Sie sind auf Seite 1von 110

ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN

TRADING : KAJIAN PENGARUH VARIABEL EKONOMI


MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KURS GBP/USD
(PERIODE 2000:1 2007:6)

SKRIPSI
Disusun oleh :

Bintang Cahya Pranalesti


NIM. 0310213015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2007

RIWAYAT HIDUP
Nama
Tempat dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat

: Bintang Cahya Pranalesti


: Ujung Pandang, 11 Agustus 1985
: Perempuan
: Islam
: Jl Panglima Sudirman H 12 A Malang (65111)
Telp 0341-36781

Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Swasta Nusantara Makassar, 1993-1999.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Makassar, 1999-2000.
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Malang, 2000-2003.
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2003.
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himaprogress FE Unibraw, Research and Development (2004-2005).
2. Anggota AIESEC Local Committee Unibraw (2004-2005 sebagai Public Relation
Manager, 2005-2006 sebagai Incoming Exchange Director, 2007-2008 sebagai
Internal Auditor).
3. Anggota International Student Organization (AIESEC, ALSA, AMSA, IAAS, MSCIA)
(2007-sekarang).
Pengalaman Lain
1. Voluntir Project based on Exchange AIESEC about Millennium Development Goals
(MDG), 2005
2. Broadcaster, Reporter, Master of Ceremony (MC) Radio Makobu Malang 88,7 FM,
2005-sekarang
3. Junior Marketing for Professional Internship Professional Development Australia
Indonesia, 2006
4. Voluntir Project Based on Exchange Millennium Development Goals of HIV/AIDS,
2007
5. Dubber School and Company Profile by Edumedia Malang, 2005- sekarang.
6. Fasilitator dalam proyek Leaders of Tommorrow SMU Negeri 5, 2007.

Kelis Says:
there is nothing special about me
I am just a lil star
If it seems like Im shinning brightly
Its probably a reflection or something you already are
I forget about my self sometime
When there are so many others around
When deep inside you feel darkest
That is where I can always be found
That is where I can always be found
That is where I can always be found...

THE POWER OF Words:


Just do the things you like most and worth enough for you, be serious,
BUT, stay focus on your duties you must do Erwin Ibrahim, Reporter
SCTVHundred years ago was about freedom from, now it is all about
freedom for! Lets fight Fadjroelrahman, Kolumnis Kompas,
Presenter-

You do not have to be the best in everything, BUT you have to do the best in everything
you have! Dimas Y., musisiEverything comes for a reason Koko Savarras, Announcer & Producer Radio
Makobu 88, 7 FMSuccess is failure turned inside outYou can never tell how close you areit
maybe near when it seems a far, babe. Just dont quit Ichy Burhan, my mate-

Mungkin saat ini kita harus jatuh untuk bisa berdiri lebih lama di
kemudian hari Andreii, my endless love-

PERSONAL THANK YOU LETTER

In the special occasion here, I would like to express my thankful to every body that
always supports me.
1. First of all, thank to God for all the blessings, miracles, and loving.
2. For all praying by Mother, Father, Grandmothers, and the big families.
3. Boma and Retnani. Thanks for coming and waiting a long time for my final exam.
4. Rekan Muda, Listeners of Makobu Radio 88, 7 FM for always asking me to finish my
thesis.
5. Driven by Sigit and the dwarfs that never forget for inviting to go hanging around
somewhere outhere
6. For all bestpals I have below: Ichy Burhan, Pritta Ayu Hapsari, Nadine Advanie, Ikawati
Phyt Fitria, Koko Savarras, Agung Safrianto (wakil 1 Kakang Malang 2007).
7. My sisters: Zilva Boaz in Marocco and Amilia Safitri in Malaysia, thanks for always yelling
to me and demanding for thesis finishing then asking for internship just like them. What
an inspiring sisters!
8. My spiritual advisor, Mr Abdul Kholik (English Teacher of SMU Negeri 1 Malang).
9. Mr Roy and Mr Imam (PT Millennium Penata Futures) for their help about the
International Finance Knowledge
10. For all IESP 2003, especially who come to my final exam: Astri, Pipit, Reza, Surya, and
Reri.
11. All AIESECers, Miss Sasmita, Sanya, Mrs Tika, Nanda, Widayadi, mas Adi, mas Edith,
Mr Rofik, Mrs Fitri, Mr Dim.
12. Last but not least, thanks for loving, Mr Andre Sudarsono.

And for others that could not be mention one by one here. Lets fight to reach every single of you
dreams, never give up easily. Once again thank for all of your praying and supports. This
graduation is the special gift for my birthday. Love u all

God Bless Us. Supergoodluck and GET FRESH!


Regards,

Bintang Cahya P

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul :
ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING: KAJIAN
PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KURS
GBP/USD (PERIODE 2000:1 2007:6)

Penyusunan Skripsi ini ditujukan untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai


derajat Sarjana Ekonomi pada jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya Malang.
Ide awal penulisan Skripsi ini timbul karena adanya perkembangan yang
positif terhadap keuangan internasional dimana salah satu bentuk aktivitas
ekonominya adalah perdagangan mata uang asing dunia. Perdagangan ini
mampu memberi alternatif keuntungan yang signifikan bagi pelakunya karena
sifat dari mata uang yang fluktuatif namun juga tak dapat terhindar dari resiko
sebagaimana hukum dari High Return and High Risk itu sendiri. Oleh karenanya
Penulis merasa terpanggil untuk melakukan penulisan tentang analisa
fundamental sebagai salah satu cara untuk melakukan transaksi valuta asing
agar dapat meminimumkan resiko yang sangat mungkin terjadi dengan cara
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi fluktuasi mata
uang asing tersebut.
Dengan selesainya penyusunan Skripsi ini, penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada :
1.
2.
3.

Bapak Dr Ghozali Maski, SE., MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi


sekaligus juga terpilih sebagai Ketua Jurusan IESP tahun 2007.
Bapak Prof. Dr. Bambang Subroto, SE., MM., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi
dan semua pihak yang telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari


sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Malang, Agustus 2007

Penulis

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWTkarena atas rahmat


dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : ANALISIS
FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING: KAJIAN PENGARUH
VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KURS GBP/USD
(PERIODE 2000:1 2007:6).
Penyusunan Skripsi ini ditujukan untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai
derajat Sarjana Ekonomi pada jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Malang.
Ide awal penulisan Skripsi ini timbul karena adanya perkembangan yang positif
terhadap keuangan internasional dimana salah satu bentuk aktivitas ekonominya adalah
perdagangan mata uang asing dunia. Perdagangan ini mampu memberi alternatif
keuntungan yang signifikan bagi pelakunya karena sifat dari mata uang yang fluktuatif
namun juga tak dapat terhindar dari resiko sebagaimana hukum dari High Return and
High Risk itu sendiri. Oleh karenanya Penulis merasa terpanggil untuk melakukan
penulisan tentang analisa fundamental sebagai salah satu cara untuk melakukan
transaksi valuta asing agar dapat meminimumkan resiko yang sangat mungkin terjadi
dengan cara mengetahui faktor-faltor apa saja yang dapat mempengaruhi fluktuasi mata
uang asing tersebut.
Dengan selesainya penyusunan Skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada :
4.
5.
6.

Bapak Dr Ghozali Maski, SE., MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus


juga sebagai Ketua Jurusan IESP tahun 2007.
Bapak Prof. Dr. Bambang Subroto, SE., MM., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan semua pihak yang telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
Skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Malang, Agustus 2007

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
ABSTRACT.vii
ABSTRAKSIviii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang........1

1.2

Rumusan Masalah...9

1.3

Tujuan Penelitian............9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1

Tinjauan Pasar atau Bursa Valuta Asing Internasional........................10


2.1.1Pasar Valuta Asing: dalam sistem moneter Internasional.....10

2.2

Teori Pergerakan Kurs ........12


2.2.1 Paritas Daya Beli (Purchasing-Power Parity).....12
2.2.2 Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity)......18

2.3

Tinjauan Analisis Fundamental Investasi Valuta Asing..........22


2.3.1 Pengertian Analisis Fundamental........22
2.3.2 Keterbatasan dalam Analisis Fundamental....25
2.3.3 Prinsip Analisis Fundamental....26
2.3.4 Prosedur dan Metode Analisis Fundamental..27
2.3.5 Sumber, Jenis dan Faktor Penentu dalam AnalisaFundamental27
2.3.6Variabel-variabel dalam Analisis Fundamental..........29

2.4

Ulasan Forex Margin Trading..................................................................38


2.4.1Produk-produk Bursa Berjangka: Forex..........................................38
2.4.2 Posisi pada Valuta Asing................................................................40
2.4.3 Pengaruh Pergerakan Kurs Valuta Asing terhadap Posisi

Valuta Asing.................................................................................42
2.4.4 Prinsip Dasar Transaksi Margin Trading.........................................43
2.4.5 Laba dan Rugi pada Margin Trading.......45
2.5

Penelitian Terkait......47

2.6

Kerangka Pemikiran.....50

2.7

Hipotesis....................51

BAB III : METODE PENELITIAN


3.1

Pendekatan Penelitian....52

3.2

Populasi dan Teknik Sampling...52

3.3

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel......53

3.4

Metode Pengumpulan Data.......54

3.5

Metode Analisis.54

3.6

Uji Statistik..............................................................................................57

3.7

Uji Asumsi Klasik.....................................................................................59

BAB IV : ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1

Hasil Analisis Empiris..............64

4.3

Pengujian Asumsi Klasik.........65


4.3.1 Uji Multikolinearitas........65
4.3.2 Uji Heteroskedastis........66
4.3.3 Uji Otokorelasi.....67
4.3.3.1 Penanggulangan Otokorelasi dengan Metode AR
(Autoregresif)................................................................68

4.4

Pengujian Asumsi Klasik dengan Autoregresif.......69


4.4.1 Uji Multikolinearitas........69
4.4.2 Uji Heteroskedastis........70
4.4.3 Uji Otokorelasi.........71

4.5

Analisis dan Pembahasan Variabel-variabel Ekonomi yang


Mempengaruhi Fluktuasi Kurs GBP/USD...............72
4.5.1 Uji Koefisien Korelasi........73
4.5.2 Uji Goodness of Fit.74
4.5.3 Uji F..........74
4.5.4 Uji t.......75

4.5.4.1 Variabel Persentase Perubahan Perbedaan Pertumbuhan


GDP antara Inggris dan Amerika (X 1 ).....76
4.5.4.2 Variabel Persentase Perubahan Perbedaan Tingkat Inflasi
Relatif antara Inggris dan Amerika (X 2 )..77
4.5.4.3 Variabel Persentase Perubahan Perbedaan Tingkat Suku
Bunga Riil antara Inggris dan Amerika (X 3 )...79
4.5.4.4 Variabel Lags dari Y atau Lag Perubahan Kurs
GBP/USD ........................................................................80
4.6

Implikasi Hasil Penelitian.........81


4.6.1 Simulasi Transaksi dengan Menggunakan Ulasan Analisa
Fundamental.....82

BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......86
5.2 Saran-saran.............90
DAFTAR PUSTAKA......92

LAMPIRAN
Hasil analisis regresi berganda
Hasil analisis regresi berganda dengan Autoregresif

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

TABEL
1.1 Pergerakan mata uang pasangan GBP/USD 1998-2006

1.2 Proyeksi Volume Transaksi Pasangan Mata Uang GBP/USD periode 1998-2006

2.4 Contoh Transaksi dilakukan untuk mengambil posisi Long

46

2.5 Posisi Akhir Transaksi

47

4.1 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Berganda

64

4.2 Koefisien Hasil Analisa

66

4.3 Hasil perhitungan Uji Park

67

4.4 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Berganda Metode Otoregresive

69

4.5 Koefisien Hasil Analisa dengan Metode Autoregresif

70

4.6 Hasil Perhitungan Uji Park dari Persamaan Fungsi Autoregresive

71

4.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial T hitung dan


Perbandingan t hitung dengan T tabel ( = 5%)

73

4.8 Perbandingan antara Nilai t hitung dengan t tabel


untuk Masing-masing Variabel Bebas

76

4.9 Simulasi Transaksi dengan Analisis Fundamental: Transaksi posisi Long

83

4.10 Posisi Akhir Transaksi

84

4.11 Kondisi tanpa Analisis Fundamental: Posisi Akhir Transaksi

85

BAGAN
1.1 Permintaan dan penawaran valas
2.1 Kerangka Pemikiran

2
50

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR
1.1 Volume Transaksi GBP/USD 1998-2006

1.2 Pergerakan mata uang pasangan GBP/USD 1998-2006

2.1 Pengaruh Perubahan GDP terhadap Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

30

2.2 Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi terhadap Perubahan


Nilai Tukar Mata Uang

34

2.3 Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap


Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

37

ABSTRACT
FUNDAMENTAL ANALYSIS OF MARGIN TRADING FOREIGN EXCHANGE
TRANSACTION: STUDY OF ECONOMIC VARIABLES INFLUENCE TO
GBP/USDS CHANGE OF RATE (PERIOD 2000:1 2007:6)

Name

: Bintang Cahya Pranalesti

NIM

: 0310213015

Lecturer Counsellor

: Dr. Ghozali Maski, SE, MS.

This research aim to know which macro economic variable is the most dominant to the
influence of change of rate of Poundsterling to the United States bearing dollar. The
result will be considered for taking the decision of transaction which can be the basic of
fundamental analysis for minimizing the risk. Economic variables to be used in this
research are GDP (Domestic Gross Product) nominal, inflation rate relative, and interest
rate. This Research data is started in the year 2000 till 2007.

According to Jeff Madura there are 3 basic factors economics influencing exchange rate
they are inflation relative, rate of interest relative, and earnings storey. While according
to Berlianta usage of dominant factors that used to be for basic fundamental analysis are
GDP, inflation rate, and interest rate. Changes of three factors above will also change
exchange rate from each state in the world.

Of this research result, it can be submitted an important conclusion that at a time third
above variable are influencing fluctuation of exchange rate of Poundsterling to American
dollar. But for examination per variable in the reality there are two of independent
variables not statistically significantly. They are GDP and inflation rate. Nevertheless, it
can be concluded that the three of variables are influencing exchange rate fluctuation of
Poundsterling to American dollar. From the analysis of three factors above, then we
create some transaction simulation and we can see that fundamental analysis can be
used for help traders minimizing risk of Margin Trading transaction.

ABSTRAKSI
ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING: KAJIAN
PENGARUH

VARIABEL

EKONOMI

TERHADAP

PERUBAHAN

KURS

GBP/USD (PERIODE 2000:1 2007:6)


Oleh

: Bintang Cahya Pranalesti

NIM

: 0310213015

Dosen Pembimbing

: Dr. Ghozali Maski, SE, MS.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui variabel ekonomi


makro yang paling dominan pengaruhnya pada perubahan kurs Poundsterling terhadap
dollar Amerika Serikat kaitannya dengan pengambilan keputusan transaksi yang
kemudian dapat diketahui bagaimana hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro
terhadap perubahan kurs tersebut bisa digunakan sebagai dasar melakukan analisis
fundamental untuk meminimumkan kerugian dalam investasi valas Margin Trading.
Variabel-variabel ekonomi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah GDP (Gross
Domestik Product) nominal, tingkat inflasi relatif, dan tingkat suku bunga. Data penelitian
ini dimulai pada tahun 2000 hingga 2007.
Dalam tinjauan pustaka, dikemukakan bahwa menurut Jeff Madura terdapat 3 faktor
fundamental ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar yaitu inflasi relatif, suku bunga
relatif, dan tingkat pendapatan relatif sedangkan menurut Berlianta penggunaan faktor
dominan pada transaksi valuta asing untuk melakukan analisis fundamental adalah
GDP, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga. Perubahan pada ketiga variabel di atas
akan merubah nilai tukar dari suatu negara.
Dari hasil penelitian ini, dapat disampaikan suatu kesimpulan penting bahwa secara
serentak ketiga variabel di atas mempengaruhi fluktuasi dari nilai tukar Poundsterling
terhadap dollar Amerika. Tetapi untuk pengujian per variabel ternyata ada variabel
bebas yang tidak signifikan secara statistik, yaitu GDP dan tingkat inflasi. Walaupun
begitu dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut mempengaruhi fluktuasi nilai
tukar Poundsterling terhadap dollar Amerika. Dan analisis fundamental yang diperoleh
dari faktor-faktor yang dipantau tersebut memberi dampak mampu meminimisasi
kerugian transaksi Margin Trading yang timbul akibat fluktuasi mata uang melalui
sebuah simulasi transaksi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.4

Latar Belakang
Saat ini untuk melakukan transaksi perdagangan melewati batas negara

merupakan hal yang biasa dan relatif mudah sehingga volume perdagangan
internasional mengalami perubahan pada pola hubungan finansial, proses produksi,
perdagangan, teknologi informasi, dan hubungan ekonomi lainnya sehingga kemudian
memunculkan gejala menyatunya ekonomi semua bangsa. Hal ini kemudian menuntut
adanya suatu sistem moneter internasional yang mendukung proses globalisasi itu
sendiri. Sistem moneter internasional merupakan seperangkat kebijakan, institusi,
praktek, peraturan, dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang suatu
negara ditukarkan dengan mata uang negara lain. Valuta asing sendiri diartikan sebagai
mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau
membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan mempunyai catatan kurs
resmi pada bank sentral. Pasar valuta asing merupakan bagian terkait dari suatu pasar
keuangan internasional.
Proses perdagangan valuta asing tersebut dapat ditunjukkan secara sederhana
melalui bagan berikut ini, dimana proses transaksi antar kedua negara dilakukan untuk
mendapatkan masing-masing barang yang dibutuhkan dengan dua mata uang yang
berbeda yakni poundsterling milik Inggris dan US Dollar milik Amerika.

Bagan 1.1 Permintaan dan penawaran valas


Sumber: Hamdy Hady Forex for Managers, 1987.
Mesin

M- E Importir London

X- F Eksportir New York

US$ 10,000.00

A
US$0.5025/
(Kurs Beli)

GBP 1.990
(kurs jual)

Bank A

Bank B

Bank
Sentral
US$0.50125/
(kurs jual)

C
M - G Importir New York

US$ 10,000.00
Garmen

GBP 1.995
(kurs beli)
D
X- H Ekportir London

Kotak ABCD adalah sebuah bursa atau pasar valuta asing sedangkan Bank A
dan B: bank devisa. Seorang importir di London ingin mengimpor mesin dari seorang
eksportir di New York seharga USD 10.000,00. Karena pembayaran harus dilakukan
dalam USD, importir A di London sebagai nasabah harus datang ke bank devisa untuk
membeli atau meminta USD dengan menjual atau menawarkan poundsterling. Dalam
hal ini yang diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta
yang ditetapkan atau diijinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli, dan
menyimpan, serta menyelenggarakan lalu-lintas pembayaran internasional. Bila kurs
yang berlaku pada waktu itu sebesar 1.990, untuk mendapatkan US 10.000, importir E
membayar poundsterling sebanyak USD 10.000 x 1.990 = 19.900.
Dalam perkembangan berikutnya, perdagangan valuta asing tidak hanya
digunakan dalam kegiatan perdagangan antar negara atau ekspor-impor, tetapi juga
digunakan sebagai instrumen investasi atau sarana untuk mendapatkan keuntungan,
salah satunya adalah dengan bertransaksi Forex. Dari survei yang dilakukan BIS (Bank
International for Settlement), omzet perdagangan forex di bursa utama meningkat 36%
antara 2001 hingga 2004. Pada tahun 2001 omzet perdagangan forex di bursa utama

baru mencapai USD 1,200 miliar per hari, angka ini melonjak menjadi USD 1,900 miliar
per hari pada tahun 2004.
Transaksi valuta asing mengalami perkembangan pesat setelah diberlakukannya
sistem free floating juga didukung oleh perkembangan informasi yang semakin canggih.
Dari proyeksi empat tahun sejak berdirinya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tahun 2000
telah mengalami peningkatan dengan transaksi kumulatif sampai dengan Desember
2004 telah mencapai 999.028 lot1 meningkat 1000% lebih dibanding 2001 yang hanya
33.371 lot. Pada periode yang sama, rata-rata transaksi harian juga meningkat dari 137
lot menjadi 3.842 lot. Khusus untuk produk keuangan forex yang relatif baru, volume
transaksi meningkat dari 576 lot pada tahun 2002 menjadi 507.299 lot pada tahun 2004.
Dengan meningkatnya ketertarikan para pelaku pasar serta investor individu yang
mengincar keuntungan dari pergerakan nilai tukar, hingga kini banyak investor pribadi
yang terjun ke dunia perdagangan valuta asing semata-mata untuk mencari keuntungan.
Mata uang yang diperdagangkan dalam transaksi Forex (Margin Trading) adalah
mata uang negara-negara industri yang sangat maju atau bermata uang kuat (hard
currency). Sebab mata uang inilah yang pergerakannya sangat fluktuatif (Widoatmodjo,
17) sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan. Tabel berikut menyajikan daftar
mata uang kuat yang lazim diperdagangkan dalam perdagangan Forex :

satuan hitung untuk menyatakan besarnya transaksi, dengan minimal transaksi sejumlah 1 lot
yang nilainya USD 10,000 untuk nilai kontrak kecil dan USD 100,000 untuk nilai kontrak besar.

