Sie sind auf Seite 1von 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang mengharuskan
mahasiswa itu sendiri harus aktif dalam belajar, mahasiswa diharuskan lebih
tanggap dan cekatan dalam belajar ataupun mencari sumber pembelajaran yang
lain selain yang diajarkan dosen itu sendiri. Mengacu pada sistem pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang terdapat kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
dimana kegiatan ini bertujuan agar setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang bisa lebih terampil sehingga nanti pada
saat dia berprofesi sebagai dokter, mahasiswa itu sendiri bisa lebih cekatan dan
terbiasa sehingga lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang bisa meluluskan dokter yang kompeten karena mereka sudah
dibiasakan terampil dalam kegiatan pengenalan profesi itu sendiri. Pada
pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi Blok XIII kelompok TPP 6 mendapatkan
tugas dengan judul Program Penanggulangan Diare di Puskesmas 4 Ulu.
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti indonesia, karena morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Survei
departemen kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens
naik. Pada tahun 2000 penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. (Depkes,1999).
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs goal ke-4 adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Studi mortalitas dan riset kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui
bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di indonesia.
Penyebab utama kematian balita di indonesia. Penyebab utama kematian akibat

FK UMP 2012

Page 1

diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. (Depkes,1999).
Oleh karena itu Tugas Pengenalan Profesi (TPP) Blok XIII yang berjudul
Sistem Digestif mewajibkan mahasiswa untuk mengerti dan mampu mengetahui
program penanggulangan diare di puskesmas
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana program penanggulangan penyakit diare di puskesmas 4 ulu
palembang ?
2. Bagaimana insidens penyakit diare di puskesmas 4 ulu palembang ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan diare di
puskesmas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui insidens diare di puskesmas 4 ulu
2.
Untuk mengetahui program pencegahan diare di puskesmas 4 ulu
3.
Untuk mengetahui cara penanggulangan diare di puskesmas 4 ulu
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui insidens diare di puskesmas 4 ulu
2. Agar mahasiswa mengetahui program pencegahan diare di puskesmas 4
ulu
3. Agar mahasiswa mengetahui cara penanggulangan diare di puskesmas 4
ulu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

FK UMP 2012

Page 2

2.1

PENGERTIAN DIARE
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan konsistensi feses

menjadi cair. Secara praktis dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair. (Sudoyo, 2012)
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus
besar (guyton, 2012). Diare yang berdarah, berjumlah sedikit, dan menimbulkan
nyeri dikenal dengan disenteri (Kumar, 2012).
2.2

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di

Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi


mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua). (Kemenkes, 2011).
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur
dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir
sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. (Kemenkes, 2011).
Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu
sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi
pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.
(Kemenkes, 2011).
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5 %. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3
setelah TB dan pneumonia. Juga didapatkan bahwa penyebab kematian bayi (usia
29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%).
Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak
adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%). (Kemenkes, 2011).
2.3

KLASIFIKASI DIARE
Terdapat beberapa pembagian diare, yaitu:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

FK UMP 2012

Page 3

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut. (Simadibrata, 2006).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
c. Malabsorbsi lemak
d. Defek sistem pertukaran anion/tansport elektrolit aktif di enterosit
e. Motilitas dan waktu transit usus
f. Gangguan permeabilitas usus
g. Diare inflamatorik
h. Diare infeksi
(Simadibrata, 2006).
2.4

ETIOLOGI
Penyebab diare akut dapat berupa:
1. Virus
2. Protozoa : giardia lambdia, entamoeba hystolitica
3. Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E
coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa
usus (shigella, salmonella sp, yersinia)
4. Iskemia intestinal
5. Inflammatory bowel disease (acute on chronic)
6. Kolitis radiasi
(Sudoyo,2012)
Sedangkan penyebab diare kronik berdasarkan patofisiologi terjadinya
adalah :
1. Diare osmotik : disebabkan oleh osmolaritas intra lumen usus lebih
tinggi dibandingkan osmolaritas serum. Hal ini terjadi pada intoleransi
laktosa, obat laksatif (laktulosa, magnesium sulfat), obat (antasida).\
2. Diare sekretorik : terjadinya sekresi intestinal yang berlebihan dan
berkurangnya absorpsi menimbulkan diare yang cair dan banyak. Pada
umumnya disebabkan oleh tumor endoskrin, malabsorpsi garam
empedu, laksatif katartik.
3. Diare karena gangguan motilitas : hal ini disebabkan oleh transit usus
yang cepat atau justru karena terjadinya stasis yang menimbulkan
perkembangan berlebih bakteri intralumen usus. Penyebab yang klasik
adalah irritable bowel sindrome.

