Sie sind auf Seite 1von 21

1.

0 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Taqwa merupakan agenda yang penting didalam kehidupan muslim yang
beriman kepada Allah SWT.. Melalui ketaqwaan ini akan dapat
memantapkan lagi jati diri sebagai seorang muslim yang sejati. Terdapat
banyak faktor yang akan menjawab persoalan kenapa pentingnya taqwa
dalam kehidupan manusia khususnya muslim. Keberkatan hidup dunia
akan lebih direhdai seandainya umat Islam mengamalkan kehidupan
sebagai muslim secara menyeluruh. Ketaqwaan boleh memberi banyak
kebaikan kepada muslim kerana dapat menyumbang kepada ketenangan
jiwa manusia. Ia juga dapat menghindari dan mengawal perbuatan
manusia daripada melakukan perkara yang sia-sia.
Oleh hal yang sedemikian, kita amatlah memerlukan panduan hidup
dalam memperlengkapkan lagi keperibadian kita sebagai muslim yang
sejati. Sesungguhnya kita perlulah berusaha untuk meningkatkan lagi
ketaqwaan kita kepada Allah SWT.. Dalam firman-Nya yang bermaksud
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. (Al-Hujurat:13)
8888888888
Junjungan kita Rasullulah SAW serta para nabi dan rasul adalah
merupakan contoh terdekat yang mengamalkan ketaqwaan kepada Allah
SWT secara berterusan. Terdapat banyak alasan kenapa Allah begitu
menekankan soal ketaqwaan kepada setiap muslim. Antaranya kerana
taqwa adalah penting dalam usaha merealisasikan konsep kehambaan
terhadap Allah SWT.. Kepatutahan kita kepada Tuhan yang menguasai
segalanya adalah penting, oleh itu kita diwajibkan patuh kepada-Nya.
Selain itu, ia adalah penting untuk meneguhkan pegangan manusia
dengan mentauhidkan Allah. Pegangan kita dalam usaha mentauhidkan
Allah adalah agama Islam, jadi kita perlulah mengamalkan secara
menyeluruh apa yang telah diperintahkan kepada kita.
Mengingatkan manusia agar menjauhi larangan Allah. Taqwa penting bagi
mengelakkan kita dari terjebak dalam perkara yang berkaitan kejahatan
dan maksiat. Sebab lain pula adalah untuk menyedarkan manusia supaya
tidak menyalahgunakan nikmat Allah. Nikamt yang telah dikurniakan
perlulah digunakan ke jalan kebaikan bukannya ke jalan kejahatan. Oleh
itu, taqwa penting dalam mendidik diri kita supaya sentiasa mensyukuri
segala nikmat yang telah dibagi oleh-Nya. Tambahan pula, manusia perlu
bertaqwa bagi membolehkan manusia membuktikan keimanannya kepada

Allah SWT. Ketaqwaan akan membawa terus kepada tahap keimanan yang
menjadi asas sebagai muslim bertaqwa. Sebagai makhluk ciptaan Allah,
kita perlulah sentiasa berusaha meningkatkan keimanan kepada-Nya.
Selain itu, dengan adanya sifat taqwa dalam diri kita akan membolehkan
manusia mudah untuk mendapat kejayaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sifat taqwa mengajar kita supaya sabar berusaha dalam mendapatkan
kehidupan yang lebih baik lagi.
Ketaqwaan juga dapat mengajar manusia membezakan antara perkara
yang baik dengan perkara buruk. Adanya taqwa dapat mendidik hati kita
untuk menentukan sesuatu perkara dengan betul dan terbaik. Kita
perlulah menggunakan akal dengan sebaiknya demi kebaikan diri sendiri.
Taqwa juga mengajar manusia agar sentiasa bercakap benar. Percakapan
yang benar dapat membentuk jati diri yang mulia. Berbicara benar akan
disukai oleh Allah dan masyarakat sekeliling. Terdapat lagi sebab-sebab
lain iaitu, supaya manusia terselamat dari tergolong orang fasik, supaya
manusia makan dari hasil yang halal, dapat mewujudkan perasaan takut
manusia terhadap hari kiamat, supaya manusia tidak mengikuti jejak
orang kafir, selain itu supaya manusia menjaga maruah sesama muslim,
mewujudkan nilai perpaduan dalam masyarakat dan supaya manusia
tidak mendahului Allah dan Rasul dalam menetapkan sesuatu hukum.
***********************************************************************
*
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena
begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam
kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya
puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya
menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada
hari jumat atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu
bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama
membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari
tujuan hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki
setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah
sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan
hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang
muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika
tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena
binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman
kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara
sederhana adalah percaya, maka taqwa adalah satu-satunya sikap

pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang


beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak
merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan
segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga
tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan
kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat
agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi
manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya
sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang
semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih
rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal
tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada
akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari
keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap
muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan
kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha
melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya
dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa
umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba
bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat
islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan
tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi
religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda
dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan
beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung
kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu
konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa
sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim
siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa
sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau
bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang
mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama
muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu
sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua
ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus
mulai merilis sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia
hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa, seperti
saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba boleh.
Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos pos alternatif

yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah
gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti
mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan atau
pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke
otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati
sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran
tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka
akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran
(akal) juga ikut kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata,
dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai
sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat
plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga)
dari hal hal yang dilarang agama sebagai cara awal dan utama dalam
mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga mata, telinga,
pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan
seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa.
Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh dalam
mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk
dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya
kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta
adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek
vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat
ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal
yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk
terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya,
karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam
Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah imtitsalu
awamrillahi wajtinabinnawahih, menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala laranganya.
***********************************************************************
melaksanakan jihad, karena jihad adalah kerahiban kaum muslim. Dan
engkau harus dzikir kepadaAllah, karena dzikir adalah cahaya bagimu.
(HR. Abu Yala).Taqwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan
hakekatnya adalah bahwa seseorangmelindungi dirinya dari hukuman
Tuhan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya. Asal usultaqwa
adalah menjaga diri dari syirik, kejahatan dan dosa, dan dari hal-hal yang
syubhat, yaituyang diragukan tentang halal dan haramnya.Kata takwa
termasuk salah satu diantara kata-kata agama yang banyak dikenal dan

