Sie sind auf Seite 1von 6

Program studi Biologi, 2015.

Ekologi Tumbuhan

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI


TUMBUHAN TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN
POHON PADA ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
Sumi B
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
PENDAHULUAN
Kelestarian sumberdaya hutan harus tetap menjadi pemrioritas di dalam setiap
aktivitas pemanfaatan sumberdaya hutan. Salah satu cara untuk mengetahui
kelimpahan dan keanekaragaman spesies tumbuhan dalam suatu ekosistem adalah
dengan melakukan analisis secara kuantitatif berdasarkan komposisi floristiknya
Komposisi floristik suatu ekosistem merupakan variasi jenis flora yang menyusun
suatu komunitas, sehingga menggambarkan kekayaan jenis yang menyusun
ekosistemnya (Alimudin, 2010). Tatanan ruang yang dibentuk oleh komponen
penyusun tegakan dan bentuk hidup (life-form), stratifikasi (statification) dan
penutupan vegetasi (covering) yang tergambar dalam keadaan diameter, tinggi,
penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis
menggambarkan struktur ekosistem (Melati, 2007).
Analisis vegetasi hutan antara lain ditujukan untuk mengetahui komposisi jenis dan
struktur suatu hutan. Data tersebut berguna untuk mengetahui kondisi
keseimbangan komunitas hutan, menjelaskan interaksi didalam dan antar jenis dan
memprediksi kecenderungan komposisi tegakan dimasa mendatang (Onrizal, 2005).
Arboretum sylva merupakan hutan kota yang terletak di kota pontianak, Kalimantan
Barat. Hutan Kota (Arboretum Sylva Untan) merupakan kebun koleksi tanaman dan
pepohonan khusus Kalimantan Barat sebagai tempat keanekaragaman hayati,
pengembangan pendidikan,pengembangan hutan kota, serta sarana rekreasi dan
hiburan masyarakat. Arboretum merupakan kabun koleksi tanaman dan pepohonan
khusus Kalimantan Barat sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati,
pengembangan pendidikan dan pegembangan hutan kota. Berdasarkan uraian pada
latar belakang maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan
komposisi vegetasi tumbuhan pada arboretum sylva UNTAN. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan tambahan pengetahuan tentang
koleksi nama-nama spesies-spesies tumbuhan di Arboretum Sylva UNTAN.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Mei 2016, pukul 09.0011.00 WIB di Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura Pontianak
Prosedur
Ditetapkan lokasi penelitian yang bertempat di Arboretum syla UNTAN
Pontianak kalimantan Barat. Dengan menggunakan meteran roll, dibuat petak
ukur sebanyak 6 buah yang berukuran 10 m x 10 m, Selanjutnya petak ukur dibagi

Program studi Biologi, 2015. Ekologi Tumbuhan

dalam tiga bagian dalam ukuran berbeda untuk dilakukan pengukuran pada empat
tingkatan pertumbuhan sebagai berikut: (a)Petak contoh berukuran 10 m x 10
m digunakan untuk tingkat pohon yaitu berdiameter batang >20 cm, (b) Petak
contoh berukuran 5m x 5m digunakan untuk tingkat pancang yaitu berdiameter
batang < 10 cm,tinggi >1,5 m, dan (c) Petak contoh berukuran 2 m x 2 m
(A)digunakan untuk tingkat semai yaitu tumbuhan <1,5 cm, dan tumbuhan bawah.
Diinventarisasi dan identifikasi Inventarisasi pengelompokan tumbuhan
yaitu mengumpulkan tumbuhan yang terdapat pada setiap plot untuk dihitung
serta diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan cara mendeskripsikan struktur
tumbuhan berdasarkan kunci identifikasi tumbuhan identifikasi dapat dilakukan
di lapangan dan di laboratorium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil praktikum yang didapat adalah tumbuhan dengan tingkat semai, pancang dan
pohon. Semai yang ditemukan Urophyllum sp. Jampang, Melicope lunu, Syzygium
sp., Leea sp, Nageia sp. Tectona grandis, Neprolepis sp, Graminae, Caladium sp.,
Dillenia sp., Cyperus sp., Liana 1, Liana 2 dan Asplenium sp. Tingkat Pancang
ditemukan Garcinia mangostana, Calophillum sp., Phoebe sp., Urophyllum sp.,
Leea sp., Milicope lunu, Jampang dan Vitex pinnata, sedangkan untuk tingkat
pohon ditemukan Alstonia sp., Nugeia sp., Jampang, Urophyllum sp.,
Callophyllum sp., Acacia mangium, Shorea sp., Macaranga primosa dan Melicope
lunu
Tabel 1. Jenis Tumbuhan Tingkat Semai
N
o
1

Spesies

Famili

Jumla
h
1

KR

FR

DR

INP

0,05

0,34

0,2

5,34

Urophyllum
sp.
Jampang

Rubiaceae
Poaceae

0,1

0,6

0,2

5,6

Rutaceae

0,4

2,75

0,4

10

12,75

Melicope
lunu
Syzygium sp.