FK UMP 2012

Page 4

4. Diare inflamatorik : disebabkan oleh faktor inflamasi seperti


inflammatory bowel disease.
5. Malabsorpsi : pada umumnya disebabkan oleh penyakit usus halus,
reseksi sebagian usus, obstruksi limfatik, dfisiensi enzim pankreas, dan
pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
6. Infeksi kronik : seperti G lamblia, Ehystolitica, nematoda usus, atau
pada keadaan immuno-compromized.
(Sudoyo, 2012)
2.5

PATOGENESIS
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus

ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan
dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel
yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel
epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus.
Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan
didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Behrman, 2000).
2.6

PENDEKATAN DIAGNOSTIK
A. Diare Akut
Dalam mendiagnosis diare akut perlu memperhatikan hal-hal berikut
1. Pada umumnya diare akut disebabkan infeksi atau toksin bakteri
2. Adanya riwayat makan makanan tertentu (terutama makanan siap
santap) dan adanya keadaan yang sama pada orang lain, sangat
mungkin merupakan keracunan makanan yang disebabkan toksin
bakteri.
3. Travellers diarrhea merupakan kejadian diare pada wisatawan
4. Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama, harus dipikirkan
kemungkinan diare karena C difficile.
5. Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non inflamatorik)
dan disebabkan oleh toksin bakteri (terutama e.coli), biasana

FK UMP 2012

Page 5

mempunyai gejala feses benar-benar cair, tidak ada darah, nyeri


perut terutama di daerah umbilikus (karena kelainan terutama di
daerah usus halus), kembung, mual dan muntah. bila muntahnya
sangat mencolok, biasanya disebabkan oleh virus atau s.aureus
dalam bentuk keracunan makanan.
6. Bila diare dalam bentuk tercampur darah, lendir dan disertai
demam, biasanya disebabkan oleh kerusakan mukosa usus yang
ditimbulkan oleh invasi shigella, salmonella atau amuba. Daerah
yang terkena adalah kolon.
7. Pada umumnya diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari
dengan pengobatan sederhana yang disertai rehidrasi.
(Sudoyo, 2012).
B. Diare Kronik
Mengingat etiologi yang begitu banyak dan beragam, kita harus
berhati-hati

dalam

memilih

macam-macam

gejala

tanda

dan

pemeriksaan yang akan dilakukan, sehingga perlu diperhatikan hal-hal


berikut:
1. Bila dengan puasa diare berkurang, biasanya disebabkan diare
osmotik
2. Adanya penurunan berat badan yang bermakna, harus diwaspadai
kemungkinan suatu keganasan saluran cerna (terutama tumor
kolon)
3. Anamnesis yang akurat pada umumnya akan mendekatkan kita
pada kemungkinan patogenesisnya.
4. Pemeriksaan feses : mulai dari kemungkinan telur cacing, parasit,
lekosit feses (infeksi) sampai analisis lemak feses 24 jam,
osmolalitas feses dan test pemakaian laksatif.
5. Pemeriksaan darah : elektrolit (kemungkinan adanya hipokalemia,
hiponatremia), adanya anemia karena malabsorpsi (vitamin B12,
folat, dan besi), adanya hipoalbuminemia (malabsorpsi, inflamasi,
kehilangan protein pada enteropati). Untuk kelainan yang spesifik
misalnya VIP serum (vipoma), gastrin (untuk penyakit zollinger
ellison), 5-HIAA urin (untuk tumor karsinoid)
6. Kolonoskopi dan biopsi.
(Sudoyo, 2012)

FK UMP 2012

Page 6

2.7

MANIFESTASI KLINIS
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada diare terjadi perubahan

konsistensi tinja menjadi lebih cair dan terjadi peningkatan frekuensi buang air.
Pada bayi dan neonatus, diare didefinisikan sebagai keluarnya massa tinja lebih
dari 10 ml/kgBB/24 jam dan pada anak dan dewasa berarti keluarnya massa tinja
lebih dari 200 g. Karakteristik dari diare, meliputi konsistensi, warna, volume dan
frekuensi buang air, dapat menjadi petunjuk berharga dalam menentukan sumber
diare. Secara ringkas, karakteristik ini diperlihatkan pada Tabel 1 :
Tabel 2. Hubungan Karakteristik Tinja dengan Sumber Diare
Karakter Feses

