Sie sind auf Seite 1von 6

PROBLEM ANASTESI PADA PASIEN DENGAN BENCANA PERUT

Problem preoperatif pasien yang akan menjalani bedah perut emergensi


Defisit cairan yang mungkin memerlukan koreksi sebelum operasi. Yang harus
diperhatikan adalah berapa lama pasien tidak menerima asupan cairan melalui mulut dan
apakah dia telah terkena keadaan kehilangan cairan seperti muntah.
Perjalanan waktu dan tingkat keparahan dapat menyebabkan dehidrasi, meningkatkan
osmolalitas plasma. Sebuah pertimbangan tambahan adalah kurangnya asupan oral
setelah tengah malam yang dialami oleh kebanyakan pasien kolorektal.
Perdarahan (tumpul & tajam trauma abdomen, kehamilan ektopik, plasenta previa) dll.
Syok.
Systemic inflammatory response syndrome, septic.
Preoperative Hypovolemia (Non Traumatic / Non Bleeding Cases)
Berdasarkan pada perubahan, beberapa penulis menunjukkan bahwa rendahnya tingkat
penggantian kristaloid (<500 ml) dapat meningkatkan sensasi subjektif seperti haus, sedangkan
volume besar penggantian (2L) memperbaiki gejala pasca operasi seperti pusing dan mual

Penanganan Praoperatif
Penilaian status medis operatif
Anamnesis
o Pada kasus darurat : memperoleh data sebanyak mungkin tanpa menunda
pembedahan /resusitasi
o Data minimal yang diperlukan yaitu riwayat penyakit dahulu, obat-obatan yang
sedang dikonsumsi, riwayat alergi
o Informed consent secara lisan, meminta ijin kepada pasien/keluarga
Pemeriksaan fisik
o Tanda vital
Tekanan darah (sistolik, diastolik, mean arterial pressure, tekanan nadi)
Nadi (kecepatannya, kuat angkatnya, keteraturannya)
Laju napas
Suhu badan
Derajat nyeri (VAS/visual analogue scale, nilai 0-10)
o Berat badan, tinggi badan, BMI (body mass index). Bisa diperoleh data dari
anamnesis
o B1 (breathing)
1

Jalan napas (airway) skor mallampati (1-4), jarak thyromental ( > 6


cm), gerak fleksi-ekstensi cervical spine, susunan gigi geligi (gigi palsu,
gigi ompong), ukuran mandibula (mikrognatia), ukuran lidah
(makroglosia), kemampuan buka mulut (trismus, gangguan persendian
temporo mandibular), ukuran tonsil (T3-T4), adanya tumor dalam mulut,
deviasi trakea (tumor leher) Spontan, dibantu atau kendali, suplemen O2
+/Keselarasan gerakan antara paru kiri dan kanan
Jenis pernapasan (thoraco abdominal dsb)
Suara pernapasan (bronkovesikuler, bronkial, ada tidaknya suara napas
tambahan seperti ronkhi, wheezing, stridor, snoring, gargling)
Saturasi oksigen (SpO2) bila tersedia

o B2 (Blood) sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung (reguler/tidak, ada/tidaknya bising )

o B3 (Brain) sistem saraf pusat

Derajat kesadarannya (GCS).

Refleks pupil/cahaya, isokor/anisokor .

o B4 (Bladder) sistem urinarius

Produksi urin per jam (normal 0,5-1 cc/kgBB/jam).

o B5 (Bowel)sistem gastrointestinal

Cembung/datar, ada tidaknya nyeri tekan, perabaan hepar dan lien, bising
usus (+/-, normal /).

Bila terpasang NGT (nasogastric tube)jumlah cairan yg keluar,


warnanya.

o B6 (Bone)sistem muskuloskletal dan kulit

Ada/tidaknya fraktur, kelemahan anggota gerak, ada tidaknya tanda-tanda


gangguan kardiorespirasisianosis, akral, capilary refill, jari tabuh,
edema

Prediksi resiko operasi


o Status fisik ASA (American Society of Anesthesiologists) suatu sistem
klasifikasi status fisik yang terdiri dari 6 kategori yang digunakan untuk menilai
seorang pasien pada periode preoperatif.
o Status fisik ASA secara umum dikorelasikan dengan angka mortalitas
perioperative.

Problem intraoperatif pasien yang akan menjalani bedah perut emergensi


I.

Problem respirasi
1) Depresi pernapasan yang disebabkan oleh karena
i. Peningkatan tekanan intraabdominal.
ii. Penekanan terhadap diafragma.
iii. Penyakit dasar yang menyebabkan kejadian bencana perut.
iv. Premedikasi narkotik.
2) Obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh karena
i. Lidah jatuh menutupi faring.
ii. Pipa endotrakeal tertekuk atau tersumbat.
3

iii. Laringospasme.
iv. Bronkospasme.
v. Lendir, gigi palsu, perdarahan, dll.
3) Pernapasan tidak adekuat yang disebabkan oleh karena
i. Airway (jalan napas) tidak bebas.
ii. Stadium anestesia agak dalam.
Sehingga menyebabkan kadar CO2 meningkat (hiperkarbia) dan kadar O2
menurun (hipoksemia/hipoksia) sehingga denyut jantung meningkat, tekanan
darah meningkat dan takipneu.
II.