seringdiucapkan. Dan Al Quran memberikan perhatian yang amat besar


terhadap takwa. Kata takwa,dengan kata-kata jadiannya, dalam Al Quran
terulang sebanyak 258 kali, dan 82 di antaranyaterdapat kalimat perintah
(imperative) untuk bertakwa. Karena begitu luasnya pembahasan
tentangtakwa, maka dalam tulisan yang terbatas ini saya hanya akan
mengutip beberapa ayat saja, sebagaicontoh, untuk memahami arti dan
pesan-pesan takwa; walaupun ayat-ayat yang dikutip itu tidakatau belum
mewakili makna keseluruhan dari pesan-pesan takwa yang terkandung
dalam AlQuran.Begitu esensinya takwa untuk kehidupan manusia dapat
kita lihat dalam ajaran Al Qurandari uraian berikut ini. Al Quran
menjelaskan kepada kita bahwa tujuan manusia diciptakan Allahadalah
untuk mengabdi kepada-Nya, Dan tiada Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supayamengabdi (menyembah) kepada Ku. (Al Dzariyat,
51:56).Ibadah berarti pengabdian atau penghambaan diri kepada Allah,
Tuhan yang Maha Esa.Karena itu, dalam pengertaiannya yang lebih luas,
ibadat mencakup keseluruhan kegiatan manusiadalam hidup di dunia ini
termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu
dilakukandengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghambaan diri
kepada Allah, yakni sebagaitindakan bermoral. Artinya makna dan tujuan
keberadaan manusia ialah perkenan atau ridhaAllah SWT. Dan secara
khusus ibadat juga menunjuk kepada amal perbuatan tertentu yang
bersifatkeagamaan yang disebut dengan ubudiyah, ritual atau ibadat
murni, seperti shalat, puasa, danlainnya
2.0 PENGERTIAN TAQWA MENURUT HADIS
Pengertian Takwa Menurut Bahasa
Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara
diri dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu
nawahihi).
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya
memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari
berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Pengertian Takwa Menurut Istilah
Pengertian takwa menurut istilah kita dapatkan di banyak literatur,
termasuk Al-Quran, Hadits, dan pendapat sahabat serta para ulama.

Semua pengertian takwa itu mengarah pada satu konsep: yakni


melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga
diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.
Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada
Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah,
maka pesan paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada
sahabatnya itu adalah takwa. Rasulullah Saw bersabda:
"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena
takwa itu adalah pokok dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits
As-Samarkindi).
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang
yang bertakwa itu adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena
Allah, dan apabila berbuat, berbuat dan beramal karena Allah."
Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa
adalah orang-orang yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari
hatinya oleh Allah."
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa
hati, bukan takwa anggota badan." (Al-Fawaid).
Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits
Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja
merujuk pada Quran dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang
Mahagaib: Allah SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
beriman pada kitab-kitab Allah, dengan menjadikan Al-Quran sebagai
pedoman dalam menjalankan hidupnya (QS. Al-Baqarah:2-7).
Menurut hadits Nabi Saw, pengertian takwa berintikan pelaksanaan
perintah Allah SWT atau kewajiban agama.
"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi
orang yang paling bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).

Orang bertakwa senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah dalam


pengertian ibadah mahdhoh --kewajiban utama seperti sholat dan zakat,
serta puasa Ramadhan dan haji bagi yang mampu.
Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam,
luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu
dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau
tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak
menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wallahu a'lam bish-shawab. (www.risalahislam.com).
3.0 BAGAIMANA TAQWA DAPAT MENYEBABKAN PERPADUAN
UMMAH
1. Sesungguhnya berjayalah orang-orang Yang beriman,Keimanan dan
ketakwaan yang teguh inilah penyelamat Bilal bin Rabah daripada lembah
kekufuran biarpun diazab penuh dahsyat oleh tuannya. Iman yang
mantap dan teguh inilah yang memperkasakan jatidiri ummah dan
menyelamatkan mereka daripada gejala negatif seperti penagihan dadah,
pelacuran serta pergaulan bebas.Statistik dadah kebangsaan 2004
menunjukkan 90% penagih terdiri daripada remaja muslim. Nah!
terbuktilah iman dan takwa teras masyarakat cemerlang memacu
kecemerlangan ummah.Wacana fikrah kedua " Insan Berakhlak
MuliaTeras Ummah yang gemilangIni amat bertepatan dengan motif
utama pengutusan Rasulullah ke muka bumi demi memurnikan akhlak
manusia sebagaimana Sabda Baginda :(
-'./ &0# 1/ 23
$4 )Ertinya: Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan
akhlak yang muliaTerpancarlah keutuhan akhlak dan sahsiah terpuji
Rasulullah melalui karektor beliau sebagai seorang pemimpin negara
yang beretika, seorang sahabat yang prihatin serta ketua keluarga yang
penyayang. Imbau sahaja keindahan akhlak Rasulullah dengan pemuda
Yahudi yang kencing di dalam Masjid Nabawi, Baginda tidak memarahi
pemuda tersebut bahkan baginda sendiri membasuhnya menyebabkan
pemuda tadi memeluk Islam di hadapan Baginda. Lihatlahhari ini lantaran
kerapuhan akhlak, remaja kita dirobek rakus oleh budaya punk , black
metal memuja syaitan serta vandalisme meranapkan harta benda awam.
Ternyata akhlak mulia tonggak ummah gemilang. Wacana Fikrah ketiga
"Insan Beramanah Dan Jujur Teras Ummah Gemilang".Dengan ketakwaan
yang tinggi akan melahirkan rasa muraqabah Allah dalam segenap urusan
hidup lantas tertegaklah konsep Al ihsan:(
56 $78 91
01 :4 91 ;$<= 1 :+ )Yang bermaksud: Kamu menyembah
Allah seolah-olah kamu melihatnya, jika kamu tidak melihatnya,

