Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh
MUHAMMAD NOOR ILHAM
1410421019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru.
Perusahaan akan selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh
konsumen. Akibatnya suatu perusahaan tidak hanya memproduksi satu produk
tetapi beragam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini menjadikan
masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya. Bersumber dari
masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan menjadi penting
untuk dibahas.
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih
besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama.
Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama
operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses
pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
B. Manfaat
a. Mengetahui Pengertian Produk Sampingan
b. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam Produk tersebut
c.Mengetahui Perhitungan harga pokok Produk Sampingan
d. Mengetahui Pendapatan Harga Pokok Produk Sampingan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih
besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama.
Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama
operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses
pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk. Pembedaan produk utama dan
produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk
relatif lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk
sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka
dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh: pada pabrik penggergajian kayu,
kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji
dan kayu bakar merupakan produk sampingan.
B. Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan
Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk
gabungan, maka tidak lengkap jika tidak membahas harga pokok produk
sampingan. Hal ini dapat dimengerti karena keduanya mempunyai hubungan yang
erat. Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana
memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap
harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan
hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama
dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam
kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada
1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (splitoff point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan
penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk
utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya
dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan
produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
a)
Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan, maka
timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan.
Pada umumnya persediaan akhir produk sampingan tidak diadakan penilaian
sehingga mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih besar.
produksi
dan
penjualannya
tidak
dalam
satu
periode
maka
16.200 unit
13.500 unit
500 unit
Rp750
Rp500
Rp600.000
Rp2.925.000
Rp 10.125.000
Rp
250.000
Rp 8.350.000
Rp 1.600.000 Rp 6.750.000-
Laba Kotor
Rp 3.375.000
Rp 2.925.000-
Laba operasi
Rp
450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan
Rp 600.000+
Rp 1.050.000
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lainlain sehingga akan menambah laba operasi secara langsung.
b)
Rp 10.125.000
Rp 600.000+
Penjualan bersih
Rp 10.725.000
Rp
250.000
Rp 8.350.000
Rp
1.600.000 Rp 6.750.000-
Laba Kotor
Rp 3.975.000
Rp 2.925.000-
Laba operasi
Rp 1.050.000
Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk
sampingan sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan
menjadi Rp 10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.
c)
Rp 10.125.000
Rp
250.000
Rp 8.350.000
Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000
Rp
600.000 Rp 6.150.000 -
Laba Kotor
Rp 3.975.000
Rp 2.925.000 -
Laba operasi
Rp 1.050.000
Dalam
kasus
ini,
hasil
penjualan
produk
sampingan
sebesar
d)
metode
ini,
hasil
penjualan
produk
sampingan
sebesar
Rp 10.125.000
Rp
250.000
Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS
Rp
600.000Rp 7.500.000+
Tersedia dijual
Rp 7.750.000
Rp 1.485.024 Rp 6.264.976 -
Laba Kotor
Rp 3.860.024
Rp 2.925.000 -
Laba operasi
Rp
935.024
2.
Rp xxxxxx
Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx
b.
1.
700.000
1.080.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk 50.000
utama
Biaya pemasaran dan administrasi&umum
Persediaan akhir produk
100.000
1000kg
Rp 1.080.000
HPP:
Biaya produksi
Rp
Rp
Rp
Rp
700.000
50.000 650.000
65.000Rp
585.000-
Laba bruto
Rp
495.000
Rp 100.000-
Rp 395.000
Metode pasar
Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost
methods). Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode tanpa harga pokokpendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi. Tetapi ada seedikit
perbedaan yaitu kalau pada metode pertama (metode tanpa harga pokokpendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi) yang dikurangkan dari
total biaya produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya produk
sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar yang dikurangkan adalah taksiran
nilai pasar produk sampingan. Metode ini berusaha untuk menaksir biaya produk
sampingan berdasarkan nilai pasarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga
pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil
penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan
produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.