Myrtaceae

10

0,5

3,43

0,2

8,43

Leea sp.

Leeaceae

0,05

0,34

0,2

5,34

Nageia sp.

0,05

0,34

0,2

5,34

Tectona
grandis
Neprolepis
sp.
Graminae

Podocarpacea
e
Lamiaceae

0,05

0,34

0,2

5,34
-

Lomariopsida
ceae
Graminae

19

0,95

6,53

0,2

11,53

102

5,1

35,0
5
2,40
5
4,8

0,4

10

45,05

0,2

7,4

0,4

10

14,8

13,7
4
17,1

0,2

18,74

0,4

10

27,1

12,0
2

0,4

10

22,02

2
3

8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4

Caladium sp.

Araceae

0,35

Dillenia sp.

Dilleniaceae

14

0,7

Cyperus sp.

Cyperaceae

40

Liana 1

50

2,5

Liana 2

35

1,75

Program studi Biologi, 2015. Ekologi Tumbuhan

1
5

Asplenium
sp.

Aspleniaceae

0,05

0,34

0,2

5,34

Tabel 2. Jenis Tumbuhan Tingkat Pancang


N
Spesies
o
1 Garcinia
mangostana
2 Calophillum sp.

Famili
Cusiaceae

Juml
ah
1

Phoebe sp.

Callophyllacea
e
Lauraceae

Urophyllum sp.

Rubiaceae

Leea sp.

Leeaceae

Milicope lunu

Rutaceae

Jampang

Poaceae

Vitex pinnata

Verbenaceae

KR

FR

DR

INP

0,00
8
0,00
8
0,00
8
0,01
6
0,01
6
0,04

6,6
7
6,6
7
6,6
7
13,
33
13,
33
33,
33
13,
33
6,6
7

0,
2
0,
2
0,
2
0,
2
0,
4
0,
4
0,
4
0,
2

9,0
9
9,0
9
9,0
9
9,0
9
18,
18
18,
18
18,
18
9,0
9

2,26 x
10-5
1,97 x
10-5
0,62 x
10-5
0,10 x
10-5
3,45 x
10-5
3,69 x
10-5
127,17 x
10-5
1,38 x
10-5

1,6
0
1,4
0
0,4
4
0,0
7
2,4
5
2,6
2
90,
42
0,9
8

17,36

0,01
6
0,00
8

17,16
16,2
22,49
33,96
54,13
121,93
16,74

Tabel 3. Jenis Tumbuhan Tingkat Pohon


N
o
1
2

Spesies
Alstonia sp.
Nugeia sp.

Famili
Apocynaceae
Podocarpaceae

Juml
ah
1
2

Jampang

Poaceae

Urophyllum sp.

Rubiaceae

Callophyllum sp.

Acacia mangium

Callophyllacea
e
Fabaceae

Shorea sp.

Fabaceae

Macaranga
primosa
Melicope lunu

Euphorbiaceae

Rutaceae

13

KR

FR

DR

INP

0,00
2
0,00
4
0,00
6
0,00
2
0,00
2
0,01
2
0,00
8
0,00
4
0,02
6

3,0
3
6,0
6
9,0
9
3,0
3
3,0
3
18,
18
12,
12
6,0
6
39,
39

0,2

7,1
4
7,1
4
14,
29
7,1
4
7,1
4
21,
43
14,
29
7,1
4
14,
29

3,48 x 10-

2,5
81
0,9
42
51,
96
3,0
49
3,5
61
17,
36
14,
65
4,2

12,7
51
14,1
42
75,3
4
13,2
19
13,7
31
56,9
3
41,0
62
17,4

1,6
8

55,3
6

0,2
0,4
0,2
0,2
0,6
0,4
0,2
0,4

1,27 x 105

70,05 x
10-5
4,11 x 105

4,80 x 105

23,4 x 105

19,75 x
10-5
5,66 x 105

2,27 x 105

Pembahasan
Praktikum yang telah dilaksanakan menggunakan metode kuadrat, metode
kuadrat ini dikenal juga sebagai metode sampel plot yang merupakan dasar untuk
bermacam macam tipe penelitian ekologi tumbuhan.Metode kuadrat menggunakan
petak contoh yang berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas
area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode
ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan metode garis untuk
menganalisis vegetasi. Panjang sample berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat

Program studi Biologi, 2015. Ekologi Tumbuhan

lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan berupa
garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh kekompleksitasan dari hutan tersebut
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis.
Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas
hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
Metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan
digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai
jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar
panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,1990).Frekuensi diperoleh
berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang
disebar (Rohman, 2001)
Metode intersepsi titik juga dapat digunakan sebagai analisis vegetasi, Metode
intersepsi merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan
cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu
tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini
variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah
nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu
vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah
sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa plot) merupakan analisa
vegetasi yang mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area
sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik
sehingga sering juga metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak
menggambarkan luas area tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu
dalam memperoleh nilai penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan,
dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Tabel 1 menunjukan bahwa terdapat 15 spesies dari famili yang berbeda pula, yaitu
Urophyllum sp. Jampang, Melicope lunu, Syzygium sp., Leea sp, Nageia sp.
Tectona grandis, Neprolepis sp, Graminae, Caladium sp., Dillenia sp., Cyperus
sp., Liana 1, Liana 2 dan Asplenium sp. Dengan spesies terbanyak yang ditemukan
adalah Graminae berjumlah 102 dengan kerapatan relatif 35,05%. Hal ini
disebabkan oleh tumbuhan Graminae ini merupak tumbuhan yang memang sering
terdapat pada tanah, baik tanah yang kering, basah atau pun berair.

Program studi Biologi, 2015. Ekologi Tumbuhan

Tabel 2 menunjukan bahwa terdapat 8 spesies Pancang yaitu Garcinia mangostana,


Calophillum sp., Phoebe sp., Urophyllum sp., Leea sp., Milicope lunu, Jampang
dan Vitex pinnata, spesies terbanyak yaitu Milicope lunu berjumlah 5 dengan
kerapatan relatif 33,33%. Menurut Sukman dan Yakub (2002), bahwa kerapatan
suatu spesies yang dapat menggambarkan luas penutup vegetasi pada kondisi
lingkungan sangat menentukan keberadaan suatu spesies. Nilai kerapatan suatu
spesies menunjukkan jumlah individu spesies bersangkutan pada satuan luas
tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies
tersebut pada lokasi penelitian.Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran
tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya.
Tabel 3 menunjukan bahwa terdapat 9 spesies dimana Milicope lunu merupakan
spesies terbanyak berjumlah 13 dengan frekuensi 0,4 dan frekuensi relatif 14,29%.
Frekuensi merupakan suatu jenis yang menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam
suatu area. Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang
besar, sebaliknya spesies-spesies yang mempunyai nilai frekuensi kecil yang
memiliki pola penyebaran tidak merata. Frekuensi menggambarakan distribusi
atau peyebaran serta kehidupan suatu jenis tumbuhan terhadap suatu daerah.
Frekuensi dapat dihitung dari pemunculan tiap jenis tumbuhan dalam tiap areal
pengamatan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan pada
perkebunan semangka didapatkan frekuensi sebagai berikut (Restiana,2014).
Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola
distribusinya. Nilai distribusi hanya dapat memberikan informasi tentang
kehadiran tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum memberikan gambaran
tentang jumlah individu pada masing-masing plot. Dalam penelitian ini pemilihan
metode (Restiana,2014).
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih saya ucapkan kepada kakak dan abang selaku asisten yang telah
mengarahkan praktikum ini agar dapat berjalan dengan baik dan kepada pengelola
arboretum sylva yang telah memberi izin kami untuk melakukan praktikum dan
kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin, La Ode. 2010. Komposisi Dan Struktur Vegetasi Hutan Produksi
Terbatas Di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
AGRIPILUS. Vol 2 no 2 : 114-125
Melati, SF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT.Bumi Aksara. Jakarta.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Onrizal, Cecep Kusuma, Bambang Hero Saharjo, Lin P.handayani, dan Tsuyosi
Kato. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah
Sekunder di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Jurnal
Biologi Vol 4 No 6 : 359-371
Restiana Dan Inka Dahlianah.2014. Analisis Vegetasi Gulma Pada Kebun
Semangka (Citrullus lanatus) DiDesa Timbangan Kecamatan Inderalaya

Program studi Biologi, 2015. Ekologi Tumbuhan

Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Sainsmatika vol 11


No 2 :49-58
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
JICA.
Sukman, Y. dan Yakub. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Das könnte Ihnen auch gefallen