sesungguhnya dia melihat kamu.Imbau sahaja betapa jujur dan


amanahnya seorang pemimpin bergelar Omar Abdul Aziz , yang sanggup
bergelap bila membicarakan urusan keluarga kerana tidak mahu
menggunakan harta kerajaan. Bilamana menyuburnya benih amanah
dalam jiwa ummah maka lahirlah insan yang jujur kepada Allah, diri
sendiri dan orang lain sekaligus terhindar daripada segala unsur
penipuan, penyalahgunaan kuasa dan rasuah. Ingatlah, tanpa jujur dan
amanah hancurlah ummah.Konklusinya, tidak tertegak rumah tanpa
tiang, tidak tertegak agama tanpa iman, dan tidak tertegak ummah
gemilang tanpa peribadi unggul.Justeru hiasi diri dengan senyuman, hiasi
masyarakat dengan peribadi unggul, pasti cerialah hidup
2. 10. Sebenarnya orang-orang Yang beriman itu adalah bersaudara,
maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu;
Lihatlah betapa damai dan utuhnya perpaduan ini andai dibina atas paksi
akidah yang jelas.Marilah kita menyorot generasi awal para sahabat yang
mendapat asuhan langsung dari rasul tercinta, berkumpul dibawah
bumbung masjid nabawi dengan penug integrasi tanpa ada sekelumit
rasa perbezaan taraf dan warna kulit. Beitulah kekuatan madinah yang
dipersaudarakan nabi dalam elemen pembentukan kota bercahaya ini dan
kiaskan lah bagaimana negara kita cuba mempraktikkannya dalam
penubuhan sekolah wawasan yang berkongsi misi dan usaha untuk terus
gemilang bersama perpaduan dan keamanan.Tuntasnya integrasi nasional
berpaksikan agama teras kegemilangan ummah.Menuntun bicara hujah
saya yang kelima ; keagungan akidah pencetus semangat jihad dan
pengorbanan.Dengarlah ayat 41 surah at-Tauba
3. Pergilah kamu beramai-ramai (untuk berperang pada jalan Allah),
sama ada Dengan keadaanringan ataupun Dengan keadaan berat;
dan berjihadlah Dengan harta benda dan jiwa kamu pada jalanAllahayat
ini secara jelas merupakan satu slogan bagaimana kejayaan umat islam
kini dieksprementasikan melalui usaha dan jihad yang berterusan dalam
semua lapangan samada ekonomi, kesihatan, pembangunan mahupun
ketenteraan. Dan bagaimana umat terdahulu persis saidina khalid alwalid
dan solahuddin al ayubi mampu menjadi penakluk dunia dan benteng
terampuh menjaga keselamatan agama. Juga persis Abdrahman bin
aufmelancarkan jihad ekonomi dalam memecahkan monopoli ekonomi
kapitalis yahudi penjajah di madinah 14 dekad yang lalu.ironinya
kekuatan jihad merupakan aspirasi ummah dan daulah
berwibawa.Wacana fikrah keenam Insan Berdaya Saing Teras Ummah
Gemilang Kepercayaan yang teguh terhadap Qadha dan Qadar

mencetuskan muslim yang gigih berusaha, berdaya saing serta tidak


menyalahkan takdir semata-mata menjadikan mereka berdiri sama tinggi,
duduk sama sebaris dengan bangsa lain. Keazaman membara serta
keyakinan yang tinggi kepada Allah menjadi kunci kejayaan Datin Paduka
Mazlina ,wanita pertama di dunia belayar secara solo di Benua
Antartika ,namanya gah terukir dipersada dunia. Ini bertepatan dengan
seruan Allah:( >? @%8 ) Ertinya: Dan berlumba-lumbalah
kamu melakukan kebaikanSebagai contoh, imbau masa lampau, lantaran
suburnya sifat berdaya saing serta berlumba-lumba dalam penerokaan
ilmu muncullah nama besar seperti Ibnu Sina perintis ilmu matematik,al
Khawarizmi perintis ilmu astronomi serta Ibnu Batuta ahli pelayaran
tekemuka. Nama merekameniti dibibir sepanjang zaman.Justeru, marilah
kita suburkan sifat juang serta daya saing yangtinggi untuk kita berdiri
sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain.Konklusi dari hujahan saya tadi,
ummah yang gemilang perlu menrealisasikan gagasan islamisasi ilmu dan
pemikiran islam mereka kepada ketamadunan dan peradaban ulung
berteraskan iman an taqwa dan paradigma yang dibawa oleh alquran dan
sunnah.
IMAN DAN TAQWA PENCETUS UMAT GEMILANG.Demikian tajuk syarahan
saya pada hari yang ceria ini. Namun,Sebelum kata bicara saya teruskan,
izinkan saya merongkaikan terlebih dahulu frasa-frasa penting yang
terkandung dalam tajuk ini. Iman dan taqwa merujuk kepada
kepercayaan dan keyakinan yang kukuh terhadap kewujudan Allah swt
Manakala pencetus ummah gemilang ditakrifkan sebagai asas
untuk melahirkan masyarakat yang cemerlang dan terbilang dalam
segenap aspek dunia dan akhirat Secara kolektifnya tajuk ini membawa
maksud keyakinan yang teguh kepada Allah SWT merupakan elemen
terpenting dalam mewujudkan sesebuah komuniti yang cemerlang yang
bukan sahaja mampu bersaing, malah mampu memberikan persaingan
atas dasar mafhumnya
Pertamanya: Iman dan taqwa menyuburkan jalinan ukhuwwah Islamiah
dalam sanubari insan. Dalam peristiwa hijrah misalnya , terjalin ikatan
ukhuwwah islamiah yang ampuh antara kaum Aus dan Khazraj yang
digarap atas dasar perpaduan ummah Firman Allah s.w.t. (Surah al-Ali
Imran ayat 103) Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali Allah
(agamaIslam) dan janganlah kamu berpecah belah. Banjir besar yang
melanda negeri Johor, Melaka, negeri Sembilan dan Pahang Februari yang
lepas menyaksikan betapa sukarelawan dari pelbagai pihak tampil

menggembeling tenaga dan ini membuktikan akidah yang mantap


mampu menyimpulkan ikatan ukhuwwah Islamiah sekaligus melahirkan
umat yang gemilang. Jelaslah kepada kita , masyarakat yang bersatu
padu adalah teras kejayaan insan dan peradaban. Hadirin dan hadirat
sekalian