Usus Halus

Usus Besar

Keadaan umum
Volume
Darah

Cair
Besar
Biasanya positif tapi

Berdarah/ mukoid
Kecil
Biasanya terlihat secara kasat

Keasaman
Tes reduksi
Sel darah putih

tak kasat mata


<5,5
Dapat positif
<5/lapang
pandang

mata
>5,5
Negatif
>10/ lapang pandang besar

Sel darah putih

besar
Normal

Dapat leukositosis

Serum
Organisme

Virus:

Bakteri Invasif:

Rotavirus

E.Coli(enteroinvasif,enterohemo

Adenovirus

rrhagic)

Calicivirus

Shigella

species

Astrovirus

Salmonella

species

Norwalk virus

Campylobacter

species

Yersinia

species

Bakteri Enterotoksik:

Aeromonas species

E.coli

Bakteri Toksik:

Clostridium

Clostridium difficile

perfringens
Cholera
Vibrio

Parasit:
Entamoeba organisms

FK UMP 2012

Page 7

Parasit:
Giardia
Cryptosporidium
(Sumber : Frye RE, 2000)
Pemeriksaan fisik harus memperhatikan : keadaan umum dan aktivitas
pasien, tanda -tanda vital (nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah), berat badan
aktual, tanda-tanda dehidrasi, terutama pada anak: rewel (restlessness or
irritability), letargi/penurunan kesadaran, Sunken eyes (mata cekung secara
mendadak), ubun-ubun besar cekung (sunken fontanel), mukosa bibir dan
orofaring kering, penurunan turgor kulit , terlihat kehausan atau sulit minum atau
tidak bisa minum, anoreksia, takikardia (fast weak pulse), oliguria, darah dalam
tinja, tanda-tanda malnutrisi berat, massa abdominal, distensi abdomen.
2.8

PENATALAKSANAAN
Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui lima langkah tuntaskan diare, yaitu:


1) Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita
diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
Keadaan umum

FK UMP 2012

: baik

Page 8

Mata
: normal
Rasa haus
: normal,minum biasa
Turgor kulit
: kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
- Umur <1 tahun
: - gelas setiap kali anak
-

mencret
Umur 1-4 tahun
Umur diatas 5 tahun

: - 1 gelas setiap kali anak mencret


: 1-1 gelas setiap kali anak

mencret
(Kemenkes RI, 2011).
b. Diare dehidrasi ringan/ sedang
Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang, bila terdapat 2 tanda di
bawah ini atau lebih :
- Keadaan umum : gelisah, rewel
- Mata
: cekung
- Rasa haus
: haus, ingin minum banyak
- Turgor kulit
: kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg bb
dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
(Kemenkes RI, 2011).
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan umum : lesu, lunglai, atau tidak sadar
- Mata
: cekung
- Rasa haus
: tidak bisa minum atau malas minum
- Turgor kulit
: kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011).
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama
10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap
2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti (Juffrie, 2010).

FK UMP 2012

Page 9

2) Berikan Obat Zinc


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita :
- Umur < 6 bulan : tablet (10 mg/hari) selama 10 hari
- Umur >6 bulan : 1 tablet (20mg/hari) selama 10 hari
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare. (Kemenkes RI, 2011).
3) Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum
ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula jga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
(Kemenkes RI, 2011).
4) Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika

FK UMP 2012

Page 10

hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar


karena shigellosis), suspek kolera. (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia). (Kemenkes RI, 2011).
5) Pemberian nasehat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang
berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
2.9 PROGRAM POKOK PELAYANAN PUSKESMAS
Menurut Menkes RI 2001 Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan
didalam gedung atau diluar gedung, menurut jumlah sasaran dan wilayah
kerjanya. Sesuai status Puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa
melaksanakan kegiatan pokok maupun pengembangan, tergantung kemampuan
sumber daya manusia dan sumber daya material. Berikut ini 9 program pokok
yang ada di puskesmas yaitu :
1. Program promosi kesehatan (Promkes)
Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM), sosialisasi program kesehatan,
survey perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penilaian strata posyandu.
2. Program pencegahan penyakit menular (P2M)
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun
2003 tentang

FK UMP 2012

Pedoman Penyelenggaraan

Page 11

Surveilans

Epidemiologi

Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit


yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas
meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA
(+), tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan,
tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria
falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue,
pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah (Permenkes RI No.949/Menkes/SK/ VIII/2004).
Kriteria KLB Diare, sesuai Permenkes RI no.1501/ MENKES/PER/X/2010:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 4
Permenkes

RI

No.

1501/MENKES/PER/2010.(Konfirmasi

kolera)

yang

sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.


2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari, atau minggu berturut turut.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya.
5. Rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1(satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata rata jumlah
kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.

FK UMP 2012

Page 12

6. Angka kematian kasus (CFR) dalam 1(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada suatu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Manajemen KLB Diare
Manajemen KLB/Wabah diare dapat dibagi tiga fase yaitu : pra-KLB/Wabah, saat
KLB/Wabah dan pasca KLB/Wabah.
Pra-KLB/Wabah
Persiapan yang perlu diperhatikan pada pra KLB/Wabah adalah:
1. Kab/Kota, Propinsi dan Pusat perlu membuat surat edaran atau instruksi
kesiapsiagaan di setiap tingkat
2. Meningkatkan kewaspadaan dini (SKD) di wilayah Puskesmas terutama di
Desa rawan KLB
3. Mempersiapkan tenaga dan logistik yang cukup di Puskesmas,
Kabupaten/Kota dan Propinsi dengan membentuk Tim TGC.
4. Meningkatkan upaya promosi kesehatan
5. Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor
Saat KLB/Wabah
Kegiatan saat KLB :
1. Penyelidikan KLB
a. Tujuan :
1. Memutus rantai penularan
2. Menegakkan diagnosa penderita yang dilaporkan
3. Mengidentifikasi etiologi diare.
4. Memastikan terjadinya KLB Diare
5. Mengetahui distribusi penderita menurut waktu, tempat dan orang.
6. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan penyakit diare
7. Mengidentifikasi populasi rentan
b. Tahapan penyelidikan KLB :
1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi termasuk faktor
risiko yang ditemukan.
2. Membuat kesimpulan berdasarkan :
a. Faktor tempat yang digambarkan dalam suatu peta (spotmap) atau tabel
tentang :

FK UMP 2012

Page 13

1. Kemungkinan risiko yang menjadi sumber penularan.


2. Keadaan lingkungan biologis (agen, penderita), fisik dan sosial
ekonomi.
3. Cuaca
4. Ekologi
5. Adat kebiasaan
6. Sumber air minum dan sebagainya.
a. Faktor waktu yang digambarkan dalam

grafik

histogram

yang

menggambarkan hubungan waktu (harian), masa tunas serta agen. Setelah


dibuat grafiknya dapat diinterpretasikan :
1. Kemungkinan penyebab KLB
2. Kecenderungan perkembangan KLB
3. Lamanya KLB
b. Faktor orang yang terdiri dari : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, suku bangsa, adat istiadat, agama/ kepercayaan dan sosial
ekonomi.
2. Pemutusan rantai penularan meliputi :
a. Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang mencakup : air bersih,
jamban, pembuangan sampah dan air limbah.
b. Promosi kesehatan yang mencakup : pemanfaatan jamban, air bersih dan
minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.
3. Penanggulangan KLB
a. Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)
TCG terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor.
b. Pembetukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Diare)
Pusat Rehidrasi dibentuk dengan maksud untuk menampung penderita
diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Pusat Rehidrasi
dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh tenaga kesehatan yang
dapat melakukan tatalaksana kepada penderita diare. Tempat yang dapat
dijadikan sebagai Pusat Rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lokasi
KLB diare dan terpisah dari pemukiman.
Tugas-tugas di Pusat Rehidrasi :
1. Memberikan pengobatan penderita diare sesuai dengan tatalaksana
standar serta mencatat perkembangan penderita
2. Melakukan pencatatan penderita : nama, umur, jenis kelamin, alamat
lengkap, masa inkubasi, gejala, diagnosa/klasifikasi dan lain-lain.
3. Mengatur logistik obatobatan dan lain lain.
FK UMP 2012

Page 14

4. Pengambilan sampel usap dubur penderita sebelum diterapi.


5. Penyuluhan kesehatan kepada penderita dan keluarganya.
6. Menjaga agar Pusat Rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (dengan
mengawasi pengunjung, isolasi dan desinfeksi).
7. Membuat laporan harian/mingguan penderita diare baik rawat jalan
maupun rawat inap.
8. Sistem rujukan
c. Penemuan penderita Diare secara aktif untuk mencegah kematian di
masyarakat, dengan kegiatan :
1. Penyuluhan intensif agar penderita segera mencari pertolongan.
2. Mengaktifkan Posyandu sebagai Pos Oralit.
3. Melibatkan Kepala Desa/RW/RT atau tokoh masyarakat untuk
membagikan oralit kepada warganya yang diare
d. Analisis tatalaksana penderita untuk memperoleh gambaran :
1. Ratio pengunaan obat (oralit, Zinc, RL, antibiotika)
2. Proporsi derajat dehidrasi
3. Proporsi penderita yang dirawat di Pusat Rehidrasi.
Pra dan Saat KLB
Setelah KLB/wabah tenang, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan :
a. Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut-turut (2
kali masa inkubasi terpanjang), untuk melihat kemungkinan timbulnya
kasus baru.
b. Perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab penularan.
c. Promosi kesehatan tentang PHBS
3. Program pengobatan
- Pengobatan dalam gedung : poli umum, poli gigi, apotek, unit
gawat darurat (UGD), perawatan penyakit (rawat inap),
-

pertolongan persalinan (kebidanan)


Pengobatan luar gedung : rujukan kasus, pelayanan puskesmas

keliling.
4. Program kesehatan ibu dan anak (KIA)
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), pertolongan persalinan,
rujukan ibu hamil risiko tinggi, pelayanan neonatus, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)
5. Program kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (KB)

FK UMP 2012

Page 15

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin,


Pelayanan KB, Pasangan Usia Subur, Penyuluhan KB
6. Program upaya peningkatan gizi masyarakat
Penimbangan bayi balita, pelacakan dan perawatan gizi buruk, stimulasi
dan deteksi dini tumbuh kembang anak, penyuluhan gizi
7. Program sanitasi dan kesehatan lingkungan
Pengawasan kesehatan lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air
limbah), SAMI-JAGA (sumber air minu-jamban keluarga), pemeriksaan
sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), institusi perkantoran, survey jentik
nyamuk (SJN)
8. Program pelayanan kesehatan komunitas
Kesehatan mata, kesehatan jiwa, kesehatan lansia, kesehatan olahraga,
perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS), upaya kesehatan
sekolah (UKS)
9. Program pencatatan dan pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) disebut juga
sistem informasi dan manajemen puskesmas (SIMPUS)
2.9

PENCEGAHAN DIARE
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006)

adalah sebagai berikut:


1) Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab diare (Depkes, 1999).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko

FK UMP 2012

Page 16

tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk


(Depkes, 1999).
2) Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian

makanan

pendamping

ASI

dapat

menyebabkan

meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang


menyebabkan kematian (Depkes, 1999).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan
makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun,
memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali
sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan,

daging,

kacangkacangan,

buah-buahan

dan

sayuran

berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum


menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak
dengan sendok yang bersih.
c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak
(Depkes, 1999).
3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya
air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang
dicuci dengan air tercemar (Depkes, 1999).

FK UMP 2012

Page 17

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benarbenar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih
(Depkes, 1999).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut
dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah
(Depkes, 1999).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,
membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari
sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit
aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan
gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.
(Depkes, 1999).
4) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 1999).
5) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai
jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di
jamban (Depkes, 1999).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

FK UMP 2012

Page 18

b. Bersihkan jamban secara teratur.


c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari
rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih
kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas
kaki.
(Depkes, 1999).
6) Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang
bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus
dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu
permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke
dalam kakus.
c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya
(Depkes, 1999).
7) Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak
imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat
berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu
terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri,
pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam
pencegahan penyakit polio (Depkes, 1999).
FK UMP 2012

Page 19

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan observasi Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
adalah sebagai berikut :
Waktu

Tempat

: Puskesmas 4 Ulu

3.2 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam Tugas Pengenalan Profesi antara lain
1
2

Alat Tulis
Kamera/ alat rekam

3.3 Subjek Tugas Mandiri


Subjek dalam pelaksanaan TPP ini adalah sebuah program dalam
penanggulangan diare di puskesmas 4 ulu
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan pada saat pelaksanaan tugas
pengenalan profesi adalah dengan cara wawancara
FK UMP 2012

Page 20

Tabel Daftar Pertanyaan Wawancara


No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Sejak

2.

dicanangkan di Puskesmas 4 Ulu ?


Apa tujuan dilaksanakan program P2M

3.

di Puskesmas 4 Ulu?
Apa saja kegiatan yang dilakukan di

kapan

program

P2M

Puskesmas untuk mendukung program


4.