Tabel 1.1 Forex Weekly Review and Outlook


Sumber: forexnews.com, Juni 2007
Currencies

Prev Week's

Prev

Prev

Last

High

Week's

Week's

Week's

Last

Last

Change

Change

Low

Close

High

Week's

Week's

(pips)

(%)

Low

Close

EURUSD
1.3518

1.3392

1.3448

1.3552

1.3319

1.3370

-78

-0.58%

1.9898

1.9732

1.9822

1.9964

1.9621

1.9697

-125

-0.63%

1.2328

1.2197

1.2297

1.2364

1.2145

1.2350

53

0.43%

122.13

121.18

122.06

122.10

120.75

121.71

-35

-0.29%

1.0834

1.0595

1.0607

1.0711

1.0548

1.0606

-1

-0.01%

0.8330

0.8162

0.8330

0.8476

0.8308

0.8447

117

1.40%

0.7452

0.7247

0.7448

0.7637

0.7437

0.7634

186

2.50%

164.27

162.95

164.14

164.59

161.75

162.76

-138

-0.84%

0.6809

0.6767

0.6783

0.6806

0.6768

0.6786

0.04%

1.6539

1.6442

1.6536

1.6548

1.6418

1.6515

-21

-0.13%

242.06

239.75

241.99

242.97

237.64

239.75

-224

-0.93%

2.4437

2.4190

2.4361

2.4397

2.4149

2.4331

-30

-0.12%

101.68

99.09

101.68

102.85

101.21

102.82

114

1.12%

GBPUSD
USDCHF
USDJPY
USDCAD
AUDUSD
NZDUSD
EURJPY
EURGBP
EURCHF
GBPJPY
GBPCHF
AUDJPY

Dua mata uang teratas yaitu Euro-US Dollar dan Poundsterling-US Dollar yang
banyak digunakan perusahaan pialang sebab pergerakannya yang fluktuatif dan relatif
sensitif terhadap US Dollar. Perdagangan Forex dunia banyak menggunakan pasangan
Euro-USD tapi di Indonesia lebih banyak menggunakan Poundsterling-USD. Euro-USD
dipakai pada perdagangan Forex dunia karena merupakan mata uang bersama
sehingga lebih banyak dipakai untuk perdagangan. Sedangkan pasangan mata uang
Poundsterling-USD dipakai di Indonesia karena fluktuasinya yang signifikan terhadap
USD sehingga banyak pelaku yang menggunakan pasangan mata uang ini (Kusriono,

2007). Pergerakan Poundsterling disebut juga sebagai Petro-Currency karena


berdasarkan fluktuasi harga masa lalu pergerakannya juga sensitif terhadap harga
minyak bumi.
Memasuki

tahun

2000,

perdagangan

Forex

tumbuh

dan

mata

uang

Poundsterling kala itu masih lemah dibanding USD. Namun pada 2001 hingga 2004
mulai dirasakan melemahnya kepercayaan dunia terhadap mata uang dollar Amerika
(US$) sehingga berakibat berpindahnya bentuk-bentuk obligasi mata uang negara lain.
Secara geopolitik pemerintahan George W Bush selama 2 periode berturut-turut juga
ikut memberi andil dalam melemahnya kepercayaan terhadap dollar ini. Dimana dalam
era Bush, keranjang militer diberi ruang berlebihan. Mantan pimpinan The Federal
Reserve (The Fed), Allan Greenspan, memprediksi perekonomian Amerika dalam
kondisi kritis dan sedang berada pada ambang resesi. Menurut Greenspan, kebijakan
Presiden Bush yang menghamburkan banyak dana untuk membiayai perang Iraq
memberikan dampak terhadap tidak stabilnya anggaran negara. Mau tidak mau para
pengambil kebijakan di AS, khususnya dalam bidang perekonomian, harus mampu
mengembalikan kredibilitas dolar terhadap beberapa mata uang asing yang belakangan
mulai membayangi dolar di pasar uang internasional. Pada tahun 2005, harga minyak
dunia mengalami kenaikan harga tertinggi sepanjang sejarah, yakni menembus US$ 70
per barel, meski sekarang telah menurun namun masih di ambang batas rawan tinggi
harga minyak dunia, yakni berkisar US$ 60 sebagaimana terlihat di New York Mercantile
Exchange (NYMEX). Data statistik AS mengungkapkan, perekonomian AS tumbuh 2,2
persen pada akhir tahun 2006, lebih rendah dari yang diperkirakan semula. Sementara
di UK yang termasuk dalam 12 negara dalam Uni-Eropa justru tidak terpengaruh dengan
kondisi ini. Kekuatan perekonomian mereka justru menjadi saingan bagi Amerika.
Berikut ini adalah proyeksi volume transaksi pasangan mata uang Poundsterling
dan dollar Amerika selama tahun 1998 hingga 2006 berdasarkan kondisi-kondisi di atas.

Tabel 1.2 Proyeksi Volume Transaksi Pasangan Mata Uang GBP/USD


Periode 1998-2006
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Closed
Price
1,6327
1,6215
1,5001
1,4255
1,5634
1,6101
1,8194
1,7576
1,8677

Volume
Transaksi
193.933
213.056
61.932
215.757
427.915
186.325
284.306
350.935
187.573

volume transaksi

volume transaksi GBP/USD 1998-2006


450000
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

427915
350935
284306
213056
193933

215757

186325

Series1
187573 Series2

61932
1,63271,62151,50011,42551,5634
1,61011,81941,75761,8677
1
2
3
4
5
6
7
8
9
kurs

Gambar 1.1 Volume Transaksi GBP/USD 1998-2006


Sumber: data diolah (MF Financial Group)

Kurs Poundsterling-USD di atas selalu berubah dengan aktif setiap waktu


sehingga kemudian banyak dimanfaatkan untuk mencari keuntungan dari pergerakan
nilai tukarnya. Perputaran uang yang begitu cepat ini dipengaruhi berbagai macam
faktor seperti faktor ekonomi, politik, dan sosial suatu negara. Akibatnya harga menjadi
sangat fluktuatif. Inggris memiliki data inflasinya sedang tinggi-tingginya dimana dalam
Forex inflasi tinggi mata uang bisa menguat karena ada ekspektasi menaikkan suku
bunga. Dari pergerakan kurs Poundsterling-USD tersebut diketahui dari hasil ulasan
fundamental bahwa sektor konsumen menyumbang inflasi terbesar.

Berikut ini adalah grafik pergerakan mata uang pasangan GBP dan USD dari tahun
ke tahun (1998-2006).
Close
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Close

Gambar 1.2 Pergerakan mata uang pasangan GBP/USD


Sumber: data diolah, online platform trading Forex.

Selain kondisi yang telah diutarakan di atas perubahan nilai valuta asing juga
dapat disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga di
Inggris meningkat, sementara di Amerika Serikat tetap, maka masyarakat Amerika
Serikat akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya di Inggris. Dengan sendirinya
permintaan akan mata uang negara Inggris (Poundsterling) juga akan meningkat. Di sisi
lain, masyarakat Indonesia sendiri akan menurunkan permintaannya terhadap USD
karena lebih menguntungkan jika menginvestasikan modalnya di negara sendiri, dengan
demikian USD akan terdepresiasi.
Perubahan tingkat pendapatan juga dapat mempengaruhi nilai valuta asing,
Misalnya di Inggris pendapatan meningkat di Amerika Serikat tetap, maka permintaan
dari masyarakat Indonesia terhadap komoditi negara Amerika Serikat akan meningkat
dan dengan demikian permintaan terhadap USD akan meningkat pula. Hal ini
menyebabkan nilai mata uang tersebut akan mengalami apresiasi.
Selain itu naik turunnya nilai valuta asing juga sangat dipengaruhi oleh seberapa
besar peranan pemerintah dalam perekonomian ataupun harapan masyarakat akan

kondisi perekonomian di masa yang akan datang walaupun pada kenyataannya


perubahan nilai valuta asing lebih sering disebabkan karena adanya interaksi dari
berbagai faktor yang telah disebutkan di atas (Madura, 2000:100- 106).
Harga yang begitu fluktuatif dapat mendatangkan laba besar bagi trader namun
juga merupakan resiko yang harus dihadapi dibanding bentuk investasi lainnya2 dalam
arti kata lain investasi ini high return and high risk. Oleh karenanya, dalam melakukan
transaksi valuta asing bermotifkan Forex (Margin Trading) ini kemudian dilakukan
analisis-analisis penting terhadap arah harga atau kurs di pasar keuangan internasional,
salah satunya adalah analisis fundamental yang merupakan analisis yang mengulas
variabel-variabel ekonomi makro yang paling sering digunakan karena sangat
bermanfaat dalam meramalkan kurs di masa datang.
Sehingga pada tulisan ini, penulis ingin mengulas dan meneliti bagaimana
sebuah analisis fundamental terhadap pasangan mata uang Poundsterling-USD dapat
membantu perusahaan pialang dan para pelaku pedagang valuta asing lainnya di
Indonesia dalam bertransaksi Forex. Sebagaimana diketahui pula bahwa analisa
fundamental merupakan dasar yang penting bagi trader sebelum melakukan analisis
teknikal3 untuk memperkirakan pergerakan kurs dengan menggunakan faktor-faktor
fundamental ekonomi yang dipandang dapat mempengaruhi pergerakan kurs valuta
asing di masa datang seperti tingkat bunga, inflasi, GDP, dan lain-lain (Berlianta,
2006:81). Maka judul yang diangkat untuk penelitian ini adalah: Analisis Fundamental

hal ini dikarenakan investasi valuta asing Margin Trading memiliki potensi keuntungan dari dua
arah pasar (Two Way Market). Keuntungannya selalu dapat diraih dalam situasi pasar yang
bagaimana pun juga baik naik maupun turun selama kita mampu membaca arah pasar dan
mengambil keputusan dengan baik.
3

Analisis teknikal bersifat art (seni) dalam bertransaksi secara online dalam investasi valas
Margin Trading dengan berbagai teknik-teknik yang memperhatikan pergerakan harga di masa
lalu.

Transaksi Valas Margin Trading: Kajian Pengaruh Variabel Ekonomi terhadap


Perubahan Kurs GBP/USD (Periode 2000:1 2007:6).

1.5

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni:

Variabel ekonomi makro yang manakah yang paling dominan pengaruhnya pada
perubahan kurs kaitannya dengan pengambilan keputusan transaksi?

Apakah hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap perubahan kurs
dalam investasi valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar melakukan
analisis fundamental untuk meminimumkan kerugian?

1.6

Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang ingin diketahui dari hasil penulisan

skripsi ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

Mengetahui variabel ekonomi makro yang paling dominan pengaruhnya pada


perubahan kurs kaitannya dengan pengambilan keputusan transaksi.

Mengetahui apakah hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap


perubahan kurs dalam investasi valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar
melakukan analisis fundamental untuk meminimumkan kerugian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pasar atau Bursa Valuta Asing Internasional


2.1.1 Pasar Valuta Asing: dalam sistem moneter Internasional
Ada beberapa pengertian mengenai pasar valas, menurut Hady (2001:17) Bursa
atau pasar valas diartikan sebagai:
Suatu tempat atau wadah atau sistem dimana perorangan, perusahaan, dan bank
dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan cara pembelian atau
permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valuta asing
Sedangkan menurut Puspopranoto (2004:211), pasar valas adalah:
Pasar tempat mata uang seperti dollar, peso, yen, francs, dan lain-lain dipertukarkan,
pasar valas merupakan pasar over the counter di mana instrumen komunikasi pokok
yang dipergunakan adalah telepon dan komputer.
Serta menurut Berlianta (2006:2) pasar valuta asing adalah:
Tempat bertemunya penawaran dan permintaan valuta asing yang ada di seluruh
dunia, mulai dari perorangan sampai pemerintah.
Dan menurut Salvatore (1990:3) pasar valuta asing diartikan sebagai:
A market or a place which individuals, bussiness firms, and banks purchase and sell
foreign currencies over the countries or even other foreign exchange.
Maka dapat disimpulkan secara ringkas bahwa pasar valuta asing adalah:
Pasar dimana terjadi transaksi jual-beli valuta asing atau instrumen lainnya oleh
individu, perusahaan, dan bank di seluruh dunia melalui jaringan komunikasi secara
online.

Peralihan sebagian besar sistem nilai tukar negara-negara besar di dunia


menjadi sistem Free Floating (mengambang bebas) membiarkan nilai tukar mata uang
untuk bebas bergerak naik turun atau berfluktuasi mengikuti pasar yang dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Fluktuasi nilai tukar
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar. Dalam perkembangannya,
perdagangan valuta asing tidak hanya digunakan dalam kegiatan perdagangan
antarnegara atau ekspor-impor, tetapi juga digunakan sebagai instrumen investasi atau
sarana untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya Mutual Fund (Reksadana), Hedge
Fund, Investment Bankers, dan sebagainya.
3 prinsip pokok dalam pasar valuta asing:
1. pengertian kurs jual dan beli selalu dilihat dari sisi atau pihak bank atau money
changer atau pedagang valas.
2. kurs jual selalu lebih tinggi daripada kurs beli atau sebaliknya kurs beli selalu lebih
rendah kurs Jual
3. kurs jual/beli suatu mata uang (valas) adalah sama dengan kurs beli/jual valas
lawannya.
Fungsi pasar valuta asing:
1. menyelenggrakan transaksi pembayaran internasional
2. menyediakan fasilitas kredit jangka pendekuntuk pembayaran inetrnasional
3. memberikan fasilitas hedging, yaitu tindakan pengusaha atau trader valas untuk
menghindari resiko kerugian atas fluktuasi kurs valas.

2.2 Teori Pergerakan Kurs


2. 2. 1 Paritas Daya Beli (Purchasing-Power Parity)
Dalam menggambarkan konsep keseimbangan jangka panjang sepenuhnya,
pertama-tama dimulai dengan pemahaman kaidah satu harga (the law of one price).
Secara sederhana Laurence S. Copeland (1989) mengatakan bahwa jika dua produk itu
identik, seharusnya harga kedua produk tersebut sama. Dan secara singkat dapat
dijelaskan pula bahwa dalam suatu pasar tanpa pembatasan penawaran dan
permintaan, satu harga menjernihkan pasar (Alan M Rugman et al, 1993). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa bila suatu produk yang sama dapat dijual di pasar yang
berbeda dan tidak ada hambatan dalam penjualan maupun biaya transportasi, maka
harga produk di kedua pasar tersebut akan cenderung sama (Paul R. Krugman dan
Maurice Obstfeld, 1996), atau:
(A/B) = (A/X) / (B/X*)

Dimana:
A = nilai mata uang di dalam negeri
B = nilai mata uang di luar negeri
X = tingkat harga di dalam negeri
X* = tingkat harga di luar negeri

Sebagai contoh, bila harga emas di Amerika Serikat sebesar $ 10/gram dan
untuk barang yang sama di Indonesia seharga Rp 100.000,-. Sesuai dengan hukum
harga tunggal maka nilai kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 10.000/$. Apabila
ketidak seimbangan terjadi maka permintaan akan produk tersebut akan berubah
menuju keseimbangan harga produk tersebut.
Prinsip paritas daya beli (PPP) adalah lanjutan dari hukum satu harga untuk
harga sekeranjang barang (Maurice D. Levi, 2001:253). Bentuk absolutnya PPP
menyatakan bahwa dollar sekeranjang barang di Amerika Serikat adalah harga pound

sekeranjang barang yang sama di Inggris dikalikan kurs dollar per pound. Persamaan
bentuk absolut PPP sebagai berikut :

ph
pf

S=

Dimana:
S = kurs spot
P h = tingkat harga dalam negeri
P f = tingkat harga dalam negeri
Kondisi absolut tersebut menjelaskan perubahan kurs secara singkat sementara
sangat sukar mengukur validitas dalam persamaan tersebut karena perbedaan
keranjang barang yang digunakan oleh negara yang berbeda untuk menghitung indeks
harga. Karena itu bentuk relatif PPP yang dinyatakan hubungannya dengan tingkat
inflasi akan sangat berguna. Relatif PPP menyatakan bahwa tingkat perubahan kurs
kira-kira sama dengan perbedaan tingkat inflasi di kedua negara. Berikut adalah
persamaan PPP relatif:
S=

1 Ph
1
1 Pf

Kondisi PPP pada akhir satu tahun akan berlaku seperti persamaan di atas,
dimana P h dan P f merupakan tingkat inflasi tahunan.
Teori PPP menjelaskan hubungan antara laju inflasi relatif kedua negara dengan
nilai tukar keduanya, persentase perubahan nilai valuta asing (e f ) harus berubah untuk
mempertahankan paritas dalam indeks harga yang baru dari kedua negara (Jeff
Madura, 1997:210). Dengan demikian, e f dipecahkan dalam kondisi berikut :
ef=

(1 I h )
1
(1 I f )

Dimana:
I h = inflasi dalam negeri
I f = inflasi luar negeri
Bahwa jika I h > I f , e f haruslah positif. Ini menyiratkan bahwa valuta asing yang
dimaksud akan mengalami apresiasi terhadap valuta domestik saat inflasi domestik
melebihi inflasi luar negeri. Sebaliknya jika I h < I f , e f akan negatif, menyiratkan bahwa
valuta asing yang dimaksud akan mengalami depresiasi pada saat inflasi di negara
tersebut melebihi inflasi domestik.
Hipotesis dari doktrin paritas daya beli menyebutkan bahwa dalam jangka
panjang dapat diperkirakan bahwa ada hubungan antara tingkat harga dan nilai tukar,
yang didukung oleh kenyataan bahwa barang dan jasa dapat dibeli di suatu negara atau
negara lainnya (Peter H. Lindert dan Charles P. Kindleberger, 1993).
Doktrin ini diasumsikan bahwa barang atau jasa diperdagangkan di pasar
internasional dimana barang atau jasa di dalam negeri maupun luar negeri adalah
homogen secara sempurna untuk masing-masing barang tersebut tanpa adanya
hambatan perdagangan dan juga adanya kesamaan indeks harga yang digunakan
dalam menghitung daya beli mata uang asing dan domestic. Perubahan-perubahan kurs
valuta asing dalam teori ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

(1 et )

(1 p a )

(1 pb )

Dimana:
et = persentase perubahan kurs mata uang

pa = tingkat inflasi di dalam negeri


pb = tingkat inflasi di luar negeri

Sebagai contoh, tingkat inflasi di Amerika Serikat sebesar 6 % dan tingkat inflasi
di Inggris sebesar 9 %. Maka nilai poundsterling akan turun sebesar 2, 75%.
Implikasi penting untuk teori paritas daya beli adalah posisi kompetisi pada bisnis
akan berubah bila kurs pertukaran berubah. Karena efek perubahan kurs pertukaran
akan mengubah biaya dan pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi.
Di dalam doktrin ini terdapat dua versi (Ahmad Jamli, 1997) :
Pertama, versi mutlak. Dimana dalam versi ini menyatakan bahwa suatu kurs
keseimbangan suatu negara mencerminkan rasio tingkat harga umum domestik
terhadap harga umum luar negeri. Juga menyatakan bahwa nilai tukar adalah
perbandingan harga barang di dua negara. Ukuran yang digunakan adalah rata-rata
tertimbang dari harga seluruh barang yang ada di negara tersebut. Versi mutlak ini sulit
sekali menemukan produk kedua negara yang benar-benar identik, tidak memperhatikan
selera, tingkat pendapatan, merek dagang, dan sebagainya.
Kedua, versi relatif. Dimana dalam versi ini menyatakan bahwa perubahan kurs
keseimbangan suatu negara mencerminkan perubahan rasio tingkat harga umum
domestik terhadap tingkat harga umum luar negeri. Pergerakan nilai tukar valuta dua
negara adalah selisih kenaikan harga barang kedua negara pada periode tertentu.
Namun versi relatif ini pun belum memperhitungkan pembatasan perdagangan yang
diterapkan oleh kedua negara tersebut, pembobotan indeks harga, dan adanya
kenyataan bahwa pada jangka pendek pergerakan valuta lebih dipengaruhi oleh kondisi
pasar keuangan dari pada pasar komoditi.
Teori kurs PPP dinilai lebih relevan diaplikasikan dalam jangka panjang, meski
validitas umum PPP masih diperdebatkan namun teori ini lebih mampu menggali faktor-

faktor penting dibalik gerakan-gerakan kurs dan sekaligus mampu menjadi intisari dari
suatu teori kurs, khususnya pendekatan secara moneter (Krugman dan Obstfeld,
1999:120).
Teori ini merumuskan gejala bahwa kurs antara dua mata uang berbeda adalah
sama dengan nisbah atau rasio antara harga umum dari kedua negara yang
bersangkutan pertama kali dinyatakan oleh Gustav Cassel, seorang ekonom Swedia.
Secara garis besar teori ini menyatakan: Pasar valuta asing berada pada kondisi
keseimbangan apabila semua deposito/simpanan dalam berbagai valuta asing
menawarkan imbalan yang sama. Adapun kondisi dimana perkiraan tingkat imbalan
yang ditawarkan semua simpanan dalam berbagai valuta asing sama (bila dihitung)
dengan satu satuan mata uang yang sama) disebut sebagai kondisi paritas suku bunga
(interest parity). Artinya, segenap simpanan valuta asing menawarkan tingkat imbalan,
resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs yang secara keseluruhan setara
sehingga prospek keuntungan atau pun daya tarik atas aset-aset tersebut sama
besarnya.
Atau dengan kata lain, karena daya beli domestik dari mata uang suatu negara
tercermin sepenuhnya pada tingkat harga yang berlaku di negara itu sendiri, maka teori
paritas daya beli memprediksikan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik,
yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik akan diiringi dengan depresiasi
mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Begitu pula sebaliknya,
PPP memprediksikan bahwa kenaikan daya beli mata uang domestik akan dibarengi
dengan apresiasi mata uangnya secara proporsional. Pada dasarnya, teori paritas daya
beli memiliki dua versi seperti yang telah dijelaskan di atas yang secara sistematis PPP
absolut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
R ab =

Pa
Pb

Dimana Rab adalah kurs antara mata uang A terhadap mata uang B. sedangkan
Pa dan Pb masing-masing mengacu pada tingkat harga-harga umum yang berlaku di
negara A dan negara B. jadi pada intinya menjelaskan bahwa setiap komoditi homogen
dan identik yang diperdagangkan akan memiliki yang persis sama di kedua negara
tersebut. Jika dinyatakan dalam satuan mata uang yang sama. Hal ini yang lalu disebut
hukum satu harga (the law of one price). Secara umum, PPP absolut kurang dapat
diandalkan ketepatannya karena mengandung beberapa kelemahan. Pertama, PPP
absolut terlalu mengutamakan kurs sebagai faktor yang dapat menyeimbangkan barang
dan jasa, sehingga suatu negara yang mengalami arus keluar modal dengan sendirinya
dikatakan akan mengalami defisit neraca pembayaran, sedangkan negara yang
mengalami arus masuk modal pasti akan mengalami surplus neraca pembayaran.
Padahal dalam kenyataannya tidak selamanya demikian. Kedua, teori PPP absolut tidak
dapat menjelaskan secara tuntas peranan kurs dalam menyeimbangkan arus-arus
perdagangan barang dan jasa, mengingat adanya jenis-jenis tertentu barang dan jasa
yang hampir tidak pernah diperdagangkan antat negara. Disamping itu, PPP absolut
juga gagal menjelaskan peran biaya-biaya transportasi atau berbagai kendala lainnya
yang dalam kenyataan sangat menghalangi kelancaran perdagangan internasional.
Mengingat adanya kelemahan dalam PPP absolut tersebut di atas, maka PPP
kemudian dikembangkan menjadi versi relatif. PPP relatif menyatakan bahwa
perubahan kurs dalam jangka waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding
besarnya terhadap perubahan tingkat-tingkat harga yang berlaku di kedua negara. Atau
dengan kata lain PPP relatif menyatakan bahwa persentase dalam kurs antara dua mata
uang dalam periode tertentu sama dengan selisih antara persentase perubahan atas
tingkat-tingkat harga berbagai negara. Oleh sebab itu, PPP relatif mengubah PPP
absolut dari sebuah pernyataan mengenai perubahan-perubahan harga dan kurs

(Krugman dan Obstfeld, 1999:122). Secara sistematis PPP relatif dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut:

Rab

Pa1
Pb1

Pa0
Pb0

Rab0

Dimana tanda 0 mengacu pada periode dasar dan tanda 1 untuk menyebut
periode selanjutnya, dan R ab1 dan R ab0 merupakan kurs pada periode 1 dan pada
periode dasar.