Keduanya: Iman dan taqwa melahirkan umat yang berakhlak mulia Akhlak
yang mulia yang sentiasa dipupuk dan disuburkan ke dalam jiwa pasti
akan melahirkan individu yang cemerlang dan seterusnya akan berupaya
mencorakkan keluarga ke arah kegemilangan Ramlah Yusof, Penerima
Anugerah Kategori Keluarga Terbilang bagi Parliman Marang, menyatakan
bahawa untuk melahirkan anak-anak yang cemerlang , maka pendidikan
akhlak dan agama perlulah menjadi landasan utama Firman Allah s.w.t.
dalam Surah Al Tahrim ayat 6: Keupayaan Saidatina Khadijah, isteri
rasulullah saw mendidik anak-anak bersandarkan aqidah yang manatap
telah memungkinkan mereka berjaya menjadi muslimah sejati. Jelaslah
bahawa iman dan taqwa berupaya melahirkan ummat yang berkualiti.
Ketiganya: Iman dan taqwa melahirkan ilmuan yang bertamadun
Masyarakat berilmu adalah merupakan indikator kemajuan sesebuah
Negara, dan untuk mencapai aspirasi ini, maka suntikan iman dan taqwa
adalah merupakan pemangkinnya. Kehebatan cendikiawan islam
terdahulu, yang teguh aqidahnya, seperti Ibnu Sina, Al farabi dan lainlainnya telah berjaya mencipta tamadun dunia Firman Allah SWT dalam
Surah Al Mujadalah ayat 11 Allah mengangkat darjat orang-orang yang
beriman dalam kalangan kamu dan orang-orang yang berilmu
pengetahuan Saudari Nur Rasyidah Arifin, Graduan Sarjana Muda Syariah
yang telah menerima Anugerah Pelajaran DiRaja pada acara konvokesyen
2010 Universiti Malaya menyatakan bahawa pegangan teguh kepada
ajaran agama telah memungkinkan beliau meraih anugerah ini.
Ternyatalah umat bertaqwa adalah tunjang kecemerlangan tamadun.
Hadirin sekalian
Keempat; Iman dan taqwa membentuk kepimpinan Kepimpinan adalah
satu elemen yang sangat penting dalam memastikan kecemerlangan
ummah dan hal ini tidak dapat direalisasikan tanpa suntikan iman dan
taqwa. Kepimpinan unggul Khalifah Harun Ar Rasyid umpamanya adalah
natijah daripada ketaqwaan beliau. Sabda Rasulullah saw yang
diriwayatkan oleh Muslim: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu

dipertanggungjawabkan ke atas orang yang dipimpin Langkah


memperkasakan Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM)
adalah bukti kukuh betapa prihatinnya kerajaaan terhadap kepimpinan
yang bersih dan efisien dalam pentadbiran Negara. Dan hal ini dapat
direalisasikan dengan mudah melalui suntikan iman dan taqwa. Jelaslah,
iman dan taqwa akan melahirkan kepimpinan yang gemilang. Hadirin
sekalian.
Kelima: Iman dan taqwa membina jati diri. Sesungguhnya muslim yang
memiliki akhlak yang cemerlang akan berupaya mengadaptasikan diri
dengan pola kehidupan yang bersandarkan syariat Allah, mereka tidak
akan goyah pada sebarang mehnah dan tribulasi, sebaliknya memiliki jati
diri yang ampuh Sejarah membuktikan betapa kentalnya keluarga Ammar
bin Yasir yang Berjaya mempertahankan agamanya biarpun disiksa Abu
jahal Firman Allah SWT dalam surah Al Kalam, ayat 4 Dan sesungguhnya
engkau wahai Muhammad mempunyai akhlak yang mulai Langkah
Akademi Keluarga Bahagia Malaysia(AKRAB) mengadakan kem-kem
motivasi bersepadu yang melibatkan 4 komponen manusia iaitu
kerohanian, mental, intelektual dan fizikal adalah bertujuan untuk
membina jati diri muslim. Jelaslah bahawa, kecemerlangan akhlak yang
berlandaskan iman dan taqwa adalah teras kegemilangan umat.
Keenamnya: Iman dan taqwa menjana sifat gigih. Kejayaan Haji Ahmad
Maling bergelar Johan Peladang Jaya lelaki, Hari Peladang, Penternak dan
Nelayan peringkat Negeri Sarawak adalah bersandarkan kepada sikapnya
yang tidak pernah berputus asa. Firman Allah SWT dalam surah Ar Radu
ayat 11 Sesungguhnya Allah tidak mnegubah nasib sesuatu kaum
melainkan mereka mengubah diri mereka sendiri. Kegigihan Nabi Nuh AS
berdakwah ratusan tahun lamanya biarpun hanya beberapa orang sahaja
yang menjadi pengikutnya, benar-benar menyentuh haati kita. Jelaslah
iman dan taqwa menjana sifat gigih yang menjadi landasan
kecemerlangan umat.
Dan ketujuhnya: Iman dan taqwa membentuk sifat sabar. Firman Allah
SWT dalam surah Al Baqarah ayat 153 Sesungguhnya Allah bersama
orang orang yang sabar Ayuh rakan sekelian, mari sama-sama kita
zahirkan kecantikan Islam dengan menjiwai sifat sabar dalam diri kita.
Kita contohi kesabaran Nabi Ayub AS agar kita tergolong dalam kalangan
umat sejahtera yang cemerlang dan dikasihi Allah SWT

4.0 CADANGAN CARA MENINGKATKAN TAQWA DIRI DALAM


MASYARAKAT
i) Mengingati Allah (zikirullah)
Mengingati Allah dengan berzikir dapat menberi ketenangan jiwa dan hati
yang tenteram dengan mengingatinya. Hati yang tenteram adalah
merupakan salah satu kesihatan rohaniah yang penting dalam memupuk
sifat taqwa dalam diri setiap muslim. Dengan berzikir juga dapat
mengubati penyakit hati. Zikir yang membawa pengertian iaitu menyebut
nama-nama Allah dengan memuji dan mensucikan Allah dengan segala
sifat kebesaran dan kesempurnaan-Nya. Ini sekaligus akan menimbulkan
rasa kecintaan kepada Allah SWT..
ii) Mengerjakan solat sunat
Aspek rohani adalah penting dalam kehidupan manusia. Oleh itu, bagi
mencapai kekuatan rohani, adalah penting bagi setiap muslim
mengerjakan solat wajib iaitu solat lima waktu. Solat merupakan ibadah
paling utama dari amalan-amalan yang lain. Disebabkan itu, muslim
disarankan mengerjakan solat sunat seperti solat sunat tahajjud, tasbih,
taubat dan sebagainya bagi memperkukuhkan lagi keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.. Terdapat banyak kebaikan yang dapat kita
perolehi dari ibadah solat ini seperti mendidik diri berdisiplin, menanam
sifat sabar dalam menunaikan ibadah, mudahkan untuk masuk syurga,
memancarkan sinar cahaya di kiamat kelak dan menjadikan seseorang itu
sentiasa mengingati Allah SWT..
iii) Taubat
Taubat beerti menghentikan segala perbuatan dosanya dan menyesali
serta bernekad tidak akan mengulangi perbuatan dosanya itu. Taubat juga
merupakan salah satu sifat yang ada pada orang-orang yang bertaqwa
dan beramal salih. Taubat amat penting kerana ia dapat mendekatkan
diri, menyucikan diri serta demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat. Allah SWT. sentiasa membuka pintu taubat seluas-luasnya
kepada hamba-Nya. Terdapat 3 kategori taubat iaitu taubat orang awam,
taubat khusus dan taubat lebih khusus. Banyak faedah yang kita perolehi
jika kita sentiasa bertaubat, antaranya, dapat membersihkan diri dari
dosa, mendapat ketenangan jiwa serta kemenangan, akan tergolong
dalam orang yang tidak berdosa dan taubatnya akan diterima oleh Allah
SWT..