Problem kardiovaskuler
1) Hipotensi yang disebabkan oleh karena
i. Perdarahan (luka operasi).
ii. Penyakit yang mendasari kejadian bencana perut.
iii. Obat premedikasi atau induksi atau maintenance anesthesia.
2) Hipertensi yang disebabkan oleh karena
i. Kesakitan, kadar CO2 meningkat, kadar O2 menurun.
ii. Riwayat hipertensi sebelumnya (yang tidak terdeteksi atau sudah ada
sebelumnya).
3) Takikardia yang disebabkan oleh karena
i. Refleks fisiologis pada hipotensi.
ii. Penyakit dasar yang menyebabkan bencana perut.
iii. Dehidrasi, hypovolemia.
iv. Systemic inflammatory response syndrome, sepsis.
v. Kesakitan.
vi. Kadar CO2 meningkat, kadar O2 menurun.
vii. Kelainan irama/kelainan jantung yang mendasari sebelumnya.
viii. Obat premedikasi (vagolitik), obat anastesia.
4) Bradikardia yang disebabkan oleh karena:
i. Vagal reflex.
ii. Kelainan irama/kelainan jantung yang mendasari sebelumnya.
iii. Rangsang parasimpatis oleh karena pembedahan.
iv. Obat anesthesia.
5) Gangguan irama jantung yang disebabkan oleh karena:
i. Gangguan irama jantung sebelumnya.
ii. Penyakit yang mendasari kejadian bencana perut.
iii. Kadar CO2 meningkat.
iv. Kesakitan.
v. Obat anesthesia.
6) Syok (hipotensi, takikardi, nadi kecil, akral dingin) yang disebabkan oleh karena
i. Perdarahan (luka operasi).
ii. Reaksi anafilaktik (obat anestesia).
7) Henti jantung (cardiac arrest) yang disebabkan oleh karena poin 1-6
dibiarkan/tidak diatasi. Langsung segera dilakukan CPR (cardiopulmonary
resuscitation/resusitasi jantung paru).
4

III.

IV.

Muntah dan regurgitasi


1) Bersihkan jalan napas (miringkan dan rendahkan kepala pasien).
2) Pasang nasogastric tube.
3) Intubasi endotrakeal.
Malignant hyperthermia
1) Terutama beresiko pada pasien dengan febris sebelum operasi (temp 38C).
2) Bisa berkaitan dengan obat-obatan tertentu (inhalasi, succynit choline, SA).

Hal yang harus diperhatikan


1. Apakah kebutuhan O2 cukup -> Lihat pada warna darah dari luka operasi, warna kuku,
dll.
2. Jumlah perdarahan -> Apakah cukup dengan cairan infus atau perlu transfuse.
3. Apakah derajat relaksasi otot cukup, misalnya pada operasi abdominal -> Anastesia perlu
didalamkan atau pemberian obat pelumpuh otot.
4. Observasi akibat yang ditimbulkan oleh manipulasi operasi, misalnya: traksi pada viscera
-> Hipotensi.
Problem pascaoperatif bedah perut emergensi yang harus diperhatikan
Support ventilasi post operasi perlu ventilator? rawat ICU.
Apakah tetap terintubasi? Berapa lama?
Apakah perlu support kardiovaskular? Kalau perlu vasopressor dengan infus pump
atau syringe pump titrasi.
Bagaiman intake dan maintenance cairan?
Bagaiman intake nutrisi? bila perlu parenteral nutrisi pasang CVP (central venous
pressure).
Bagaimana keseimbangan cairan?
Bagaimana seluruh sistem tubuh? Breathing, Blood, Brain, Bowl, Bladder, Bone (6B)
Koreksi: ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan cairan, hipoalbumin, hipoproteinemia,
malnutrisi, hipotermia/hipertermia, aritmia, hipoglikemia/hiperglikemia, dan kelainan
lain.
Pemberian antibiotik dan obat lain.
Mobilisasi/fisioterapi.
Rawat bersama sejawat lain/disiplin ilmu terkait.
Nutrisi postoperative
Prosedur murni membatasi
Gastric banding, gastrektomi lengan, gastroplasty banded vertikal.
Multivitamin harian
Memantau asupan protein
5

1 gm protein / kg berat badan ideal / kg


Terutama membatasi dengan beberapa malabsorpsi
Bypass lambung
Kalsium, zat besi dan vitamin B kompleks ditambah pada tinggi maka tingkat harian
yang direkomendasikan.
Prioritaskan asupan protein.

Das könnte Ihnen auch gefallen