Sie sind auf Seite 1von 4

DISPEPSIA SINDROM

A. DEFENISI
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah
makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram
& begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu,
berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg
berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan
fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia.
1. Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic
sebagai penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg
nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari, pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, &
lain lain.
2. Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus
(DNU), kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada
diikuti kelainan / gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan
klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).
B. MANIFESTASI KLINIK
1. nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang hingga muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada & perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

C. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yg bisa menaikkan asam lambung
b. Memberikan rasa nyaman pada perut

c. Melakukan dan mengajarkan kepada keluarga untuk memberikan oral


hygiene setelah pasien mengalami muntah
d. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yg peda, obatobatan yg berlebihan, nikotin rokok, & stress
e. Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Hingga saat ini belum ada regimen pengobatan yg memuaskan
terutama dlm mengantisipasi kekambuhan. Hal ini bisa dimengerti karena
pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa hingga
70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yg diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) & prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
a. Antasid
Antasid berfungsi menetralisir sekresi asam lambung. Penggunaan
obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya
simtomatis, buat mengurangi rasa nyeri.
b. Antikolinergik
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini berlimpah diberdayakan buat mengobati dispepsia
organik / esensial seperti tukak peptik. Obat yg termasuk golongan
antagonis reseptor H2 diantaranya simetidin, roksatidin, ranitidin &
famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dgn namanya, golongan obat ini menata sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yg
termasuk golongan PPI ialah omeperazol, lansoprazol & pantoprazol.
e. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) & enprestil (PGE2).
Selain memiliki sifat sitoprotektif, jg menekan sekresi asam lambung
karena

sel

parietal.

Sukralfat

berfungsi

menaikkan

sekresi

prostaglandin endogen, yg selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,


menaikkan produksi mukus & menaikkan sekresi bikarbonat mukosa,

serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective), yg


senyawa dgn protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas
(SCBA).
f. Golongan prokinetik
Obat yg termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon &
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif buat mengobati dispepsia
fungsional & refluks esofagitis dgn mencegah refluks & memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance).
D. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri epigastrium berhubungan dgn iritasi pada mukosa lambung.
a. Tujuan : Terjadinya penurunan/ hilangnya rasa nyeri, dgn kriteria klien
melaporkan terjadinya menurunnya / hilangnya rasa nyeri, skala nyeri
0-1, pasien tampak rileks
b. Intervensi :
Observasi TTV
Kaji tataran nyeri, beratnya (skala 0 10)
Berikan posisi yang nyaman
Anjurkan klien buat menghindari makanan yg bisa menaikkan

kerja asam lambung


Diskusikan & ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik

2. Perubahan keseimbangan cairan & elektrolit berhubungan dgn adanya


mual, muntah
a. Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab & prilaku yg butuh
buat

memperbaiki

defisit

mempertahankan/menunjukkan

cairan,

perubaan

dgn

keseimbangan

kriteria
cairan,

dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.


b. Intervensi :
Awasi tekanan darah & nadi, pengisian kapiler, status membran

mukosa, turgor kulit


Kaji frekuensi mual dan muntah, konsistensi muntah dan isi

muntahan.
Anjurkan pasien untuk minum lebih banyak

Awasi jumlah & tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dgn

akurat
Diskusikan

memberikan rasa nyaman pada perut


Identifikasi
rencana
buat
menaikkan/mempertahankan

keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan


Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antimual/anti

strategi

buat

menghentikan

muntah

dengan

muntah dan pemberian vairan melalui intravena


3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake nutrisi
a. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yg
diharapkan individu, tidak ada penurunan berat badan, dengan kriteria
menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi,
b. Intervensi :
Pantau & dokumentasikan & haluaran tiap jam secara adekuat
Timbang BB klien
Berikan makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat
Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,

riwayat mual/rnuntah / diare.


Kaji pola diet klien yg disukai/tak disukai.
Monitor intake & output secara periodik.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan diet TKTP
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin peningkat
nafsu makan.

Das könnte Ihnen auch gefallen