2.2.2 Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity)


Doktrin ini menyatakan bahwa perbedaan tingkat suku bunga pada international
money market akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount
(Hamdy Hady, 1997). Asumsi doktrin ini adalah bahwa pasar asset merupakan pasar
yang efisien. Ekuilibrium akan tercapai bila syarat paritas ini dipenuhi, sehingga dapat
diformulasikan sebagai berikut :

( A B ) t 1 ( A B ) t (1 rA ) (1 rB )
Dimana:

( A B ) t 1

= kurs forward

( A B) t

= kurs spot

rA

= suku bunga nominal negara A

rB

= suku bunga nominal negara B

Sebagai contoh, jika tingkat suku bunga di Amerika Serikat sebesar 8 % dan
tingkat suku bunga di Inggris sebesar 6 %. Sehingga rasio kurs forward ($/) terhadap

kurs spot ($/) dalam poundsterling sebesar 1, 0189. Dengan perhitungan sebagai
berikut:

(1 rUS ) (1 rUK ) ( $/) t 1 / ($/) t

(1 + 0, 008) / (1 + 0, 06) = 1, 0189

Paritas tingkat bunga menyerupai paritas daya beli hanya saja berlaku di pasar
yang berbeda. Paritas daya beli berlaku di pasar barang, sedangkan paritas tingkat
bunga berlaku di pasar sekuritis (Yuliati, 109). Paritas suku bunga adalah sebuah
kondisi ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh selisih
kurs forward dengan kurs spot atau dengan kata lain besarnya premi (diskon) forward
seyogyanya sama dengan selisih suku bunga antara negara yang terkait (Jeff Madura,
1997:192). Derivasi paritas suku bunga diperoleh dari hubungan antara premium atau
diskon forward dengan suku bunga diasumsikan seorang investor AS yang ingin
melakukan covered interest arbitrage tersebut. Jika IRP eksis, covered interest arbitrage
tidak dimungkinkan karena keunggulan suku bunga di negara lain akan ditutupi oleh
diskon forward. Sehingga hubungan antara premium (diskon) forward dengan selisih
suku bunga menurur IRP dapat disederhanakan sebagai berikut:
P=

F S
ih i f
S

Dimana:
P = Premium/diskon forward
F = kurs forward
S = kurs spot
i h = suku bunga deposito dalam negeri

i f = suku bunga deposito luar negeri


Jika pada kondisi paritas daya beli terjadi di pasar barang dan jasa maka kondisi
serupa juga terjadi pada pasar uang, yang disebut dengan kondisi paritas tingkat bunga
tertutup (Maurice D. Levi, 2001:257). Kondisi ini menyatakan bahwa ketika resiko valuta
asing diabaikan, biaya peminjaman dan tingkat pengembalian investasi keuangan akan
sama dengan mata uang investasi atau mata uang pinjaman. Kondisi paritas tingkat
bunga tertutup adalah keseimbangan pasar keuangan serupa dengan hukum satu harga
dalam pasar komoditas dan terjadi dari efisiensi pasar keuangan. Kekuatan pasar
membawa tercapainya paritas tingkat bunga tersebut. Persamaannya dapat dituliskan
sebagai berikut:
i h - i f = 4(

rf
F1 / 4 S
)(1 )
S
4

Dimana:
Pembagian dengan 4 dalam bentuk 3 bulanan untuk menghindari perubahan kurs dan
tingkat bunga.
Kondisi ini berarti, sebagai contoh, bahwa setiap poundsterling () premi forward
memiliki kompensasi lebih daripada keuntungan suku bunga dollar. Karena itu:
1.

Investasi dalam memberi hasil yang lebih banyak dibanding dalam dollar

2.

Meminjam dalam bentuk dollar lebih murah daripada dalam bentuk .

Ini juga berarti bahwa kondisi tersebut menguntungkan bagi para pemain pasar uang
untuk membeli dollar dan melakukan investasi terhadap karena arbitrase suku bunga
meliputi meminjam dalam mata uang yang lebih murah dan berinvestasi dalam mata
uang dengan hasil tinggi, kita dapat mengkonsentrasikan diri pada arbitrase suku bunga
daripada mempertimbangkan menjual atau membeli secara terpisah.
Kondisi tingkat bunga dan kondisi paritas daya beli dalam bentuk inflasi yang
diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan persamaan tingkat keuntungan riil antar

negara. Hubungan ini disebut kondisi Fisher terbuka yang memiliki rasional independen.
Paritas Fisher internasional menyatakan bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah
yang sama namun dengan arah yang berkebalikan dengan perbedaan suku bunga
antara dua negara. Yang dapat diformulasikan dengan bentuk sebagai berikut:
s t 1 s t = r t r t *

Dimana:
s t 1

= harapan kurs spot masa mendatang

st

= kurs spot saat ini

rt

= suku bunga nominal dalam negeri

rt *

= suku bunga nominal luar negeri

Sebagai contohnya, bila suku bunga AS dan Inggris berturut-turut sebesar 8%


dan 4%, perbedaan suku bunga antara kedua negara sebesar 4% (8% - 4%). Maka
diperkirakan nilai akan naik sebesar 4%.
Sedangkan pasar valuta asing juga memiliki hipotesis hipotesis kurs forward
yang tidak bias. Hipotesis ini mengatakan bahwa, harapan pasar valuta asing terhadap
variabel ekonomi fundamental yang mempengaruhi kurs dicerminkan oleh kurs forward
(Mudrajad K., 1996). Artinya, bahwa diskon berjangka atau premi sesungguhnya sama
dengan perkiraan perubahan nilai valuta. Asumsi hipotesis ini adalah para pelaku pasar
memiliki harapan yang rasional dan di pasar valas terdapat efisiensi antar waktu.
Hipotesis ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
s t 1 = f t

atau s t 1 s t = f t s t

Dimana:
s t 1 = harapan kurs spot masa mendatang
ft

= kurs forward

st

= kurs spot saat ini


Sebagai contoh, jika kurs forward sebesar $ 0, 0000835/ dan kurs spot masa

mendatang yang diharapkan adalah $ 0, 0000833/. Maka perbedaan kurs forward


dengan harapan kurs spot masa mendatang sebesar 0,0000002. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa perbedaan tersebut tidak berbeda secara signifikan terhadap 0.

2.3 Tinjauan Analisis Fundamental Investasi Valuta Asing


2.3.1 Pengertian Analisis Fundamental
Menurut Berlianta (2006:249), analisis fundamental dapat diartikan sebagai
suatu metode dalam memprediksi pergerakan kurs valuta asing di pasar valuta asing
yang mendasarkan diri pada pengenalan dan pengukuran faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Lebih lanjut lagi, analisis fundamental
berusaha melakukan identifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan
kurs valuta asing dan melakukan pengukuran terhadap faktor-faktor tersebut untuk
menentukan kurs valuta asing di masa datang.
Dalam peramalan kurs valas, seorang pelaku pasar valas akan selalu memakai
alat analisis. Alat analisis ini penting walaupun terkadang terdapat kelemahan yang ada
dalam setiap analisis tersebut. Analisis fundamental yang mana merupakan salah satu
alat analisis dalam memprediksi kurs valuta asing yang secara umum dapat berupa
analisis teknikal, analisis fundamental, analisis berdasarkan pasar dan analisis
gabungan (Jeff Madura, 1992).

Berkaitan dengan analisis gabungan ini, menurut David Eitemen et al (1992)


membedakannya dalam dua periode. Pertama jangka pendek, dimana dalam periode ini
untuk memprediksi kurs valas dalam jangka pendek terdapat dua alternatif utama, yaitu
teknik time series yang menekankan pada trend dan menggunakan kurs forward.
Kedua, jangka panjang, dimana dalam periode ini untuk memprediksi kurs valas dapat
dilakukan dengan berbagai metode, seperti analisis time series terkomputerisasi, atau
tipe lain pada analisis ekonometrik yang memakai analisis fundamental, seperti regresi
linear berganda. Dalam analisisnya, kedua periode tersebut tergantung pada sistem nilai
tukar yang dianut suatu negara.
Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, pergerakan nilai suatu mata uang
pada dasarnya didasarkan pada perubahan permintaan dan penawaran uang. Berkaitan
dengan ini, analisis fundamental dalam memprediksi kurs valas mendasarkan pada
faktor-faktor

fundamental

yang

diduga

mempengaruhi

pergeseran

perubahan

permintaan dan penawaran uang. Sedangkan menurut David Eiteman et al (1992)


faktor-faktor fundamental ini berupa teori keuangan dan ekonomi. Dan lebih lanjut
Berlianta (2006:251) menambahkan variabel ekonomi makro (faktor fundamental) yang
mempengaruhi perubahan kurs dan biasa digunakan dalam analisis adalah Gross
National Product (GNP), Gross Domestic Product (GDP), inflasi, dan tingkat bunga.
Dan menurut Jeff Madura (1991) nilai tukar dipengaruhi oleh faktor-faktor
fundamental ekonomi berikut: inflasi relatif, suku bunga relatif, dan tingkat pendapatan
relatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis fundamental dalam
memprediksi valas di masa datang didasarkan pada variabel-variabel ekonomi makro
dan kebijakan non-ekonomi yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran
uang. Secara garis besar, analisa pada Margin Trading terdiri dari dua bagian yaitu
analisa teknikal dan analisa fundamental. Analisa teknikal mendasarkan analisanya
dengan

perhitungan

matematis

(biasanya

mengugnakan

data

statistik)

dan

menggunakan grafik/chart itu sebabnya pelaku analisa teknikal biasa disebut chartist
sebagai senjata utamanya.
Analisa fundamental mengambil pendekatan yang berbeda. Dasar yang
digunakan adalah berita atau pun rumor yang beredar di pasar. Seperti kita ketahui
bersama, bursa finansial seperti saham dan pasar uang sangat sensitif dengan berita
yang sedang beredar di market. Demikianlah yang terjadi pada pasar forex trading.
Bahkan dapat dikatakan kini bahwa yang menggerakan nilai tukar mata uang adalah
justru berita itu sendiri. Dengan kata lain berita adalah penggerak emosi market yang
mengakibatkan berubahnya titik keseimbangan pada nilai tukar mata uang.
Sehingga secara teori dapat dikatakan bahwa: Analisis fundamental memberi
pengaruh kepada trend perubahan harga (arah dari harga suatu mata uang secara
keseluruhan) sedangkan analisis teknikal berpengaruh kepada pergerakan naik
turunnya harga dalam suatu trend harga. Analisa Fundamental sendiri lebih banyak
dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah (otoritas moneter)
ataupun data-data yang dirilis oleh berbagai sumber maupun berita-berita tertentu yang
belum pasti kebenarannya (market sentiment and market rumors). Dalam perdagangan
forex sangat sering kita dengarkan terjadinya intervensi (campur tangan) dari pihak
pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah sangat berkepentingan untuk menstabilkan
mata uang agar tidak terlalu kuat maupun terlalu lemah. Sehingga dapat juga dikatakan
bahwa analisa fundamental untuk transaksi jangka panjang (long term trade).
Ada alur logis dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku disini (meski kadang
tidak 100% berlaku kenyataanya analisa fundamental berkaitan bukan saja dengan
pemikiran logis dari kebijakan moneter atau berita yang keluar tetapi juga bagaimana
pasar bereaksi terhadap berita tersebut alias psikologi pasar).

2.3.2 Keterbatasan dalam Analisis Fundamental


Analisis

fundamental

yang

berujung

pada

sebuah

peramalan

memiliki

keterbatasan, antara lain (Yuliati, 1998:144):


1. Ketidakpastian pengaruh suatu faktor pada waktu tertentu. Dapat kita pahami
bahwa sebenarnya suatu faktor memiliki pengaruh yang tidak terbatas hanya
pada satu periode, namun bisa lebih. Oleh karenanya, untuk mendapatkan hasil
yang pasti dari penggunaan model regresi, diperlukan penyesuaian secara terusmenerus.
2. Diperlukan peramalan untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh langsung pada
nilai kurs. Walaupun seandainya peramal tahu bagaimana pergerakan faktorfaktor yang memiliki pengaruh langsung tersebut, namun bila peramal tidak
mengetahui nilai dari faktor-faktor tersebut malah akan membuat hasil peramalan
menjadi tidak akurat.
3. Tidak semua faktor yang relevan dimasukkan dalam model. Hal ini terjadi karena
kadang kala faktor-faktor tersebut tidak dapat diukur dengan mudah. Contoh:
pergantian PM Toni Blair di Inggris yang kemudian memperkuat kepercayaan
terhadap mata uang Poundsterling yang pada akhirnya semakin melemahkan
mata uang negara lain, US Dollar misalnya. Faktor semacam inilah yang kadang
sulit untuk diukur.
4. Adanya sensitivitas pergerakan mata uang sepanjang waktu, hal ini disebabkan
karena tidak ada satu pun yang konstan sepanjang waktu selain perubahan itu
sendiri sehingga nilai-nilai koefisien di dalam model regresi akan selalu berubah.
Kelemahan-kelemahan ini membuktikan bahwa secanggih apa pun model
peramalan, tetaplah tidak ada jaminan bahwa model tersebut selalu konsisten dalam
hasil peramalannya. Selalu ada probabilitas terjadinya kesalahan. Dalam peramalan
fundamental bisa juga digunakan teori paritas daya beli. Teori paritas daya beli (PPP)

menyatakan bahwa ada hubungan fundamental antara perbedaan inflasi dan perbedaan
tingkat bunga, sehingga mata uang suatu negara akan mengalami depresiasi sebesar
jumlah perbedaan tersebut. Menilik teori PPP ini, maka tidak diperlukan lagi
penggunaan model-model analisis yang rumit. Namun pada kenyataannya, penggunaan
teori PPP ini tetap tidak dapat menghasilkan suatu peramalan yang akurat dengan
alasan sebagai berikut:
1. ketidakpastian pengaruh fluktuasi inflasi pada perubahan pola perdagangan
demikian juga pada tingkat bunga
2. data yang digunakan untuk mengukur harga relatif pada kedua negara tidak akurat
3. hambatan perdagangan dapat mengganggu pola perdagangan
4. perbedaan tingkat bunga antar negara yang juga dapat mempengaruhi tingkat
inflasi.
Alasan-alasan ini membuktikan bahwa perbedaan inflasi semata tidak cukup
untuk melakukan peramalan. Namun, perbedaan inflasi tetap merupakan satu faktor
yang penting untuk melakukan peramalan.

2.3.3 Prinsip Analisis Fundamental


Sebuah analisis fundamental membutuhkan kelihaian dan seni tersendiri untuk
memperhitungkan penting tidaknya suatu informasi manjadi faktor yang akan
berpengaruh terhadap fluktuasi nilai suatu mata uang. Berikut ini adalah prinsip-prinsip
analisis fundamental:

Reaksi berantai, yaitu semakin besar dampak berantai suatu informasi, semakin
besar pengaruhnya terhadap nilai tukar

Jarak informasi, yaitu semakin dekat informasi dengan suatu mata uang semakin
besar pengaruh informasi tersebut. Misalnya, informasi yang berasal dari dalam

Inggris lebih besar pengaruhnya terhadap nilai tukar poundsterling dibanding


informasi luar negeri.

Sumber berita, yaitu semakin resmi sumber berita, semakin kuat pengaruhnya
terhadap nilai tukar suatu mata uang

Jenis berita, yaitu berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap nilai tukar mata
uang dibanding berita lainnya seperti politik, sosial, dan budaya.

2.3.4 Prosedur dan Metode Analisis Fundamental


Segala informasi kadang-kadang juga sampai pada hal-hal yang tidak rasional
sekalipun harus dikumpulkan untuk dijadikan alat untuk memprediksi pergerakan kurs
mata uang. Yang pada akhirnya, informasi tersebut akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran mata uang suatu negara. Metode yang dilakukannya yaitu dengan
terus-menerus memperbarui informasi keuangan internasional.

2.3.5 Sumber, Jenis dan Faktor Penentu dalam Analisa Fundamental


Berita-berita yang dikeluarkan dapat berupa berbagai hasil survey, kebijakan
moneter sampai bahkan kejadian yang bersifat insidental seperti terorisme. Informasi
tersebut dapat diperoleh/dikeluarkan melalui:

Instansi Resmi/Pemerintah

Media cetak/elektronik (TV, website, koran, dsb)

Perorangan
Berita fundamental yang bersifat positif pada negara yang mengeluarkan berarti

mata uang negara yang bersangkutan akan menguat dan sebaliknya mata uang

pasangannya akan melemah. Adapun penentu dalam melakukan analisa fundamental :


Kecepatan memperoleh informasi, sumber informasi, pengolahan informasi &
forecasting (ramalan).
Dengan penggunaan analisis fundamental yang menggunakan variabel ekonomi
makro dan kebijakan lain yang berpengaruh besar terhadap pergeseran permintaan dan
penawaran uang dalam memprediksi kurs masa mendatang. Penulis dalam penggunaan
alat analisis ini, hanya membatasi pada variabel-variabel ekonomi makro yaitu
pendapatan nasional (GDP), tingkat suku bunga riil, dan tingkat inflasi yang dianggap
merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perubahan permintaan dan
penawaran uang. Di mana dalam setiap kasus diasumsikan faktor lainnya dianggap
konstan.
Analisis fundamental berpendapat bahwa karena harga yang terjadi di pasar
sudah mencerminkan semua informasi yang masuk maka melakukan prediksi dengan
menggunakan data pergerakan harga di masa lalu tidak akan akurat karena informasi
yang diterima pada masa lalu berbeda dengan informasi yang masuk ke pasar masa kini
dan masa akan datang.
Karakter suatu pasar yang nampak dari analisa fundamental pada perdagangan
valuta asing ini:
1. Berita permintaan bersifat bullish, sifat tersebut menggambarkan gerakan harga pasar
terlihat seolah-olah akan turun namun sebenarnya akan naik.
2. Berita penawaran bersifat bearish, sifat tersebut menggambarkan gerakan harga
pasar terlihat seolah-olah akan naik, namun sebenarnya harga akan turun.

2.3.6 Variabel-variabel dalam Analisis Fundamental


Berita fundamental yang bersifat positif pada negara yang mengeluarkan berarti
mata uang negara yang bersangkutan akan menguat dan sebaliknya mata uang
pasangannya akan melemah. Dari sekian banyak informasi yang diterima tiap harinya,
akan dapat ditemukan sebuah pola atau tren yang sekarang sedang dicermati dari suatu
negara. Dari pola-ola atau berita yang diterima bisa dilakukan analisa secara
fundamental untuk mengetahui pergerakan mata uang. Sebagai contoh, ketika pada
bulan Juli 2006 pemerintah Israel menyerang Libanon. Sehingga terhambatnya pasokan
minyak mentah ke seluruh dunia dan hal ini menyebabkan harga minya mentah dunia
naik sampai mau mendekati USD 80 per barrel. Kenaikan harga minyak ini,
menyebabkan naiknya nilai tukar terhadap dollar.
Sebagai contoh misalnya pada mata uang GBP/USD, jika pihak US yang
menaikkan tingkat suku bunganya maka nilai tukar Dollar akan menguat terhadap
Poundsterling. Dan itu artinya Pound melemah terhadap Dollar karena berita yang
dikeluarkan oleh US bersifat positif terhadap mata uangnya. Analisis Fundamental
berpendapat prediksi yang akurat bisa dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kurs tersebut. Nilai tukar dipengaruhi oleh faktor-faktor
fundamental ekonomi berikut: inflasi relatif, suku bunga relatif, dan tingkat pendapatan
relatif (Jeff Madura, 1991:89). Dan beberapa faktor yang biasa digunakan untuk
melakukan analisis, sebagai berikut (Berlianta, 2006:251):
1. Gross Domestic Product (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) dapat diartikan sebagai total produk (barang)
dan jasa yang dihasilkan oleh satu wilayah negara tertentu dalam satu jangka waktu
tertentu baik yang dihasilkan oleh warga negara tersebut maupun warga negara lain
(orang asing). Pengaruh GDP terhadap pergerakan mata uang adalah: GDP suatu

negara yang semakin besar atau meningkat maka mata uang negara tersebut akan
cenderung mengalami penguatan dan sebaliknya jika GDP satu negara itu kecil maka
mata uang negara tersebut akan cenderung melemah.

