Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKRIPSI
Disusun oleh :
RIWAYAT HIDUP
Nama
Tempat dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Swasta Nusantara Makassar, 1993-1999.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Makassar, 1999-2000.
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Malang, 2000-2003.
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2003.
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himaprogress FE Unibraw, Research and Development (2004-2005).
2. Anggota AIESEC Local Committee Unibraw (2004-2005 sebagai Public Relation
Manager, 2005-2006 sebagai Incoming Exchange Director, 2007-2008 sebagai
Internal Auditor).
3. Anggota International Student Organization (AIESEC, ALSA, AMSA, IAAS, MSCIA)
(2007-sekarang).
Pengalaman Lain
1. Voluntir Project based on Exchange AIESEC about Millennium Development Goals
(MDG), 2005
2. Broadcaster, Reporter, Master of Ceremony (MC) Radio Makobu Malang 88,7 FM,
2005-sekarang
3. Junior Marketing for Professional Internship Professional Development Australia
Indonesia, 2006
4. Voluntir Project Based on Exchange Millennium Development Goals of HIV/AIDS,
2007
5. Dubber School and Company Profile by Edumedia Malang, 2005- sekarang.
6. Fasilitator dalam proyek Leaders of Tommorrow SMU Negeri 5, 2007.
Kelis Says:
there is nothing special about me
I am just a lil star
If it seems like Im shinning brightly
Its probably a reflection or something you already are
I forget about my self sometime
When there are so many others around
When deep inside you feel darkest
That is where I can always be found
That is where I can always be found
That is where I can always be found...
You do not have to be the best in everything, BUT you have to do the best in everything
you have! Dimas Y., musisiEverything comes for a reason Koko Savarras, Announcer & Producer Radio
Makobu 88, 7 FMSuccess is failure turned inside outYou can never tell how close you areit
maybe near when it seems a far, babe. Just dont quit Ichy Burhan, my mate-
Mungkin saat ini kita harus jatuh untuk bisa berdiri lebih lama di
kemudian hari Andreii, my endless love-
In the special occasion here, I would like to express my thankful to every body that
always supports me.
1. First of all, thank to God for all the blessings, miracles, and loving.
2. For all praying by Mother, Father, Grandmothers, and the big families.
3. Boma and Retnani. Thanks for coming and waiting a long time for my final exam.
4. Rekan Muda, Listeners of Makobu Radio 88, 7 FM for always asking me to finish my
thesis.
5. Driven by Sigit and the dwarfs that never forget for inviting to go hanging around
somewhere outhere
6. For all bestpals I have below: Ichy Burhan, Pritta Ayu Hapsari, Nadine Advanie, Ikawati
Phyt Fitria, Koko Savarras, Agung Safrianto (wakil 1 Kakang Malang 2007).
7. My sisters: Zilva Boaz in Marocco and Amilia Safitri in Malaysia, thanks for always yelling
to me and demanding for thesis finishing then asking for internship just like them. What
an inspiring sisters!
8. My spiritual advisor, Mr Abdul Kholik (English Teacher of SMU Negeri 1 Malang).
9. Mr Roy and Mr Imam (PT Millennium Penata Futures) for their help about the
International Finance Knowledge
10. For all IESP 2003, especially who come to my final exam: Astri, Pipit, Reza, Surya, and
Reri.
11. All AIESECers, Miss Sasmita, Sanya, Mrs Tika, Nanda, Widayadi, mas Adi, mas Edith,
Mr Rofik, Mrs Fitri, Mr Dim.
12. Last but not least, thanks for loving, Mr Andre Sudarsono.
And for others that could not be mention one by one here. Lets fight to reach every single of you
dreams, never give up easily. Once again thank for all of your praying and supports. This
graduation is the special gift for my birthday. Love u all
Bintang Cahya P
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul :
ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING: KAJIAN
PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KURS
GBP/USD (PERIODE 2000:1 2007:6)
Penulis
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
Skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
ABSTRACT.vii
ABSTRAKSIviii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........1
1.2
Rumusan Masalah...9
1.3
Tujuan Penelitian............9
2.2
2.3
2.4
Valuta Asing.................................................................................42
2.4.4 Prinsip Dasar Transaksi Margin Trading.........................................43
2.4.5 Laba dan Rugi pada Margin Trading.......45
2.5
Penelitian Terkait......47
2.6
Kerangka Pemikiran.....50
2.7
Hipotesis....................51
Pendekatan Penelitian....52
3.2
3.3
3.4
3.5
Metode Analisis.54
3.6
Uji Statistik..............................................................................................57
3.7
4.3
4.4
4.5
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......86
5.2 Saran-saran.............90
DAFTAR PUSTAKA......92
LAMPIRAN
Hasil analisis regresi berganda
Hasil analisis regresi berganda dengan Autoregresif
TABEL
1.1 Pergerakan mata uang pasangan GBP/USD 1998-2006
1.2 Proyeksi Volume Transaksi Pasangan Mata Uang GBP/USD periode 1998-2006
46
47
64
66
67
69
70
71
73
76
83
84
85
BAGAN
1.1 Permintaan dan penawaran valas
2.1 Kerangka Pemikiran
2
50
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
1.1 Volume Transaksi GBP/USD 1998-2006
2.1 Pengaruh Perubahan GDP terhadap Perubahan Nilai Tukar Mata Uang
30
34
37
ABSTRACT
FUNDAMENTAL ANALYSIS OF MARGIN TRADING FOREIGN EXCHANGE
TRANSACTION: STUDY OF ECONOMIC VARIABLES INFLUENCE TO
GBP/USDS CHANGE OF RATE (PERIOD 2000:1 2007:6)
Name
NIM
: 0310213015
Lecturer Counsellor
This research aim to know which macro economic variable is the most dominant to the
influence of change of rate of Poundsterling to the United States bearing dollar. The
result will be considered for taking the decision of transaction which can be the basic of
fundamental analysis for minimizing the risk. Economic variables to be used in this
research are GDP (Domestic Gross Product) nominal, inflation rate relative, and interest
rate. This Research data is started in the year 2000 till 2007.
According to Jeff Madura there are 3 basic factors economics influencing exchange rate
they are inflation relative, rate of interest relative, and earnings storey. While according
to Berlianta usage of dominant factors that used to be for basic fundamental analysis are
GDP, inflation rate, and interest rate. Changes of three factors above will also change
exchange rate from each state in the world.
Of this research result, it can be submitted an important conclusion that at a time third
above variable are influencing fluctuation of exchange rate of Poundsterling to American
dollar. But for examination per variable in the reality there are two of independent
variables not statistically significantly. They are GDP and inflation rate. Nevertheless, it
can be concluded that the three of variables are influencing exchange rate fluctuation of
Poundsterling to American dollar. From the analysis of three factors above, then we
create some transaction simulation and we can see that fundamental analysis can be
used for help traders minimizing risk of Margin Trading transaction.
ABSTRAKSI
ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING: KAJIAN
PENGARUH
VARIABEL
EKONOMI
TERHADAP
PERUBAHAN
KURS
NIM
: 0310213015
Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
1.4
Latar Belakang
Saat ini untuk melakukan transaksi perdagangan melewati batas negara
merupakan hal yang biasa dan relatif mudah sehingga volume perdagangan
internasional mengalami perubahan pada pola hubungan finansial, proses produksi,
perdagangan, teknologi informasi, dan hubungan ekonomi lainnya sehingga kemudian
memunculkan gejala menyatunya ekonomi semua bangsa. Hal ini kemudian menuntut
adanya suatu sistem moneter internasional yang mendukung proses globalisasi itu
sendiri. Sistem moneter internasional merupakan seperangkat kebijakan, institusi,
praktek, peraturan, dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang suatu
negara ditukarkan dengan mata uang negara lain. Valuta asing sendiri diartikan sebagai
mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau
membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan mempunyai catatan kurs
resmi pada bank sentral. Pasar valuta asing merupakan bagian terkait dari suatu pasar
keuangan internasional.
Proses perdagangan valuta asing tersebut dapat ditunjukkan secara sederhana
melalui bagan berikut ini, dimana proses transaksi antar kedua negara dilakukan untuk
mendapatkan masing-masing barang yang dibutuhkan dengan dua mata uang yang
berbeda yakni poundsterling milik Inggris dan US Dollar milik Amerika.
M- E Importir London
US$ 10,000.00
A
US$0.5025/
(Kurs Beli)
GBP 1.990
(kurs jual)
Bank A
Bank B
Bank
Sentral
US$0.50125/
(kurs jual)
C
M - G Importir New York
US$ 10,000.00
Garmen
GBP 1.995
(kurs beli)
D
X- H Ekportir London
Kotak ABCD adalah sebuah bursa atau pasar valuta asing sedangkan Bank A
dan B: bank devisa. Seorang importir di London ingin mengimpor mesin dari seorang
eksportir di New York seharga USD 10.000,00. Karena pembayaran harus dilakukan
dalam USD, importir A di London sebagai nasabah harus datang ke bank devisa untuk
membeli atau meminta USD dengan menjual atau menawarkan poundsterling. Dalam
hal ini yang diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta
yang ditetapkan atau diijinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli, dan
menyimpan, serta menyelenggarakan lalu-lintas pembayaran internasional. Bila kurs
yang berlaku pada waktu itu sebesar 1.990, untuk mendapatkan US 10.000, importir E
membayar poundsterling sebanyak USD 10.000 x 1.990 = 19.900.
Dalam perkembangan berikutnya, perdagangan valuta asing tidak hanya
digunakan dalam kegiatan perdagangan antar negara atau ekspor-impor, tetapi juga
digunakan sebagai instrumen investasi atau sarana untuk mendapatkan keuntungan,
salah satunya adalah dengan bertransaksi Forex. Dari survei yang dilakukan BIS (Bank
International for Settlement), omzet perdagangan forex di bursa utama meningkat 36%
antara 2001 hingga 2004. Pada tahun 2001 omzet perdagangan forex di bursa utama
baru mencapai USD 1,200 miliar per hari, angka ini melonjak menjadi USD 1,900 miliar
per hari pada tahun 2004.
Transaksi valuta asing mengalami perkembangan pesat setelah diberlakukannya
sistem free floating juga didukung oleh perkembangan informasi yang semakin canggih.
Dari proyeksi empat tahun sejak berdirinya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tahun 2000
telah mengalami peningkatan dengan transaksi kumulatif sampai dengan Desember
2004 telah mencapai 999.028 lot1 meningkat 1000% lebih dibanding 2001 yang hanya
33.371 lot. Pada periode yang sama, rata-rata transaksi harian juga meningkat dari 137
lot menjadi 3.842 lot. Khusus untuk produk keuangan forex yang relatif baru, volume
transaksi meningkat dari 576 lot pada tahun 2002 menjadi 507.299 lot pada tahun 2004.
Dengan meningkatnya ketertarikan para pelaku pasar serta investor individu yang
mengincar keuntungan dari pergerakan nilai tukar, hingga kini banyak investor pribadi
yang terjun ke dunia perdagangan valuta asing semata-mata untuk mencari keuntungan.
Mata uang yang diperdagangkan dalam transaksi Forex (Margin Trading) adalah
mata uang negara-negara industri yang sangat maju atau bermata uang kuat (hard
currency). Sebab mata uang inilah yang pergerakannya sangat fluktuatif (Widoatmodjo,
17) sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan. Tabel berikut menyajikan daftar
mata uang kuat yang lazim diperdagangkan dalam perdagangan Forex :
satuan hitung untuk menyatakan besarnya transaksi, dengan minimal transaksi sejumlah 1 lot
yang nilainya USD 10,000 untuk nilai kontrak kecil dan USD 100,000 untuk nilai kontrak besar.
Prev Week's
Prev
Prev
Last
High
Week's
Week's
Week's
Last
Last
Change
Change
Low
Close
High
Week's
Week's
(pips)
(%)
Low
Close
EURUSD
1.3518
1.3392
1.3448
1.3552
1.3319
1.3370
-78
-0.58%
1.9898
1.9732
1.9822
1.9964
1.9621
1.9697
-125
-0.63%
1.2328
1.2197
1.2297
1.2364
1.2145
1.2350
53
0.43%
122.13
121.18
122.06
122.10
120.75
121.71
-35
-0.29%
1.0834
1.0595
1.0607
1.0711
1.0548
1.0606
-1
-0.01%
0.8330
0.8162
0.8330
0.8476
0.8308
0.8447
117
1.40%
0.7452
0.7247
0.7448
0.7637
0.7437
0.7634
186
2.50%
164.27
162.95
164.14
164.59
161.75
162.76
-138
-0.84%
0.6809
0.6767
0.6783
0.6806
0.6768
0.6786
0.04%
1.6539
1.6442
1.6536
1.6548
1.6418
1.6515
-21
-0.13%
242.06
239.75
241.99
242.97
237.64
239.75
-224
-0.93%
2.4437
2.4190
2.4361
2.4397
2.4149
2.4331
-30
-0.12%
101.68
99.09
101.68
102.85
101.21
102.82
114
1.12%
GBPUSD
USDCHF
USDJPY
USDCAD
AUDUSD
NZDUSD
EURJPY
EURGBP
EURCHF
GBPJPY
GBPCHF
AUDJPY
Dua mata uang teratas yaitu Euro-US Dollar dan Poundsterling-US Dollar yang
banyak digunakan perusahaan pialang sebab pergerakannya yang fluktuatif dan relatif
sensitif terhadap US Dollar. Perdagangan Forex dunia banyak menggunakan pasangan
Euro-USD tapi di Indonesia lebih banyak menggunakan Poundsterling-USD. Euro-USD
dipakai pada perdagangan Forex dunia karena merupakan mata uang bersama
sehingga lebih banyak dipakai untuk perdagangan. Sedangkan pasangan mata uang
Poundsterling-USD dipakai di Indonesia karena fluktuasinya yang signifikan terhadap
USD sehingga banyak pelaku yang menggunakan pasangan mata uang ini (Kusriono,
tahun
2000,
perdagangan
Forex
tumbuh
dan
mata
uang
Poundsterling kala itu masih lemah dibanding USD. Namun pada 2001 hingga 2004
mulai dirasakan melemahnya kepercayaan dunia terhadap mata uang dollar Amerika
(US$) sehingga berakibat berpindahnya bentuk-bentuk obligasi mata uang negara lain.
Secara geopolitik pemerintahan George W Bush selama 2 periode berturut-turut juga
ikut memberi andil dalam melemahnya kepercayaan terhadap dollar ini. Dimana dalam
era Bush, keranjang militer diberi ruang berlebihan. Mantan pimpinan The Federal
Reserve (The Fed), Allan Greenspan, memprediksi perekonomian Amerika dalam
kondisi kritis dan sedang berada pada ambang resesi. Menurut Greenspan, kebijakan
Presiden Bush yang menghamburkan banyak dana untuk membiayai perang Iraq
memberikan dampak terhadap tidak stabilnya anggaran negara. Mau tidak mau para
pengambil kebijakan di AS, khususnya dalam bidang perekonomian, harus mampu
mengembalikan kredibilitas dolar terhadap beberapa mata uang asing yang belakangan
mulai membayangi dolar di pasar uang internasional. Pada tahun 2005, harga minyak
dunia mengalami kenaikan harga tertinggi sepanjang sejarah, yakni menembus US$ 70
per barel, meski sekarang telah menurun namun masih di ambang batas rawan tinggi
harga minyak dunia, yakni berkisar US$ 60 sebagaimana terlihat di New York Mercantile
Exchange (NYMEX). Data statistik AS mengungkapkan, perekonomian AS tumbuh 2,2
persen pada akhir tahun 2006, lebih rendah dari yang diperkirakan semula. Sementara
di UK yang termasuk dalam 12 negara dalam Uni-Eropa justru tidak terpengaruh dengan
kondisi ini. Kekuatan perekonomian mereka justru menjadi saingan bagi Amerika.
Berikut ini adalah proyeksi volume transaksi pasangan mata uang Poundsterling
dan dollar Amerika selama tahun 1998 hingga 2006 berdasarkan kondisi-kondisi di atas.
Closed
Price
1,6327
1,6215
1,5001
1,4255
1,5634
1,6101
1,8194
1,7576
1,8677
Volume
Transaksi
193.933
213.056
61.932
215.757
427.915
186.325
284.306
350.935
187.573
volume transaksi
427915
350935
284306
213056
193933
215757
186325
Series1
187573 Series2
61932
1,63271,62151,50011,42551,5634
1,61011,81941,75761,8677
1
2
3
4
5
6
7
8
9
kurs
Berikut ini adalah grafik pergerakan mata uang pasangan GBP dan USD dari tahun
ke tahun (1998-2006).
Close
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Close
Selain kondisi yang telah diutarakan di atas perubahan nilai valuta asing juga
dapat disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga di
Inggris meningkat, sementara di Amerika Serikat tetap, maka masyarakat Amerika
Serikat akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya di Inggris. Dengan sendirinya
permintaan akan mata uang negara Inggris (Poundsterling) juga akan meningkat. Di sisi
lain, masyarakat Indonesia sendiri akan menurunkan permintaannya terhadap USD
karena lebih menguntungkan jika menginvestasikan modalnya di negara sendiri, dengan
demikian USD akan terdepresiasi.
Perubahan tingkat pendapatan juga dapat mempengaruhi nilai valuta asing,
Misalnya di Inggris pendapatan meningkat di Amerika Serikat tetap, maka permintaan
dari masyarakat Indonesia terhadap komoditi negara Amerika Serikat akan meningkat
dan dengan demikian permintaan terhadap USD akan meningkat pula. Hal ini
menyebabkan nilai mata uang tersebut akan mengalami apresiasi.
Selain itu naik turunnya nilai valuta asing juga sangat dipengaruhi oleh seberapa
besar peranan pemerintah dalam perekonomian ataupun harapan masyarakat akan
hal ini dikarenakan investasi valuta asing Margin Trading memiliki potensi keuntungan dari dua
arah pasar (Two Way Market). Keuntungannya selalu dapat diraih dalam situasi pasar yang
bagaimana pun juga baik naik maupun turun selama kita mampu membaca arah pasar dan
mengambil keputusan dengan baik.
3
Analisis teknikal bersifat art (seni) dalam bertransaksi secara online dalam investasi valas
Margin Trading dengan berbagai teknik-teknik yang memperhatikan pergerakan harga di masa
lalu.
1.5
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni:
Variabel ekonomi makro yang manakah yang paling dominan pengaruhnya pada
perubahan kurs kaitannya dengan pengambilan keputusan transaksi?
Apakah hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap perubahan kurs
dalam investasi valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar melakukan
analisis fundamental untuk meminimumkan kerugian?
1.6
Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang ingin diketahui dari hasil penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana:
A = nilai mata uang di dalam negeri
B = nilai mata uang di luar negeri
X = tingkat harga di dalam negeri
X* = tingkat harga di luar negeri
Sebagai contoh, bila harga emas di Amerika Serikat sebesar $ 10/gram dan
untuk barang yang sama di Indonesia seharga Rp 100.000,-. Sesuai dengan hukum
harga tunggal maka nilai kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 10.000/$. Apabila
ketidak seimbangan terjadi maka permintaan akan produk tersebut akan berubah
menuju keseimbangan harga produk tersebut.
Prinsip paritas daya beli (PPP) adalah lanjutan dari hukum satu harga untuk
harga sekeranjang barang (Maurice D. Levi, 2001:253). Bentuk absolutnya PPP
menyatakan bahwa dollar sekeranjang barang di Amerika Serikat adalah harga pound
sekeranjang barang yang sama di Inggris dikalikan kurs dollar per pound. Persamaan
bentuk absolut PPP sebagai berikut :
ph
pf
S=
Dimana:
S = kurs spot
P h = tingkat harga dalam negeri
P f = tingkat harga dalam negeri
Kondisi absolut tersebut menjelaskan perubahan kurs secara singkat sementara
sangat sukar mengukur validitas dalam persamaan tersebut karena perbedaan
keranjang barang yang digunakan oleh negara yang berbeda untuk menghitung indeks
harga. Karena itu bentuk relatif PPP yang dinyatakan hubungannya dengan tingkat
inflasi akan sangat berguna. Relatif PPP menyatakan bahwa tingkat perubahan kurs
kira-kira sama dengan perbedaan tingkat inflasi di kedua negara. Berikut adalah
persamaan PPP relatif:
S=
1 Ph
1
1 Pf
Kondisi PPP pada akhir satu tahun akan berlaku seperti persamaan di atas,
dimana P h dan P f merupakan tingkat inflasi tahunan.
Teori PPP menjelaskan hubungan antara laju inflasi relatif kedua negara dengan
nilai tukar keduanya, persentase perubahan nilai valuta asing (e f ) harus berubah untuk
mempertahankan paritas dalam indeks harga yang baru dari kedua negara (Jeff
Madura, 1997:210). Dengan demikian, e f dipecahkan dalam kondisi berikut :
ef=
(1 I h )
1
(1 I f )
Dimana:
I h = inflasi dalam negeri
I f = inflasi luar negeri
Bahwa jika I h > I f , e f haruslah positif. Ini menyiratkan bahwa valuta asing yang
dimaksud akan mengalami apresiasi terhadap valuta domestik saat inflasi domestik
melebihi inflasi luar negeri. Sebaliknya jika I h < I f , e f akan negatif, menyiratkan bahwa
valuta asing yang dimaksud akan mengalami depresiasi pada saat inflasi di negara
tersebut melebihi inflasi domestik.
Hipotesis dari doktrin paritas daya beli menyebutkan bahwa dalam jangka
panjang dapat diperkirakan bahwa ada hubungan antara tingkat harga dan nilai tukar,
yang didukung oleh kenyataan bahwa barang dan jasa dapat dibeli di suatu negara atau
negara lainnya (Peter H. Lindert dan Charles P. Kindleberger, 1993).
Doktrin ini diasumsikan bahwa barang atau jasa diperdagangkan di pasar
internasional dimana barang atau jasa di dalam negeri maupun luar negeri adalah
homogen secara sempurna untuk masing-masing barang tersebut tanpa adanya
hambatan perdagangan dan juga adanya kesamaan indeks harga yang digunakan
dalam menghitung daya beli mata uang asing dan domestic. Perubahan-perubahan kurs
valuta asing dalam teori ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
(1 et )
(1 p a )
(1 pb )
Dimana:
et = persentase perubahan kurs mata uang
Sebagai contoh, tingkat inflasi di Amerika Serikat sebesar 6 % dan tingkat inflasi
di Inggris sebesar 9 %. Maka nilai poundsterling akan turun sebesar 2, 75%.
Implikasi penting untuk teori paritas daya beli adalah posisi kompetisi pada bisnis
akan berubah bila kurs pertukaran berubah. Karena efek perubahan kurs pertukaran
akan mengubah biaya dan pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi.
Di dalam doktrin ini terdapat dua versi (Ahmad Jamli, 1997) :
Pertama, versi mutlak. Dimana dalam versi ini menyatakan bahwa suatu kurs
keseimbangan suatu negara mencerminkan rasio tingkat harga umum domestik
terhadap harga umum luar negeri. Juga menyatakan bahwa nilai tukar adalah
perbandingan harga barang di dua negara. Ukuran yang digunakan adalah rata-rata
tertimbang dari harga seluruh barang yang ada di negara tersebut. Versi mutlak ini sulit
sekali menemukan produk kedua negara yang benar-benar identik, tidak memperhatikan
selera, tingkat pendapatan, merek dagang, dan sebagainya.
Kedua, versi relatif. Dimana dalam versi ini menyatakan bahwa perubahan kurs
keseimbangan suatu negara mencerminkan perubahan rasio tingkat harga umum
domestik terhadap tingkat harga umum luar negeri. Pergerakan nilai tukar valuta dua
negara adalah selisih kenaikan harga barang kedua negara pada periode tertentu.
Namun versi relatif ini pun belum memperhitungkan pembatasan perdagangan yang
diterapkan oleh kedua negara tersebut, pembobotan indeks harga, dan adanya
kenyataan bahwa pada jangka pendek pergerakan valuta lebih dipengaruhi oleh kondisi
pasar keuangan dari pada pasar komoditi.
Teori kurs PPP dinilai lebih relevan diaplikasikan dalam jangka panjang, meski
validitas umum PPP masih diperdebatkan namun teori ini lebih mampu menggali faktor-
faktor penting dibalik gerakan-gerakan kurs dan sekaligus mampu menjadi intisari dari
suatu teori kurs, khususnya pendekatan secara moneter (Krugman dan Obstfeld,
1999:120).
Teori ini merumuskan gejala bahwa kurs antara dua mata uang berbeda adalah
sama dengan nisbah atau rasio antara harga umum dari kedua negara yang
bersangkutan pertama kali dinyatakan oleh Gustav Cassel, seorang ekonom Swedia.
Secara garis besar teori ini menyatakan: Pasar valuta asing berada pada kondisi
keseimbangan apabila semua deposito/simpanan dalam berbagai valuta asing
menawarkan imbalan yang sama. Adapun kondisi dimana perkiraan tingkat imbalan
yang ditawarkan semua simpanan dalam berbagai valuta asing sama (bila dihitung)
dengan satu satuan mata uang yang sama) disebut sebagai kondisi paritas suku bunga
(interest parity). Artinya, segenap simpanan valuta asing menawarkan tingkat imbalan,
resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs yang secara keseluruhan setara
sehingga prospek keuntungan atau pun daya tarik atas aset-aset tersebut sama
besarnya.
Atau dengan kata lain, karena daya beli domestik dari mata uang suatu negara
tercermin sepenuhnya pada tingkat harga yang berlaku di negara itu sendiri, maka teori
paritas daya beli memprediksikan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik,
yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik akan diiringi dengan depresiasi
mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Begitu pula sebaliknya,
PPP memprediksikan bahwa kenaikan daya beli mata uang domestik akan dibarengi
dengan apresiasi mata uangnya secara proporsional. Pada dasarnya, teori paritas daya
beli memiliki dua versi seperti yang telah dijelaskan di atas yang secara sistematis PPP
absolut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
R ab =
Pa
Pb
Dimana Rab adalah kurs antara mata uang A terhadap mata uang B. sedangkan
Pa dan Pb masing-masing mengacu pada tingkat harga-harga umum yang berlaku di
negara A dan negara B. jadi pada intinya menjelaskan bahwa setiap komoditi homogen
dan identik yang diperdagangkan akan memiliki yang persis sama di kedua negara
tersebut. Jika dinyatakan dalam satuan mata uang yang sama. Hal ini yang lalu disebut
hukum satu harga (the law of one price). Secara umum, PPP absolut kurang dapat
diandalkan ketepatannya karena mengandung beberapa kelemahan. Pertama, PPP
absolut terlalu mengutamakan kurs sebagai faktor yang dapat menyeimbangkan barang
dan jasa, sehingga suatu negara yang mengalami arus keluar modal dengan sendirinya
dikatakan akan mengalami defisit neraca pembayaran, sedangkan negara yang
mengalami arus masuk modal pasti akan mengalami surplus neraca pembayaran.
Padahal dalam kenyataannya tidak selamanya demikian. Kedua, teori PPP absolut tidak
dapat menjelaskan secara tuntas peranan kurs dalam menyeimbangkan arus-arus
perdagangan barang dan jasa, mengingat adanya jenis-jenis tertentu barang dan jasa
yang hampir tidak pernah diperdagangkan antat negara. Disamping itu, PPP absolut
juga gagal menjelaskan peran biaya-biaya transportasi atau berbagai kendala lainnya
yang dalam kenyataan sangat menghalangi kelancaran perdagangan internasional.
Mengingat adanya kelemahan dalam PPP absolut tersebut di atas, maka PPP
kemudian dikembangkan menjadi versi relatif. PPP relatif menyatakan bahwa
perubahan kurs dalam jangka waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding
besarnya terhadap perubahan tingkat-tingkat harga yang berlaku di kedua negara. Atau
dengan kata lain PPP relatif menyatakan bahwa persentase dalam kurs antara dua mata
uang dalam periode tertentu sama dengan selisih antara persentase perubahan atas
tingkat-tingkat harga berbagai negara. Oleh sebab itu, PPP relatif mengubah PPP
absolut dari sebuah pernyataan mengenai perubahan-perubahan harga dan kurs
(Krugman dan Obstfeld, 1999:122). Secara sistematis PPP relatif dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Rab
Pa1
Pb1
Pa0
Pb0
Rab0
Dimana tanda 0 mengacu pada periode dasar dan tanda 1 untuk menyebut
periode selanjutnya, dan R ab1 dan R ab0 merupakan kurs pada periode 1 dan pada
periode dasar.
( A B ) t 1 ( A B ) t (1 rA ) (1 rB )
Dimana:
( A B ) t 1
= kurs forward
( A B) t
= kurs spot
rA
rB
Sebagai contoh, jika tingkat suku bunga di Amerika Serikat sebesar 8 % dan
tingkat suku bunga di Inggris sebesar 6 %. Sehingga rasio kurs forward ($/) terhadap
kurs spot ($/) dalam poundsterling sebesar 1, 0189. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
Paritas tingkat bunga menyerupai paritas daya beli hanya saja berlaku di pasar
yang berbeda. Paritas daya beli berlaku di pasar barang, sedangkan paritas tingkat
bunga berlaku di pasar sekuritis (Yuliati, 109). Paritas suku bunga adalah sebuah
kondisi ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh selisih
kurs forward dengan kurs spot atau dengan kata lain besarnya premi (diskon) forward
seyogyanya sama dengan selisih suku bunga antara negara yang terkait (Jeff Madura,
1997:192). Derivasi paritas suku bunga diperoleh dari hubungan antara premium atau
diskon forward dengan suku bunga diasumsikan seorang investor AS yang ingin
melakukan covered interest arbitrage tersebut. Jika IRP eksis, covered interest arbitrage
tidak dimungkinkan karena keunggulan suku bunga di negara lain akan ditutupi oleh
diskon forward. Sehingga hubungan antara premium (diskon) forward dengan selisih
suku bunga menurur IRP dapat disederhanakan sebagai berikut:
P=
F S
ih i f
S
Dimana:
P = Premium/diskon forward
F = kurs forward
S = kurs spot
i h = suku bunga deposito dalam negeri
rf
F1 / 4 S
)(1 )
S
4
Dimana:
Pembagian dengan 4 dalam bentuk 3 bulanan untuk menghindari perubahan kurs dan
tingkat bunga.
Kondisi ini berarti, sebagai contoh, bahwa setiap poundsterling () premi forward
memiliki kompensasi lebih daripada keuntungan suku bunga dollar. Karena itu:
1.
Investasi dalam memberi hasil yang lebih banyak dibanding dalam dollar
2.
Ini juga berarti bahwa kondisi tersebut menguntungkan bagi para pemain pasar uang
untuk membeli dollar dan melakukan investasi terhadap karena arbitrase suku bunga
meliputi meminjam dalam mata uang yang lebih murah dan berinvestasi dalam mata
uang dengan hasil tinggi, kita dapat mengkonsentrasikan diri pada arbitrase suku bunga
daripada mempertimbangkan menjual atau membeli secara terpisah.
Kondisi tingkat bunga dan kondisi paritas daya beli dalam bentuk inflasi yang
diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan persamaan tingkat keuntungan riil antar
negara. Hubungan ini disebut kondisi Fisher terbuka yang memiliki rasional independen.
Paritas Fisher internasional menyatakan bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah
yang sama namun dengan arah yang berkebalikan dengan perbedaan suku bunga
antara dua negara. Yang dapat diformulasikan dengan bentuk sebagai berikut:
s t 1 s t = r t r t *
Dimana:
s t 1
st
rt
rt *
atau s t 1 s t = f t s t
Dimana:
s t 1 = harapan kurs spot masa mendatang
ft
= kurs forward
st
fundamental
yang
diduga
mempengaruhi
pergeseran
perubahan
perhitungan
matematis
(biasanya
mengugnakan
data
statistik)
dan
menggunakan grafik/chart itu sebabnya pelaku analisa teknikal biasa disebut chartist
sebagai senjata utamanya.
Analisa fundamental mengambil pendekatan yang berbeda. Dasar yang
digunakan adalah berita atau pun rumor yang beredar di pasar. Seperti kita ketahui
bersama, bursa finansial seperti saham dan pasar uang sangat sensitif dengan berita
yang sedang beredar di market. Demikianlah yang terjadi pada pasar forex trading.
Bahkan dapat dikatakan kini bahwa yang menggerakan nilai tukar mata uang adalah
justru berita itu sendiri. Dengan kata lain berita adalah penggerak emosi market yang
mengakibatkan berubahnya titik keseimbangan pada nilai tukar mata uang.
Sehingga secara teori dapat dikatakan bahwa: Analisis fundamental memberi
pengaruh kepada trend perubahan harga (arah dari harga suatu mata uang secara
keseluruhan) sedangkan analisis teknikal berpengaruh kepada pergerakan naik
turunnya harga dalam suatu trend harga. Analisa Fundamental sendiri lebih banyak
dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah (otoritas moneter)
ataupun data-data yang dirilis oleh berbagai sumber maupun berita-berita tertentu yang
belum pasti kebenarannya (market sentiment and market rumors). Dalam perdagangan
forex sangat sering kita dengarkan terjadinya intervensi (campur tangan) dari pihak
pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah sangat berkepentingan untuk menstabilkan
mata uang agar tidak terlalu kuat maupun terlalu lemah. Sehingga dapat juga dikatakan
bahwa analisa fundamental untuk transaksi jangka panjang (long term trade).
Ada alur logis dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku disini (meski kadang
tidak 100% berlaku kenyataanya analisa fundamental berkaitan bukan saja dengan
pemikiran logis dari kebijakan moneter atau berita yang keluar tetapi juga bagaimana
pasar bereaksi terhadap berita tersebut alias psikologi pasar).
fundamental
yang
berujung
pada
sebuah
peramalan
memiliki
menyatakan bahwa ada hubungan fundamental antara perbedaan inflasi dan perbedaan
tingkat bunga, sehingga mata uang suatu negara akan mengalami depresiasi sebesar
jumlah perbedaan tersebut. Menilik teori PPP ini, maka tidak diperlukan lagi
penggunaan model-model analisis yang rumit. Namun pada kenyataannya, penggunaan
teori PPP ini tetap tidak dapat menghasilkan suatu peramalan yang akurat dengan
alasan sebagai berikut:
1. ketidakpastian pengaruh fluktuasi inflasi pada perubahan pola perdagangan
demikian juga pada tingkat bunga
2. data yang digunakan untuk mengukur harga relatif pada kedua negara tidak akurat
3. hambatan perdagangan dapat mengganggu pola perdagangan
4. perbedaan tingkat bunga antar negara yang juga dapat mempengaruhi tingkat
inflasi.
Alasan-alasan ini membuktikan bahwa perbedaan inflasi semata tidak cukup
untuk melakukan peramalan. Namun, perbedaan inflasi tetap merupakan satu faktor
yang penting untuk melakukan peramalan.
Reaksi berantai, yaitu semakin besar dampak berantai suatu informasi, semakin
besar pengaruhnya terhadap nilai tukar
Jarak informasi, yaitu semakin dekat informasi dengan suatu mata uang semakin
besar pengaruh informasi tersebut. Misalnya, informasi yang berasal dari dalam
Sumber berita, yaitu semakin resmi sumber berita, semakin kuat pengaruhnya
terhadap nilai tukar suatu mata uang
Jenis berita, yaitu berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap nilai tukar mata
uang dibanding berita lainnya seperti politik, sosial, dan budaya.
Instansi Resmi/Pemerintah
Perorangan
Berita fundamental yang bersifat positif pada negara yang mengeluarkan berarti
mata uang negara yang bersangkutan akan menguat dan sebaliknya mata uang
negara yang semakin besar atau meningkat maka mata uang negara tersebut akan
cenderung mengalami penguatan dan sebaliknya jika GDP satu negara itu kecil maka
mata uang negara tersebut akan cenderung melemah.
/$
So (penawaran Inggris terhadap )
B
2.0000
A
D1 (permintaan AS terhadap )
1.9800
0
20
40
Gambar 2.1 Pengaruh Perubahan GDP terhadap Perubahan Nilai Tukar Mata
Uang.
Dari gambar tersebut, menunjukkan harga poundsterling yang dinilai dalam
dollar AS digambarkan sumbu vertikal, sedangkan volume poundsterling yang diminta
dan ditawarkan diukur oleh sumbu horizontal. Pada titik A, menunjukkan titik ekuilibrium
poundsterling sebesar 1.9800 yang ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan
relatif untuk menguasai poundsterling dibandingkan keinginan menguasai dollar AS dan
kurva penawaran poundsterling secara relatif terhadap dollar AS. Misalnya, jika
pendapatan nasional riil Inggris meningkat dan Amerika Serikat dianggap konstan.
Peningkatan pendapatan nasional riil Inggris akan mendorong tambahan permintaan
poundsterling karena adanya peningkatan permintaan barang dan jasa oleh Amerika
Serikat. Adanya peningkatan permintaan poundsterling oleh Amerika Serikat digunakan
untuk membayar barang dan jasa yang dibeli oleh AS tersebut.
Sedangkan tambahan permintaan akan poundsterling ini di lain pihak penawaran
poundsterling tetap sehingga mengakibatkan poundsterling semakin langka. Pada
akhirnya akan mendorong kurs poundsterling terhadap dollar AS akan meningkat
(terapresiasi). Hal ini ditunjukkan dalam gambar 2.1 yaitu dengan adanya peningkatan
permintaan poundsterling tersebut kemudian akan menggeser kurva permintaan ke
kanan (dari Do ke D1) dan mengakibatkan nilai tukar poundsterling terapresiasi
terhadap dollar AS 2.0000 pada titik B. Titik B ini merupakan ekuilibrium baru yang
terletak pada titik D1 dan menunjukkan adanya apresiasi poundsterling.
GDP digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian sebuah
negara. Namun demikian GDP seringkali dikritik karena tidak mencantumkan transaksi
ekonomi pada level bawah dimana transaksi jenis ini seringkali tidak dilaporkan dengan
berbagai alasan. Dalam perdagangan valas Margin Trading GDP merupakan salah satu
indikator penting yang dapat memicu volatilitas harga mata uang. GDP merupakan
indikator yang dapat menyebabkan perubahan volatilitas mata uang. Seringkali berita
fundamental valuta asing hanya memaparkan besarnya persentase dari GDP. Biasanya
nilainya kurang, sama, atau melebihi data yang sudah direlease pada periode
sebelumnya.
Jika GDP (persentase)
sebelumnya maka nilai mata uang negara yang bersangkutan cenderung mengalami
kenaikan. Hal ini disebabkan karena GDP menggambarkan nilai seluruh transaksi suatu
negara secara umum. Jika siklus transaksi perekonomian stabil maka dapat dipastikan
perekonomian akan berjalan dengan lancar. Sentimen positif ini dapat memicu kenaikan
nilai mata uang lokal.
2. Inflasi
Salah satu faktor lain yang sangat berpengaruh secara fundamental dari
perubahan kurs adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi diartikan sebagai tingkat kenaikan
harga barang-barang pada umumnya yang terjadi pada satu kurun waktu tertentu.
Pengaruh tingkat inflasi suatu negara terhadap mata uang negara tersebut adalah:
Bila tingkat inflasi satu negara tinggi atau naik maka mata uang negara tersebut
mengalami penurunan sebaliknya apabila tingkat inflasi kecil atau turun maka mata
uang negara tersebut cenderung menguat. Secara teori dikatakan bahwa jika inflasi
suatu negara naik maka dapat dikatakan bahwa mata uang tersebut akan cenderung
melemah dan sebaliknya jika inflasi suatu negara turun maka mata uangnya akan
melemah. Oleh sebab itu maka setiap negara selalu berusaha untuk menjaga tingkat
inflasinya agar tetap stabil pada level yang rendah Inflasi dapat dikatakan merupakan
peningkatan harga yang terjadi secara terus menerus Inflasi dapat disebabkan oleh 2
hal yaitu:
1. Cost push inflation (inflasi yang berasal dari sisi penawaran). Inflasi ini disebabkan
akibat naiknya harga jual dari berbagai macam barang yang menyebabkan naiknya
harga barang-barang di pasar.
2. Demand push inflation (inflasi yang berasal dari sisi permintaan). Inflasi ini
disebabkan akibat tingginya permintaan akan berbagai macam barang oleh
masyarakat sehingga harga-harga barang dipasar meningkat.
Adapun data-data ekonomi yang biasa mengindikasikan tekanan inflasi adalah:
konsumen (dalam rata-rata) untuk sekelompok barang dan jasa tertentu. CPI
merupakan indikator inflasi yang paling umum digunakan dan dianggap juga sebagai
indikator keefektifan kebijakan pemerintah. Naiknya CPI mengindikasikan naiknya
tingkat inflasi yang akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan naiknya tingkat suku
bunga. Tidak seperti indikator inflasi lainnya yang hanya mencakup barang-barang
produksi lokal, CPI juga mencakup barang-barang impor. Kelemahannya ada pada
kecilnya jumlah sampel yang diambil. Para analis biasanya lebih fokus pada Core (Inti)
CPI, varian dari CPI yang tidak mencakup komponen-komponen yang perubahan
harganya paling tidak stabil dan dinilai lebih akurat dalam mengukur tingkat inflasi.
berguna untuk mengindikasi tekanan inflasi dari perubahan kurs mata uang. Sebagai
contoh, saat dollar menguat, harga-harga impor cenderung tertekan turun. Jika sebuah
produk Jepang berharga 500 yen dan kurs saat itu satu dollar sama dengan 100 yen,
harga produk tersebut dalam dollar sama dengan $5. Jika dollar menguat ke level 120
terhadap yen, maka harga produk tersebut akan turun menjadi $4.17. Meski demikian,
saat dollar menguat, daya saing ekspor Amerika juga akan berkurang dan karenanya
harga-harga ekpor juga akan tertekan turun karenanya. Para pakar ekonomi cenderung
lebih memperhatikan data harga-harga impor yang tidak menghitung komponen minyak
(Import Prices Excl. Oil) dan harga-harga ekspor yang tidak menghitung sektor
pertanian (Export Prices Excl. Agricultural). Kedua komponen tersebut dinilai terlalu
fluktuatif, mudah naik atau turun tanpa ada hubungannya dengan kurs.
dan jasa pada periode waktu tertentu yang diterima oleh para produsen domestik.
Singkatnya, PPI mengukur tingkat perubahan harga dari perspektif penjual. Tidak
sebagus CPI dalam mengindikasi tekanan inflasi. Tetapi karena memasukkan
komponen barang-barang yang sedang dalam proses produksi, PPI seringkali dapat
sekaligus memperkirakan CPI.
Tingginya harga suatu barang dan jasa di dalam negeri secara relatif
dibandingkan dengan harga di luar negeri mengakibatkan daya kompetisi dalam negeri
akan semakin memburuk karena negara asing mampu menjual barang dan jasa dengan
harga yang lebih murah. Sehingga penduduk di dalam negeri cenderung membeli
barang dan jasa ke luar negeri akan meningkat. Untuk itu domestik akan banyak
membutuhkan valas, akibatnya domestik akan banyak menawarkan jumlah uang
beredar untuk dikonversi ke valas. Peningkatan penawaran uang akan mempengaruhi
turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Untuk
lebih jelasnya dan sebagai contoh lihat gambar 2.2
/$
So
2.0000
S1
1.9800
B
D
0
20
40
(Permintaan AS terhadap )
memenuhi kebuthan
peningkatan konversi poundsterling ke dollar AS untuk membeli barang dan jasa dari
tinggi, jika permintaan semakin tinggi maka nilai mata uang akan semakin menguat
(Ceteris Paribus).
Interest rate naik (Money Supply < Money Demand) Currency menguat
ceteris paribus. Jika interest rate turun (i) maka: jumlah uang yang diserap oleh bank
akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan semakin kecil (masyarakat akan
lebih senang untuk membuka bisnis baru daripada menabung di bank). Disisi lain bank
umum juga akan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman kepada masyarakat
sehingga masyarakat meningkatkan minatnya untuk meminjam uang, Semakin besar
jumlah uang yang diserap oleh bank umum dan semakin banyaknyanya jumlah uang
yang dipinjam oleh masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan semakin banyak ,
jika jumlah uang yang beredar semakin banyak maka permintaan akan mata uang
tersebut akan semakin tinggi, jika permintaan semakin rendah maka nilai mata uang
akan semakin melemah (Ceteris Paribus).
Interest rate turun (Money Supply > Money Demand) Currency Melemah
ceteris paribus. Maksudnya adalah teori tersebut kebenarannya akan sangat signifikan
bila hal-hal lain bersifat tetap seperti: tidak terjadi kerusuhan atau bencana alam atau
tidak terjadi kenaikan harga minyak (barometer ekonomi modern) tidak melambung
terlalu tinggi.
Kebijakan peningkatan tingkat suku bunga riil yang dilakukan didalam negeri
seringkali berhubungan erat dengan rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan
jumlah uang beredar dalam negeri.
dinaikkan sedangkan tingkat suku bunga riil di luar negeri tetap konstan akan
mempengaruhi jumlah uang beredar dalam negeri yang semakin terbatas sedangkan
permintaan akan mata uang dalam negeri meningkat karena keinginan investor untuk
membeli dan menguasai mata uang dalam negeri. Untuk memaparkan dampak
/$
2.0000
B
A
1.9800
D
0
20
40
Penawaran AS terhadap
Gambar 2.3 Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Perubahan
Nilai Tukar Mata Uang
Dalam gambar 2.2 menunjukkan harga poundsterling yang dinilai dalam dollar
AS yang digambarkan sumbu vertikal, sedangkan volume valuta asing (poundsterling)
yang diminta dan ditawarkan diukur oleh sumbu horizontal. Pada titik A, menunjukkan
titik ekuilibrium poundsterling sebesar 1.9800 yang ditentukan oleh perpotongan kurva
permintaan relatif untuk menguasai poundsterling dibanding dengan ketinggian
menguasai dollar AS dan penawaran poundsterling secara relatif terhadap dollar AS.
Sedangkan tingkat suku bunga Inggris dianggap meningkat, sedangkan tingkat
suku bunga Amerika Serikat tetap konstan. Peningkatan tingkat suku bunga di Inggris
ditujukan untuk mengetatkan jumlah uang beredar. Kebijakan ini akan mengakibatkan
terbatasnya jumlah uang beredar sehingga seseorang yang ingin meminjamnya akan
dikenakan suku bunga yang tinggi. Dan juga permintaan poundsterling semakin
meningkat karena keinginan investor untuk membeli dan menguasai poundsterling untuk
hasil pengembalian yang lebih tinggi. Peningkatan tingkat suku bunga Inggris sebesar
20% akan mempengaruhi pengurangan jumlah uang beredar dan akan mendorong
bergesernya kurva penawaran ke kiri (dari So ke S1) dan mengakibatkan nilai tukar
poundsterling terapresiasi terhadap dollar AS sebesar 2.0000 pada titik B. Titik B ini
merupakan ekuilibrium baru yang terletak pada titik S1 dan menunjukkan adanya
depresiasi dollar AS terhadap poundsterling.
3. Forex
Forex atau Foreign Exchange (Nilai tukar Valuta Asing) merupakan perdagangan
mata uang asing yang dilakukan di pasar mata uang. Perdagangan forex merupakan
produk berjangka yang volume serta nilai transaksinya paling besar diantara produkproduk berjangka lainnya. Saat ini mata uang yang paling banyak di perdagangkan
(Major Currencies) adalah EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, USD/CHF dan AUD/USD
akan tetapi ada juga beberapa mata uang yang diperdagangkan tetapi tidak berlawanan
dengan USD (Cross Rate) seperti GBP/JPY, EUR/JPY). Untuk dapat melakukan
transaksi atas jual beli ketiga produk bursa berjangka diatas maka setiap calon investor
di wajibkan untuk menyetor dana kepada pialang berjangka yang telah mendapat ijin
dari pengawas perdagangan berjangka. Dana tersebut biasa disebut margin. Margin
merupakan dana awal yang harus disetorkan nasabah sebagai syarat untuk dapat
bertransaksi. Akan tetapi jumlah tersebut berbeda-beda jumlahnya untuk setiap
transaksi, jenisnya antara lain :
a. Initial margin
Initial margin biasa juga disebut sebagai margin awal atau sejumlah uang yang
disetorkan oleh investor untuk memulai transaksi berjangka. Contohnya seperti yang
terjadi didalam perdagangan valuta asing (valas) initial margin yang disetorkan biasanya
adalah sebesar 1% dari besarnya kontrak transaksi. Karena didalam forex ada 2 jenis
kontrak yaitu big size USD 100.000 dan small size USD 10.000. Maka initial marginnya
adalah USD 1000 dan USD 100.
b. Variation Margin
Variation margin merupakan tambahan margin yang disetorkan karena besaran
margin telah berada dibawah margin awal akibat adanya pergerakan harga yang
berlawanan dari transaksi awal.
c. Maintenance margin
Maintenance margin merupakan margin minimum yang besarnya harus terus
terjaga agar investor dapat terus bertransaksi. Umumnya margin minimum ditetapkan
sekitar 75% sampai 80% dari margin awal.
d. Margin Call
Margin call dilakukan jika dana yang dimiliki nasabah telah berkurang ke level
dimana dana yang dimiliki telah kurang dari maintenance margin, jika dana yang tersisa
tidak ditambah maka posisi akan secara otomatis ditutup oleh perusahaan pialang.
Margin Trading memang memudahkan investor untuk melakukan transaksi di bidang
valuta asing dan perlu juga untuk diingat bahwa margin trading merupakan salah satu
strategi investasi yang memiliki resiko yang cukup besar akan tetapi juga keuntungan
yang didapat juga cukup besar sebab, jika terjadi keuntungan investasi dengan system
margin trading ini akan menciptakan nilai yang lebih besar dari system fisik/Cash
trading. Untuk itu agar dapat memanfaatkan sistem margin trading secara lebih
menguntungkan diperlukan tehnik perhitungan yang tepat.
Dalam keadaan margin call investor diharapkan oleh pialang untuk menambah
margin apabila nasabah tidak menambah margin maka perusahaan pialang akan
melikuidasi posisi nasabah jika hal itu terjadi maka nasabah akan menanggung kerugian
sebanyak dana yang disetorkannya akan tetapi kerugian tersebut dapat berbalik menjadi
untung jika investor menambah modalnya dan kemudian harga berbalik arah.
sebesar 0, 0001 (satu) USD untuk setiap satu GBP. Jadi apabila harga GBP/USD
semula 1, 5500 dan kemudian naik sebesar 1 (satu) point berarti harga atau kurs
sekarang adalah 1, 5501.
Posisi pada transaksi valuta asing dapat diartikan sebagai selisih antara tagihan
dan aset dengan kewajiban pada satu mata uang tertentu. Apabila kita melakukan
transaksi di pasar valuta asing maka tidak dapat dihindarkan kita akan mempunyai
tagihan dan aset dan kewajiban dalam berbagai mata uang. Kewajiban dan tagihan
inilah yang disebut dengan posisi valuta asing.
Posisi valuta asing ini penting untuk diketahui karena posisi valuta asing ini dapat
menciptakan laba/rugi. Dengan kata lain apabila timbul posisi valuta asing pada satu
transaksi maka posisi ini dapat mempengaruhi laba/rugi akunnya.
Posisi valuta asing dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Posisi Long atau Long Position
Dikatakan mempunyai posisi long bila total tagihan dan aset terhadap mata uang
tertentu lebih besar dari total kewajiban pada mata uang tersebut.
2. Posisi Short atau Short Position
Dikatakan posisi Short bila total tagihan dan aset terhadap mata uang tertentu lebih
kecil dari total kewajiban pada mata uang tersebut.
Jika kita melakukan transaksi jual beli valuta asing maka posisi masing-masing
valuta akan mempunyai posisi yang berlawanan. Misalnya kita melakukan transaksi beli
GBP/USD maka dari transaksi tersebut kita mempunyai posisi long di mata uang GBP di
sisi lain kita mempunyai posisi short untuk mata uang USD. Karena melibatkan dua
mata uang yang selalu mempunyai posisi yang berlawanan maka aturan penyebutan
posisi pada pasar valuta asing mengacu pada posisi Reference Currency. Jadi bila kita
melakukan transaksi beli GBP/USD untuk USD 1.000.000,- kita dikatakan mempunyai
posisi long. Hal ini disebabkan karena penyebutan posisi mengacu pada posisi GBP
2.4.3 Pengaruh Pergerakan Kurs Valuta Asing terhadap Posisi Valuta Asing.
Posisi valuta asing memiliki unsur pergerakan kurs didalamnya sehingga
berpotensi menimbulkan laba dan rugi. Kita akan melihat pengaruh pergerakan kurs
pada posisi yang diambil baik itu posisi long maupun posisi short.
Pada dasarnya pihak yang memiliki posisi valuta asing long akan diuntungkan
apabila pergerakan kurs valuta asing naik. Posisi long akan dirugikan apabila kurs valuta
asing bergerak turun. Sebaliknya pihak yang memiliki posisi short akan diuntungkan
apabila kurs valuta asing bergerak turun. Apabila kurs valuta asing bergerak naik maka
pihak yang memiliki posisi short akan menderita kerugian.
Sehubungan dengan pergerakan kurs valuta asing terdapat dua istilah yang
sering digunakan oleh para pelaku pasar untuk menggambarkan kecenderungan
pergerakan harga di pasar valuta asing. Antara lain:
1.
Bullish
Istilah bullish dipakai apabila pergerakan kurs valuta asing mempunyai
Bearish
Istilah bearish digunakan apabila pergerakan kurs valuta asing mempunyai
Apabila istilah ini dihubungkan dengan pengambilan posisi maka apabila pasar
satu valuta sedang bullish maka sebaiknya mengambil posisi long pada valuta tersebut.
Sebaliknya apabila pasar satu valuta sedang bearish maka sebaiknya mengambil posisi
short pada valuta tersebut. Sehingga dengan mengambil posisi yang tepat maka akan
mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan.
berapa yang akan membuka dan menutup posisi trading tersebut. Idealnya untuk
mendapat keuntungan maksimum maka harus membeli dengan kurs yang paling
rendah dan menjual dengan kurs paling tinggi. Khusus untuk penetapan harga untuk
penutupan posisi harus ditetapkan 2 harga yakni tingkat harga penutupan posisi
dalam kondisi untung dan rugi.
3. Membuka posisi. Hal ini berarti melakukan sekelompok transaksi sehingga
menimbulkan posisi sehingga apabila harga atau kurs valuta asing bergerak akan
menimbulkan keuntungan atau kerugian. Bila harga valuta asing di masa mendatang
diperkirakan naik maka seharusnya yang dibuka adalah posisi long. Membuka posisi
long ini bisa dilakukan dengan melakukan transaksi valuta asing beli. Apabila harga
valuta asing di masa datang diperkirakan turun maka seharusnya dibuka posisi
short. Membuka posisi short ini bisa dilakukan dengan melakukan transaksi jual.
4. Memasang stop loss order dan profit taking order. Stop loss order dapat diartikan
meminta pihak lain untuk mengawasi posisi kita apabila telah mencapai harga
tertentu sehingga kerugian yang mungkin timbul telah mencapai batas maksimum
yang dapat kita terima dan posisi yang tertutup menjadi square. Stop loss order ini
penting untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar karena kurs valuta
asing di pasar bergerak ke arah yang tidak diinginkan. Profit taking order dapat
diartikan meminta pihak lain untuk mengawai posisi kita apabila telah mencapai
harga tertentu untuk mengawasi posisi kita apabila telah mencapai target yang
diinginkan dan posisi menjadi square. Sama dengan stop loss order, profit taking
order ini penting untuk mencegah keuntungan yang sudah diraih hilang karena arah
pergerakan kurs yang tiba-tiba berubah ke arah yang tidak diinginkan.
5. Squaring atau menutup posisi. Hal ini merupakan tindakan kita menutup posisi yang
telah kita bangun sehingga hasil akhir baik berupa keuntungan maupun kerugian
dapat direalisasikan.
pergerakan kurs valuta asing dari kurs pada saat pembukaan posisi (transaksi
pertama). Apabila kita membuka posisi dengan melakukan transaksi beli atau jual satu
valuta kita akan mendapat kurs jual atau beli untuk transaksi tersebut. Apabila kurs
tersebut mengalami pergerakan sehingga berbeda dengan kurs beli atau jual transaksi
kita (transaksi pertama membuka posisi) maka timbul potensi laba/rugi. Potensi
laba/rugi ini besarnya ditentukan oleh selisih antara kurs pasar saat ini dengan kurs
valas yang kita dapat pada saat melakukan transaksi pembukaan proses (transaksi
pertama).
2.
berada pada posisi square. Laba realisasi ini besarnya ditentukan oleh kurs yang
didapat pada transaksi pembuka posisi dibandingkan dengan kurs yang didapat pada
transaksi penutup (square posisi).
Mengambil Posisi dengan Melakukan Transaksi:
Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengambilan posisi atau membuka posisi
dapat dilakukan dengan hanya satu transaksi saja atau dengan beberapa transaksi
sejenis.
Contoh (Berlianta, 85) : A memperkirakan kurs GBP/USD akan naik. Untuk itu
dia mengambil posisi long dengan melakukan serangkaian transaksi seperti berikut :
GBP
Level
USD
Beli GBP/USD
100.000
1.600
160000
Beli GBP/USD
200.000
1.700
340000
Beli GBP/USD
300.000
1.800
540000
Beli GBP/USD
400.000
1.900
760000
Total
1.000.000
1.900.000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa A mengambil posisi long dengan empat
transaksi pembelian GBP/USD dengan total pembelian sebesar USD 1.000.000, 00
dengan kurs yang berbeda-beda. Yang mejadi permasalahan adalah bila A ingin
squaring atau menutup posisi dan tidak ingin mengalami kerugian di kurs berapa
minimal dia arus menjual USD yang dibelinya itu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka kita harus mengetahui di kurs berapa sebenarnya total pembelian tersebut. Untuk
mengetahui kurs pembelian yang sebenarnya digunakan apa yang disebut kurs rata-rata
transaksi. Kurs rata-rata transaksi ini dihitung dengan persamaan rata-rata tertimbang
dari semua kurs transaksi yang dilakukan.
Adapun persamaan yang digunakan adalah:
Kurs rata-rata transaksi = Total jumlah dana non-reference currency
Total jumlah dana reference curency
Jadi untuk contoh di atas maka kurs rata-rata transaksinya adalah:
1.900.000/1.000.000 = 1.900
Jadi harga minimum untuk melakukan penutupan posisi tanpa menderita
kerugian apabila A bisa menjual GBP/USD tersebut di atas kurs 1.900.
Kita lihat apabila A melakukan penutupan posisi di kurs 2.000:
GBP
Kurs
USD
Beli GBP/USD
100.000
1.600
160000
Beli GBP/USD
200.000
1.700
340000
Beli GBP/USD
300.000
1.800
540000
Beli GBP/USD
400.000
1.900
760000
1.000.000
Total
1.900.000
Squaring
Jual GBP/USD
1.000.000
Posisi Akhir
2.000
2.000.000
100.000
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada posisi akhir terdapat keuntungan
sebesar GBP 100.000,00 yang merupakan selisih total dana GBP yang diterima dengan
dana GBP yang harus dibayar.
uang beredar kedua negara, aliran emas, tren, dan variabel dikotomis untuk mewakili
faktor-faktor musiman dan kejadian khusus. Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh
hubungan yang erat antara kurs dengan semua variabel bebas (kecuali pendapatan riil
relatif) dan dari hasil uji statistik menunjukkan variabel tingkat harga relatif mempunyai
pengaruh yang paling signifikan diantara semua determinan fundamental (variabel
bebas).
Penelitian Sigit Prapto (2003) meneliti pengaruh variabel-variabel makro ekonomi
terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar selama tahun 1990-2002 dengan
pendekatan Error Correction Model). Variabel tersebut antara lain adalah jumlah uang
beredar, tingkat bunga, dan tingkat pendapatan nasional. Dari hasil penelitian serentak
ketiga variabel di atas mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Tetapi untuk pengujian variabelnya, ada
variabel yang tidak signifikan secara statistik pada jangka panjangnya yaitu pendapatan
nasional. Meskipun demikian namun dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut
mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Penelitian dari Jurnal Edward P Swanson (2001) tentang bagaimana kontribusi
dari analisis fundamental terhadap inflasi dan suatu devaluasi mata uang. Keterkaitan
nilai dari analisis fundamental untuk 1993-1998 telah dipelajari data laporan keuangan
penggunaan untuk perusahaan diperdagangkan oleh masyarakat Mexico Bolsa. Dari
hasil penelitian tersebut ditemukan adanya keterkaitan antara inflasi dan devaluasi
terhadap laporan keuangan suatu perusahan yang diwujudkan dalam analisa
fundamental sehingga mampu membuat perubahan yang signifikan terhadap arus uang
yang masuk karena menggunakan analisis fundamental yang memperhatikan arus
inflasi dan devaluasi mata uang.
Penelitian Ismail Marzuki (1996) yang meneliti pengaruh kurs rupiah terhadap
yen yang dihubungkan dengan perubahan faktor-faktor yang dipakai dalam analisis
fundamental untuk meramalkan kurs valuta asing sebagai landasan penentuan hedging.
Adapun tujuan penelitian tersebut yakni untuk mengetahui manfaat penggunaan analisis
fundamental untuk meramalkan kurs valuta asing sebagai landasan hedging khususnya
dnegan melakukan forward contract. Melalui analisis regresi berganda, nilai tukar rupiah
terhadap yen sebagai variabel terikat dengan variabel bebas adalah selisih tingkat inflasi
Indonesia dnegan Jepang, selisih tingkat suku bunga Indonesia dengan Jepang, selisih
neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang, selisih jumlah uang beredar Indonesia
dengan Jepang, selisih pendapatan nasional riil Indonesia dengan Jepang, dengan hasil
semua variabel bebas mampu mempengaruhi variabel terikat, dimana tingkat bunga,
neraca perdagangan, dan pendapatan nasional riil berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai tukar rupiah terhadap yen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai tukar Poundsterling terhadap
Dollar Amerika sebagai variabel terikat sedangkan variabel bebasnya adalah persentase
perbedaan antara GDP riil Inggris terhadap Amerika, persentase perbedaan tingkat
inflasi relatif antara Inggris dan Amerika dan persentase perbedaan tingkat bunga riil
Inggris terhadap Amerika.
Kerangka Pemikiran
LATAR BELAKANG
Perdagangan valuta asing Margin Trading memberi keuntungan tersendiri
bagi investor namun juga membawa resiko kerugian akibat pergerakan kurs
yang fluktuatif, oleh sebab itu penting menggunakan analisa fundamental
yang mengetahui faktor-faktor mana saja yang mempengaruhi pergerakan
kurs tersebut.
PERMASALAHAN PERTAMA
Variabel ekonomi makro yang manakah
yang paling dominan pengaruhnya pada
perubahan
kurs
kaitannya
dengan
pengambilan keputusan transaksi?
VARIABEL
TERIKAT
ALAT ANALISIS
METODE REGRESI
LINEAR
BERGANDA
PERMASALAHAN KEDUA
Apakah hasil analisis pengaruh variabel
ekonomi makro terhadap perubahan kurs
dalam investasi valas Margin Trading bisa
digunakan sebagai dasar melakukan analisis
fundamental untuk meminimumkan kerugian?
VARIABEL
BEBAS
SIMULASI TRANSAKSI
KESIMPULAN PENELITIAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Tingkat GDP riil, tingkat inflasi relatif, tingkat suku bunga riil berpengaruh secara
nyata terhadap perubahan nilai kurs GBP/USD dan tingkat suku bunga memberi
pengaruh terbesar (signifikan) pada pergerakan kurs tersebut.
Hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap perubahan kurs dalam
investasi valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar melakukan analisis
fundamental untuk meminimumkan kerugian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Tingkat GDP riil diukur dalam bentuk persentase. Yang kemudian persentase
ini merupakan persentase perbedaan pertumbuhan GDP riil antara Inggris
dan Amerika. Efek pertumbuhan GDP yang digunakan adalah dari sisi
penawaran, yaitu kemampuan negara dalam menghasilkan tambahan output.
Kenaikan GDP nominal dalam negeri dibanding negara lainnya akan
menimbulkan peningkatan permintaan barang dan jasa dari dalam negeri
sehingga timbul kenaikan permintaan terhadap mata uang dalam negeri. Hal
ini mengakibatkan nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkat
(terapresiasi) terhadap mata uang luar negeri dan begitu pula sebaliknya.
Tingkat inflasi relatif yang dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) diantara
kedua negara tersebut dalam bentuk persentase. Persentase ini merupakan
persentase perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan Amerika.
Kenaikan inflasi dalam negeri dibanding negara lainnya menimbulkan
permintaan barang dan jasa dari luar negeri meningkat karena lebih murah
dibanding dalam negeri sehingga impor meningkat dan permintaan valuta
asing meningkat untuk membeli barang dan jasa tersebut. Hal ini
mengakibatkan nilai tukar mata uang dalam negeri melemah (terdepresiasi)
terhadap mata uang luar negeri dan begitu pula sebaliknya.
Tingkat suku bunga riil yang diukur dalam bentuk persentase. Persentase ini
merupakan persentase perbedaan tingkat bunga rill antara Inggris dan
Amerika. Kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri dibandingkan dengan
luar negeri untuk mengetatkan jumlah uang beredar dalam negeri, hal ini
menyebabkan mata uang dalam negeri sulit untuk diperoleh dan keinginan
investor untuk membeli dan menguasai lebih besar sehingga nilai tukar mata
uang dalam negeri akan meningkat (terapresiasi) terhadap mata uang luar
negeri dan begitu pula sebaliknya.
Jenis dan sumber data : merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
resmi situs keuangan internasional valuta asing seperti forexnews, bloomberg,
valasnews, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan tersebut bersifat kuantitatif
(angka)
dalam
statistik
laporan
keuangan
pasar
internasional
secara
Spesifikasi model yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda yang
secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 )
Dimana:
X 1 = tingkat GDP
X 2 = tingkat inflasi
X 3 = tingkat suku bunga
Dengan bentuk persamaan linear:
Y = o + 1X1i + 2X2i + 3X3i + ui
Dimana: o = intercept/konstanta
1, 2, 3 = slope (kemiringan kurva linier)
u = variabel gangguan
Selanjutnya untuk memperoleh nilai pemerkira yang baik dan efisien serta tidak bias
(Best Linear Unbiased Estimation BLUE) dari persamaan regresi berganda dengan
metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) maka digunakan asumsiasumsi sebagai berikut:
a. E (u i ) = 0. Artinya nilai harapan ui yang timbul karena variasi nilai X i yang diketahui
adalah sama dengan 0. Untuk i = 1, 2, 3, n
b. Covarians (u i , u j ) = 0, untuk i j. Artinya, bahwa antara kesalahan pengganggu
yang satu (ei) tidak berkorelasi (bebas) terhadap kesalahan pengganggu lainnya
(u j ).
c. Varians (u i ) = , untuk semua i. Artinya varians ui untuk setiap komponen Xi
mempunyai nilai yang sama besarnya dengan .
R2
F=
k
(1 R ) /(n k 1)
2
Dimana:
R = koefisien determinasi
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
Apabila hasil uji F hitung lebih kecil dari F tabel maka Ho akan diterima.
Sebaliknya bila F hitung lebih besar daripada F tabel maka Ho akan ditolak.
2. Uji t, yaitu pengujian hubungan regresi secara parsial antar variabel terikat
dengan variabel bebas yang dimaksud. Uji ini untuk melihat tingkat keberartian
hubungan masing-masing koefisien regresi. Model pengujian koefisien regresi
parsial adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test) sebagai daerah kritis.
Keputusan untuk menolak Ho adalah dengan membandingkan nilai t hitung
dengan nilai t tabel, artinya suatu nilai dikatakan penting secara statistik maka Ho
harus ditolak dan H diterima. Hal ini berarti secara individual variabel bebas
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang signifikan
antara variabel Y dengan variabel yang menjelaskan (Xi) harus lebih dulu diuji
berdasarkan data empiris. Untuk itu ditentukan hipotesis sebagai berikut:
H0: i = 0
H0: i 0
T=
bi i
Sb i
menjelaskan dalam model regresi, yaitu antara X 1 , X 2 , dan X 3 . Salah satu asumsi
klasik yang mendasari analisis regresi berganda adalah bahwa tidak terdapat korelasi
antara variabel-variabel independen. Artinya, antara X 1 dan X 2 tidak terdapat korelasi
yang kuat maupun sempurna. Dalam kenyataannya sering terdapat hubungan secara
teoritis yang kuat antar variabel independen yang dimaksud atau sering disebut
multikolinearitas ini. Selain dengan memeriksa konsep hubungan secara teoritis antar
variabel bebas, dapat pula dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dari
hasil perhitungan statistik, bisa dilakukan dengan langkah berikut:
1. Koefisien korelasi sederhana antara kedua variabel independen adalah tinggi
atau kuat.
2. Tak satu pun atau hanya sedikit variabel-variabel independen itu memiliki uji t
yang signifikan walaupun koefisien determinasi ganda R dan uji F tinggi.
3. Jika determinan dari matriks sangat kecil atau bahkan nol.
4. Diagnosis terhadap gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai hitung VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika
sepuluh (VIF < 10) dan tolerance atau persentase keragaman yang semakin
besar maka tidak terbukti adanya multikolinearitas.
Untuk menanggulangi masalah multikolinearitas dapat dilakukan salah satu
langkah yang tersebut di bawah ini, yaitu:
1. Memeriksa secara teoritis apakah ada hubungan antar variabel bebas.
2. Melakukan penggabungan antara data cross-section dengan time series atau
yang disebut dengan pooling data.
3. Mengeluarkan salah satu variabel penjelas (bebas) dari model.
4. Mentransformasi variabel-variabel yang terdapat dalam model.
5. Menambah data baru yakni menambah observasi n
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastis terjadi jika masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai
varian yang berlainan yaitu (ui) = untuk 1, 2, 3, ..., n.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastis dapat digunakan uji Park. Ada tidaknya
ditentukan dengan melihat signifikansi variabel bebas (X1, X2, dan X3) dengan variabel
terikat (residual) yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila hasil
regresi menunjukkan bahwa variabel bebas signifikan terhadap variabel terikat maka
model regresi yang dianalisa mengandung heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila tidak
signifikan maka regresi tersebut memenuhi asumsi homoskedastis.
c. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang/tempat (cross-section)
yang timbul jika asumsi E (ui, uj) = 0, dimana i j tidak terpenuhi. Dengan kata lain, jika
keduanya independen maka korelasi sederhana antara ut dan ut-1 itu nol.
Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dapat digunakan metode Durbin Watson,
yaitu :
d > du
d > (4 dL)
d < (4 du)
dL < d < du
dL < d < du
= variabel dependen
= koefisien regresi
et
= residual.
1
N
d]
2
1 N (var koefisienlagYt 1 )
BAB IV
ANALISIS HASIL
DAN PEMBAHASAN
Keterangan
Koefisien
Standard error
regresi
T hitung (df =
25)
X1
GDP
-1,574
1,016
-1,996
X2
Tingkat inflasi
14,369
7,012
0,913
Suku bunga
-0,089
1.976
-0,067
konstanta
101,878
6,269
6,763
F hitung
= 2, 388
Multiple R
= 0,465
R square
= 0,216
= 0,406
Adjusted R square
= 0,126
toleransi 99,4%, dan suku bunga sebesar 1,020 pada tingkat toleransi 98%. Sehingga
dari hasil tersebut tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas.
Variabel
Toleransi
VIF
GDP
0.975
1.026
Inflasi
0.994
1.006
Suku Bunga
0.980
1.020
bebas
signifikan
secara
statistik,
maka
dalam
model
terdapat
Tabel 4.3
Hasil perhitungan Uji Park
Variabel bebas
T hitung
T tabel
Tingkat keyakinan
X1
-1,996
2,045
95%
X2
0,913
2,045
95%
X3
-0,067
2,045
95%
Variabel terikat = ln ei
Sumber: data diolah
Dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa jika masing-masing nilai t hitung variabel
bebas dibandingkan dengan nilai t tabel maka hasilnya t tabel < t hitung < t tabel.
Artinya, bahwa semua variabel bebas tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%
karena seluruh t hitung terletak antara t tabel dan t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastis
dalam model regresi.
terletak antara du (1,42) dan 4-du (2,58). Karena nilai DW hitung sebesar 0,406 maka
maka nilai DW hitung tersebut menunjukkan terletak tidak diantara du (1,42) dan 4-du
(2,48) melainkan terletak di bawah 1,42 dan lebih kecil dari dL (d < dL) dengan kata lain
terdapat gejala otokorelasi.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Analisis
Regresi Linear Berganda dengan Metode Autoregresive
variabel
keterangan
Koefisien
Standard error
regresi
T hitung (df =
25)
X1
GDP
0,090
0,336
0,269
X2
Tingkat inflasi
2,547
2,328
1,094
X3
Suku bunga
1,375
0,627
2,193
X 4 lags
Lag Y
0,965
0,062
15,471
konstanta
-0,0520
6,875
-0,008
F hitung
= 78,048
Multiple R
= 0,962
R square
= 0,926
= 1,779
Adjusted R square
= 0,914
=3,42176
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1) antar variabel
independen yang terdapat dalam model regresi.
Diagnosis terhadap gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai hitung VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF nilainya kurang dari sepuluh (VIF
< 10) dan tolerance atau persentase keragaman yang semakin besar maka tidak
terbukti adanya multikolinearitas. Dari tabel di bawah ini, diketahui bahwa VIF GDP
adalah 1,144 pada tingkat toleransi 87,4 % sedangkan VIF inflasi 1,129 pada tingkat
toleransi 88,6 %, dan suku bunga sebesar 1,043 pada tingkat toleransi 95,9 %.
Variabel
Toleransi
VIF
GDP
0.874
1.144
Inflasi
0.886
1.129
Suku Bunga
0.959
1.043
Lags(GBPUSD)
0.791
1.265
Uji Heteroskedastis
Kondisi heteroskedastis dalam model terjadi apabila varians variabel dalam
model tidak sama atau nilai X yang satu ke nilai X yang lain ternyata berpasangan
dengan nilai Y yang berdistribusi dan variansnya berbeda-beda. Diagnosis adanya
heteroskedastis secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Park. Uji Park dilakukan dengan membuat model regresi yang
melibatkan ln ei sebagai variabel terikat terhadap semua variabel bebas. Jika semua
variabel
bebas
signifikan
secara
statistik,
maka
dalam
model
terdapat
Tabel 4.6
Hasil perhitungan Uji Park dari persamaan fungsi autoregresive.
Variabel
T hitung
T tabel
Tingkat keyakinan
bebas
X1
-1,288
2,060
95%
X2
0,466
2,060
95%
X3
-0,549
2,060
95%
X 4 lags
0,072
2,060
95%
Variabel terikat = ln ei , Df : 25
Sumber: data diolah
Dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa jika masing-masing nilai t hitung variabel
bebas dibandingkan dengan nilai t tabel maka hasilnya t tabel < t hitung < t tabel.
Artinya, bahwa semua variabel bebas tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%
karena seluruh t hitung terletak antara t tabel dan t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastis
dalam model regresi.
Uji Otokorelasi
Kondisi adanya otokorelasi dalam model regresi timbul apabila terdapat
korelasi antar anggota serangkaian observasi yang disusun menurut urutan waktu (time
series) atau menurut urutan ruang (data cross sectional) atau korelasi pada dirinya
sendiri. Untuk membuat kesimpulan tentang ada tidaknya otokorelasi dalam model
regresi dengan metode autorgresif ini maka tidak lagi dengan melihat Durbin Watson
biasa, melainkan dengan uji durbin h.
h = [1 -
1
30
(0,94)]
2
1 30(0,965)
= 0,91
Nilai statistik h tabel dari tabel distribusi normal dengan tingkat Durbin-Watson
sebesar 0,94 untuk nilai dL dan nilai du sebesar 1,51 dengan n = 30, k = 4 dan tingkat
signifikansinya 1%. Karena h yang dihitung lebih kecil dari nilai kritis h, maka hipotesis
bisa diterima bahwa tidak ada serial korelasi (derajat pertama) dalam data.
ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat dengan menggunakan uji t dua arah (two-tailed test).
Koefisien
T hitung
T tabel
Perbandingan
Korelasi Parsial
X1
-0,299
0,269
2,048
X2
0,378
1,094
2,048
X3
0,040
2,193
2,048
X 4 lags
0,952
15,471
2,048
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa dari semua variabel bebas
(kecuali variabel X 1 dan X 2 ) keputusannya menolak hipotesis H 0 sedangkan variabel
bebas X 1 dan X 2 keputusannya menerima H 0 . Artinya, bahwa secara statistik semua
variabel bebas kecuali X 1 dan X 2 mempunyai hubungan linear dengan variabel Y
secara signifikan. Sehingga data disimpulkan bahwa persentase perubahan tingkat suku
bunga (X 3 ) dan unsur lag dari Y mempunyai hubungan yang linear dengan perubahan
kurs GBP/USD.
4.5. 3 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh semua
variabel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel terikat. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai kritis F (F tabel) dengan
nilai F hitung (F rasio) yang terdapat dalam tabel analysis of variance dari hasil
perhitungan pada tingkat keyakinan yang digunakan. Apabila F hitung absolut lebih
4.5.4 Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masingmasing variabel secara parsial terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi
dengan t tabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Bila t hitung terletak
diantara t tabel dan t tabel (-t tabel < t hitung < t tabel) maka keputusannya menerima
hipotesis nol (H 0 ) dan jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H 0 akan ditolak
atau menerima H 1 .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk masing-masing
variabel bebas yaitu:
Tabel 4.8
Perbandingan antara Nilai t hitung dengan t tabel
untuk Masing-masing Variabel Bebas.
Variabel bebas
T hitung
T tabel
perbandingan
Tingkat
keyakinan
X1
0,269
2,060
95%
X2
1,094
2,060
95%
X3
2,193
2,060
95%
X 4 lags
15,471
2,060
95%
4.5.4.1 Variabel Persentase Perbedaan Pertumbuhan GDP Riil antara Inggris dan
Amerika (X 1 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 0,269
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih kecil hitung dari nilai t tabel (t hitung < t tabel) maka keputusan menerima
Ho. Artinya koefisien regresi variabel X 1 tersebut sama dengan nol sebesar 95%
sedangkan berbeda dengan nol sebesar 5%.
Untuk
itu
dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
persentase
perbedaan
mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan kurs GBP/USD. Artinya setiap
kenaikan 1 % perbedaan pendapatan nasional antara Inggris dan Amerika, ceteris
paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik 0,090/$, dengan kata lain
kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar AS sebesar jumlah tersebut.
Nilai positif tersebut menunjukkan persamaan dengan teori yang dibahas pada
bab terdahulu, dimana apabila pendapatan nasional suatu negara maka kenaikan
pendapatan nasional suatu negara dan variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus)
akan mendorong kurs negara tersebut terhadap negaranya akan meningkat
(terapresiasi).
Nilai positif menunjukkan pula bahwa Inggris mempunyai GDP riil lebih tinggi
dari Amerika Serikat, sehingga kenaikan GDP riil ini mendorong permintaan akan
Poundsterling semakin meningkat karena barang dan jasa yang diminta semakin
meningkat. Kenaikan permintaan terhadap Poundsterling ini (pada kondisi penawaran
Poundsterling tetap) akan mengakibatkan kurs Poundsterling terhadap dollar AS akan
meningkat (terapresiasi).
4.5.4.2 Variabel Persentase Perbedaan Tingkat Inflasi Relatif antara Inggris dan
Amerika (X 2 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 1,094
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih kecil hitung dari nilai t tabel (t hitung < t tabel) maka keputusan menerima
Ho. Artinya koefisien regresi variabel X 2 tersebut sama dengan nol sebesar 95%
sedangkan berbeda dengan nol sebesar 5%.
4.5.4.3 Variabel Persentase Perbedaan Tingkat Suku Bunga Riil antara Inggris dan
Amerika (X 3 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 2,193
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih besar t hitung dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) maka keputusan menolak
H 0 dan menerima H 1 . Artinya koefisien regresi variabel X 3 tersebut berbeda dengan nol
sebesar 95% sedangkan kemungkinan sama dengan nol sebesar 5%.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa variabel persentase perbedaan tingkat suku
bunga antara Inggris dan Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kurs
GBP/USD. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini keputusannya adalah
dapat diterima.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai koefisien
regresi sebesar 1,375. Nilai positif ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan tingkat
bunga mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan kurs GBP/USD. Artinya
setiap kenaikan 1 % perbedaan tingkat suku bunga antara Inggris dan Amerika, ceteris
paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik 1,375/$, dengan kata lain
kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar AS sebesar jumlah tersebut.
Nilai positif tersebut menunjukkan pula akan kesamaannya dengan teori yang
dibahas pada bab terdahulu, dimana tingkat bunga mempunyai pengaruh positif
terhadap mata uang. Mata uang dengan bunga tinggi akan lebih menarik dari pada mata
uang dengan tingkat bunga rendah. Jika interest rate (i) naik maka: jumlah uang yang
diserap oleh bank akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan semakin besar
(masyarakat akan lebih senang untuk menabung di bank daripada membuka bisnis
baru). Disisi lain bank umum juga akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman kepada
berarti kecenderungan kurs di pasar valuta asing untuk GBP/USD akan mengalami
penurunan.
Apabila istilah ini dihubungkan dengan pengambilan posisi maka apabila pasar
satu valuta sedang bullish maka sebaiknya mengambil posisi long pada valuta tersebut.
Sebaliknya apabila pasar satu valuta sedang bearish maka sebaiknya mengambil posisi
short pada valuta tersebut. Sehingga dengan mengambil posisi yang tepat maka akan
mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan.
GBP
Level
USD
Beli GBP/USD
500.000
1.9769
988.450
Beli GBP/USD
100.000
1.9770
197.700
Beli GBP/USD
350.000
1.9803
693.105
Beli GBP/USD
150.000
1.9840
297.600
Total
1.100.000
2.176.855
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa A mengambil posisi long dengan empat
transaksi pembelian USD/IDR dengan total pembelian sebesar USD 1.850.000,00
dengan kurs yang berbeda-beda. Yang mejadi permasalahan adalah bila A ingin
squaring atau menutup posisi dan tidak ingin mengalami kerugian di kurs berapa
minimal dia arus menjual USD yang dibelinya itu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka kita harus mengetahui di kurs berapa sebenarnya total pembelian tersebut. Untuk
mengetahui kurs pembelian yang sebenarnya digunakan apa yang disebut kurs rata-rata
transaksi. Kurs rata-rata transaksi ini dihitung dengan persamaan rata-rata tertimbang
dari semua kurs transaksi yang dilakukan.
Adapun persamaan yang digunakan adalah:
Kurs rata-rata transaksi = Total jumlah dana non-reference currency
Total jumlah dana reference curency
Jadi untuk contoh di atas maka kurs rata-rata transaksinya adalah:
2.176.855/1.100.000,00 = 1.9789
Jadi harga minimum untuk melakukan penutupan posisi tanpa menderita
kerugian apabila A bisa menjual USD/IDR tersebut di atas kurs 1.9789
Kita lihat apabila A melakukan penutupan posisi di kurs 1.9789:
Tabel 4.10 Posisi Akhir Transaksi
Transaksi
GBP
Level
USD
Beli GBP/USD
500.000
1.9769
988.450
Beli GBP/USD
100.000
1.9770
197.700
Beli GBP/USD
350.000
1.9803
693.105
Beli GBP/USD
150.000
1.9840
297.600
1.100.000
1.9789
2.176.855
1.100.000
1.9790
2.176.900
Total
Squaring
Jual GBP/USD
Posisi Akhir
45
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada posisi akhir terdapat keuntungan
sebesar USD 45 yang merupakan selisih total dana USD yang diterima dengan dana
USD yang harus dibayar.
Dalam hal ini, karena seseorang A tersebut telah menggunakan sebuah ulasan
fundamental dan mampu menyimpulkan arah pergerakan pasar yang cemderung bullish
(kuat), maka ia pun dapat memprediksikan pada posisi berapa ia bertransaksi sehingga
mendapatkan keuntungan sebesar USD 45 dengan posisi long yang telah diambil yakni
membeli GBP.
Namun, pada kasus B yang tidak menggunakan ulasan fundamental dan
memperkirakan kondisi pasar sebaliknya yakni sedang Bearish (lemah) maka keputusan
yang diambilnya adalah dengan posisi short (menjual). Kejadian transaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Kondisi tanpa Analisis Fundamental: Posisi Akhir
Transaksi
GBP
Level
USD
Jual GBP/USD
500.000
1.9769
988.450
Jual GBP/USD
100.000
1.9760
197.600
Jual GBP/USD
350.000
1.9600
686.000
Jual GBP/USD
150.000
1.9580
293.700
Total
1.100.000
1.968863
2.165.750
1.100.000
1.9689
2.165.790
Squaring
Beli GBP/USD
Posisi Akhir
- 40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan atas variabel-variabel ekonomi
makro yang mempengaruhi fluktuasi kurs GBP/USD yang merupakan alat analisis
fundamental dalam memprediksi kurs GBP/USD untuk meminimalisasi kerugian yang
dapat terjadi pada transaksi bermotif trading ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari hasil pengujian terhadap persamaan fungsi yang baru tersebut, persyaratan
asumsi klasik untuk mendapatkan nilai pemerkira yang tidak bias dan efisien
menunjukkan bahwa persamaan regresi yang diperoleh telah memenuhi
persyaratan asumsi klasik, yaitu non-multikolinearitas, homoskedastisitas, dan
non-otokorelasi.
2. Dari hasil pengujian atas koefisien korelasi parsial diperoleh bahwa persentase
perbedaan Gross Domestic Product antara Inggris dan Amerika (X 1 ), persentase
perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan Amerika (X 2 ) tidak
mempunyai hubungan yang linear dengan fluktuasi kurs GBP/USD sedangkan
persentase perbedaan tingkat suku bunga (X 3 ) antara Inggris dan Amerika
mempunyai hubungan linear dengan perubahan kurs GBP/USD.
3. Berdasarkan analisis regresi linear berganda atas persamaan regresi dengan
model autoregresif diperoleh hasil bahwa perkembangan kurs GBP/USD sebesar
92,6% dijelaskan oleh semua variabel bebas, serta sisanya 7,4% dijelaskan oleh
7. Dari hasil analisis, koefisien regresi parsial dari variabel inflasi relatif antara
Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini tidak dapat diterima. Artinya, bahwa variabel persentase tingkat
inflasi antara Inggris dan Amerika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel kurs GBP/USD.
8. Variabel tingkat inflasi relatif mempunyai pergerakan yang searah dengan
perubahan kurs GBP/USD. Artinya setiap kenaikan tingkat inflasi relatif antara
Inggris dan Amerika, ceteris paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar
akan naik, dengan kata lain kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar
AS sebesar jumlah tersebut. Nilai positif tersebut menunjukkan perbedaan
dengan teori yang dibahas pada bab terdahulu, dimana apabila suatu negara
mengalami peningkatan inflasi dibanding negara lain variabel lain dianggap
konstan (ceteris paribus) akan mendorong penurunan (depresiasi) kurs negara
tersebut terhadap negara lain. Hal ini sangat dimungkinkan oleh situasi Inggris
yang relatif lebih stabil kondisi perekonomiannya dibanding Amerika. Sementara
Amerika semakin terpuruk dengan adanya kenaikan harga minyak, situasi
perekonomian dengan keranjang belanja yang tidak efisien karena anggaran
untuk militer yang besar, serta atmosfir anti-AS yang semakin meluas di
beberapa negara dunia, Inggris tetap aman dengan kondisi perekonomian yang
bagus dikuatkan dengan kebijakan tingkat bunganya.
9. Dari hasil analisis, koefisien regresi parsial dari variabel tingkat bunga antara
Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima. Artinya, bahwa variabel persentase tingkat bunga riil
antara Inggris dan Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kurs
GBP/USD.
10. Variabel tingkat bunga mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan
kurs GBP/USD. Artinya setiap kenaikan tingkat suku bunga antara Inggris dan
Amerika, ceteris paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik
atau menguat, dengan kata lain kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap
dollar.
11. Nilai positif tingkat bunga riil tersebut menunjukkan pula akan kesamaannya
dengan teori bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh positif terhadap mata
uang. Mata uang dengan bunga tinggi akan lebih menarik dari pada mata uang
dengan tingkat bunga rendah. Jika interest rate (i) naik maka jumlah uang yang
diserap oleh bank akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan
semakin besar (masyarakat akan lebih senang untuk menabung di bank
daripada membuka bisnis baru). Disisi lain bank umum juga akan menaikkan
tingkat suku bunga pinjaman kepada masyarakat sehingga masyarakat
mengurangi minatnya untuk meminjam uang. Semakin besar jumlah uang yang
diserap oleh bank umum dan semakin sedikitnya jumlah uang yang dipinjam oleh
masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan semakin sedikit, jika jumlah
uang yang beredar semakin sedikit maka permintaan akan mata uang tersebut
akan semakin tinggi , jika permintaan semakin tinggi maka nilai mata uang akan
semakin menguat (Ceteris Paribus).
12. Berdasarkan perhitungan sederhana beberapa transaksi antara simulasi
transaksi A dan B yang dikondisikan berbeda, yaitu pada A yang menggunakan
sebuah ulasan fundamental sehingga mampu membaca arah pergerakan pasar
yang sedang bullish dan memperoleh keuntungan sebesar USD 45 pada
transaksinya. Sedangkan pada B, yang memutuskan untuk mengambil posisi
sebaliknya, yaitu posisi short sebab B mempunyai perkiraan pasar yang
bearish. Sehingga B mengalami kerugian sebesar USD 40.
Saran-saran
Sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian
ini serta pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka saran-saran yang dapat
diajukan yaitu sebagai berikut:
1. Pembahasan mengenai penggunaan analisis fundamental untuk memprediksi
kurs valas merupakan suatu penelitian yang memerlukan penelitian lebih lanjut
untuk membuktikan bahwa alat analisis fundamental dalam memprediksi kurs
valas merupakan alat yang
baik
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Jeffery V, Sharpe, WF, & Alexander, Gordon, Investasi, Jilid I, (Purnomo Wahyu
Indarto), Cetakan Kelima. Prenhallindo, Jakarta, 1999
---------------------------------------------------------------------, Investasi, Jilid II, (Purnomo Wahyu
Indarto), Cetakan Kelima, Prenhallindo, Jakarta, 1999
Berlianta, Heli Charisma, Mengenal Valuta Asing, Cetakan Ketiga, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2006
Copeland, Laurence S, Exchange Rate and International Finance, Addison-Wesley
Publising Company. 1989
Hady, Hamdy, Forex for Managers, Cetakan Keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001
Lee, Berton, Understanding the Complex World of Derivatives, The Wall Street Journal,
excerpted by permission of the Wall Street Journal Dow Jones and Company,
Inc. All Rights reserved Worldwide, 1994
Levi, Maurice D, Keuangan Internasional, Buku 1, (Handoyo Prasetyo), Andi, Jakarta,
2001
Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, Jilid 2, (Emil Salim), Erlangga,
Jakarta, 1997
Marcus, Bodie, Kane, Investments, International Sixth Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc, USA, 2005
Kindleberger, Charles, & Lindert, Peter H, Ekonomi Internasional, Edisi 8, (Yati
Sumiharti), Erlangga, Jakarta, 1990
Kline, Donna, Fundamentals of Futures Market, McGraw-Hill Companies, Inc, USA,
2005
Kuncoro, Mudrajad, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi,
Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.
Obstfeld, Maurice, & Krugman, Paul R, Ekonomi International Teori dan Kebijakan,
(Haris Munandar), PAU-FE-UI, Jakarta, 1999
Puspopranoto, Sawaldjo, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori,
dan Realita, LP3ES, Indonesia, 2002
Rees, Lynn, & Swanson, Edward, the Contribution of Fundamental Analysis in the
Presence of Inflation & a Currency Devaluatin, SSRN Journal, Texas A&M
University, Texas, 2000
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cetakan I, Unit Penerbit dan
percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 1987
Wasendorf, Russel, All about Futures: The Easy Way to Get Started, Second Edition.
McGraw-Hill Companies, Inc USA, 2000
Welch, Emma L, Sault, Stephen J, & Bettman, Jenni L, Fundamental and Technical
Analysis: Substitutes or Compliments? , SSRN Journal, Australia, 2000
Widoatmodjo, Sawidji, Ricky, Lie & Joni Rizal, Forex Online Trading, Edisi Revisi, PT
Gramedia, Jakarta, 2007
Winardi, Pengantar Ekonomi Moneter, Buku 2. Tarsito, Bandung, 1987.
Yuliati, Sri Handaru, & Handoyo, Prasetyo, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 2,,
Andi Offset, Yogyakarta, 1998
Yusgiantoro, Purnomo, Manajemen Keuangan Internasional: Teori dan Praktek, FE-UI,
Jakarta, 2004
www.bbj-jfx.com
www.bloomberg.com
www.forexnews.com
www.easy-forex.com
Time (NYT)
Location
2005.11.28 08:45
CAN
Description
Forecast Previous
Actual
2005.11.28 10:00
US
7.2 mln
7.28 mln
7.09 mln
2005.11.28 18:30
JPN
0.2%
-0.4%
1.3%
2005.11.28 18:30
JPN
4.2%
4.2%
4.5%
2005.11.28 19:50
JPN
1.4%
0.4%
0.6%
2005.11.29 04:00
E-12
8.6%
8.5%
8.0%
2005.11.29 08:30
CAN
-0.1%
0.4%
-0.1%
2005.11.29 08:30
CAN
Q3 Current Account
8.9 bln
4.7 bln
9.26 bln
2005.11.29 08:30
US
1.5%
-2.4%
3.4%
2005.11.29 08:30
CAN
-0.5%
-0.3%
-1.4%
1,200k
1,222k
1,420k
90.0
85.0
98.9
2005.11.29 10:00
US
2005.11.29 10:00
US
2005.11.29 19:30
AU
0.4%
-0.3%
0.5%
2005.11.30 02:00
GER
0.8%
-3.0%
1.9%
2005.11.30 05:00
E-12
0.6%
0.3%
0.6%
2005.11.30 05:00
E-12
-13.0
-13.0
-13.0
2005.11.30 05:00
E-12
-6.0
-6.0
-6.0
2005.11.30 05:00
E-12
Nov CPI
2.4%
2.5%
2.4%
2005.11.30 08:30
US
Q3 Personal Consumption
3.9%
3.9%
4.2%
2005.11.30 08:30
US
Q3 real GDP
3.6%
3.8%
4.3%
2005.11.30 08:30
CAN
0.2%
0.5%
0.0%
2005.11.30 08:30
CAN
Q3 real GDP
3.8%
3.2%
3.6%
2005.11.30 10:00
US
60.0
62.9
61.7
2005.11.30 12:30
US
2005.11.30 14:00
US
2005.12.01 03:55
GER
11.6%
11.6%
11.5%
2005.12.01 04:00
E-12
Nov PMI
52.8
52.7
52.8
2005.12.01 05:00
E-12
8.4%
8.4%
8.3%
2005.12.01 07:45
E-12
2.25%
2.00%
2.25%
2005.12.01 08:30
US
320k
335k
320k
2005.12.01 08:30
US
1.9%
2.0%
1.8%
2005.12.01 08:30
US
3.3%
3.8%
3.3%
2005.12.01 08:30
US
0.2%
0.5%
0.2%
2005.12.01 08:30
US
0.5%
1.7%
0.4%
2005.12.01 10:00
US
0.5%
0.5%
0.7%
2005.12.01 10:00
US
58.0
59.1
58.1
2005.12.01 18:50
JPN
2.9%
2.8%
2005.12.02 05:00
E-12
Oct PPI
0.4%
0.5%
0.6%
2005.12.02 07:00
CAN
20.0k
68.7k
31.0k
6.6%
6.6%
6.4%
2005.12.02 07:00
CAN
2005.12.02 08:30
US
200k
56k
215k
2005.12.02 08:30
US
0.2%
0.5%
0.2%
2005.12.02 08:30
US
5.0%
5.0%
5.0%
2005.12.02 14:00
US
2005.12.02 15:45
US
Time (NYT)
Location
Description
2005.11.28 08:45
CAN
2005.11.28 10:00
US
2005.11.28 18:30
JPN
2005.11.28 18:30
JPN
2005.11.28 19:50
Forecast Previous
Actual
7.28 mln
7.09 mln
0.2%
-0.4%
1.3%
4.2%
4.2%
4.5%
JPN
1.4%
0.4%
0.6%
2005.11.29 04:00
E-12
2005.11.29 08:30
CAN
2005.11.29 08:30
CAN
Q3 Current Account
Oct Durable Goods Orders
8.6%
8.5%
8.0%
-0.1%
0.4%
-0.1%
8.9 bln
4.7 bln
9.26 bln
1.5%
-2.4%
3.4%
-0.5%
-0.3%
-1.4%
1,200k
1,222k
1,420k
2005.11.29 08:30
US
2005.11.29 08:30
CAN
2005.11.29 10:00
US
2005.11.29 10:00
US
90.0
85.0
98.9
2005.11.29 19:30
AU
0.4%
-0.3%
0.5%
2005.11.30 02:00
GER
0.8%
-3.0%
1.9%
2005.11.30 05:00
E-12
0.6%
0.3%
0.6%
2005.11.30 05:00
E-12
-13.0
-13.0
-13.0
2005.11.30 05:00
E-12
-6.0
-6.0
-6.0
2005.11.30 05:00
E-12
Nov CPI
2.4%
2.5%
2.4%
2005.11.30 08:30
US
Q3 Personal Consumption
3.9%
3.9%
4.2%
2005.11.30 08:30
US
Q3 real GDP
3.6%
3.8%
4.3%
2005.11.30 08:30
CAN
0.2%
0.5%
0.0%
2005.11.30 08:30
CAN
Q3 real GDP
3.8%
3.2%
3.6%
2005.11.30 10:00
US
60.0
62.9
61.7
2005.11.30 12:30
US
2005.11.30 14:00
US
2005.12.01 03:55
GER
11.6%
11.6%
11.5%
2005.12.01 04:00
E-12
Nov PMI
52.8
52.7
52.8
2005.12.01 05:00
E-12
8.4%
8.4%
8.3%
2005.12.01 07:45
E-12
2.25%
2.00%
2.25%
2005.12.01 08:30
US
320k
335k
320k
2005.12.01 08:30
US
1.9%
2.0%
1.8%
2005.12.01 08:30
US
3.3%
3.8%
3.3%
2005.12.01 08:30
US
0.2%
0.5%
0.2%
2005.12.01 08:30
US
0.5%
1.7%
0.4%
2005.12.01 10:00
US
0.5%
0.5%
0.7%
2005.12.01 10:00
US
58.0
59.1
58.1
2005.12.01 18:50
JPN
2.9%
2.8%
2005.12.02 05:00
E-12
Oct PPI
0.4%
0.5%
0.6%
2005.12.02 07:00
CAN
20.0k
68.7k
31.0k
2005.12.02 07:00
CAN
6.6%
6.6%
6.4%
2005.12.02 08:30
US
200k
56k
215k
2005.12.02 08:30
US
0.2%
0.5%
0.2%
2005.12.02 08:30
US
5.0%
5.0%
5.0%
2005.12.02 14:00
US
2005.12.02 15:45
US
FX Performance
Currency
EURUSD
USDJPY
GBPUSD
USDCHF
AUDUSD
USDCAD
AUDJPY
EURJPY
EURCHF
EURGBP
GBPCHF
GBPJPY
YTD
4.82%
-1.27%
4.38%
-2.9%
8.27%
-7.53%
6.9%
3.47%
1.77%
0.42%
1.35%
3.05%
MTD
1.05%
-1.06%
0.47%
-1.57%
-0.13%
-0.85%
-1.21%
-0.05%
-0.55%
0.56%
-1.1%
-0.6%