iv) Takut kepada Allah (khauf)


Perasaan takut juga merupakan salah satu cara untuk mencapai taqwa
kepada-Nya. Sifat takut ini dapat mendorong seseorang mengelakkan diri
daripada melakukan perkara-perkara yang terlarang dan dosa. Takut akan
perbuatannya akan disaksikan oleh Allah SWT akan menyebabkan
seseorang akan sentiasa menjaga kelakuannya. Menurut Ibnu AlMuqadasi: takut kepada Allah itu akan mendorong seseorang untuk
mengamalkan ilmunya dan akan mendorong untuk lebih banyak beramal
bakti kerana ilmu dan amal dapat mendekatkan dirinya kepada Allah
SWT.. Selain itu, sifat takut ini akan menimbulkan sifat-sifat lain seperti
zuhud, warak, muraqabah, muhasabah dan sebagainya. Antara prinsipprinsip yang perlu difahami apabila menyentuh soal takut ini ialah
perasaan takut akan ancaman-Nya. Takut jika melanggar perintah Allah,
nescaya akan ditimpa ancaman dalam pelbagai bentuk contohnya
kejadian tsunami yang telah menimpa kita beberapa tahun yang lalu.
Perkara ini adalah terang lagi bersuluh. Takut akan ditolak segala amal
kebajikannya juga adalah salah satu prinsip. Ini kerana segala kebajikan
yang kita lakukan adalah disaksikan oleh Allah SWT.. Selain itu, takut tidak
akan mendapat sebarang petunjuk dan rahmat-Nya juga prinsip takut. Per
buatan yang mengingkari Allah juga akan menyebabkan Allah SWT. tidak
akan menberi hidayah kepada mereka. Namun, sesungguhnya orang yang
paling takut kepada Allah SWT. adalah para nabi dan Rasul serta para
salihin dan ulama.
Antara ciri-ciri orang yang mempunyai sifat takut kepada-Nya ialah akan
gementar hatinya dan makin kuat imannya apabila dibacakan ayat-ayat
Allah, sentiasa mendirikan solat, mengeluarkan zakat dan membelanjakan
sebahagian rezekinya pada jalan Allah, menjaga diri dan keluarga dari
segala larangan Allah, sentiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan
bertaubat serta memohon ampun kepada Allah SWT.. Kelebihan orang
yang takut kepada Allah adalah mereka akan memperolehi kebahagian
hodup di dunia dan di akhirat, akan selamat dari neraka, akan
memperolehi balasan syurga dan lain-lain lagi.
v) Mujahadah
Mujahadah adalah penyerahan bersungguh-sungguh demi menyingkirkan
nafsu dan syahwat. Mujahadah dalam memerangi nafsu adalah penting
kerana ianya adalah merupakan jihad yang paling besar dan paling
dituntut dalam agama. Nafsu juga adalah merupakan musuh manusia.
Allah telah menerangkan 3 jenis nafsu manusia iaitu nafsu ammarah,
nafsu lawwamah dan nafsu mutmainnah. Nafsu ammarah merupakan

musuh manusia dan orang yang beriman kerana ia sentiasa menghasut


supaya meninggalkan kebaikan dan ibadah. Menurut Prof. Dr Hamka
terdapat 3 aspek ciri-ciri perjuangan melawan nafsu iaitu:Tewas terhadap
nafsu iaitu menjadikan nafsu sebagai tuhan yakni mengutamakan nafsu
lebih dari segalanya. Jika seseorang itu menang dalam melawan nafsu
dipanggil mujahid kerana jika maut ketika melawan nafsu akan dikira
syahid. Ini menunjukkan betapa besarnya jihad terhadap hawa nafsu.
Orang yang dapat mengalahkan hawa nafsu serta mengusirnya dalam
kehidupan akan selamat dari dipermainkan oleh hawa nafsu.
Kesimpulannya, mujahadah adalah penting dalam setiap diri muslim
dalam memperkukuhkan lagi ketaqwaan kita terhadap Allah SWT..
vi) Muhasabah
Muhasabah adalah perbuatan yang melihat dan merenung diri sendiri
untuk mempersoalkan tentang tindakan kita demi menghindari
kemurkaan-Nya. Kita sepatutnya sentiasa bermuhasabah diri setiap hari
walaupun sekejap. Sifat ini juga patut disusuli dengan sifat membersihkan
diri. Konsep muhasabah mengikut Imam Al-Ghazali ialah keperluan kita
menjaga tujuh anggota penting iaitu mata, telinga, lidah, perut,
kemaluan, tangan serta kaki. Mata merupakan anggota yang paling
penting kerana dengan matalah kita mampu melihat kebesaran-Nya. Oleh
itu, adalah menjadi tanggungjawab kita untuk menjaga mata daripada
melihat perkara-perkara maksiat dan sebagainya yang membawa
keburukan kepada diri sendiri. Telinga pula hendaklah dipelihara dari
mendengar fitnah caci-maki dan sebagainya. Telinga dikurniakan kepada
kita kerana kepentingannya dalam komunikasi serta dapat mendengar
ayat-ayat suci Allah SWT.. Selain itu, lidah juga perlulah dijaga dari
mengeluarkan kata-kata fitnah, mengumpat dan sebagainya. Kita perlulah
menggunakan sebaiknya lidah dengan berzikir, membaca kitab suci AlQuran dan sebagainya. Bagi hal perut pula, kita juga perlu memelihara
perut dengan cara memakan makanan yang sihat dan paling penting
adalah halal seperti yang disarankan oleh Islam.
Manalaka kemaluan pula adalah nikmat yang paling wajib dijaga kerana
jika tidak dijaga dengan sebaiknya, nescaya akan mendatangkan
kemudaratan kepada diri. Anggota ini perlu dijaga dari terjebak dengan
zina, liwat serta hubungan sonsang. Tangan dan kaki juga hendaklah
dijaga dengan sebaiknya kerana anggota-anggota ini adalah penting
melakukan pergerakan untuk melakukan ibadah serta aktiviti-aktiviti
harian kita. Kita perlulah menjaga anggota dengan tidak mengunjungi
tempat-tempat maksiat dan melakukan maksiat.