/$
So (penawaran Inggris terhadap )
B
2.0000
A

D1 (permintaan AS terhadap )

1.9800
0

20

40

Gambar 2.1 Pengaruh Perubahan GDP terhadap Perubahan Nilai Tukar Mata
Uang.
Dari gambar tersebut, menunjukkan harga poundsterling yang dinilai dalam
dollar AS digambarkan sumbu vertikal, sedangkan volume poundsterling yang diminta
dan ditawarkan diukur oleh sumbu horizontal. Pada titik A, menunjukkan titik ekuilibrium
poundsterling sebesar 1.9800 yang ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan
relatif untuk menguasai poundsterling dibandingkan keinginan menguasai dollar AS dan
kurva penawaran poundsterling secara relatif terhadap dollar AS. Misalnya, jika
pendapatan nasional riil Inggris meningkat dan Amerika Serikat dianggap konstan.
Peningkatan pendapatan nasional riil Inggris akan mendorong tambahan permintaan
poundsterling karena adanya peningkatan permintaan barang dan jasa oleh Amerika
Serikat. Adanya peningkatan permintaan poundsterling oleh Amerika Serikat digunakan
untuk membayar barang dan jasa yang dibeli oleh AS tersebut.
Sedangkan tambahan permintaan akan poundsterling ini di lain pihak penawaran
poundsterling tetap sehingga mengakibatkan poundsterling semakin langka. Pada
akhirnya akan mendorong kurs poundsterling terhadap dollar AS akan meningkat

(terapresiasi). Hal ini ditunjukkan dalam gambar 2.1 yaitu dengan adanya peningkatan
permintaan poundsterling tersebut kemudian akan menggeser kurva permintaan ke
kanan (dari Do ke D1) dan mengakibatkan nilai tukar poundsterling terapresiasi
terhadap dollar AS 2.0000 pada titik B. Titik B ini merupakan ekuilibrium baru yang
terletak pada titik D1 dan menunjukkan adanya apresiasi poundsterling.
GDP digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian sebuah
negara. Namun demikian GDP seringkali dikritik karena tidak mencantumkan transaksi
ekonomi pada level bawah dimana transaksi jenis ini seringkali tidak dilaporkan dengan
berbagai alasan. Dalam perdagangan valas Margin Trading GDP merupakan salah satu
indikator penting yang dapat memicu volatilitas harga mata uang. GDP merupakan
indikator yang dapat menyebabkan perubahan volatilitas mata uang. Seringkali berita
fundamental valuta asing hanya memaparkan besarnya persentase dari GDP. Biasanya
nilainya kurang, sama, atau melebihi data yang sudah direlease pada periode
sebelumnya.
Jika GDP (persentase)

naik dibandingkan dengan data pada periode

sebelumnya maka nilai mata uang negara yang bersangkutan cenderung mengalami
kenaikan. Hal ini disebabkan karena GDP menggambarkan nilai seluruh transaksi suatu
negara secara umum. Jika siklus transaksi perekonomian stabil maka dapat dipastikan
perekonomian akan berjalan dengan lancar. Sentimen positif ini dapat memicu kenaikan
nilai mata uang lokal.
2. Inflasi
Salah satu faktor lain yang sangat berpengaruh secara fundamental dari
perubahan kurs adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi diartikan sebagai tingkat kenaikan
harga barang-barang pada umumnya yang terjadi pada satu kurun waktu tertentu.
Pengaruh tingkat inflasi suatu negara terhadap mata uang negara tersebut adalah:

Bila tingkat inflasi satu negara tinggi atau naik maka mata uang negara tersebut
mengalami penurunan sebaliknya apabila tingkat inflasi kecil atau turun maka mata
uang negara tersebut cenderung menguat. Secara teori dikatakan bahwa jika inflasi
suatu negara naik maka dapat dikatakan bahwa mata uang tersebut akan cenderung
melemah dan sebaliknya jika inflasi suatu negara turun maka mata uangnya akan
melemah. Oleh sebab itu maka setiap negara selalu berusaha untuk menjaga tingkat
inflasinya agar tetap stabil pada level yang rendah Inflasi dapat dikatakan merupakan
peningkatan harga yang terjadi secara terus menerus Inflasi dapat disebabkan oleh 2
hal yaitu:
1. Cost push inflation (inflasi yang berasal dari sisi penawaran). Inflasi ini disebabkan
akibat naiknya harga jual dari berbagai macam barang yang menyebabkan naiknya
harga barang-barang di pasar.
2. Demand push inflation (inflasi yang berasal dari sisi permintaan). Inflasi ini
disebabkan akibat tingginya permintaan akan berbagai macam barang oleh
masyarakat sehingga harga-harga barang dipasar meningkat.
Adapun data-data ekonomi yang biasa mengindikasikan tekanan inflasi adalah:

Consumer Price Index (CPI)


Adalah data yang mengukur rata-rata perubahan harga yang dibayarkan oleh

konsumen (dalam rata-rata) untuk sekelompok barang dan jasa tertentu. CPI
merupakan indikator inflasi yang paling umum digunakan dan dianggap juga sebagai
indikator keefektifan kebijakan pemerintah. Naiknya CPI mengindikasikan naiknya
tingkat inflasi yang akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan naiknya tingkat suku
bunga. Tidak seperti indikator inflasi lainnya yang hanya mencakup barang-barang
produksi lokal, CPI juga mencakup barang-barang impor. Kelemahannya ada pada
kecilnya jumlah sampel yang diambil. Para analis biasanya lebih fokus pada Core (Inti)

CPI, varian dari CPI yang tidak mencakup komponen-komponen yang perubahan
harganya paling tidak stabil dan dinilai lebih akurat dalam mengukur tingkat inflasi.

Export/ Import Prices


Meski tidak termasuk data penggerak utama market, harga-harga ekspor/impor juga

berguna untuk mengindikasi tekanan inflasi dari perubahan kurs mata uang. Sebagai
contoh, saat dollar menguat, harga-harga impor cenderung tertekan turun. Jika sebuah
produk Jepang berharga 500 yen dan kurs saat itu satu dollar sama dengan 100 yen,
harga produk tersebut dalam dollar sama dengan $5. Jika dollar menguat ke level 120
terhadap yen, maka harga produk tersebut akan turun menjadi $4.17. Meski demikian,
saat dollar menguat, daya saing ekspor Amerika juga akan berkurang dan karenanya
harga-harga ekpor juga akan tertekan turun karenanya. Para pakar ekonomi cenderung
lebih memperhatikan data harga-harga impor yang tidak menghitung komponen minyak
(Import Prices Excl. Oil) dan harga-harga ekspor yang tidak menghitung sektor
pertanian (Export Prices Excl. Agricultural). Kedua komponen tersebut dinilai terlalu
fluktuatif, mudah naik atau turun tanpa ada hubungannya dengan kurs.

Producer Price Index / PPI


Adalah sekumpulan indeks yang menghitung tingkat perubahan harga jual barang

dan jasa pada periode waktu tertentu yang diterima oleh para produsen domestik.
Singkatnya, PPI mengukur tingkat perubahan harga dari perspektif penjual. Tidak
sebagus CPI dalam mengindikasi tekanan inflasi. Tetapi karena memasukkan
komponen barang-barang yang sedang dalam proses produksi, PPI seringkali dapat
sekaligus memperkirakan CPI.
Tingginya harga suatu barang dan jasa di dalam negeri secara relatif
dibandingkan dengan harga di luar negeri mengakibatkan daya kompetisi dalam negeri
akan semakin memburuk karena negara asing mampu menjual barang dan jasa dengan
harga yang lebih murah. Sehingga penduduk di dalam negeri cenderung membeli

barang dan jasa ke luar negeri akan meningkat. Untuk itu domestik akan banyak
membutuhkan valas, akibatnya domestik akan banyak menawarkan jumlah uang
beredar untuk dikonversi ke valas. Peningkatan penawaran uang akan mempengaruhi
turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Untuk
lebih jelasnya dan sebagai contoh lihat gambar 2.2

/$

So

2.0000

S1

(Penawaran Inggris terhadap )

1.9800

B
D
0

20

40

(Permintaan AS terhadap )

Gambar 2.2 Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi terhadap Perubahan Nilai


Tukar Mata Uang
Dari gambar tersebut menunjukkan kurs valas yaitu harga poundsterling yang
dinilai dalam dollar AS yang digambarkan sumbu vertikal, sedang volume poundsterling
yang diminta dan ditawarkan diukur oleh sumbu horizontal. Pada titik A, menunjukkan
titik ekuilibrium poundsterling sebesar 2.0000 yang ditentukan oleh perpotongan kurva
permintaan relatif untuk menguasai poundsterling dibandingkan dengan keinginan
menguasai dollar AS dan kurva penawaran poundsterling secara relatif terhadap dollar
AS.
Diasumsikan tingkat inflasi Inggris meningkat dan AS tetap konstan. Peningkatan
tingkat inflasi di Inggris menimbulkan harga barang dan jasa semakin mahal dan
membuat penduduk Inggris cenderung untuk membeli barang dan jasa dari AS yang
harganya lebih murah sehingga impor Inggris meningkat. Hal ini akan mendorong
permintaan terhadap dollar AS meningkat, sehingga untuk

memenuhi kebuthan

peningkatan konversi poundsterling ke dollar AS untuk membeli barang dan jasa dari

AS, penawaran poundsterling meningkat. Untuk itu akibat peningkatan penawaran


poundsterling akan menggeser kurva penawaran ke kanan (dari So ke S1) dan
mengakibatkan nilai tukar poundsterling terdepresiasi terhadap dollar AS menjadi
1.9800 pada titik B. Titik B ini merupakan ekuilibrium baru yang terletak pada titik S1 dan
menujukkan adanya apresiasi dollar AS.
3. Tingkat Bunga
Tingkat bunga merupakan salah satu daya tarik orang memegang uang tertentu
sehingga tingkat bunga mempunyai pengaruh positif terhadap mata uang. Mata uang
dengan tingkat bunga tinggi akan lebih menarik dari pada mata uang dengan tingkat
bunga yang lebih rendah. Secara jangka pendek interest rate berpengaruh secara
sangat cepat dan efektif untuk menguatkan ataupun melemahkan mata uang karena
pengaruhnya tidak hanya terkonsentrasi pada money market (pasar uang) tetapi juga
memiliki pengaruh yang sangat cepat terhadap capital market (Pasar Modal) terutama
pasar obligasi pemerintah maupun obligasi perusahaan. Kebijakan tingkat suku bunga
juga sangat efektif digunakan untuk mengurangi sekaligus menurunkan tingkat inflasi
secara cepat dalam jangka waktu yang pendek ataupun sebaliknya.
Mekanismenya adalah sebagai berikut:
Jika interest rate (i) naik maka: jumlah uang yang diserap oleh bank akibat dari
kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan semakin besar (masyarakat akan lebih
senang untuk menabung di bank daripada membuka bisnis baru). Disisi lain bank umum
juga akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman kepada masyarakat sehingga
masyarakat mengurangi minatnya untuk meminjam uang. Semakin besar jumlah uang
yang diserap oleh bank umum dan semakin sedikitnya jumlah uang yang dipinjam oleh
masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan semakin sedikit , jika jumlah uang
yang beredar semakin sedikit maka permintaan akan mata uang tersebut akan semakin

tinggi, jika permintaan semakin tinggi maka nilai mata uang akan semakin menguat
(Ceteris Paribus).
Interest rate naik (Money Supply < Money Demand) Currency menguat
ceteris paribus. Jika interest rate turun (i) maka: jumlah uang yang diserap oleh bank
akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan semakin kecil (masyarakat akan
lebih senang untuk membuka bisnis baru daripada menabung di bank). Disisi lain bank
umum juga akan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman kepada masyarakat
sehingga masyarakat meningkatkan minatnya untuk meminjam uang, Semakin besar
jumlah uang yang diserap oleh bank umum dan semakin banyaknyanya jumlah uang
yang dipinjam oleh masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan semakin banyak ,
jika jumlah uang yang beredar semakin banyak maka permintaan akan mata uang
tersebut akan semakin tinggi, jika permintaan semakin rendah maka nilai mata uang
akan semakin melemah (Ceteris Paribus).
Interest rate turun (Money Supply > Money Demand) Currency Melemah
ceteris paribus. Maksudnya adalah teori tersebut kebenarannya akan sangat signifikan
bila hal-hal lain bersifat tetap seperti: tidak terjadi kerusuhan atau bencana alam atau
tidak terjadi kenaikan harga minyak (barometer ekonomi modern) tidak melambung
terlalu tinggi.
Kebijakan peningkatan tingkat suku bunga riil yang dilakukan didalam negeri
seringkali berhubungan erat dengan rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan
jumlah uang beredar dalam negeri.

Apabila dalam negeri tingkat suku bunga riil

dinaikkan sedangkan tingkat suku bunga riil di luar negeri tetap konstan akan
mempengaruhi jumlah uang beredar dalam negeri yang semakin terbatas sedangkan
permintaan akan mata uang dalam negeri meningkat karena keinginan investor untuk
membeli dan menguasai mata uang dalam negeri. Untuk memaparkan dampak

peningkatan tingkat suku bunga dalam negeri sehingga mempengaruhi penawaran


jumlah uang beredar dalam negeri. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.3

/$

2.0000

S1 So (penawaran Inggris terhadap $)

B
A

1.9800
D
0

20

40

Penawaran AS terhadap

Gambar 2.3 Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Perubahan
Nilai Tukar Mata Uang
Dalam gambar 2.2 menunjukkan harga poundsterling yang dinilai dalam dollar
AS yang digambarkan sumbu vertikal, sedangkan volume valuta asing (poundsterling)
yang diminta dan ditawarkan diukur oleh sumbu horizontal. Pada titik A, menunjukkan
titik ekuilibrium poundsterling sebesar 1.9800 yang ditentukan oleh perpotongan kurva
permintaan relatif untuk menguasai poundsterling dibanding dengan ketinggian
menguasai dollar AS dan penawaran poundsterling secara relatif terhadap dollar AS.
Sedangkan tingkat suku bunga Inggris dianggap meningkat, sedangkan tingkat
suku bunga Amerika Serikat tetap konstan. Peningkatan tingkat suku bunga di Inggris
ditujukan untuk mengetatkan jumlah uang beredar. Kebijakan ini akan mengakibatkan
terbatasnya jumlah uang beredar sehingga seseorang yang ingin meminjamnya akan
dikenakan suku bunga yang tinggi. Dan juga permintaan poundsterling semakin
meningkat karena keinginan investor untuk membeli dan menguasai poundsterling untuk
hasil pengembalian yang lebih tinggi. Peningkatan tingkat suku bunga Inggris sebesar
20% akan mempengaruhi pengurangan jumlah uang beredar dan akan mendorong
bergesernya kurva penawaran ke kiri (dari So ke S1) dan mengakibatkan nilai tukar

poundsterling terapresiasi terhadap dollar AS sebesar 2.0000 pada titik B. Titik B ini
merupakan ekuilibrium baru yang terletak pada titik S1 dan menunjukkan adanya
depresiasi dollar AS terhadap poundsterling.

2.4 Ulasan Forex Margin Trading


2.4.1 Produk-produk Bursa Berjangka: Forex
Bursa berjangka merupakan tempat berlangsungnya transaksi perdagangan
berjangka. Di dalam bursa ini diperjual-belikan berbagai macam produk berjangka.
Produk-produk berjangka tersebut dapat dibagi atas 3 jenis produk yaitu:
1. Indeks saham
Indeks saham merupakan nilai gabungan dari pergerakan beberapa saham
unggulan dalam suatu bursa saham Contohnya: Hangseng 33. Indeks ini merupakan
nilai dari pergerakan 33 saham Unggulan di bursa saham hongkong. Indeks Saham
yang umum di perdagangkan di Indonesia adalah : indeks Saham Hangseng33
(Hongkong), Kospi200 (Korea), Nikkei225 (Jepang)
2. Komoditi
Komoditi merupakan salah satu produk berjangka yang jumlah perdagangannya
cukup besar. Hal ini terutama disebabkan oleh jenis dan jumlah produk komoditi yang
diperdagangkan di bursa berjangka sangat besar. Produk komoditi secara umum dapat
dibagi atas 2 jenis yaitu :
a. Hard komoditi (komoditi yang tahan lama) seperti :Emas, Karet, Minyak
b. Soft komoditi (komoditi yang tidak tahan lama) seperti : kopi, jagung, kacang Merah,
kacang Kedelai.

3. Forex
Forex atau Foreign Exchange (Nilai tukar Valuta Asing) merupakan perdagangan
mata uang asing yang dilakukan di pasar mata uang. Perdagangan forex merupakan
produk berjangka yang volume serta nilai transaksinya paling besar diantara produkproduk berjangka lainnya. Saat ini mata uang yang paling banyak di perdagangkan
(Major Currencies) adalah EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, USD/CHF dan AUD/USD
akan tetapi ada juga beberapa mata uang yang diperdagangkan tetapi tidak berlawanan
dengan USD (Cross Rate) seperti GBP/JPY, EUR/JPY). Untuk dapat melakukan
transaksi atas jual beli ketiga produk bursa berjangka diatas maka setiap calon investor
di wajibkan untuk menyetor dana kepada pialang berjangka yang telah mendapat ijin
dari pengawas perdagangan berjangka. Dana tersebut biasa disebut margin. Margin
merupakan dana awal yang harus disetorkan nasabah sebagai syarat untuk dapat
bertransaksi. Akan tetapi jumlah tersebut berbeda-beda jumlahnya untuk setiap
transaksi, jenisnya antara lain :
a. Initial margin
Initial margin biasa juga disebut sebagai margin awal atau sejumlah uang yang
disetorkan oleh investor untuk memulai transaksi berjangka. Contohnya seperti yang
terjadi didalam perdagangan valuta asing (valas) initial margin yang disetorkan biasanya
adalah sebesar 1% dari besarnya kontrak transaksi. Karena didalam forex ada 2 jenis
kontrak yaitu big size USD 100.000 dan small size USD 10.000. Maka initial marginnya
adalah USD 1000 dan USD 100.
b. Variation Margin
Variation margin merupakan tambahan margin yang disetorkan karena besaran
margin telah berada dibawah margin awal akibat adanya pergerakan harga yang
berlawanan dari transaksi awal.

c. Maintenance margin
Maintenance margin merupakan margin minimum yang besarnya harus terus
terjaga agar investor dapat terus bertransaksi. Umumnya margin minimum ditetapkan
sekitar 75% sampai 80% dari margin awal.
d. Margin Call
Margin call dilakukan jika dana yang dimiliki nasabah telah berkurang ke level
dimana dana yang dimiliki telah kurang dari maintenance margin, jika dana yang tersisa
tidak ditambah maka posisi akan secara otomatis ditutup oleh perusahaan pialang.
Margin Trading memang memudahkan investor untuk melakukan transaksi di bidang
valuta asing dan perlu juga untuk diingat bahwa margin trading merupakan salah satu
strategi investasi yang memiliki resiko yang cukup besar akan tetapi juga keuntungan
yang didapat juga cukup besar sebab, jika terjadi keuntungan investasi dengan system
margin trading ini akan menciptakan nilai yang lebih besar dari system fisik/Cash
trading. Untuk itu agar dapat memanfaatkan sistem margin trading secara lebih
menguntungkan diperlukan tehnik perhitungan yang tepat.
Dalam keadaan margin call investor diharapkan oleh pialang untuk menambah
margin apabila nasabah tidak menambah margin maka perusahaan pialang akan
melikuidasi posisi nasabah jika hal itu terjadi maka nasabah akan menanggung kerugian
sebanyak dana yang disetorkannya akan tetapi kerugian tersebut dapat berbalik menjadi
untung jika investor menambah modalnya dan kemudian harga berbalik arah.

2.4.2 Posisi pada Transaksi Valuta Asing


Dalam transaksi Margin Trading, dikenal istilah point atau pips yang diartikan
sebagai unit terkecil dari pergerakan kurs valuta asing. Untuk GBP/USD yang dipakai
dalam penelitian ini, harga atau kurs bergerak naik satu point berarti kurs bergerak naik

sebesar 0, 0001 (satu) USD untuk setiap satu GBP. Jadi apabila harga GBP/USD
semula 1, 5500 dan kemudian naik sebesar 1 (satu) point berarti harga atau kurs
sekarang adalah 1, 5501.
Posisi pada transaksi valuta asing dapat diartikan sebagai selisih antara tagihan
dan aset dengan kewajiban pada satu mata uang tertentu. Apabila kita melakukan
transaksi di pasar valuta asing maka tidak dapat dihindarkan kita akan mempunyai
tagihan dan aset dan kewajiban dalam berbagai mata uang. Kewajiban dan tagihan
inilah yang disebut dengan posisi valuta asing.
Posisi valuta asing ini penting untuk diketahui karena posisi valuta asing ini dapat
menciptakan laba/rugi. Dengan kata lain apabila timbul posisi valuta asing pada satu
transaksi maka posisi ini dapat mempengaruhi laba/rugi akunnya.
Posisi valuta asing dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Posisi Long atau Long Position
Dikatakan mempunyai posisi long bila total tagihan dan aset terhadap mata uang
tertentu lebih besar dari total kewajiban pada mata uang tersebut.
2. Posisi Short atau Short Position
Dikatakan posisi Short bila total tagihan dan aset terhadap mata uang tertentu lebih
kecil dari total kewajiban pada mata uang tersebut.
Jika kita melakukan transaksi jual beli valuta asing maka posisi masing-masing
valuta akan mempunyai posisi yang berlawanan. Misalnya kita melakukan transaksi beli
GBP/USD maka dari transaksi tersebut kita mempunyai posisi long di mata uang GBP di
sisi lain kita mempunyai posisi short untuk mata uang USD. Karena melibatkan dua
mata uang yang selalu mempunyai posisi yang berlawanan maka aturan penyebutan
posisi pada pasar valuta asing mengacu pada posisi Reference Currency. Jadi bila kita
melakukan transaksi beli GBP/USD untuk USD 1.000.000,- kita dikatakan mempunyai
posisi long. Hal ini disebabkan karena penyebutan posisi mengacu pada posisi GBP

sebagai Reference Currency. Sebaliknya apabila kita melakukan transaksi jual


GBP/USD maka dikatakan kita mempunyai posisi short.

