ismailiyah dan Syiah. Sekte ismailiyah
menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan para imam mereka. Menurutnya, kedua
kelompok ini memiliki kesamaan, khususanya dalam persoaalan quthb dan abdal. Bagi
para sufi filosof, quthb adalah puncak kaum arifin, sedangkan abdal merupakan perwakilan.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa doktrin yang seperti ini mirip dengan doktrin aliran
Ismailiyah tentang imam dan para wakilnya begitu juga tentang pakaian compang-camping
yang disebut-sebut berasal dari imam Ali. Jika berbicara tentang tasawuf syii, maka akan

diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana dua macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan
kedekatan atau jarak ini memiliki perbedaan. Paham tasawuf syii beranggapan, bahwa
manusia dapat meninggal dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.

http://pub.kliksaya.com?refid=210879

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dari segi linguistik tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana.
Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak mulia yang mampu membentuk
seseorang ke tingkat yang mulia.
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq
atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode tertentu yang telah
dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq mazmunah dan
mewujudkan akhlaq mahmudah.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis
dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.
Tasawuf Syii atau Syiah, tasawuf aliran ketiga ini didasarkan atas ketajaman
pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhan.

3.2.

Saran
Setelah para pembaca selesai membaca makalah ini, pastilah terdapat banyak kesalahan di
dalam penulisan makalah di atas, memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dalam penulisan
makalah kami yang selanjutnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen