Sie sind auf Seite 1von 8

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik bintik peka sinar
primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus pelindungnya mata
memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut,
dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal
sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak
langsung, dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini
dianggap patologik. Satu satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat
dihilangkan secara diagnostik adalah setelah pembedahan katarak yang telah
menggeser sebagian dari iris secara mekanis. Iris yang berbentuk seperti lubang kunci
dapat terjadi pada kejadian yang jarang, kedua iris akan berbeda warnanya jika
diperhatikan. Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normla adalah kongenital
(heterokromia) dan terjadi sejak masa kecil.
Struktur struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata,
sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang
dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid,
lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur
struktur dalam bola mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan
saraf yang mengandung sel sel reseptor.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien glaukoma
2. Tujuan Khusus

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Mahasiswa mampu memahami pengertian glaukoma


Mahasiswa mampu memahami etiologi glaukoma
Mahasiwa mampu memahami manifestasi klinik glaukoma
Mahasiswa mampu memahami klasifikasi glaukoma
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan glaukoma
Mahasiswa mampu memahami pengkajian glaukoma
Mahasiswa mampu memahami diagnosa berhubungan dengan analisa data glaukoma
Mahasiswa mampu memahami intervensi dari setiap diagnosa
Mahasiswa mampu memahami evaluasi glaukoma

3. Manfaat
a. Instansi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi instansi dalam meningkatkan mutu
pendidikan pada masa yang akan datang
b. Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga diberi penjelasan tentang pentingnya pengobatan dan perawatan
untuk mencapai penyembuhan

BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani: Glaukos yang berarti hijau kebiruan yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan bola mata, atropi papil saraf optik dan menciutnya lapang
pandang.
Glaukoma adalah penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya pengelihatan
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan didalam mata, karena gangguan
makanisme pengeluaran cairan mata dan kelainan syaraf mata. Jika tidak ditangani
dengan segera dapat menyebabkan kerusakan retina dan resiko kebutaan total.
B. ETIOLOGI
Gangguan pada mekanisme pengeluaran cairan didalam mata yang dapat
menyebabkan sumbatan akibat penyempitan pada saraf mata, dan akar iris atau juga
karena faktor keturunan.
C.
1.
a.
b.
c.
d.
e.

MANIFESTASI KLINIK

Keluhan:
penglihatan kabur mendadak
nyeri hebat
mual
muntah
melihat halo (pelangi disekitar objek)

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pemeriksaan Fisik:
Visus sangat menurun
Mata merah
Kornea suram
Rincian iris tidak tampak
Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada fase
terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga
mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat penting,
konsultasikan ke dokter spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk pendeteksian
dini.

D. KLASIFIKASI
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer terbagi menjadi
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka/glaukoma kronik/glaukoma simpleks merupakan bentuk glaukoma
primer paling sering yang lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang
lebih 90% dari klien glaukoma). Diduga glaukoma ini diturunkan secara dominan/resesif pada 50%
penderita. Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (>40 tahun) dan perubahan karena usia lanjut
memegang peranan penting dalam proses sklerosa badan silier dan jaringan trebekel,
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup/glaucoma acute, mekanisme dasar yang terlibat dalam patofisiologi
glaukoma ini adalah menyempitnya sudut dan perubahan letak iris yang terlalu ke depan.
Perubahan letak iris menyebabkan kornea menyempit atau nmenutup sudut ruangan yang akan
menghalangi aliran keluar akueos humor. TIO meningkat dengan cepat, kadang-kadang mencapai
tekanan 50-70 mmHg ( dewit, 1998).
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata., timbulnya halo di sekitar
cahaya, pndangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala, mual,
muntah, kedinginan, demam. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang melalui saraf kornea
menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melaui cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan
penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak

langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos
humor. Gangguan ini terjadi akibat:
Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak

Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma Congenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular. Kondisi ini
disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
E. PENTALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan mengguakan obat
sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a. Obat Sistemik
1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan
diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada
permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping
hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan miopia sementara.

2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini
diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b. Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2. Terapi Bedah
a. Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya
dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau
gagal dengan iridektomi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/Cairan
Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan

dekat/merasa
di
ruang
gelap
(katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar
4. Nyeri/Kenyamanan:
Ketidaknyamanan
ringan/mata
berair
(glaukoma
kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
3. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai
dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah
C. INTERVENSI
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah
Tujuan: nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian nyeri
b. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c. Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
a. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
b. Kaji tingkatan nyeri untuk menentukan dosis analgesic
c. Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
d. Atur sikap fowler 30 atau dalam posisi nyaman.
e. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
f. Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
g. Berikan analgesi sesuai anjuran
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan:
Penggunaan
penglihatan
yang
optimal
Kriteria Hasil:
a. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan

b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih


lanjut
Intervensi:
a. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak
salah dosis
d. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan,
contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam
e. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
3. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
Tujuan:
Cemas
hilang
atau
berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
b. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
c. Pasien
menggunakan
sumber
secara
efektif
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan
dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan
c. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
d. Identifikasi sumber/orang yang menolong
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai
dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya
Kriteria Hasil:
a. pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
b. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
c. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi
a. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
b. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata
c. Izinkan pasien mengulang tindakan
d. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata

e. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topical
D.
1.
2.
3.
4.

EVALUASI

Nyeri hilang atau berkurang


Penggunaan penglihatan yang optimal
Cemas hilang atau berkurang
Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Glaukoma berasal dari bahasa Yunani: Glaukos yang berarti hijau kebiruan yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan bola mata, atropi papil saraf optik dan menciutnya lapang
pandang
2. Gangguan pada mekanisme pengeluaran cairan didalam mata yang dapat
menyebabkan sumbatan akibat penyempitan pada saraf mata, dan akar iris atau juga
karena faktor keturunan
3. Manifestasi klinik pada glaucoma adalah penglihatan kabur mendadak, nyeri hebat,
mual, muntah dan melihat halo (pelangi disekitar objek)
4. Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer terbagi
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup
5. Penatalaksanaan pada glaukoma adalah terapi medikamentosa, obat tetes mata lokal
dan terapi bedah
6. Diagnosa keperawatan pada glaucoma adalah
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status
organ
c. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
B. SARAN DAN KRITIK

a. Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya
proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
b. Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang

diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan

Das könnte Ihnen auch gefallen