2.4.3 Pengaruh Pergerakan Kurs Valuta Asing terhadap Posisi Valuta Asing.
Posisi valuta asing memiliki unsur pergerakan kurs didalamnya sehingga
berpotensi menimbulkan laba dan rugi. Kita akan melihat pengaruh pergerakan kurs
pada posisi yang diambil baik itu posisi long maupun posisi short.
Pada dasarnya pihak yang memiliki posisi valuta asing long akan diuntungkan
apabila pergerakan kurs valuta asing naik. Posisi long akan dirugikan apabila kurs valuta
asing bergerak turun. Sebaliknya pihak yang memiliki posisi short akan diuntungkan
apabila kurs valuta asing bergerak turun. Apabila kurs valuta asing bergerak naik maka
pihak yang memiliki posisi short akan menderita kerugian.
Sehubungan dengan pergerakan kurs valuta asing terdapat dua istilah yang
sering digunakan oleh para pelaku pasar untuk menggambarkan kecenderungan
pergerakan harga di pasar valuta asing. Antara lain:
1.

Bullish
Istilah bullish dipakai apabila pergerakan kurs valuta asing mempunyai

kecenderungan mengalami kenaikan atau penguatan. Sebagai contoh untuk valuta


GBP/USD pasar sekarang sedang bullish ini berarti kecenderungan kurs di pasar valuta
asing untuk GBP/USD akan mengalami kenaikan.
2.

Bearish
Istilah bearish digunakan apabila pergerakan kurs valuta asing mempunyai

kecenderungan mengalami penurunan atau lemah. Sebagai contoh untuk valuta


GBP/USD pasar sekarang sedang bearish ini berarti kecenderungan kurs di pasar
valuta asing untuk GBP/USD akan mengalami penurunan.

Apabila istilah ini dihubungkan dengan pengambilan posisi maka apabila pasar
satu valuta sedang bullish maka sebaiknya mengambil posisi long pada valuta tersebut.
Sebaliknya apabila pasar satu valuta sedang bearish maka sebaiknya mengambil posisi
short pada valuta tersebut. Sehingga dengan mengambil posisi yang tepat maka akan
mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan.

2.4.4 Prinsip Dasar Transaksi Margin Trading


Berikut ini prinsip dasar yang dipegang dalam melakukan transaksi valuta asing
yang bermotif Margin Trading:
1. Tindakan Spekulasi (membeli murah, menjual mahal) dengan hasil akhir adalah
timbulnya keuntungan atau kerugian.
2. Keuntungan dan kerugian akibat transaksi baru terealisasi apabila spekulator berada
pada posisi Square, yakni keadaan dimana total tagihan dari seluruh transaksi yang
dilakukan untuk masing-masing mata uang sama dengan total kewajibannya untuk
masing-masing mata uang. Bila masih ada sisa posisi maka sisanya adalah keuntungan
atau kerugian dari hasil akhir kegiatan transaksi ini.
Langkah-langkah dalam melakukan transaksi bermotif trading :
1. Melakukan analisis terhadap arah harga atau kurs di pasar. Yang digunakan ada
dua pendekatan yaitu analisis fundamental yang memperhatikan faktor fundamental
ekonomi yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga atau kurs valuta asing di
masa datang seperti inflasi, tingkat bunga, produk domestik bruto, dan lain-lain.
Pendekatan yang kedua adalah analisis teknikal yang memperhatikan pergerakan
harga di masa lalu.
2. Menentukan target kurs untuk membuka posisi, target keuntungan yang diraih, target
kerugian yang siap diterima. Setelah melakukan analisis, maka menentukan kurs

berapa yang akan membuka dan menutup posisi trading tersebut. Idealnya untuk
mendapat keuntungan maksimum maka harus membeli dengan kurs yang paling
rendah dan menjual dengan kurs paling tinggi. Khusus untuk penetapan harga untuk
penutupan posisi harus ditetapkan 2 harga yakni tingkat harga penutupan posisi
dalam kondisi untung dan rugi.
3. Membuka posisi. Hal ini berarti melakukan sekelompok transaksi sehingga
menimbulkan posisi sehingga apabila harga atau kurs valuta asing bergerak akan
menimbulkan keuntungan atau kerugian. Bila harga valuta asing di masa mendatang
diperkirakan naik maka seharusnya yang dibuka adalah posisi long. Membuka posisi
long ini bisa dilakukan dengan melakukan transaksi valuta asing beli. Apabila harga
valuta asing di masa datang diperkirakan turun maka seharusnya dibuka posisi
short. Membuka posisi short ini bisa dilakukan dengan melakukan transaksi jual.
4. Memasang stop loss order dan profit taking order. Stop loss order dapat diartikan
meminta pihak lain untuk mengawasi posisi kita apabila telah mencapai harga
tertentu sehingga kerugian yang mungkin timbul telah mencapai batas maksimum
yang dapat kita terima dan posisi yang tertutup menjadi square. Stop loss order ini
penting untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar karena kurs valuta
asing di pasar bergerak ke arah yang tidak diinginkan. Profit taking order dapat
diartikan meminta pihak lain untuk mengawai posisi kita apabila telah mencapai
harga tertentu untuk mengawasi posisi kita apabila telah mencapai target yang
diinginkan dan posisi menjadi square. Sama dengan stop loss order, profit taking
order ini penting untuk mencegah keuntungan yang sudah diraih hilang karena arah
pergerakan kurs yang tiba-tiba berubah ke arah yang tidak diinginkan.
5. Squaring atau menutup posisi. Hal ini merupakan tindakan kita menutup posisi yang
telah kita bangun sehingga hasil akhir baik berupa keuntungan maupun kerugian
dapat direalisasikan.

2.4.5 Laba dan Rugi pada Margin Trading


Dalam transaksi bermotif trading ini dikenal dua jenis laba/rugi yaitu:
1.

Potential lost/profit atau laba/rugi potensial.


Laba rugi potensial dapat diartikan sebagai potensi laba/rugi yang muncul akibat

pergerakan kurs valuta asing dari kurs pada saat pembukaan posisi (transaksi
pertama). Apabila kita membuka posisi dengan melakukan transaksi beli atau jual satu
valuta kita akan mendapat kurs jual atau beli untuk transaksi tersebut. Apabila kurs
tersebut mengalami pergerakan sehingga berbeda dengan kurs beli atau jual transaksi
kita (transaksi pertama membuka posisi) maka timbul potensi laba/rugi. Potensi
laba/rugi ini besarnya ditentukan oleh selisih antara kurs pasar saat ini dengan kurs
valas yang kita dapat pada saat melakukan transaksi pembukaan proses (transaksi
pertama).
2.

Realized lost/profit atau laba/rugi realisasi


Laba rugi realisasi adaah laba rugi yang diperoleh setelah transaksi trading telah

berada pada posisi square. Laba realisasi ini besarnya ditentukan oleh kurs yang
didapat pada transaksi pembuka posisi dibandingkan dengan kurs yang didapat pada
transaksi penutup (square posisi).
Mengambil Posisi dengan Melakukan Transaksi:
Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengambilan posisi atau membuka posisi
dapat dilakukan dengan hanya satu transaksi saja atau dengan beberapa transaksi
sejenis.
Contoh (Berlianta, 85) : A memperkirakan kurs GBP/USD akan naik. Untuk itu
dia mengambil posisi long dengan melakukan serangkaian transaksi seperti berikut :

Tabel 2.4 Contoh Transaksi dilakukan untuk mengambil posisi Long


Transaksi

GBP

Level

USD

Beli GBP/USD

100.000

1.600

160000

Beli GBP/USD

200.000

1.700

340000

Beli GBP/USD

300.000

1.800

540000

Beli GBP/USD

400.000

1.900

760000

Total

1.000.000

1.900.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa A mengambil posisi long dengan empat
transaksi pembelian GBP/USD dengan total pembelian sebesar USD 1.000.000, 00
dengan kurs yang berbeda-beda. Yang mejadi permasalahan adalah bila A ingin
squaring atau menutup posisi dan tidak ingin mengalami kerugian di kurs berapa
minimal dia arus menjual USD yang dibelinya itu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka kita harus mengetahui di kurs berapa sebenarnya total pembelian tersebut. Untuk
mengetahui kurs pembelian yang sebenarnya digunakan apa yang disebut kurs rata-rata
transaksi. Kurs rata-rata transaksi ini dihitung dengan persamaan rata-rata tertimbang
dari semua kurs transaksi yang dilakukan.
Adapun persamaan yang digunakan adalah:
Kurs rata-rata transaksi = Total jumlah dana non-reference currency
Total jumlah dana reference curency
Jadi untuk contoh di atas maka kurs rata-rata transaksinya adalah:
1.900.000/1.000.000 = 1.900
Jadi harga minimum untuk melakukan penutupan posisi tanpa menderita
kerugian apabila A bisa menjual GBP/USD tersebut di atas kurs 1.900.
Kita lihat apabila A melakukan penutupan posisi di kurs 2.000:

Tabel 2.5 Posisi Akhir setelah dilakukan Squaring


Transaksi

GBP

Kurs

USD

Beli GBP/USD

100.000

1.600

160000

Beli GBP/USD

200.000

1.700

340000

Beli GBP/USD

300.000

1.800

540000

Beli GBP/USD

400.000

1.900

760000

1.000.000

Total

1.900.000

Squaring
Jual GBP/USD

1.000.000

Posisi Akhir

2.000

2.000.000
100.000

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada posisi akhir terdapat keuntungan
sebesar GBP 100.000,00 yang merupakan selisih total dana GBP yang diterima dengan
dana GBP yang harus dibayar.

2.5 Penelitian Terkait


Penelitian terkait dilakukan oleh Hendro A. Setiawan (2000) yang membahas
masalah prediksi kurs rupiah terhadap dollar AS dengan menggunakan analisis
fundamental, dimana variabel-variabel bebas yang digunakan adalah variabel ekonomi
makro yaitu jumlah uang beredar, pertumbuhan pendapatan nasional riil, tingkat inflasi
riil, tingkat suku bunga riil, dan neraca perdagangan kedua negara tersebut.
Penelitiannya berkesimpulan bahwa analisis fundamental membantu perusahaan dalam
mengantisipasi eksposur.
Penelitian terkait lainnya adalah dari Journal Hodgson, yang meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai tukar mengambang pound Inggris terhadap dollar AS dengan
menggunakan model agregat. Variabel yang digunakan adalah tingkat harga kedua
negara, pendapatan riil kedua negara, perbedaan tingkat bunga kedua negara, jumlah

uang beredar kedua negara, aliran emas, tren, dan variabel dikotomis untuk mewakili
faktor-faktor musiman dan kejadian khusus. Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh
hubungan yang erat antara kurs dengan semua variabel bebas (kecuali pendapatan riil
relatif) dan dari hasil uji statistik menunjukkan variabel tingkat harga relatif mempunyai
pengaruh yang paling signifikan diantara semua determinan fundamental (variabel
bebas).
Penelitian Sigit Prapto (2003) meneliti pengaruh variabel-variabel makro ekonomi
terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar selama tahun 1990-2002 dengan
pendekatan Error Correction Model). Variabel tersebut antara lain adalah jumlah uang
beredar, tingkat bunga, dan tingkat pendapatan nasional. Dari hasil penelitian serentak
ketiga variabel di atas mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Tetapi untuk pengujian variabelnya, ada
variabel yang tidak signifikan secara statistik pada jangka panjangnya yaitu pendapatan
nasional. Meskipun demikian namun dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut
mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Penelitian dari Jurnal Edward P Swanson (2001) tentang bagaimana kontribusi
dari analisis fundamental terhadap inflasi dan suatu devaluasi mata uang. Keterkaitan
nilai dari analisis fundamental untuk 1993-1998 telah dipelajari data laporan keuangan
penggunaan untuk perusahaan diperdagangkan oleh masyarakat Mexico Bolsa. Dari
hasil penelitian tersebut ditemukan adanya keterkaitan antara inflasi dan devaluasi
terhadap laporan keuangan suatu perusahan yang diwujudkan dalam analisa
fundamental sehingga mampu membuat perubahan yang signifikan terhadap arus uang
yang masuk karena menggunakan analisis fundamental yang memperhatikan arus
inflasi dan devaluasi mata uang.
Penelitian Ismail Marzuki (1996) yang meneliti pengaruh kurs rupiah terhadap
yen yang dihubungkan dengan perubahan faktor-faktor yang dipakai dalam analisis

fundamental untuk meramalkan kurs valuta asing sebagai landasan penentuan hedging.
Adapun tujuan penelitian tersebut yakni untuk mengetahui manfaat penggunaan analisis
fundamental untuk meramalkan kurs valuta asing sebagai landasan hedging khususnya
dnegan melakukan forward contract. Melalui analisis regresi berganda, nilai tukar rupiah
terhadap yen sebagai variabel terikat dengan variabel bebas adalah selisih tingkat inflasi
Indonesia dnegan Jepang, selisih tingkat suku bunga Indonesia dengan Jepang, selisih
neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang, selisih jumlah uang beredar Indonesia
dengan Jepang, selisih pendapatan nasional riil Indonesia dengan Jepang, dengan hasil
semua variabel bebas mampu mempengaruhi variabel terikat, dimana tingkat bunga,
neraca perdagangan, dan pendapatan nasional riil berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai tukar rupiah terhadap yen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai tukar Poundsterling terhadap
Dollar Amerika sebagai variabel terikat sedangkan variabel bebasnya adalah persentase
perbedaan antara GDP riil Inggris terhadap Amerika, persentase perbedaan tingkat
inflasi relatif antara Inggris dan Amerika dan persentase perbedaan tingkat bunga riil
Inggris terhadap Amerika.

Kerangka Pemikiran

ANALISIS FUNDAMENTAL TRANSAKSI VALAS MARGIN TRADING:


KAJIAN PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP
PERUBAHAN KURS GBP/USD
(PERIODE 2000:1 2007:6)

LATAR BELAKANG
Perdagangan valuta asing Margin Trading memberi keuntungan tersendiri
bagi investor namun juga membawa resiko kerugian akibat pergerakan kurs
yang fluktuatif, oleh sebab itu penting menggunakan analisa fundamental
yang mengetahui faktor-faktor mana saja yang mempengaruhi pergerakan
kurs tersebut.

PERMASALAHAN PERTAMA
Variabel ekonomi makro yang manakah
yang paling dominan pengaruhnya pada
perubahan
kurs
kaitannya
dengan
pengambilan keputusan transaksi?

VARIABEL
TERIKAT

ALAT ANALISIS
METODE REGRESI
LINEAR
BERGANDA

PERMASALAHAN KEDUA
Apakah hasil analisis pengaruh variabel
ekonomi makro terhadap perubahan kurs
dalam investasi valas Margin Trading bisa
digunakan sebagai dasar melakukan analisis
fundamental untuk meminimumkan kerugian?

VARIABEL
BEBAS

SIMULASI TRANSAKSI

TUJUAN PENELITIAN KEDUA


TUJUAN PENELITIAN PERTAMA
Mengetahui variabel ekonomi makro yang
paling dominan pengaruhnya pada perubahan
kurs kaitannya dengan pengambilan keputusan
transaksi.

Mengetahui hasil analisis pengaruh variabel ekonomi


makro terhadap perubahan kurs dalam investasi
valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar
melakukan analisis fundamental untuk
meminimumkan kerugian.

KESIMPULAN PENELITIAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Tingkat GDP riil, tingkat inflasi relatif, tingkat suku bunga riil berpengaruh secara
nyata terhadap perubahan nilai kurs GBP/USD dan tingkat suku bunga memberi
pengaruh terbesar (signifikan) pada pergerakan kurs tersebut.

Hasil analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap perubahan kurs dalam
investasi valas Margin Trading bisa digunakan sebagai dasar melakukan analisis
fundamental untuk meminimumkan kerugian.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini mencoba menganalisa tentang variabel-variabel ekonomi makro yang
mempengaruhi perubahan kurs yang kemudian hasil analisis tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk melakukan analisis fundamental dalam meminimumkan kerugian
pada investasi valuta asing Margin Trading. Pasangan kurs yang digunakan adalah
Poundsterling terhadap Dollar (GBP/USD) sebagai variabel tidak bebasnya sedangkan
untuk variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian adalah variabel ekonomi
makro seperti: Gross Domestic Product (GDP), tingkat inflasi relatif, dan tingkat suku
bunga riil. Sehingga pendekatan yang dipilih adalah kuantitatif dengan jenis penelitian
explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis.

Populasi dan Teknik Sampling


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kurs poundsterling terhadap dollar AS
yang pernah terjadi di pasar valas dunia. Sampel yang dipilih adalah kurs poundsterling
terhadap dollar AS selama 30 periode terhitung dari bulan Januari 2000 sampai bulan
Juni 2007. Data yang digunakan adalah data historis dan dianalisis secara bulanan.
Sedangkan dalam analisisnya data kemudian dijadikan dalam rentang triwulanan (3
bulan).

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.


Variabel yang digunakan adalah variabel terikat dan variabel bebas dengan ukuran
masing-masing adalah :
1. variabel terikat, yaitu semua nilai kurs poundsterling terhadap dollar AS yang
digunakan adalah nilai kurs tengah bulanan, dengan variabel Y yang diukur
dalam satuan pounsterling periode 2000:1 2007:6.
2. variabel bebas, antara lain :

Tingkat GDP riil diukur dalam bentuk persentase. Yang kemudian persentase
ini merupakan persentase perbedaan pertumbuhan GDP riil antara Inggris
dan Amerika. Efek pertumbuhan GDP yang digunakan adalah dari sisi
penawaran, yaitu kemampuan negara dalam menghasilkan tambahan output.
Kenaikan GDP nominal dalam negeri dibanding negara lainnya akan
menimbulkan peningkatan permintaan barang dan jasa dari dalam negeri
sehingga timbul kenaikan permintaan terhadap mata uang dalam negeri. Hal
ini mengakibatkan nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkat
(terapresiasi) terhadap mata uang luar negeri dan begitu pula sebaliknya.

Tingkat inflasi relatif yang dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) diantara
kedua negara tersebut dalam bentuk persentase. Persentase ini merupakan
persentase perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan Amerika.
Kenaikan inflasi dalam negeri dibanding negara lainnya menimbulkan
permintaan barang dan jasa dari luar negeri meningkat karena lebih murah
dibanding dalam negeri sehingga impor meningkat dan permintaan valuta
asing meningkat untuk membeli barang dan jasa tersebut. Hal ini
mengakibatkan nilai tukar mata uang dalam negeri melemah (terdepresiasi)
terhadap mata uang luar negeri dan begitu pula sebaliknya.

Tingkat suku bunga riil yang diukur dalam bentuk persentase. Persentase ini
merupakan persentase perbedaan tingkat bunga rill antara Inggris dan
Amerika. Kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri dibandingkan dengan
luar negeri untuk mengetatkan jumlah uang beredar dalam negeri, hal ini
menyebabkan mata uang dalam negeri sulit untuk diperoleh dan keinginan
investor untuk membeli dan menguasai lebih besar sehingga nilai tukar mata
uang dalam negeri akan meningkat (terapresiasi) terhadap mata uang luar
negeri dan begitu pula sebaliknya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data : merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
resmi situs keuangan internasional valuta asing seperti forexnews, bloomberg,
valasnews, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan tersebut bersifat kuantitatif
(angka)

dalam

statistik

laporan

keuangan

pasar

internasional

secara

keseluruhan. Data tersebut berupa time series periode 2000:1 2007:6.

Teknik Pengumpulan data : melalui studi dokumenter, yaitu penelitian dan


pencatatan data dari laporan lembaga terkait serta studi kepustakaan dari buku,
jurnal ilmiah yang berkaitan dengan topik pembahasan.

3.5 Metode Analisis


Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh dan mengetahui seberapa besar
tingkat pengaruh variabel-variabel tersebut maka akan digunakan analisis regresi linear
berganda karena variabel terikatnya dipengaruhi lebih dari satu variabel bebas.

Spesifikasi model yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda yang
secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 )
Dimana:

= perubahan kurs poundsterling terhadap dollar AS

X 1 = tingkat GDP
X 2 = tingkat inflasi
X 3 = tingkat suku bunga
Dengan bentuk persamaan linear:
Y = o + 1X1i + 2X2i + 3X3i + ui
Dimana: o = intercept/konstanta
1, 2, 3 = slope (kemiringan kurva linier)
u = variabel gangguan

Selanjutnya untuk memperoleh nilai pemerkira yang baik dan efisien serta tidak bias
(Best Linear Unbiased Estimation BLUE) dari persamaan regresi berganda dengan
metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) maka digunakan asumsiasumsi sebagai berikut:
a. E (u i ) = 0. Artinya nilai harapan ui yang timbul karena variasi nilai X i yang diketahui
adalah sama dengan 0. Untuk i = 1, 2, 3, n
b. Covarians (u i , u j ) = 0, untuk i j. Artinya, bahwa antara kesalahan pengganggu
yang satu (ei) tidak berkorelasi (bebas) terhadap kesalahan pengganggu lainnya
(u j ).
c. Varians (u i ) = , untuk semua i. Artinya varians ui untuk setiap komponen Xi
mempunyai nilai yang sama besarnya dengan .

d. Covarians (u i , X 1 i ) = covarians (u i , X 2i ) = 0, atau disebut multikolinearitas.


Artinya, tidak terjadi korelasi antara komponen pengganggu ui dengan variabel
eksplanatori.
Sedangkan untuk mengetahui tujuan penelitian yang kedua adalah dengan
melakukan simulasi transaksi valuta asing (Forex) dengan bantuan ilustrasi berita
ekonomi yang dirilis dari situs resmi dunia, sehingga dapat diperoleh informasi bahwa
dengan simulasi tersebut diketahui bahwa penggunaan analisis fundamental dapat
membantu pelaku pasar Forex (trader) untuk mengambil keputusan sehingga dapat
meminimalkan kerugian yang muncul akibat pergerakan mata uang GBP/USD, yakni
dengan asumsi berita yang diluncurkan memastikan bahwa pasar sedang bergerak naik
atau bullish. Simulasi transaksi yang dilakukan meliputi perbandingan hasil transaksi
simulasi bersama berita ekonomi sebagai ulasan fundamental yang dipakai sebagai
analisisnya dengan situasi simulasi transaksi yang sama sekali tidak menggunakan
analisis fundamental, sehingga tidak dapat membaca arah pasar dengan baik apakah
tren sedang naik atau turun. Langkah-langkah simulasi transaksi tersebut adalah:
1. Memilih posisi awal untuk transaksi dengan jual atau membeli.
2. Menjumlahkan beberapa transaksi beli atau jual
3. Mencari kurs rata-rata transaksi dengan rumus :
Kurs rata-rata transaksi = Total jumlah dana nonreference currency
Total jumlah dana reference curency
4. Kemudian posisi ditutup dengan transaksi beli atau jual
5. Posisi akhir yang diperoleh dapat menunjukkan hasil transaksi apakah
untung atau rugi dengan cara : total jual atau beli dari posisi ditutup
dikurangi dengan total penjumlahan pada posisi awal.

3.6 Uji Statistik


Untuk menguji hipotesis secara statistik dalam analisis regresi berganda
dilakukan melalui pendekatan uji signifikan. Uji signifikan secara umum merupakan
prosedur untuk mengetahui seberapa besar signifikansi kebenaran suatu hipotesis nol
(Ho), atau untuk menentukan apakah sampel-sampel yang diamati berbeda secara
nyata dari hasil-hasil yang diharapkan. Keputusan untuk menerima atau menolak
hipotesa nol dibuat atas dasar nilai statistik uji yang diperoleh dari data empiris
kemudian dibandingkan dengan nilai tabel.
Pengujian hipotesa terhadap parameter dilakukan dengan:
1. Uji F, yaitu pengujian hubungan regresi secara simultan atau serentak antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dimaksudkan untuk menguji
tingkat keberartian hubungan seluruh koefisien regresi variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersamaan. Hipotesis yang akan diuji adalah:
a. H 0 : 1 = 2 = 3 = 0, artinya secara bersama-sama semua variabel
independent tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel
dependent.
b. H 1 : 1 =

= 3 0, artinya secara bersama-sama semua variabel

independent tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel


dependent.
F hitung rumusnya sebagai berikut:

R2

F=

k
(1 R ) /(n k 1)
2

Dimana:
R = koefisien determinasi

n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas

Apabila hasil uji F hitung lebih kecil dari F tabel maka Ho akan diterima.
Sebaliknya bila F hitung lebih besar daripada F tabel maka Ho akan ditolak.

2. Uji t, yaitu pengujian hubungan regresi secara parsial antar variabel terikat
dengan variabel bebas yang dimaksud. Uji ini untuk melihat tingkat keberartian
hubungan masing-masing koefisien regresi. Model pengujian koefisien regresi
parsial adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test) sebagai daerah kritis.
Keputusan untuk menolak Ho adalah dengan membandingkan nilai t hitung
dengan nilai t tabel, artinya suatu nilai dikatakan penting secara statistik maka Ho
harus ditolak dan H diterima. Hal ini berarti secara individual variabel bebas
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang signifikan
antara variabel Y dengan variabel yang menjelaskan (Xi) harus lebih dulu diuji
berdasarkan data empiris. Untuk itu ditentukan hipotesis sebagai berikut:
H0: i = 0

: artinya tidak ada pengaruh Xi secara signifikan terhadap Y

H0: i 0

: artinya ada pengaruh Xi secara signifikan terhadap Y

Distribusi yang digunakan dalam pengujian ini adalah distribusi t (t


distribution).

Nilai t tabel ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang

digunakan dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1. Sedangkan nilai t hitung


ditentukan dengan formula sebagai berikut:

T=

bi i
Sb i

Untuk pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t


hitung dengan t tabel. Bila t hitung terletak antara t tabel dan t tabel (-t tabel < t
hitung < t tabel) maka keputusannya menerima hipotesis nol (H 0 ) dan jika t
hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H 0 akan ditolak.
3. Koefisien determinasi (R), yakni merupakan pangkat dua dari koefisien korelasi
(r), digunakan untuk mengukur besarnya proporsi (dalam persentase) dari variasi
bebas X yang mampu diterangkan oleh model regresi. Dengan kata lain R
digunakan untuk besarnya proporsi sumbangan variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat. Batas nilai r adalah antara minus satu sampai dengan satu,
sehingga batas R adalah antara nol sampai dengan satu. Semakin tinggi nilai R
akan semakin tinggi atau erat hubungan antara variabel terikat dan variabel
bebasnya dalam model.

3.7 Uji Asumsi Klasik


Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least
Square/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear yang tidak
bias yang terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE).
Untuk mengetahui apakah parameter yang dihasilkan bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan berarti, maka dilakukan uji asumsi klasik seperti Uji
Multikolinearitas, Heteroskedastis, dan Autokorelasi.
a. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan linear yang
sempurna atau mendekati sempurna diantara semua atau beberapa variabel yang

menjelaskan dalam model regresi, yaitu antara X 1 , X 2 , dan X 3 . Salah satu asumsi
klasik yang mendasari analisis regresi berganda adalah bahwa tidak terdapat korelasi
antara variabel-variabel independen. Artinya, antara X 1 dan X 2 tidak terdapat korelasi
yang kuat maupun sempurna. Dalam kenyataannya sering terdapat hubungan secara
teoritis yang kuat antar variabel independen yang dimaksud atau sering disebut
multikolinearitas ini. Selain dengan memeriksa konsep hubungan secara teoritis antar
variabel bebas, dapat pula dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dari
hasil perhitungan statistik, bisa dilakukan dengan langkah berikut:
1. Koefisien korelasi sederhana antara kedua variabel independen adalah tinggi
atau kuat.
2. Tak satu pun atau hanya sedikit variabel-variabel independen itu memiliki uji t
yang signifikan walaupun koefisien determinasi ganda R dan uji F tinggi.
3. Jika determinan dari matriks sangat kecil atau bahkan nol.
4. Diagnosis terhadap gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai hitung VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika

VIF nilainya kurang dari

sepuluh (VIF < 10) dan tolerance atau persentase keragaman yang semakin
besar maka tidak terbukti adanya multikolinearitas.
Untuk menanggulangi masalah multikolinearitas dapat dilakukan salah satu
langkah yang tersebut di bawah ini, yaitu:
1. Memeriksa secara teoritis apakah ada hubungan antar variabel bebas.
2. Melakukan penggabungan antara data cross-section dengan time series atau
yang disebut dengan pooling data.
3. Mengeluarkan salah satu variabel penjelas (bebas) dari model.
4. Mentransformasi variabel-variabel yang terdapat dalam model.
5. Menambah data baru yakni menambah observasi n

b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastis terjadi jika masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai
varian yang berlainan yaitu (ui) = untuk 1, 2, 3, ..., n.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastis dapat digunakan uji Park. Ada tidaknya
ditentukan dengan melihat signifikansi variabel bebas (X1, X2, dan X3) dengan variabel
terikat (residual) yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila hasil
regresi menunjukkan bahwa variabel bebas signifikan terhadap variabel terikat maka
model regresi yang dianalisa mengandung heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila tidak
signifikan maka regresi tersebut memenuhi asumsi homoskedastis.
c. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang/tempat (cross-section)
yang timbul jika asumsi E (ui, uj) = 0, dimana i j tidak terpenuhi. Dengan kata lain, jika
keduanya independen maka korelasi sederhana antara ut dan ut-1 itu nol.
Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dapat digunakan metode Durbin Watson,
yaitu :

Menghitung nilai d dengan rumus sebagai berikut :


D = (et et-1)
et

Menentukan nilai kritis dL dan du, dengan pengujian :


Jika:
d < dL

berarti terdapat autokorelasi positif

d > du

berarti tidak ada autokorelasi positif

d > (4 dL)

berarti ada autokorelasi negatif

d < (4 du)

berarti tidak ada autokorelasi negatif

dL < d < du

daerah tanpa keputusan atau ragu-ragu

dL < d < du

daerah tanpa keputusan atau ragu-ragu

Untuk menanggulangi masalah otokorelasi dapat dilakukan salah satu langkah


yang tersebut di bawah ini, yaitu:
1. Memasukkan variabel tambahan atau mengubah bentuk fungsional
2. Menggunakan generalized least square, Autoregresif (AR) atau ARIMA
(Autoregresif dan Moving Average) yakni model rata-rata bergerak.

Autoregresif (AR). Pada umumnya suatu penyebab baru menimbulkan


akibat setelah suatu suatu selang waktu tertentu. Selang waktu (antara
sebab dan akibat) ini disebut Lag. Oleh karena itu, perumusan realistis
dari hubungan-hubungan ekonomi memerlukan nilai-nilai lag (lag
values) dari variabel-variabel bebas atau juga pemasukan nilai lag dari
variabel terikat. Dimana model autoregresif ini menunjukkan Y t sebagai
fungsi linear dari sejumlah Y t aktual sebelumnya atau dinyatakan
dalam formulasi:
Y t = b 0 + b 1 Y t 1 + b 2 Y t 2 ++ b n Y t n + e t
Dimana:
Yt

= variabel dependen

Y t 1 , Y t 2 , Y t n = variabel bebas yang merupakan lag dari variabel


terikat.
b0, b1 , b2

= koefisien regresi

et

= residual.

Statistik d dari Durbin Watson mungkin tidak bisa dipakai untuk


mendeteksi serial korelasi dalam model autoregresif karena nilai d yang dihitung
cenderung mendekati angka dua, yang merupakan nilai d yang diharapkan

dalam suatu urutan yang benar-benar random. Sehingga pengujiannya


menggunakan statistik h untuk mengetahui ada tidaknya otokorelasi dalam
model autoregresif sebagai berikut dimana N (ukuran sampel):
h = [1 -

1
N
d]
2
1 N (var koefisienlagYt 1 )

Ketentuan ada atau tidaknya otokorelasi dalam metode autoregresif


adalah dengan mengetahui nilai h hitung yang lebih kecil dari nilai kritis h.
Dengan demikian (h hitung < h kritis) maka hipotesis diterima, dimana artinya
tidak tedapat serial korelasi atau otokorelasi.

BAB IV
ANALISIS HASIL
DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Empiris


Untuk analisis empiris pada penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu
program komputer yaitu paket program SPSS 13 pada data runtun waktu (time series)
pada triwulanan bulan Januari 2000 sampai Juni 2007. Sedangkan hasil penaksiran
terhadap persamaan regresi yang dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil biasa (Ordinary Least-squares Method) dengan bantuan program SPSS 13 yang
akan ditunjukkan secara ringkas pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Analisis
Regresi Linear Berganda
Variabel

Keterangan

Koefisien

Standard error

regresi

T hitung (df =
25)

X1

GDP

-1,574

1,016

-1,996

X2

Tingkat inflasi

14,369

7,012

0,913

Suku bunga

-0,089

1.976

-0,067

konstanta

101,878

6,269

6,763

F hitung

= 2, 388

Multiple R

= 0,465

R square

= 0,216

Nilai Durbin Watson

= 0,406

Adjusted R square

= 0,126

Standard error Estimate = 10,91096

Sehingga berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda


diperoleh estimasi persamaan regresi, yaitu:
Y = 101,878 -1,574 X 1 + 14,369 X 2 -0,089 X 3

4.3 Pengujian Asumsi Klasik


Untuk mendapatkan nilai pemerkira yang tidak bias dan efisien (Best Linear
Unbias Estimator/BLUE) dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat
terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) perlu dilakukan pengujian apakah model
regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan dari asumsi klasik. Persyaratan asumsi
klasik yang harus dipenuhi adalah: Non-multikolinearitas dimana antara variabel
independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan
secara sempurna atau mendekati sempurna, homoskedastis dimana varians variabel
independen adalah konstan (sama) untuk setiap nilai tertentu variabel independen, dan
non-otokorelasi (kesalahan atau gangguan Ui yang masuk ke dalam fungsi regresif
populasi adalah random atau tak berkorelasi).
Hasil dari uji asumsi klasik terhadap data empiris adalah sebagai berikut:
4.3.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1) antarvariabel
independen yang terdapat dalam model regresi.
Diagnosis terhadap gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai hitung VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF nilainya kurang dari sepuluh (VIF
< 10) dan tolerance atau persentase keragaman yang semakin besar maka tidak
terbukti adanya multikolinearitas. Dari tabel di bawah ini, diketahui bahwa VIF GDP
adalah 1,026 pada tingkat toleransi 97,5% sedangkan VIF inflasi 1,006 pada tingkat

toleransi 99,4%, dan suku bunga sebesar 1,020 pada tingkat toleransi 98%. Sehingga
dari hasil tersebut tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas.

Variabel

Toleransi

VIF

GDP

0.975

1.026

Inflasi

0.994

1.006

Suku Bunga

0.980

1.020

Tabel 4.2 koefisien hasil analisa


Sumber: data diolah

Dari diagnosis yang dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi


terjadinya multikolinearitas tidak terpenuhi, karena tidak ada hubungan yang sempurna
atau mendekati sempurna.

4.3.2 Uji Heteroskedastis


Kondisi heteroskedastis dalam model terjadi apabila varians variabel dalam
model tidak sama atau nilai X yang satu ke nilai X yang lain ternyata berpasangan
dengan nilai Y yang berdistribusi dan variansnya berbeda-beda. Diagnosis adanya
heteroskedastis secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Park. Uji Park dilakukan dengan membuat model regresi yang
melibatkan ln ei sebagai variabel terikat terhadap semua variabel bebas. Jika semua
variabel

bebas

signifikan

secara

statistik,

maka

dalam

model

terdapat

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Uji Park


ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Hasil perhitungan Uji Park
Variabel bebas

T hitung

T tabel

Tingkat keyakinan

X1

-1,996

2,045

95%

X2

0,913

2,045

95%

X3

-0,067

2,045

95%

Variabel terikat = ln ei
Sumber: data diolah

Dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa jika masing-masing nilai t hitung variabel
bebas dibandingkan dengan nilai t tabel maka hasilnya t tabel < t hitung < t tabel.
Artinya, bahwa semua variabel bebas tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%
karena seluruh t hitung terletak antara t tabel dan t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastis
dalam model regresi.

4.3.3 Uji Otokorelasi


Kondisi adanya otokorelasi dalam model regresi timbul apabila terdapat
korelasi antar anggota serangkaian observasi yang disusun menurut urutan waktu (time
series) atau menurut urutan ruang (data cross sectional) atau korelasi pada dirinya
sendiri. Untuk membuat kesimpulan tentang ada tidaknya otokorelasi dalam model
regresi maka hipotesis yang akan diuji harus memenuhi asumsi du < d < (4 du):
menerima Ho.
Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh nilai Durbin Watson (DW) hitung
sebesar 0,406 (lihat tabel 4.1), sedangkan nilai statistik d dari Durbin-Watson sebesar
1,01 untuk nilai dL dan nilai du sebesar 1,42 dengan n = 30, k = 3 dan tingkat penting
1%. Sedangkan berdasarkan ketentuan penerimaan hipotesa (Ho) yaitu tidak adanya
otokorelasi positif maupun negatif dalam model regresi, maka niai DW hitung harus

terletak antara du (1,42) dan 4-du (2,58). Karena nilai DW hitung sebesar 0,406 maka
maka nilai DW hitung tersebut menunjukkan terletak tidak diantara du (1,42) dan 4-du
(2,48) melainkan terletak di bawah 1,42 dan lebih kecil dari dL (d < dL) dengan kata lain
terdapat gejala otokorelasi.

4.3.3.1 Penanggulangan Otokorelasi dengan Metode AR (Autoregresif)


Adanya gejala otokorelasi ini, observasi dari faktor kesalahan yang berkorelasi,
konsekuensinya adalah tidak bias pada koefisien estimasi namun varians koefisien
estimasi meningkat (nilai t turun) dengan cara yang tidak dapat ditangkap oleh OLS.. Hal
tersebut kemudian diperbaiki dengan mengubah bentuk fungsional dengan model
autoregresif (Mudrajad Kuncoro, 174). Dimana model autoregresif ini menunjukkan Y t
sebagai fungsi linear dari sejumlah Y t aktual sebelumnya atau dinyatakan dalam
formulasi: Y t = b 0 + b 1 Y t 1 + b 2 Y t 2 ++ b n Y t n + e t
Pengubahan bentuk fungsi ini mengindikasikan bahwa perubahan kurs
Poundsterling terhadap dollar (GBP/USD) tidak lepas dari trend sebelumnya. Ketika
membahas model regresi linier yang baku, masalah waktu (timing) kapan terjadinya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat belum dibahas. Pada umumnya suatu
penyebab baru menimbulkan akibat setelah suatu suatu selang waktu tertentu. Selang
waktu (antara sebab dan akibat) ini disebut Lag. Oleh karena itu, perumusan realistis
dari hubungan-hubungan ekonomi memerlukan nilai-nilai lag (lag values) dari variabelvariabel bebas (atau juga pemasukan nilai lag dari variabel terikat).
Dan berikut ini hasil dari pemasukan nilai lag dari variabel terikat atau fungsi
model autoregresif yang digunakan untuk memperbaiki kasus autokorelasi.

Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Analisis
Regresi Linear Berganda dengan Metode Autoregresive
variabel

keterangan

Koefisien

Standard error

regresi

T hitung (df =
25)

X1

GDP

0,090

0,336

0,269

X2

Tingkat inflasi

2,547

2,328

1,094

X3

Suku bunga

1,375

0,627

2,193

X 4 lags

Lag Y

0,965

0,062

15,471

konstanta

-0,0520

6,875

-0,008

F hitung

= 78,048

Multiple R

= 0,962

R square

= 0,926

Nilai Durbin Watson

= 1,779

Adjusted R square

= 0,914

Standard error Estimate

=3,42176

4.4 Pengujian Asumsi Klasik dengan Autoregresif


Hasil dari uji asumsi klasik terhadap data empiris adalah sebagai berikut:

Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1) antar variabel
independen yang terdapat dalam model regresi.
Diagnosis terhadap gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai hitung VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF nilainya kurang dari sepuluh (VIF
< 10) dan tolerance atau persentase keragaman yang semakin besar maka tidak

terbukti adanya multikolinearitas. Dari tabel di bawah ini, diketahui bahwa VIF GDP
adalah 1,144 pada tingkat toleransi 87,4 % sedangkan VIF inflasi 1,129 pada tingkat
toleransi 88,6 %, dan suku bunga sebesar 1,043 pada tingkat toleransi 95,9 %.

Variabel

Toleransi

VIF

GDP

0.874

1.144

Inflasi

0.886

1.129

Suku Bunga

0.959

1.043

Lags(GBPUSD)

0.791

1.265

Tabel 4.5 koefisien hasil analisa dengan metode otoregresif


Sumber: data diolah

Dari diagnosis yang dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi


terjadinya multikolinearitas tidak terpenuhi, karena tidak ada hubungan yang sempurna
atau mendekati sempurna.

Uji Heteroskedastis
Kondisi heteroskedastis dalam model terjadi apabila varians variabel dalam
model tidak sama atau nilai X yang satu ke nilai X yang lain ternyata berpasangan
dengan nilai Y yang berdistribusi dan variansnya berbeda-beda. Diagnosis adanya
heteroskedastis secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Park. Uji Park dilakukan dengan membuat model regresi yang
melibatkan ln ei sebagai variabel terikat terhadap semua variabel bebas. Jika semua
variabel

bebas

signifikan

secara

statistik,

maka

dalam

model

terdapat

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Uji Park


ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6
Hasil perhitungan Uji Park dari persamaan fungsi autoregresive.
Variabel

T hitung

T tabel

Tingkat keyakinan

bebas

X1

-1,288

2,060

95%

X2

0,466

2,060

95%

X3

-0,549

2,060

95%

X 4 lags

0,072

2,060

95%

Variabel terikat = ln ei , Df : 25
Sumber: data diolah

Dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa jika masing-masing nilai t hitung variabel
bebas dibandingkan dengan nilai t tabel maka hasilnya t tabel < t hitung < t tabel.
Artinya, bahwa semua variabel bebas tidak signifikan pada tingkat keyakinan 95%
karena seluruh t hitung terletak antara t tabel dan t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastis
dalam model regresi.

Uji Otokorelasi
Kondisi adanya otokorelasi dalam model regresi timbul apabila terdapat
korelasi antar anggota serangkaian observasi yang disusun menurut urutan waktu (time
series) atau menurut urutan ruang (data cross sectional) atau korelasi pada dirinya
sendiri. Untuk membuat kesimpulan tentang ada tidaknya otokorelasi dalam model
regresi dengan metode autorgresif ini maka tidak lagi dengan melihat Durbin Watson
biasa, melainkan dengan uji durbin h.
h = [1 -

1
30
(0,94)]
2
1 30(0,965)

= 0,91
Nilai statistik h tabel dari tabel distribusi normal dengan tingkat Durbin-Watson
sebesar 0,94 untuk nilai dL dan nilai du sebesar 1,51 dengan n = 30, k = 4 dan tingkat
signifikansinya 1%. Karena h yang dihitung lebih kecil dari nilai kritis h, maka hipotesis
bisa diterima bahwa tidak ada serial korelasi (derajat pertama) dalam data.

4.5 Analisis dan Pembahasan Variabel-variabel Ekonomi yang Mempengaruhi


Fluktuasi Kurs GBP/USD
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan mengenai pengujian asumsi model
klasik dalam model regresi sebagai persyaratan agar dapat dihasilkan estimator linear
tidak bias yang terbaik, dimana model regresi tersebut menunjukkan telah memenuhi uji
asumsi klasik sehingga analisis terhadap hasil yang diperoleh dapat dilakukan. Sebelum
dilakukan analisis regresi linear berganda terhadap persamaan regresi, maka terlebih
dahulu dilakukan uji koefisien korelasi pada variabel Y terhadap variabel-variabel yang
menjelaskan (Xi) untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan (linear) dan bukan
hubungan sebab akibat antara suatu variabel Y dengan variabel yang menjelaskan (Xi).
Sedangkan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini, digunakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan metode
regresi linear berganda. Persamaan regresi yang diperoleh melalui metode regresi linear
berganda ini akan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar persentase variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebas dengan melihat nilai koefisien determinasi (R)
atau uji Goodness of Fit (seberapa baik garis regresi sampel dalam mencocokkan data)
dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh semua variabel bebas secara bersamasama terhadap nilai variabel terikat dengan menggunakan uji F, serta untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikat dengan menggunakan uji t dua arah (two-tailed test).

4.5.1 Uji Koefisien Korelasi


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pengujian terhadap koefisien korelasi
dilakukan untuk mengetahui bagaimana keeretan hubungan (linear) dan bukan
hubungan sebab akibat antara variabel Y dengan variabel-variabel yang menjelaskan
(Xi).
Dari hasil perhitungan analisis korelasi parsial yang diperoleh dalam penelitian
ini (lihat lampiran), maka t hitung dapat ditentukan. Untuk selengkapnya akan diuraikan
hasil perhitungan tersebut pada tabel 4.7, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial
T hitung dan Perbandingan t hitung dengan T tabel
( = 5%)
Variabel

Koefisien

T hitung

T tabel

Perbandingan

Korelasi Parsial
X1

-0,299

0,269

2,048

- t tabel < t hitung < t tabel

X2

0,378

1,094

2,048

- t tabel < t hitung < t tabel

X3

0,040

2,193

2,048

t hitung > t tabel

X 4 lags

0,952

15,471

2,048

t hitung > t tabel

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa dari semua variabel bebas
(kecuali variabel X 1 dan X 2 ) keputusannya menolak hipotesis H 0 sedangkan variabel
bebas X 1 dan X 2 keputusannya menerima H 0 . Artinya, bahwa secara statistik semua
variabel bebas kecuali X 1 dan X 2 mempunyai hubungan linear dengan variabel Y
secara signifikan. Sehingga data disimpulkan bahwa persentase perubahan tingkat suku

bunga (X 3 ) dan unsur lag dari Y mempunyai hubungan yang linear dengan perubahan
kurs GBP/USD.

4.5.2 Uji Goodness of Fit


Dari tabel 4.4 di awal menunjukkan nilai koefisien determinasi majemuk (R)
yang dihasilkan dalam persamaan regresi adalah sebesar 0,926. Artinya, bahwa
perkembangan kurs GBP/USD sebesar 92,6 % dijelaskan oleh semua variabel bebas
yaitu persentase perbedaan pertumbuhan GDP riil antara Inggris dan Amerika (X 1 ),
persentase perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dengan Amerika (X 2 ),
persentase perbedaan suku bunga riil antara Inggris dan Amerika (X 3 ), serta sisanya
7,4% dijelaskan oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Dengan memperhatikan besarnya persentase semua variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikat yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi yang dihasilkan secara statistik baik untuk mengestimasi nilai
variabel terikat.

4.5. 3 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh semua
variabel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel terikat. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai kritis F (F tabel) dengan
nilai F hitung (F rasio) yang terdapat dalam tabel analysis of variance dari hasil
perhitungan pada tingkat keyakinan yang digunakan. Apabila F hitung absolut lebih

besar daripada F tabel maka keputusannya menolak H 0 atau menerima H 1 dan


demikian sebaliknya.
Dari hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 78,048 (lihat pada tabel 4.6)
sedangkan F tabel adalah sebesar 2,31 pada tingkat keyakinan 95%. Dengan
membandingkan antara F hitung (F rasio) dengan F tabel (nilai kritis), menunjukkan
bahwa F hitung lebih besar daripada F tabel, sehingga keputusan untuk menerima H 0
ditolak atau menerima H 1 . Artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa secara
bersama-sama semua variabel independent tersebut berpengaruh secara nyata
terhadap variabel dependen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama
semua variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap kurs GBP/USD.

4.5.4 Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masingmasing variabel secara parsial terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi
dengan t tabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Bila t hitung terletak
diantara t tabel dan t tabel (-t tabel < t hitung < t tabel) maka keputusannya menerima
hipotesis nol (H 0 ) dan jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H 0 akan ditolak
atau menerima H 1 .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk masing-masing
variabel bebas yaitu:

Tabel 4.8
Perbandingan antara Nilai t hitung dengan t tabel
untuk Masing-masing Variabel Bebas.
Variabel bebas

T hitung

T tabel

perbandingan

Tingkat
keyakinan

X1

0,269

2,060

t hitung < t tabel

95%

X2

1,094

2,060

t hitung < t tabel

95%

X3

2,193

2,060

t hitung > t tabel

95%

X 4 lags

15,471

2,060

t hitung > t tabel

95%

Df: n-k-1 = 25 Sumber: data diolah

Sedangkan uji t untuk masing-masing variabel akan diuraikan sebagai berikut :

4.5.4.1 Variabel Persentase Perbedaan Pertumbuhan GDP Riil antara Inggris dan
Amerika (X 1 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 0,269
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih kecil hitung dari nilai t tabel (t hitung < t tabel) maka keputusan menerima
Ho. Artinya koefisien regresi variabel X 1 tersebut sama dengan nol sebesar 95%
sedangkan berbeda dengan nol sebesar 5%.
Untuk

itu

dapat

disimpulkan

bahwa

variabel

persentase

perbedaan

pertumbuhan pendapatan antara Inggris dan Amerika tidak berpengaruh secara


signifikan terhadap variabel kurs GBP/USD. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini keputusannya adalah tidak dapat diterima.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai koefisien
regresi sebesar 0,090. Nilai positif ini menunjukkan bahwa variabel GDP riil ini

mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan kurs GBP/USD. Artinya setiap
kenaikan 1 % perbedaan pendapatan nasional antara Inggris dan Amerika, ceteris
paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik 0,090/$, dengan kata lain
kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar AS sebesar jumlah tersebut.
Nilai positif tersebut menunjukkan persamaan dengan teori yang dibahas pada
bab terdahulu, dimana apabila pendapatan nasional suatu negara maka kenaikan
pendapatan nasional suatu negara dan variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus)
akan mendorong kurs negara tersebut terhadap negaranya akan meningkat
(terapresiasi).
Nilai positif menunjukkan pula bahwa Inggris mempunyai GDP riil lebih tinggi
dari Amerika Serikat, sehingga kenaikan GDP riil ini mendorong permintaan akan
Poundsterling semakin meningkat karena barang dan jasa yang diminta semakin
meningkat. Kenaikan permintaan terhadap Poundsterling ini (pada kondisi penawaran
Poundsterling tetap) akan mengakibatkan kurs Poundsterling terhadap dollar AS akan
meningkat (terapresiasi).

4.5.4.2 Variabel Persentase Perbedaan Tingkat Inflasi Relatif antara Inggris dan
Amerika (X 2 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 1,094
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih kecil hitung dari nilai t tabel (t hitung < t tabel) maka keputusan menerima
Ho. Artinya koefisien regresi variabel X 2 tersebut sama dengan nol sebesar 95%
sedangkan berbeda dengan nol sebesar 5%.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa variabel persentase perbedaan tingkat


inflasi relatif antara Inggris dan Amerika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel kurs GBP/USD. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
keputusannya adalah tidak dapat diterima.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai koefisien
regresi sebesar 2,547. Nilai positif ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan tingkat
inflasi relatif mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan kurs GBP/USD.
Artinya setiap kenaikan 1 % perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan Amerika,
ceteris paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik 2,547/$.
Nilai positif tersebut menunjukkan perbedaan dengan teori yang dibahas pada
bab terdahulu, dimana apabila suatu negara mengalami peningkatan inflasi dibanding
negara lain variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus) akan mendorong penurunan
(depresiasi) kurs negara tersebut terhadap negara lain. Hal ini sangat dimungkinkan
oleh situasi Inggris yang relatif lebih stabil kondisi perekonomiannya dibanding Amerika.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pergerakan kurs GBP/USD selama kurang lebih
enam tahun terakhir. Dimana situasi perekonomian Inggris yang bagus dikuatkan
dengan kebijakan tingkat bunganya dan inflasi dapat ditekan pada sektor lain sehingga
tidak mempengaruhi kurs Poundsterling secara berarti. Sementara Amerika semakin
terpuruk dengan adanya kenaikan harga minyak, situasi perekonomian dengan
keranjang belanja yang tidak efisien karena anggaran untuk militer yang besar, serta
atmosfir anti-AS yang semakin meluas di beberapa negara dunia.

4.5.4.3 Variabel Persentase Perbedaan Tingkat Suku Bunga Riil antara Inggris dan
Amerika (X 3 )
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 2,193
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih besar t hitung dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) maka keputusan menolak
H 0 dan menerima H 1 . Artinya koefisien regresi variabel X 3 tersebut berbeda dengan nol
sebesar 95% sedangkan kemungkinan sama dengan nol sebesar 5%.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa variabel persentase perbedaan tingkat suku
bunga antara Inggris dan Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kurs
GBP/USD. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini keputusannya adalah
dapat diterima.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel ini mempunyai koefisien
regresi sebesar 1,375. Nilai positif ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan tingkat
bunga mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan kurs GBP/USD. Artinya
setiap kenaikan 1 % perbedaan tingkat suku bunga antara Inggris dan Amerika, ceteris
paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik 1,375/$, dengan kata lain
kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar AS sebesar jumlah tersebut.
Nilai positif tersebut menunjukkan pula akan kesamaannya dengan teori yang
dibahas pada bab terdahulu, dimana tingkat bunga mempunyai pengaruh positif
terhadap mata uang. Mata uang dengan bunga tinggi akan lebih menarik dari pada mata
uang dengan tingkat bunga rendah. Jika interest rate (i) naik maka: jumlah uang yang
diserap oleh bank akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan semakin besar
(masyarakat akan lebih senang untuk menabung di bank daripada membuka bisnis
baru). Disisi lain bank umum juga akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman kepada

masyarakat sehingga masyarakat mengurangi minatnya untuk meminjam uang.


Semakin besar jumlah uang yang diserap oleh bank umum dan semakin sedikitnya
jumlah uang yang dipinjam oleh masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan
semakin sedikit , jika jumlah uang yang beredar semakin sedikit maka permintaan akan
mata uang tersebut akan semakin tinggi , jika permintaan semakin tinggi maka nilai
mata uang akan semakin menguat (Ceteris Paribus).

4.5.4.4 Variabel Lag dari Y atau Lag perubahan kurs GBP/USD (X 4 )


Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah sebesar 15,471
sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan derajat kebebasan 25
sebesar 2,060. Apabila nilai t hitung dibandingkan t tabel menunjukkan bahwa nilai t
hitung lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) maka keputusan menolak H 0 dan
menerima H 1 . Artinya koefisien regresi variabel X 4 tersebut berbeda dengan nol
sebesar 95% sedangkan kemungkinan sama dengan nol sebesar 5%.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa variabel X 4 berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel kurs GBP/USD. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
keputusannya adalah dapat diterima. Signifikansi yang dimiliki X 4 merupakan bagian
dari lag terhadap kurs GBP/USD itu sendiri sehingga nilai t hitung lebih besar dari t
tabel.

4.6 Implikasi Hasil Penelitian


Sesuai dengan tujuan penelitian berikutnya setelah mengetahui variabel bebas
mana yang sangat berpengaruh terhadap perubahan kurs GBP/USD, maka untuk
mengetahui pula bagaimana hasil analisis tersebut bisa digunakan sebagai satu bagian
dalam analisis fundamental untuk meminimumkan kerugian. Untuk memenuhi tujuan
tersebut maka pada penelitian ini akan menaksir terlebih dahulu nilai Y (kurs GBP/USD)
dari persamaan regresi linear berganda terhadap data empiris tersebut. Sehingga dari
taksiran tersebut diperoleh dasar untuk menentukan simulasi perhitungan transaksi
valuta asing yang bermotif trading atau keuntungan ini.
Posisi valuta asing memiliki unsur pergerakan kurs didalamnya sehingga
berpotensi menimbulkan laba dan rugi. Kita akan melihat pengaruh pergerakan kurs
pada posisi yang diambil baik itu posisi long maupun posisi short.
Pada dasarnya pihak yang memiliki posisi valuta asing long (beli) akan
diuntungkan apabila pergerakan kurs valuta asing naik. Posisi long akan dirugikan
apabila kurs valuta asing bergerak turun.
Sebaliknya pihak yang memiliki posisi short (jual) akan diuntungkan apabila kurs
valuta asing bergerak turun. Apabila kurs valuta asing bergerak naik maka pihak yang
memiliki posisi short akan menderita kerugian.
Sehubungan dengan pergerakan kurs valuta asing terdapat dua istilah yang
sering digunakan oleh para pelaku pasar untuk menggambarkan kecenderungan
pergerakan harga di pasar valuta asing. Bullish dipakai apabila pergerakan kurs valuta
asing mempunyai kecenderungan mengalami kenaikan atau penguatan. Sebagai contoh
untuk valuta GBP/USD pasar sekarang sedang bullish ini berarti kecenderungan kurs di
pasar valuta asing untuk GBP/USD akan mengalami kenaikan. Bearish digunakan
apabila pergerakan kurs valuta asing mempunyai kecenderungan mengalami penurunan
atau lemah. Sebagai contoh untuk valuta GBP/USD pasar sekarang sedang bearish ini

berarti kecenderungan kurs di pasar valuta asing untuk GBP/USD akan mengalami
penurunan.
Apabila istilah ini dihubungkan dengan pengambilan posisi maka apabila pasar
satu valuta sedang bullish maka sebaiknya mengambil posisi long pada valuta tersebut.
Sebaliknya apabila pasar satu valuta sedang bearish maka sebaiknya mengambil posisi
short pada valuta tersebut. Sehingga dengan mengambil posisi yang tepat maka akan
mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan.

4.6.1 Simulasi Transaksi dengan Menggunakan Ulasan Analisa Fundamental


Kemudian, untuk melihat bagaimana analisa fundamental bekerja, maka akan
dibuat suatu contoh kasus atau beberapa kondisi berikut:
Contoh :
Laporan Harga Senin 09 Juli 2007 (Ulasan Fundamental)
Pada perdagangan currencies hingga pukul 05.00 WIB, dollar menguat terhadap
beberapa major currencies.
EUR/USD dibuka pada level 1.3497, tertinggi 1.3510, terendah 1.3420 dan terakhir
1.3423.
GBP/USD dibuka pada level 1.9924, tertinggi 1.9940, terendah 1.9743 dan terakhir
1.9769.
USD/JPY dibuka pada level 121.08, tertinggi 121.54, terendah 120.77 dan terakhir
120.94.
USD/CHF dibuka pada level 1.2167, tertinggi 1.2265, terendah 1.2160 dan terakhir
1.2242.
Ulasan Fundamental:

Pola ini mengindikasikan pergerakan GBP/USD sementara akan bullish berita


tersebut mendukung sterling untuk up trend. Untuk pergerakan selanjutnya, apabila
GBP/USD melewati 1.9803 maka bisa beli sterling dengan target likuidasi di kisaran
1.9848an. Tetapi apabila level 1.9735 dilewati maka jual sterling dengan target likuidasi
lebar ke sekitar level 1.9670an. Dollar menguat tajam terhadap mayoritas mata uang
utama dunia kecuali yen, setelah data-data ekonomi AS menunjukkan solidnya ekonomi
dan perkiraan akan tidak turunnya suku bunga the Fed dalam waktu dekat ini. Claims
tenaga kerja AS yang turun sedikit membantu deficit anggaran keuangan AS. Begitu
pula stok barang di tingkat pedagang besar AS masih menunjukkan pada tingkat yang
aman atas ketersediaan barang. Kekayaan penduduk AS masih menunjukkan tiadanya
kebangkrutan pada rata-rata penduduk yang akhir-akhir ditakutkan Alan Greenspan.
Meski sedikit mengalami penurunan namun kekayaan masyarakat AS masih
menunjukkan pertumbuhannya. Sterling sendiri setelah Bank of England tidak merubah
kebijakan moneternya dan tidak memberi sinyal langkah selanjutnya terhadap kebijakan
tersebut sehingga pasar menganggap bahwa masa depan BoE rate belum jelas. A
setelah melakukan analisa fundamental ditemukan bahwa pasar sedang bullish
sehingga memperkirakan kurs GBP/USD akan naik. Untuk itu dia mengambil posisi long
dengan melakukan serangkaian transaksi seperti berikut :
Tabel 4.9 Simulasi Transaksi dengan Analisis Fundamental: Transaksi
pengambilan posisi Long
Transaksi

GBP

Level

USD

Beli GBP/USD

500.000

1.9769

988.450

Beli GBP/USD

100.000

1.9770

197.700

Beli GBP/USD

350.000

1.9803

693.105

Beli GBP/USD

150.000

1.9840

297.600

Total

1.100.000

2.176.855

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa A mengambil posisi long dengan empat
transaksi pembelian USD/IDR dengan total pembelian sebesar USD 1.850.000,00
dengan kurs yang berbeda-beda. Yang mejadi permasalahan adalah bila A ingin
squaring atau menutup posisi dan tidak ingin mengalami kerugian di kurs berapa
minimal dia arus menjual USD yang dibelinya itu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka kita harus mengetahui di kurs berapa sebenarnya total pembelian tersebut. Untuk
mengetahui kurs pembelian yang sebenarnya digunakan apa yang disebut kurs rata-rata
transaksi. Kurs rata-rata transaksi ini dihitung dengan persamaan rata-rata tertimbang
dari semua kurs transaksi yang dilakukan.
Adapun persamaan yang digunakan adalah:
Kurs rata-rata transaksi = Total jumlah dana non-reference currency
Total jumlah dana reference curency
Jadi untuk contoh di atas maka kurs rata-rata transaksinya adalah:
2.176.855/1.100.000,00 = 1.9789
Jadi harga minimum untuk melakukan penutupan posisi tanpa menderita
kerugian apabila A bisa menjual USD/IDR tersebut di atas kurs 1.9789
Kita lihat apabila A melakukan penutupan posisi di kurs 1.9789:
Tabel 4.10 Posisi Akhir Transaksi
Transaksi

GBP

Level

USD

Beli GBP/USD

500.000

1.9769

988.450

Beli GBP/USD

100.000

1.9770

197.700

Beli GBP/USD

350.000

1.9803

693.105

Beli GBP/USD

150.000

1.9840

297.600

1.100.000

1.9789

2.176.855

1.100.000

1.9790

2.176.900

Total
Squaring
Jual GBP/USD
Posisi Akhir

Catatan: kalkulasi GBP/USD: (selling-buying) x contract size x jumlah lot

45

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada posisi akhir terdapat keuntungan
sebesar USD 45 yang merupakan selisih total dana USD yang diterima dengan dana
USD yang harus dibayar.
Dalam hal ini, karena seseorang A tersebut telah menggunakan sebuah ulasan
fundamental dan mampu menyimpulkan arah pergerakan pasar yang cemderung bullish
(kuat), maka ia pun dapat memprediksikan pada posisi berapa ia bertransaksi sehingga
mendapatkan keuntungan sebesar USD 45 dengan posisi long yang telah diambil yakni
membeli GBP.
Namun, pada kasus B yang tidak menggunakan ulasan fundamental dan
memperkirakan kondisi pasar sebaliknya yakni sedang Bearish (lemah) maka keputusan
yang diambilnya adalah dengan posisi short (menjual). Kejadian transaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Kondisi tanpa Analisis Fundamental: Posisi Akhir
Transaksi

GBP

Level

USD

Jual GBP/USD

500.000

1.9769

988.450

Jual GBP/USD

100.000

1.9760

197.600

Jual GBP/USD

350.000

1.9600

686.000

Jual GBP/USD

150.000

1.9580

293.700

Total

1.100.000

1.968863

2.165.750

1.100.000

1.9689

2.165.790

Squaring
Beli GBP/USD
Posisi Akhir

- 40

Catatan: kalkulasi GBP/USD: (selling-buying) x contract size x jumlah lot

Sehingga dalam hal ini, karena seseorang B tersebut tidak mengetahui


bagaimana kecenderungan kondisi pasar dengan tepat karena tidak menggunakan
sebuah ulasan fundamental, maka ia pun memprediksikan posisi berapa ia bertransaksi
sehingga terjadi kerugian sebesar USD -40 dengan posisi short yang telah diambil yakni
menjual GBP.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan atas variabel-variabel ekonomi
makro yang mempengaruhi fluktuasi kurs GBP/USD yang merupakan alat analisis
fundamental dalam memprediksi kurs GBP/USD untuk meminimalisasi kerugian yang
dapat terjadi pada transaksi bermotif trading ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari hasil pengujian terhadap persamaan fungsi yang baru tersebut, persyaratan
asumsi klasik untuk mendapatkan nilai pemerkira yang tidak bias dan efisien
menunjukkan bahwa persamaan regresi yang diperoleh telah memenuhi
persyaratan asumsi klasik, yaitu non-multikolinearitas, homoskedastisitas, dan
non-otokorelasi.
2. Dari hasil pengujian atas koefisien korelasi parsial diperoleh bahwa persentase
perbedaan Gross Domestic Product antara Inggris dan Amerika (X 1 ), persentase
perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan Amerika (X 2 ) tidak
mempunyai hubungan yang linear dengan fluktuasi kurs GBP/USD sedangkan
persentase perbedaan tingkat suku bunga (X 3 ) antara Inggris dan Amerika
mempunyai hubungan linear dengan perubahan kurs GBP/USD.
3. Berdasarkan analisis regresi linear berganda atas persamaan regresi dengan
model autoregresif diperoleh hasil bahwa perkembangan kurs GBP/USD sebesar
92,6% dijelaskan oleh semua variabel bebas, serta sisanya 7,4% dijelaskan oleh

variabel bebas yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Sehingga


persamaan yang dihasilkan secara statistik baik untuk mengestimasi nilai
variabel kurs GBP/USD.
4. Bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas yaitu: persentase
perbedaan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) antara Inggris dan
Amerika (X 1 ), persentase perbedaan tingkat inflasi relatif antara Inggris dan
Amerika (X 2 ) dan persentase perbedaan tingkat suku bunga antara Inggris dan
Amerika (X 3 ) berpengaruh secara nyata terhadap kurs GBP/USD.
5. Dari hasil analisis, koefisien regresi parsial dari variabel GDP riil menunjukkan
bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat diterima. Artinya,
bahwa variabel GDP riil antara Inggris dan Amerika tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kurs GBP/USD.
6. Variabel GDP riil tersebut mempunyai pergerakan yang searah dengan
perubahan kurs GBP/USD dan kesamaan teorinya, yaitu setiap kenaikan 1 %
perbedaan pendapatan nasional antara Inggris dan Amerika, ceteris paribus,
maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik atau menguat, dengan kata
lain kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar AS sebesar jumlah
tersebut. Nilai positif menunjukkan pula bahwa Inggris mempunyai pendapatan
nasional riil lebih tinggi dari Amerika Serikat, sehingga kenaikan pendapatan
nasional riil ini mendorong permintaan akan Poundsterling semakin meningkat
karena barang dan jasa yang diminta semakin menurun. Kenaikan permintaan
terhadap Poundsterling ini (pada kondisi penawaran Poundsterling tetap) akan
mengakibatkan kurs Poundsterling terhadap dollar AS akan meningkat
(terapresiasi).