Dapatlah disimpulkan di sini, kesemua anggota demi melakukan ibadat


sekaligus dapat meningkatkan taqwa dalam diri masinh-masing.
vii) Muraqabah (mawas diri)
Muraqabah menurut Imam AL-Qusyairi ialah sentiasa menyakini Allah
melihat dan mengawasi dirinya yakni diri kita. Kita sebagai muslim sejati
seharusnya mengamalkan muraqah kerana kita akan sentiasa
membataskan diri sendiri dalam setiap pergerakan seharian kita agar
tidak terjebak dengan mana-mana perkara yang tidak berfaedah. Setiap
amalan yang dilakukan oleh seseorang, seharus dilakukan atas dasar
kerehdaan Allah SWT.. Ini adalah kerana, amalan manusia berdasarkan
kepada tiga keadaan iaitu amalan berbentuk ketaatan kepada Allah SWT.,
amalan berbentuk yang dibolehkan dan amalan yang berbentuk maksiat.
Amalan ketaatan hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan
ikhlas kerana-Nya. Manakala, amalan yang dibolehkan harus dipenuhi dan
dilaksanakan dengan syarat tidak lupa untuk bersyukur apabila mendapat
nikmat dan bersabar apabila mendapat musibah.
Amalan maksiat perlulah dijauhi sejauhnya dengan segera dan bertaubat
kepada Allah SWT.. Oleh itu, sifat ini adalah penting untuk mendapatkan
keredhaan Allah SWT..
viii) Sabar
Sabar membawa erti bertahan terhadap sesuatu dugaan atau kejadian
dengan tabah serta bersifat redha dan menyerahkan segalanya kepada
Allah SWT.. Sebagai seorang muslim, kita seharusnya mempunyai sifat
sabar dalam kehidupan seharian. Hal ini adalah kerana akan melatih diri
tabah menangani cabaran dan dugaan hidup. Menurut ahli filsafat Islam,
sabar boleh dikategorikan kepada beberapa aspek. Pertamanya, sabar
menjalankan ibadah, iaitu sentiasa tekun menjalankan perintah Allah
dangan seikhlasnya. Ketika melakukan ibadah perlulah menanamkan niat
ikhlas kerana Allah. Kita juga hendaklah khusyuk dalam ibadah
terutamanya dalam solat serta setelah selesai sesuatu ibadah, hendaklah
menyerahkannya kepada Allah. Keduanya, kita perlulah sabar terhadap
dugaan seperti bala dan bencana. Sebenarnya, jika difikirkan setiap
dugaan dan bencana yang Allah timpakan ke atas kita ada hikmah dan
pengajarannya. Oleh itu, kita hendaklah sabar terhadap dugaan dunia ini.
Seterusnya, sabar terhadap maksiat. Maksudnya, berusaha menahan diri
daripada melakukan maksiat serta perbuatan jahat. Manusia sentiasa
digoda syaitan. Oleh itu, kita perlulah sabar serta menahan diri agar tidak
terjebak dengan godaan syaitan yang sentiasa mahu melihat manusia

mengingkari perintah Allah. Kita perlulah berdoa setiap hari agar


ditetapkan iman dalam dada. Kita juga perlulah sabar dalam perjuangan
menempuh hidup dan sabar terhadap pengaruh kehidupan duniawi yang
kadang-kadang melalaikan kita tanggungjawab sebagai muslim sejati.
Terdapat banyak kelebihan orang yang mempunyai sifat sabar ini.
Antaranya ialah akan mendapat pahala yang besar, mendapat
keampunan dosa daripada Allah, akan mudahnya mendapat pertolongan
daripada Allah SWT., menperolehi kedudukan yang tinggi dan lain-lain
lagi.
ix) Qanaah
Qanaah bermaksud menerima dengan rela yang telah ada atau sentiasa
merasa cukup dengan apa yang telah dikurniakan. Sifat ini merupakan
salah satu sifat yang terpuji dan sepatutnya setiap muslim patut
mengamalkannya dalam kehidupan seharian. Menurut Abu Zakaria
Ansari, qanaah ialah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya seperti
keperluannya dalam bentuk makanan, pakaian, atau apa sahaja yang
dimilikinya. Manakala konsep qanaah dalam Islam adalah mencakupi
segala aspek permilikan dan apa-apa yang ditempuhi dalam kehidupan
seharian. Jika mengambil pandangan Prof Dr. Hamka, qanaah
menggariskan lima ciri penting dalam diri setiap muslim iaitu redha
dengan apa yang ada, memohon kepada Allah disertai dengan usaha dan
ikhtiar, bertawakal kepada-Nya, menerima ketentuan Allah dengan sabar
serta tidak tertarik oleh tipu daya duniawi yang bersifat hanya sementara
ini.
Segala pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang haruslah disusuli
dengan perasaan sabar serta bersyukur setelah mendapat ganjaran
setimpal yang telah diusahakan. Antara kelebihan-kelebihan orang yang
mengamalkan sifat qanaah ialah kita akan tergolong dalam golongan
yang berjaya dan sentiasa merasa cukup dengan rezekinya yang
diperolehi daripada-Nya. Selain itu, kita perlulah sentiasa tekun mencari
rezeki yanh halal tanpa sebarang keraguan yang menghalang. Ia juga
dapat mendidik diri untuk bersyukur kepada nikmat Allah. Tambahan pula,
sifat ini juga dapat menghindari rasa tamak dan haloba dalam mencari
rezekidan harta kurniaan Allah SWT.. Oleh itu, kita perlulah mengamalkan
kesederhanaan dalam hidup kita. Ketahuilah segala yang kita perolehi
adalah dengan bantuan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
x) Warak
Warak juga merupakan salah satu cara dalam menuju ketaqwaan kepada
Allah SWT.. Warak adalah menyingkirkan syubhat dan dari halal yang

yidak akan membawa kebaikan ke dalam kehidupan terutamanya agama.


Menurut Ibrahim Ibnu Adham pula warak bermaksud meninggalkan segala
syubhat dan yang tidak mempunyai kepentingan iaitu meninggalkan
kemewahan yang berlebihan. manakala menurut Imam Nawawi pula
mengklasifikasikan warak menjaga segala halal dan haramnya termasuk
makanan, pakaian tempat tinggal dan yang berkaitan dengannya. Warak
hendaklah ditanamkan dalam setiap diri muslim kerana ianya dapat
menghindari sifat takbur dan lupa diri kepada Allah SWT.. Terdapat
sepuluh cara dalam usaha mencapai warak iaitu memelihara lidah dari
mengumpat. Sesungguhnya mengumpat amatlah dimurkai oleh-Nya
kerana ia tentunya akan menjatuhkan maruah orang diumpat itu.
Mengumpat juga adalah satu dosa besar yang akan dilaknat oleh Allah
SWT di akhirat kelak. Kita juga perlulah menghindarkan diri dari buruk
sangka. Kita janganlah berburuk sangka terhadap sesama muslim kerana
buruk sangka juga adalah satu dosa. Selain itu, kita janganlah menghina
dan merendahkan-rendahkan orang lain. Perkara ini perlulah dielak sama
sekali kerana kita tidak mengetahui jika kaum yang yang dihina itu adalah
lebih baik daripada yang menghina. Tambahan pula, paling penting untuk
mencapai warak adalah memelihara pandangan dari perkara yang haram.
Maksudnya, kita hendaklah menjaga mata dengan cara tidak melihat
perkara-perkara maksiat. Seterusnya membelanjakan harta ke jalan Allah,
sentiasa mengingati nikmat yang dikurniakan-Nya serta
memanfaatkanya, jujur, berlaku benar dan adil, sentiasa memelihara
solat, istiqamah mengikut Rasullulah serta jamaah Islam dan jangan
terlalu mementingkan kedudukan serta janganlah sombong sesama
manusia. Menurut Hasan Al-Basri pernah berkata, kebaikan agama adalah
warak manakala kerosakan kepada agama ialah tamak. Antara kelebihan
orang yang warak adalah tergolong dalam golongan yang banyak
ibadahnya, menyenangkan perjalanan memasuki syurga tanpa hisab,
diberkati dan sentiasa diberi petunjuk oleh-Nya.
xi) Zuhud
Kehidupan dunia sememangnya ada yang membawa kepada kelalaian.
Oleh itu, sifat zuhud adalah sifat yang mulia dan sekaligus boleh menuju
kepada taqwa. Terdapat beberapa pendapat yenyang pengertian zuhud
antaranya oleh Imam Al-Ghazali. Menurutnya, zuhud adalah sifat
mengurangkan keinginan kepada duniawi dan menjauhkan dengan
adanya kesedaran. Sebahagian ulama pula mengatakan zuhud ialah
meninggalkan kesenangan duniawi demi akhirat kelak. Seperti yang
diketahui, menurut Syeikh Ahmad Ibnu As-Sukandari, terdapat tiga ciri-ciri

orang yang mempunyai sifat zuhud. Ciri-ciri tersebut adalah orang itu
hanya sukakan dunia sedikit sahaja, sederhana dalam pelbagai hal,
menerima seadanya dan tidak risau akan sesuatu yang telah tiada. Selain
itu, orang zuhud juga menyamakan celaan dan pujian adalah sama sahaja
serta sentiasa mendahulukan keredhaan Allah SWT. dari keredhaan
manusia. Antara aspek penting yang ditekankan adalah sentiasa
menghindari diri dari penipuan dan habuan dunia, kita hendaklah
menganggap dunia hanya dugaan, mencari tuntutan dunia untuk
kepentingan akhirat, kita juga hendaklah mencari kemewahan dunia yang
tidak akan melalaikan kewajipan sebagai muslim serta hendaklah berjaga
agar tidak terpedaya dengan kemewahan dunia yang hanya bersifat
sementara. Oleh itu, kita perlulah mengamalkan sifat zuhud bagi
menyeimbangi dunia dan akhirat.
xii) Tawaduk dan istiqamah
Tawaduk bermaksud tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT..
Tawaduk juga boleh terjadi kepada sesama muslim iaitu sentiasa
merendah diri sesama muslim. Janganlah kita mempunyai sifat takabur.
Kita perlulah menghormati manusia sejagat tanpa mengira keturunan,
agama, bangsa serta warna kulit. Mengamalkan sifat tawaduk juga
penting bagi menyemai akhlak mulia. Ia adalah salah astu cara untuk
menjadi seorang muslim yang bertaqwa. Manakala istiqamah pula beerti
tegak, tetap dan lurus. Dari segi syarak pula beerti, sentiasa teguh di
jalan yang benar, lurus, berpegang pada aqidah Islam dan mengamalkan
syariat dengan tekun. Islam menggalakkan umatnya agar sentiasa
istiqamah dalam menjalankan ibadah dan segala yang boleh membawa
kebaikan di dunia dan di akhirat. Istiqamah terbahagi kepada tiga,
istiqamah dengan hati iaitu tetapkan iman dalam hati. Kedua adalah
istiqamah denganfizikal iaitu tekun melakukan ibadah dan kerja demi
keredhaan-Nya. Ketiganya adalah istiqamah dengan lisan iaitu menjaga
lidah dalam berkata-kata. Banyak kelebihan jika kita sentiasa istiqamah
dalam hidup. Antaranya ialah, kita akan memperolehi balasan yang besar
daripada Allah, iaitu syurga. Selain itu, ia dapat membantu mabusia
mencapai kesempurnaan hidup, dapat melindungi akal serta hati dan juga
akan tergolong dalam golongan orang yang taat kepada Allah SWT..
Dapatlah disimpulkan disini, istiqamah penting dalam memperkukuhkan
lagi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT..
xiii) Tawakal kepada Allah SWT..
Seperti yang diketahui tawakal adalah merupakan aspek yang paling
penting

dalam aqidah setiap muslim. Tawakal juga merupakan kunci untuk


mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Ia juga boleh mengukur
tahap keimanan seseorang ketika menghadapi rencah kehidupan didunia.
Tawakal juga menjadi asas untuk berjaya melalui usaha dan ikhtiar serta
bersabar menghadapi taqdir-Nya. Dalam Al-Quran juga telah dijelaskan
kelebihan orang yang bertawakal iaitu balasan syurga untuknya,
mendapat hikmah yang besar, mendapat keperluan yang diinginkan,
mencapai kebahagian dunia dan akhirat dan dikasihi oleh Allah SWT..
5.0

KESIMPULAN

apakah Quran dapat memberi hidayat kepadanya? Tentu tidak, tiada satu
kata kebenaranpundapat menghidayati manusia seperti ini!.Seorang
yang tidak menyiapkan telinga hatinya untuk mendengarkan, maka
tiadaperkataan hakikat yang dapat ia percaya, sedang ia hanya mabuk
kepayang dalam kendalipilihan syahwatnya saja atau hanya dengan
syahwat orang lain ia bergerak, maka Quran tidakakan memberi hidayat
kepada orang semacam ini.Betul, memang Al-Quran memanggil mereka
juga untuk dapat menerimanya sebagaipemberi hidayat, namun
panggilan Quran ini tiada dirasakan dengan peka oleh telinga
mereka,keadaan mereka yang seperti ini disebutkan oleh Al-Quran sendiri
ddengan satu ibaratnya:"Mereka itu bagai dipanggil dari tempat yang
jauh" (Qs Fusilat/44) Dan ayat demikianmengisyaratkan kepada orang
yang seperti ini, kepada mereka diperdengarkan seruan darijarak yang
jauh.Kadang-kadang ketika mendengar satu lagu dari tempat yang jauh,
seperti seseorangmendendangkan satu lagu yang sangat indah dengan
liku-liku irama yang sangat harmonis dansyahdu, tetapi katakanlah dari
kejauhan satu kilo meter suaranya sampai ke telinga, maka apayang
dapat difahami dari kata demi kata yang dilantunkannya? Tentunya
pertama ia tidakdapat dimaklumi, karena ucapan kata-kata tidak
terdengar dengan baik, hanya desingan suarayang terdengar, kedua,
irama indah yang digunakannyapun tidak dapat dirasakan dan tidakdapat
difahami kelembutan dan kesyahduannya.Persis seperti sebuah lukisan
yang berbentuk garis panjang yang digores dipermukaantembok yang
dilihat dari kejauhan, ia akan terlihat hanya sebagai satu garis kosong
saja, tetapiketika Anda mendekatinya ternyata memiliki ukiran indah yang
menunjukan ketinggian karyaseni yang digunakan keatasnya yang tidak
dapat dilihat dari jarak yang jauh, demikian macamorang-orang ini,
dimana Al-Quran mengatakan bahwa mereka seperti
memperdengarkanpanggilannya dari kejauhan sehingga mereka tidak

dapat mendengarkanya dengan baik.Kata taqwa yang terulang dalam


Alquran sebanyak 17 kali, berasal dari akar katawaqa yaqiy yang
menurut pengertian bahasa berarti antara lain, menjaga,
menghindari,menjauhi dan sebagainya. Kata taqwa dalam bentuk kalimat
perintah terulang sebanyak 79kali, Allah yang menjadi objeknya
sebanyak 56 kali, neraka 2 kali, hari kemudian 4 kali,fitnah (bencana) 1
kali, tanpa objek 1 kali. Sedangkan selebihnya yakni 15 kali,
objeknyabervariasi seperti rabbakum (Tuhanmu), al-ladzi khalaqakum
(yang menciptakan kamu), al-ladzi amaddakum bi ma tamalun (yang
menganugerahkan kepada kamu anak dan hartabenda) dan lain-lain.
Redaksi-redaksi tersebut semuanya menunjuk kepada Allah swt. Darisini
dapat disimpulkan bahwa pada umumnya objek perintah bertakwa adalah
Allah swt.Sedangkan istilah Muttaqien adalah bentuk faail
(pelaku) dari ittaqa suatu kata dasarbentukan tambahan (mazid)
dari kata dasar waqa, yang biasanya diterjemahkan menjadiorang
yang menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri
dari semua yangmerugikan. Jadi secara keseluruhan kata
muttaqien adalah menjaga diri untuk
menyelamatkan dan melindungi diri dari semua yang merugikan yaitu
dari kemaksiatan, sirik,kemunafikan dan sebagainya
6.0 RUJUKAN
Drs. Hanafi Mohamed. (1996). Bagaimana Menjadi Muslim Bertaqwa.
Kuala Lumpur : Al-Hidayah Publishers.
al-Alusiy. Abu al-Fadh Syihabuddin Mahmud. Ruh al-Ma 'dniyfi Tafsir alQur'an al'Azim wa Sab 'u al-Matsaniy. Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
al-Asfahaniy, al-Raghib. Mu 'jam MufraddtAlfaz Al-Qur 'an. Beirut: Dar alFikr, 1972.
al-Baqiy, Muhammad Fu'ad Abd. Mu jam al-Mufahras Li Alfaz al~Qur 'an
al-Kanm.
Mesir: Dar al-Kutub, 1945.
al-Farmawiy, Abd al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu 'iy. Jakarta: Raja Grafindo
Persada,
1994.
Ghalayimy, Mustafa. Jami' al-Durus al-Arabiyyah. Beirut: al-Maktabah
al-'Asriyyah,
1987.
Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: PustakaPanjimas, 1988.
Hawwa, Said. al-Asasfi al-Tafsir. Kairo: Dar al-Salam, 1989.
Izutsu, Toshihiko. Ethico-Religious Concept in the Qur 'an, Montreal
Canada; Mcgill

University Press, 1966.


Kasir, Ibnu. Tafsir al-Qur'an al- 'Azim. Beirut: Dal al-Fikr, 1992.
Ma'luf, Louis. al~MunjidFi al-Lugah Wa al-A 'lam. Beirut: Dal al-Masyriq,
t.th.
Manzur, Ibnu. Lisdn al-Arab. Mesir: Dal al-Misriyyat, 1968.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghiy. Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Misbah, Muhammad Taqi. Monoteisme Tauhid Sebagai Sistem Nilai dan
Alddah. Terj.
M, Hashem, Jakarta: Lentera Basritama, 1996.
Nawawi, Hadari. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Bandung: Tersito,
1985.
Noor, Mawardi. Pengamalan Iman dan Taqwa Menurut Al-Qur 'an. t.1p:
Mala Press,
1997.
Raharjo, Dawam. Ensiklopedi Al-Qur 'an, Jakarta: Paramadin

Das könnte Ihnen auch gefallen