P2M?
Apa saja fasilitas yang tersedia di
puskesmas

5.

mendukung

keberhasilan program P2M?


Apakah ketika seorang pasien yang
diduga

6.

untuk

menderita

Diare,

langsung

diarahkan ke program P2M?


Apa saja Obat yang tersedia

di

Puskesmas terkait dalam pelaksanakan


7.

8.

program P2M?
Bagaimana cara pemberian Obat Diare
yang digunakan Puskesmas dalam
melaksanakan program P2M?
Apakah pasien yang mengikuti
program

9.

P2M

di

Puskesmas

ini

dikenakan biaya?
Apakah puskesmas sudah menerapkan
sistem

pencatatan

dan

pelaporan

sebagai evaluasi kemajuan pasien dan


10.

hasil pengobatan pasien ?


Apa kendala dalam penerapan dari

11.

program P2M di puskesmas 4 ulu?


Bagaimana tingkat keberhasilan dari

12.

program P2M di puskesmas 4 ulu?


Bagaimana komitmen pemerintah
terhadap program P2M yang telah
diterapkan di Puskesmas?

FK UMP 2012

Page 21

3.5 Analisis Data


Data yang didapatkan dalam TPP ini dideskripsikan dalam bentuk narasi dan
tabel.
3.6 Langkah-Langkah Kerja
No.
1.
2.

Langkah Kerja
Konsultasi pembimbing
Pembuatan proposal

3.

Pengenalan Profesi (TPP)


Meminta surat persetujuan TPP kepada

4.

dosen pembimbing
Pelaksanaan TPP di Puskesmas 4 Ulu

5.
6.

Palembang
Pembuatan laporan pelaksanaan TPP
Pleno TPP

kegiatan

Tanggal Pelaksanaan
Juni 2014
Tugas Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA
FK UMP 2012

Page 22

Azwar Azrul. 2004. Management Puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan


Repuplik Indonesia tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: DepartemanKesehatan RI.
Black, 2003. Where and why are 10 million children dying every year
Behrman, dkk. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: EGC
Depkes RI. 1999 Buku ajar diare. Pendidikan Medik Pemberantasan Diare.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Depkes RI, 1991. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas.
Pedoman Kerja Puskesmas.Jilid I. Jakarta
Frye RE, Tamer MA. Diarrhea. Diunduh dari : http://www.emedicine.com pada 12
Juni 2014
Guyton, Hall. 2012.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta; EGC
Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Balai Penerbit IDAI.
Kemenkes, 2011. Situasi Diare di Indonesia. Vol 2, Triwulan 2; Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan
Kumar, Robbins. 2012. Buku Ajar Patologi. Edisi 7 Volume 2, Jakarta; EGC
Mentri Kesehatan Republik Indonesia,2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6, Jakarta; EGC
Sudoyo, Aru. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid 1, Jakarta;
EGC
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA


FK UMP 2012

Page 23

No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Sejak

2.

dicanangkan di Puskesmas 4 Ulu ?


Apa tujuan dilaksanakan program P2M

3.

di Puskesmas 4 Ulu?
Apa saja kegiatan yang dilakukan di

kapan

program

P2M

Puskesmas untuk mendukung program


4.

P2M?
Apa saja fasilitas yang tersedia di
puskesmas

5.

mendukung

keberhasilan program P2M?


Apakah ketika seorang pasien yang
diduga

6.

untuk

menderita

Diare,

langsung

diarahkan ke program P2M?


Apa saja Obat yang tersedia

di

Puskesmas terkait dalam pelaksanakan


7.

8.

program P2M?
Bagaimana cara pemberian Obat Diare
yang digunakan Puskesmas dalam
melaksanakan program P2M?
Apakah pasien yang mengikuti
program

9.

P2M

di

Puskesmas

ini

dikenakan biaya?
Apakah puskesmas sudah menerapkan
sistem

pencatatan

dan

pelaporan

sebagai evaluasi kemajuan pasien dan


10.

hasil pengobatan pasien ?


Apa kendala dalam penerapan dari

11.

program P2M di puskesmas 4 ulu?


Bagaimana tingkat keberhasilan dari

12.

program P2M di puskesmas 4 ulu?


Bagaimana komitmen pemerintah
terhadap program P2M yang telah
diterapkan di Puskesmas?

FK UMP 2012

Page 24

FK UMP 2012

Page 25

Das könnte Ihnen auch gefallen