7. Dari hasil analisis, koefisien regresi parsial dari variabel inflasi relatif antara
Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini tidak dapat diterima. Artinya, bahwa variabel persentase tingkat
inflasi antara Inggris dan Amerika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel kurs GBP/USD.
8. Variabel tingkat inflasi relatif mempunyai pergerakan yang searah dengan
perubahan kurs GBP/USD. Artinya setiap kenaikan tingkat inflasi relatif antara
Inggris dan Amerika, ceteris paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar
akan naik, dengan kata lain kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap dollar
AS sebesar jumlah tersebut. Nilai positif tersebut menunjukkan perbedaan
dengan teori yang dibahas pada bab terdahulu, dimana apabila suatu negara
mengalami peningkatan inflasi dibanding negara lain variabel lain dianggap
konstan (ceteris paribus) akan mendorong penurunan (depresiasi) kurs negara
tersebut terhadap negara lain. Hal ini sangat dimungkinkan oleh situasi Inggris
yang relatif lebih stabil kondisi perekonomiannya dibanding Amerika. Sementara
Amerika semakin terpuruk dengan adanya kenaikan harga minyak, situasi
perekonomian dengan keranjang belanja yang tidak efisien karena anggaran
untuk militer yang besar, serta atmosfir anti-AS yang semakin meluas di
beberapa negara dunia, Inggris tetap aman dengan kondisi perekonomian yang
bagus dikuatkan dengan kebijakan tingkat bunganya.
9. Dari hasil analisis, koefisien regresi parsial dari variabel tingkat bunga antara
Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima. Artinya, bahwa variabel persentase tingkat bunga riil
antara Inggris dan Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kurs
GBP/USD.

10. Variabel tingkat bunga mempunyai pergerakan yang searah dengan perubahan
kurs GBP/USD. Artinya setiap kenaikan tingkat suku bunga antara Inggris dan
Amerika, ceteris paribus, maka kurs Poundsterling terhadap dollar akan naik
atau menguat, dengan kata lain kurs Poundsterling akan terapresiasi terhadap
dollar.
11. Nilai positif tingkat bunga riil tersebut menunjukkan pula akan kesamaannya
dengan teori bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh positif terhadap mata
uang. Mata uang dengan bunga tinggi akan lebih menarik dari pada mata uang
dengan tingkat bunga rendah. Jika interest rate (i) naik maka jumlah uang yang
diserap oleh bank akibat dari kenaikan tingkat suku bunga tersebut akan
semakin besar (masyarakat akan lebih senang untuk menabung di bank
daripada membuka bisnis baru). Disisi lain bank umum juga akan menaikkan
tingkat suku bunga pinjaman kepada masyarakat sehingga masyarakat
mengurangi minatnya untuk meminjam uang. Semakin besar jumlah uang yang
diserap oleh bank umum dan semakin sedikitnya jumlah uang yang dipinjam oleh
masyarakat maka jumlah uang yang beredar akan semakin sedikit, jika jumlah
uang yang beredar semakin sedikit maka permintaan akan mata uang tersebut
akan semakin tinggi , jika permintaan semakin tinggi maka nilai mata uang akan
semakin menguat (Ceteris Paribus).
12. Berdasarkan perhitungan sederhana beberapa transaksi antara simulasi
transaksi A dan B yang dikondisikan berbeda, yaitu pada A yang menggunakan
sebuah ulasan fundamental sehingga mampu membaca arah pergerakan pasar
yang sedang bullish dan memperoleh keuntungan sebesar USD 45 pada
transaksinya. Sedangkan pada B, yang memutuskan untuk mengambil posisi
sebaliknya, yaitu posisi short sebab B mempunyai perkiraan pasar yang
bearish. Sehingga B mengalami kerugian sebesar USD 40.

Saran-saran
Sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian
ini serta pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka saran-saran yang dapat
diajukan yaitu sebagai berikut:
1. Pembahasan mengenai penggunaan analisis fundamental untuk memprediksi
kurs valas merupakan suatu penelitian yang memerlukan penelitian lebih lanjut
untuk membuktikan bahwa alat analisis fundamental dalam memprediksi kurs
valas merupakan alat yang

baik

untuk

perencanaan transaksi dalam

meminimumkan kerugian yang dapat terjadi akibat dinamisnya pergerakan kurs.


Tentunya dengan data amatan yang lebih banyak dan penggunaan variabel
bebas yang relevan diperbanyak dan metode analisis yang digunakan pun
berbeda.
2. Analisis fundamental menjadi sangat baik bila dikaji secara komprehensif yang
kemudian diikuti dengan teknik bertransaksi yang tepat seperti dengan cara
memasang stop loss order dan profit taking order. Stop loss order bermanfaat
untuk mengawasi posisi transaksi kita apabila telah mencapai harga tertentu
sehingga kerugian yang mungkin timbul telah mencapai batas maksimum yang
dapat kita terima dan posisi yang tertutup menjadi square. Stop loss order ini
penting untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar karena kurs valuta
asing di pasar bergerak ke arah yang tidak diinginkan. Profit taking order
bermanfaat untuk mengawai posisi transaksi kita apabila telah mencapai harga
tertentu apabila telah mencapai target yang diinginkan dan posisi menjadi
square. Sama dengan stop loss order, profit taking order ini penting untuk
mencegah keuntungan yang sudah diraih hilang karena arah pergerakan kurs
yang tiba-tiba berubah ke arah yang tidak diinginkan.

3. Selain penggunaan analisis fundamental yang berperan dalam membaca arah


pasar, sebaiknya pihak yang melakukan transaksi juga kemuadian menguasai
teknik analisis lain sebagai rangkaian lanjutan dari proses transaksi yang aman
dari kerugian besar, yaitu dengan melakukan analisis teknikal. Analisis teknikal
ini lebih bersifat pada seni bertransaksi dengan grafik atau chart dimana mata
uang berpasangan diperdagangkan dalam Margin Trading ini. Sebab pada
proses perdagangan Margin Trading, seseorang dapat memperoleh keuntungan
maupun kerugian dari dua sisi yakni posisi jual maupun beli. Dimana keduanya
dapat dijelaskan melalui fungsi analisis teknikal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, Jeffery V, Sharpe, WF, & Alexander, Gordon, Investasi, Jilid I, (Purnomo Wahyu
Indarto), Cetakan Kelima. Prenhallindo, Jakarta, 1999
---------------------------------------------------------------------, Investasi, Jilid II, (Purnomo Wahyu
Indarto), Cetakan Kelima, Prenhallindo, Jakarta, 1999
Berlianta, Heli Charisma, Mengenal Valuta Asing, Cetakan Ketiga, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2006
Copeland, Laurence S, Exchange Rate and International Finance, Addison-Wesley
Publising Company. 1989
Hady, Hamdy, Forex for Managers, Cetakan Keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001

Lee, Berton, Understanding the Complex World of Derivatives, The Wall Street Journal,
excerpted by permission of the Wall Street Journal Dow Jones and Company,
Inc. All Rights reserved Worldwide, 1994
Levi, Maurice D, Keuangan Internasional, Buku 1, (Handoyo Prasetyo), Andi, Jakarta,
2001
Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, Jilid 2, (Emil Salim), Erlangga,
Jakarta, 1997
Marcus, Bodie, Kane, Investments, International Sixth Edition, McGraw-Hill Companies,
Inc, USA, 2005
Kindleberger, Charles, & Lindert, Peter H, Ekonomi Internasional, Edisi 8, (Yati
Sumiharti), Erlangga, Jakarta, 1990
Kline, Donna, Fundamentals of Futures Market, McGraw-Hill Companies, Inc, USA,
2005
Kuncoro, Mudrajad, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi,
Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.

Obstfeld, Maurice, & Krugman, Paul R, Ekonomi International Teori dan Kebijakan,
(Haris Munandar), PAU-FE-UI, Jakarta, 1999
Puspopranoto, Sawaldjo, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori,
dan Realita, LP3ES, Indonesia, 2002
Rees, Lynn, & Swanson, Edward, the Contribution of Fundamental Analysis in the
Presence of Inflation & a Currency Devaluatin, SSRN Journal, Texas A&M
University, Texas, 2000
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cetakan I, Unit Penerbit dan
percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 1987
Wasendorf, Russel, All about Futures: The Easy Way to Get Started, Second Edition.
McGraw-Hill Companies, Inc USA, 2000
Welch, Emma L, Sault, Stephen J, & Bettman, Jenni L, Fundamental and Technical
Analysis: Substitutes or Compliments? , SSRN Journal, Australia, 2000
Widoatmodjo, Sawidji, Ricky, Lie & Joni Rizal, Forex Online Trading, Edisi Revisi, PT
Gramedia, Jakarta, 2007
Winardi, Pengantar Ekonomi Moneter, Buku 2. Tarsito, Bandung, 1987.

Wiyaja, Johanes Ariffin, Bursa Berjangka, Andi Offset, Yogyakarta, 2002

Yuliati, Sri Handaru, & Handoyo, Prasetyo, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 2,,
Andi Offset, Yogyakarta, 1998
Yusgiantoro, Purnomo, Manajemen Keuangan Internasional: Teori dan Praktek, FE-UI,
Jakarta, 2004
www.bbj-jfx.com

www.bloomberg.com

www.forexnews.com

www.easy-forex.com

Contoh data yang diambil. Sumber : Forexnews.com


Events for week of 12/1/2005

Time (NYT)

Location

2005.11.28 08:45

CAN

Description

Forecast Previous

Actual

BoC Governor Dodge Speaks

2005.11.28 10:00

US

Oct Existing Home Sales

7.2 mln

7.28 mln

7.09 mln

2005.11.28 18:30

JPN

Oct Workers' Household Spending

0.2%

-0.4%

1.3%

2005.11.28 18:30

JPN

Oct Jobless Rate

4.2%

4.2%

4.5%

2005.11.28 19:50

JPN

Oct Industrial Production (prelim)

1.4%

0.4%

0.6%

2005.11.29 04:00

E-12

Oct M3 Money Supply Growth

8.6%

8.5%

8.0%

2005.11.29 08:30

CAN

Oct Industrial Product Price Index

-0.1%

0.4%

-0.1%

2005.11.29 08:30

CAN

Q3 Current Account

8.9 bln

4.7 bln

9.26 bln

2005.11.29 08:30

US

1.5%

-2.4%

3.4%

2005.11.29 08:30

CAN

-0.5%

-0.3%

-1.4%

1,200k

1,222k

1,420k

90.0

85.0

98.9

Oct Durable Goods Orders


Oct Raw Materials Price Index

2005.11.29 10:00

US

Oct New Home Sales

2005.11.29 10:00

US

Nov Consumer Confidence

2005.11.29 19:30

AU

Oct Retail Sales

0.4%

-0.3%

0.5%

2005.11.30 02:00

GER

Oct Retail Sales

0.8%

-3.0%

1.9%

2005.11.30 05:00

E-12

Q3 real GDP (estimate)

0.6%

0.3%

0.6%

2005.11.30 05:00

E-12

Nov Consumer Confidence Index

-13.0

-13.0

-13.0

2005.11.30 05:00

E-12

Nov Industrial Confidence Index

-6.0

-6.0

-6.0

2005.11.30 05:00

E-12

Nov CPI

2.4%

2.5%

2.4%

2005.11.30 08:30

US

Q3 Personal Consumption

3.9%

3.9%

4.2%

2005.11.30 08:30

US

Q3 real GDP

3.6%

3.8%

4.3%

2005.11.30 08:30

CAN

Sep real GDP at Basic Prices

0.2%

0.5%

0.0%

2005.11.30 08:30

CAN

Q3 real GDP

3.8%

3.2%

3.6%

2005.11.30 10:00

US

Nov Chicago PMI

60.0

62.9

61.7

2005.11.30 12:30

US

Fed Governor Bies speaks

2005.11.30 14:00

US

Fed's Beige Book released

2005.12.01 03:55

GER

Nov Unemployment Rate

11.6%

11.6%

11.5%

2005.12.01 04:00

E-12

Nov PMI

52.8

52.7

52.8

2005.12.01 05:00

E-12

Oct Unemployment Rate

8.4%

8.4%

8.3%

2005.12.01 07:45

E-12

ECB rate announcement

2.25%

2.00%

2.25%

2005.12.01 08:30

US

Weekly Initial Jobless Claims

320k

335k

320k

2005.12.01 08:30

US

Oct PCE Core

1.9%

2.0%

1.8%

2005.12.01 08:30

US

Oct PCE Deflator

3.3%

3.8%

3.3%

2005.12.01 08:30

US

Oct Personal Spending

0.2%

0.5%

0.2%

2005.12.01 08:30

US

Oct Personal Income

0.5%

1.7%

0.4%

2005.12.01 10:00

US

Oct Construction Spending

0.5%

0.5%

0.7%

2005.12.01 10:00

US

Nov ISM Index (manuf)

58.0

59.1

58.1

2005.12.01 18:50

JPN

Nov Monetary Base y/y

2.9%

2.8%

2005.12.02 05:00

E-12

Oct PPI

0.4%

0.5%

0.6%

2005.12.02 07:00

CAN

Nov Net Change in Employment

20.0k

68.7k

31.0k

Nov Unemployment Rate

6.6%

6.6%

6.4%

2005.12.02 07:00

CAN

2005.12.02 08:30

US

Nov Change in Non-farm Payrolls

200k

56k

215k

2005.12.02 08:30

US

Nov Avg Hourly Earnings

0.2%

0.5%

0.2%

2005.12.02 08:30

US

Nov Unemployment Rate

5.0%

5.0%

5.0%

2005.12.02 14:00

US

San Fran Fed's Yellen speaks

2005.12.02 15:45

US

Philadelphia Fed's Santomero and Dallal Fed's Fisher speak

Events for week of 12/2/2005


Print

Time (NYT)

Location

Description

2005.11.28 08:45

CAN

2005.11.28 10:00

US

Oct Existing Home Sales

2005.11.28 18:30

JPN

2005.11.28 18:30

JPN

2005.11.28 19:50

Forecast Previous

Actual

BoC Governor Dodge Speaks


7.2 mln

7.28 mln

7.09 mln

Oct Workers' Household Spending

0.2%

-0.4%

1.3%

Oct Jobless Rate

4.2%

4.2%

4.5%

JPN

Oct Industrial Production (prelim)

1.4%

0.4%

0.6%

2005.11.29 04:00

E-12

Oct M3 Money Supply Growth

2005.11.29 08:30

CAN

Oct Industrial Product Price Index

2005.11.29 08:30

CAN

Q3 Current Account
Oct Durable Goods Orders

8.6%

8.5%

8.0%

-0.1%

0.4%

-0.1%

8.9 bln

4.7 bln

9.26 bln

1.5%

-2.4%

3.4%

-0.5%

-0.3%

-1.4%

1,200k

1,222k

1,420k

2005.11.29 08:30

US

2005.11.29 08:30

CAN

2005.11.29 10:00

US

Oct New Home Sales

2005.11.29 10:00

US

Nov Consumer Confidence

90.0

85.0

98.9

2005.11.29 19:30

AU

Oct Retail Sales

0.4%

-0.3%

0.5%

2005.11.30 02:00

GER

Oct Retail Sales

0.8%

-3.0%

1.9%

2005.11.30 05:00

E-12

Q3 real GDP (estimate)

0.6%

0.3%

0.6%

2005.11.30 05:00

E-12

Nov Consumer Confidence Index

-13.0

-13.0

-13.0

2005.11.30 05:00

E-12

Nov Industrial Confidence Index

-6.0

-6.0

-6.0

2005.11.30 05:00

E-12

Nov CPI

2.4%

2.5%

2.4%

2005.11.30 08:30

US

Q3 Personal Consumption

3.9%

3.9%

4.2%

2005.11.30 08:30

US

Q3 real GDP

3.6%

3.8%

4.3%

2005.11.30 08:30

CAN

Sep real GDP at Basic Prices

0.2%

0.5%

0.0%

2005.11.30 08:30

CAN

Q3 real GDP

3.8%

3.2%

3.6%

2005.11.30 10:00

US

Nov Chicago PMI

60.0

62.9

61.7

2005.11.30 12:30

US

Fed Governor Bies speaks

2005.11.30 14:00

US

Fed's Beige Book released

2005.12.01 03:55

GER

Nov Unemployment Rate

11.6%

11.6%

11.5%

2005.12.01 04:00

E-12

Nov PMI

52.8

52.7

52.8

2005.12.01 05:00

E-12

Oct Unemployment Rate

8.4%

8.4%

8.3%

2005.12.01 07:45

E-12

ECB rate announcement

2.25%

2.00%

2.25%

2005.12.01 08:30

US

Weekly Initial Jobless Claims

320k

335k

320k

2005.12.01 08:30

US

Oct PCE Core

1.9%

2.0%

1.8%

2005.12.01 08:30

US

Oct PCE Deflator

3.3%

3.8%

3.3%

Oct Raw Materials Price Index

2005.12.01 08:30

US

Oct Personal Spending

0.2%

0.5%

0.2%

2005.12.01 08:30

US

Oct Personal Income

0.5%

1.7%

0.4%

2005.12.01 10:00

US

Oct Construction Spending

0.5%

0.5%

0.7%

2005.12.01 10:00

US

Nov ISM Index (manuf)

58.0

59.1

58.1

2005.12.01 18:50

JPN

Nov Monetary Base y/y

2.9%

2.8%

2005.12.02 05:00

E-12

Oct PPI

0.4%

0.5%

0.6%

2005.12.02 07:00

CAN

Nov Net Change in Employment

20.0k

68.7k

31.0k

2005.12.02 07:00

CAN

Nov Unemployment Rate

6.6%

6.6%

6.4%

2005.12.02 08:30

US

Nov Change in Non-farm Payrolls

200k

56k

215k

2005.12.02 08:30

US

Nov Avg Hourly Earnings

0.2%

0.5%

0.2%

2005.12.02 08:30

US

Nov Unemployment Rate

5.0%

5.0%

5.0%

2005.12.02 14:00

US

San Fran Fed's Yellen speaks

2005.12.02 15:45

US

Philadelphia Fed's Santomero and Dallal Fed's Fisher speak

FX Performance
Currency
EURUSD
USDJPY
GBPUSD
USDCHF
AUDUSD
USDCAD
AUDJPY
EURJPY
EURCHF
EURGBP
GBPCHF
GBPJPY

Last Yesterday Close % Change 2006 Open


1.3832
1.3800
0.23%
1.3196
117.52
118.40
-0.74%
119.03
2.0440
2.0445
-0.02%
1.9583
1.1832
1.1899
-0.56%
1.2186
0.8549
0.8568
-0.22%
0.7896
1.0556
1.0526
0.28%
1.1416
100.48
101.43
-0.94%
93.99
162.53
163.41
-0.54%
157.08
1.6365
1.6421
-0.34%
1.6081
0.6764
0.6748
0.24%
0.6736
2.4190
2.4331
-0.58%
2.3867
240.24
242.10
-0.77%
233.12
Data Source: MG Financial Group

YTD
4.82%
-1.27%
4.38%
-2.9%
8.27%
-7.53%
6.9%
3.47%
1.77%
0.42%
1.35%
3.05%

MTD
1.05%
-1.06%
0.47%
-1.57%
-0.13%
-0.85%
-1.21%
-0.05%
-0.55%
0.56%
-1.1%
-0.6%

Das könnte Ihnen auch gefallen