Sie sind auf Seite 1von 40

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian
perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah.
(Mochtar, 1998 ).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby
( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986
adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73
% dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak
terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR
di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %.
Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4
( Mochtar, 1998 ).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan
pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadangkadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan
gangguan lainnya.
Tabel.1
Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September
2008
Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Hidup 201 218 266 685
Mati 4 7 8 19
Jumlah 704
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008
Tabel. 2
Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008
Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Asfiksia 3 7 13 23
BBLR 32 30 36 98
BBLSR 2 8 10 20
Kelainan kongenital 1 - - Kelainan Mongolisme 2 - - -

Kejang - - - Kelainan Lain - 2 - 2


Jumlah 143
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008
Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan
Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi
(Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.
1.1 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia.
2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia.
3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga
perjalanan penyakit tersebut.
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan asfiksia.
5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas.
1.2 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan asfiksia
pada Neonatus.
2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya
Keperawatan bayi baru lahir.
I.3 METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik
langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien.
3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku
laporan yang ada diruangan.
4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan
dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana
bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus
adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport

O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).


Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam
darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com).
B. Etiologi BBLR dan Asfiksia
1. Etiologi BBLR
a. Faktor ibu (resti).
b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
c. faktor usia : < 20 tahun.
d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi,
trauma dan lain-lain.
e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
2. Etiologi Asfiksia
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari
ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir, penggolongan penyebab
kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit
jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke
plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau
obat.
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin
akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tak menempel
Solusio plasenta
Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat

ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental
pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru
dan lain-lain.
5. Faktor persalinan
Partus lama
Partus tindakan
(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)
C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi
akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan
tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama
pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan
kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen
dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan
jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :
1. Klasifikasi Asfiksia

a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)


Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu
disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat
badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir,
pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com
2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.
a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.
b. Dismaturitas.
c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.
d. BBLR dibedakan menjadi :
BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan
reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/
(Pediatric.com)
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- Sianosis
- Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran
nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini

dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan
dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa
jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua
telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20
detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan
terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat
pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini
tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua
telapak kaki bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan
asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan
suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn
oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera
setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan
hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin,
gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau
topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H
20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan
pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2
1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi
(Medicine and linux.com).
H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia
a. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan
b. Memberikan obat obatan
c. Memberikan nutrisi parenteral
2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan
Keuntungan :
a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat
b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi
d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat
dihindari

e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.
Kerugian :
1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi
2. Komplikasi tambahan dapat timbul :
Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi
Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )
Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.
2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian
dan waktu pemberian)
3. Memeriksa kepatenan tempat insersi
4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
6. Monitor kondisi dan reaksi pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal
Masalah utama :
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan
respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5
liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah
dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Bayi lahir pada 5 12 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui
persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5
nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air
ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak
pertama prematur.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular
(Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma).
Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan
gemeli (Kembar).
Genogram
Riwayat Psikologis :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak
cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang
perawatan.
Data Sosial Ekonomi :
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan
diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
A. PENGKAJIAN FISIK :
1 Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
2 Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
3 Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat
benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo
disekitar wajah.
4 Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.
5 Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak,
tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
6 Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT,

keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.


7 Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir
tampak pucat dan terdapat jamur sisa sisa pemberian PASI.
8 Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara
nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III),
tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.
9 Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.
10 Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor
kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.
11 Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali
pusat sudah terlepas.
12 Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB,
mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.
13 Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit,
keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.
14 Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.
15 Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 NS Mikro
drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis
16 Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang
di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti
setengah dari stimulus tersebut.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol
kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak
kaki.
17 Therapy

Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv


Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv
Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv
Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv
Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral
Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)
IVFD D5 NS Mikro drip 9 tts/menit iv
18 Laboratorium
WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3
HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl
HCT 36,9 % 35.0/55.0 %
PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3
MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl
B. DATA IBU
Nama : Ny. Y
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu
HPHT : 10 Mei 2008
HPL : 17 Februari 2009
Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0
Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan
Lama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30
menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.
Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidan
Trimester 2 : 1 kali
Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidan
Obat obatan : Obat warung
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahulu
No Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket
1. 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal
40 hari BBLSR Meninggal
2. 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup
Riwayat menstruasi ibu :
Haid pertama : 12 tahun
Siklus : 28 hari teratur
Volume/banyaknya : 2 x ganti balutan
Lama haid : 5 hari
C. ANALISA DATA
No
Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds:

Do:
Bayi tampak sesak nafas
RR 76 x/Menit
Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
PCH +
Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)
Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR
Imaturitas sistem pernafasan
Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3)
CO2 meningkat (Hiperkapneu)
Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2
2 Ds:
Do:
S : 39,1 0C/Anal
Leukosit 10. 103/mm3
Struktur kulit halus dan tipis
Bayi di simpan dalam inkubator
Imaturitas jaringan lemak pada subkutan
Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K)
Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
GG. Thermoregulasi : Hypertermi
3 Ds :
Do :
NGT terpasang
IVFD D5 NS Mikro drip 10tts/menit
PASI 12x 5 7,5 cc/hari
Refleks hisap lemah dan menelan lemah
BB lahir 1400 gr
BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan
Motilitas usus rendah
Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan
berkurang
Pengosongan lambung bertambah

Distensi abdomen
Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang
Intake nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4 Ds :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang
perawatan. BBLSR
Hospitalisasi
Perawatan ekstra di ruang perinatologi
Bonding Attachment tidak terjadi
Koping keluarga in efektif
Cemas
Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua
5 Ds
Do:
Terpasang NGT
IVFD D5 NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra
S : 39,1 0 C
Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus
Leukosit 10. 103/mm3
Imaturitas sistem imunologi
Rendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin )
Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum matur
Invasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGT
Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi

3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
F. NURSING CARE PLANNING (NCP)
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :
Ds:
Do:
Bayi tampak sesak
RR 76 x/Menit
Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
PCH +
Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil :
Nafas spontan
O2 tidak terpasang
PCH negatif
Frekuensi nafas normal 30 60 x/menit.
Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
2. Therapi O2 sesuai kebutuhan
3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi
bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi
2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi
gangguan.
4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam
batas normal atau terjadi gangguan.

5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.


2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
Ditandai dengan :
Ds:
Do:
S : 39,1 0C/Anal
Kadar leukosit 10. 103/mm3
Struktur kulit halus dan tipis
Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C 37.50C
Bayi tidak rewel
Bayi bisa tidur
Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3
Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.
2. Observasi TTV
3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk
mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.
2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih
dalam keadaan batas normal.
3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.
4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
Ditandai dengan :
Ds :
Do :
NGT terpasang
IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit.
PASI 12x 5 7,5 cc/hari
Refleks hisap lemah dan menelan lemah
BB lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
Turgor kulit elastis
Tidak terjadi penurunan BB
Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi

2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama


3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
4. Lakukan Oral hygiene
5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi
menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral
2. Status nutrisi teridentifikasi
3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi
4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. Ditandai dengan :
Ds :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang
perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua
tidak cemas lagi dengan kriteria :
Orang tua tampak tenang
Orang tua kooperatif
Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien
2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya
3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam
memberikan intervensi
2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan
3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh
bayi
4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
Terpasang NGT
IVFD 10 tetes/menit
Kadar leukosit 10.103/mm3
S : 39,1 0 C
Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :

Tidak terjadi tanda-tanda infeksi


Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3
Suhu dalam batas normal 36,5o C 37,5 o C
1. Kaji tanda tanda infeksi
2. Observasi TTV
3. Perawatan NGT
4. Perwatan IVFD
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.
2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas
normal
3. Mencegah infeksi
4. Mencegah infeksi
5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
13-12-2008
08.00 WIB
08.05
15-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Sesak nafas masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal

H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit


4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara
parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkup
R : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral
intravena
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Sesak masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara
parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
13-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
08.10 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV Bayi

R : Klien tampak menangis dan meringgis


H : Vital Sign bayi
S : 39.1 0C
N: 138 x/menit
R :76x/menit
2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
3. Mengatur suhu inkubator 35 0C
R : Bayi berada dalam inkubator
H : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C
1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 37,6 0C P: 120 x/menit
R :74x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 370C P: 120 x/menit
R :70 x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan 13-12-2008
09.00 WIB
09.05 WIB
15-12-2008
09.05 WIB
09.10 WIB
16-12-2008
09.05 WIB
09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayi
R : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnya
H : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT
2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT

R : Klien tampak lemah


H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT
3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang sama
R : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktif
H : BB Klien 1200 gram
3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 08.10
WIB
2 Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
1. Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 09.00
WIB
2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. 13-12-2008
11.30 WIB
15-12-2008
10.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini
2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya
R : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.
H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya
3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini
R : Orang tua bayi tampak cemas
H : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.
4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..
5. Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
R : Orang tua kooperatif
H : Orang tua berharap semoga bayinya cepat sembuh dan segera dibawa pulang.
.
1. Mengkaji kembali kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan masih khawatir tehadap kondisi bayinya

2. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya


H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak
senang. dan ingin segera membawa bayinya pulang
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
13-12-2008
08.00 wib
08.05 WIB
12.00 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
12.00 WIB 1. Mengkaji tanda tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak
tertidur
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
1. Mengkaji tanda tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak
tertidur
4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
17-12-2008
Pkl. 08.00 S :
O:
Bayi terlihat Sesaknya berkurang

R : 68 x/menit
O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit
Retraksi rongga epigastrium
PCH tidak terdapat
Tidak terjadi cyanosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
Therapi O2 sesuai kebutuhan
Monitor frekuensi pernafasan bayi
Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
17-12-2008
Pkl. 08.10 Wib S :
O:
Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
Bayi masih dalam inkubator
Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat
Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
Observasi TTV
Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan
Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
Ganti popok apabila basah
Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan 17-12-2008
Pkl. 09.00 Wib S: O:
NGT tidak terpasang
Muntah tidak ada
Replek menghisap ada dan lemah
PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc
BB: 1200 gram
Turgor kulit tidak elastis
IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:

Kaji reflek hisap dan menelan bayi


Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
Observasi intake dan output cairan
Kaji Bab dan BAK bayi
Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. 17-12-2008
Pkl. 11.00 WIB S :
Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuh
O:
Orang tua klien tampak gelisah
Orang tua klien kooperatif
Orang tua klien tampak cemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
17-12-2008
Pkl. 12.00 WIB S :
O:
Tanda-tanda vital
S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit
Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.
Terpasang IVFD D5 Ns 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Kaji tanda tanda infeksi
Melakukan perawatan NGT dan Infus
Observasi TTV
Kolaborasi pemberian antibiotik
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia
RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan

7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan


cairan dalam tubuh bayi
8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
Sedangkan masalah keperawatan pada teori :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu ke janin.
2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan asam basa : Asidosis metabolik dan respiratory
berhubungan dengan kegagalan bernafas.
3. Resiko tinggi kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan intake.
4. Resiko tinggi komplikasi Hipoglikemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak muncul
pada teori diantaranya :
1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan
pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadangkadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia
RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
11. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
12. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
13. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan.
14. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi.
15. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologrendah, dan
gangguan lainnya.

B. SARAN
1. Intitusi Pendidikan.
Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa
menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja
mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif.
2. Lahan Praktek.
Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan
yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi yang sudah didapat
dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada
kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus.
3. Mahasiswa praktikan.
Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR
dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa
mungkin yang telah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung :
Yrama Widya.
Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas UI,
Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SP
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan
Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.

Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. Dr. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW.Medicine and linux.com
WWW. Pediatric.com
Diposkan oleh Jadoras Putra Buah Hati Pohan di 7:26:00 AM
Reaksi:
0 komentar:
Poskan Komentar
ASUHAN KEPERAWATAN BBLR
A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
B. Etiologi BBLR
1. Faktor ibu (resti).
2. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
3. faktor usia : < 20 tahun.
4. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi,
trauma dan lain-lain.
5. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
6. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
7. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi
akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam

periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan
tekanan darah.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang
adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak
yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine
and linux.com)
D. KLASIFIKASI BBLR :
1. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.
2. Dismaturitas.
BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.
BBLR dibedakan menjadi :
BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan
reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/ (Pediatric.com)
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
1. DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Apnea
4. Pucat
5. Sianosis
6. Penurunan terhadap stimulus. (Medicine and linux.com)
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
Tindakan Umum
1. Bersihkan jalan nafas. Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila
perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih
dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir,
tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang

dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel
mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
2. Rangsang reflek pernafasan. Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas
dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak
memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi
pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang
cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam
mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan
rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.
3. Mempertahankan suhu tubuh. Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal
ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas
yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme
sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan
yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain
kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air
dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan
kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).
Tindakan khusus
1. Asfiksia berat, Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang
diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung
dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 100 x/menit.
2. Asfiksia sedang/ringan, Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60
detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta
gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk
mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).

H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA


1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia
Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan
Memberikan obat obatan
Memberikan nutrisi parenteral
2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan
Keuntungan :
Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat
Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan
Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi
Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat
dihindari
Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.
Kerugian :

Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi


Komplikasi tambahan dapat timbul :
Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi
Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )
Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.
Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian
dan waktu pemberian)
Memeriksa kepatenan tempat insersi
Monitor daerah insersi terhadap kelainan
Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
Monitor kondisi dan reaksi pasien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
b. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
c. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan
d. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
F. NURSING CARE PLANNING (NCP)
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :
Ds:
Do:
Bayi tampak sesak
RR 76 x/Menit
Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
PCH +
Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil :
Nafas spontan
O2 tidak terpasang
PCH negatif
Frekuensi nafas normal 30 60 x/menit.
Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
2. Therapi O2 sesuai kebutuhan
3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi
bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi
2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi
gangguan.

4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam
batas normal atau terjadi gangguan.
5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
Ditandai dengan :
Ds:
Do:
S : 39,1 0C/Anal
Kadar leukosit 10. 103/mm3
Struktur kulit halus dan tipis
Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C 37.50C
Bayi tidak rewel
Bayi bisa tidur
Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3
Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.
2. Observasi TTV
3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk
mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.
2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih
dalam keadaan batas normal.
3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.
4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
Ditandai dengan :
Ds :
Do :
NGT terpasang
IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit.
PASI 12x 5 - 7,5 cc/hari
Refleks hisap lemah dan menelan lemah
BB lahir : 1400 gr
selamaBB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
Turgor kulit elastis
Tidak terjadi penurunan BB
Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi
2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
4. Lakukan Oral hygiene

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi
menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral
2. Status nutrisi teridentifikasi
3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi
4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. Ditandai dengan :
Ds :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang
perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua
tidak cemas lagi dengan kriteria :
Orang tua tampak tenang
Orang tua kooperatif
Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien
2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya
3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam
memberikan intervensi
2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan
3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh
bayi
4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
Terpasang NGT
IVFD 10 tetes/menit
Kadar leukosit 10.103/mm3
S : 39,1 0 C
Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3
Suhu dalam batas normal 36,5o C - 37,5 o C
1. Kaji tanda tanda infeksi
2. Observasi TTV
3. Perawatan NGT
4. Perwatan IVFD
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.
2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas

normal
3. Mencegah infeksi
4. Mencegah infeksi
5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
13-12-2008
08.00 WIB
08.05
15-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Sesak nafas masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara
parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkup
R : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral
intravena
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit

3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi


R : Sesak masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara
parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
13-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB
08.10 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
16-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 39.1 0C
N: 138 x/menit
R :76x/menit
2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
3. Mengatur suhu inkubator 35 0C
R : Bayi berada dalam inkubator
H : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C
1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 37,6 0C P: 120 x/menit
R :74x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 370C P: 120 x/menit
R :70 x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis

H : Obat antipiretik telah diberikan


3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan 13-12-2008
09.00 WIB
09.05 WIB
15-12-2008
09.05 WIB
09.10 WIB
16-12-2008
09.05 WIB
09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayi
R : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnya
H : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT
2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT
3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang sama
R : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktif
H : BB Klien 1200 gram
3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 08.10
WIB
2 Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
1. Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 09.00
WIB
2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. 13-12-2008
11.30 WIB
15-12-2008
10.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini
2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya
R : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.
H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya
3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini
R : Orang tua bayi tampak cemas
H : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.

4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya


H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..
5. Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
R : Orang tua kooperatif
H : Orang tua berharap semoga bayinya cepat sembuh dan segera dibawa pulang.
.
1. Mengkaji kembali kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan masih khawatir tehadap kondisi bayinya
2. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak
senang. dan ingin segera membawa bayinya pulang
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
13-12-2008
08.00 wib
08.05 WIB
12.00 WIB
15-12-2008
08.00 WIB
08.05 WIB
12.00 WIB 1. Mengkaji tanda tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak
tertidur
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
1. Mengkaji tanda tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak
tertidur
4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
17-12-2008
Pkl. 08.00 S :

O:
Bayi terlihat Sesaknya berkurang
R : 68 x/menit
O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit
Retraksi rongga epigastrium
PCH tidak terdapat
Tidak terjadi cyanosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
Therapi O2 sesuai kebutuhan
Monitor frekuensi pernafasan bayi
Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
17-12-2008
Pkl. 08.10 Wib S :
O:
Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
Bayi masih dalam inkubator
Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat
Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
Observasi TTV
Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan
Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
Ganti popok apabila basah
Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan 17-12-2008
Pkl. 09.00 Wib S: O:
NGT tidak terpasang
Muntah tidak ada
Replek menghisap ada dan lemah
PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc
BB: 1200 gram
Turgor kulit tidak elastis
IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
I:
Kaji reflek hisap dan menelan bayi
Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
Observasi intake dan output cairan
Kaji Bab dan BAK bayi
Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding
Attachment. 17-12-2008
Pkl. 11.00 WIB S :
Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuh
O:
Orang tua klien tampak gelisah
Orang tua klien kooperatif
Orang tua klien tampak cemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
17-12-2008
Pkl. 12.00 WIB S :
O:
Tanda-tanda vital
S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit
Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.
Terpasang IVFD D5 Ns 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
Kaji tanda tanda infeksi
Melakukan perawatan NGT dan Infus
Observasi TTV
Kolaborasi pemberian antibiotik
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia
RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :

6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan


7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
Sedangkan masalah keperawatan pada teori :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu ke janin.
2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan asam basa : Asidosis metabolik dan respiratory
berhubungan dengan kegagalan bernafas.
3. Resiko tinggi kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan intake.
4. Resiko tinggi komplikasi Hipoglikemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak muncul
pada teori diantaranya :
1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
F. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
1.
2. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Pola nafas yang efektif
Kriteria :
Kebutuhan oksigen
menurun
Nafas spontan, adekuat
Tidak sesak.
Tidak ada retraksi
Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
Tidak sianosis.
Analisa gas darah normal
Saturasi oksigen normal. Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
Lakukan isap lendir kalau perlu
Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi warna kulit

Ukur saturasi oksigen


Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
3.
4.
5 Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan
zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu
lingkungan Hidrasi baik
Kriteria:
Turgor kulit elastik
Tidak ada edema
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Elektrolit darah dalam batas normal
Nutrisi adekuat
Kriteria :
Berat badan naik 10-30 gram / hari
Tidak ada edema
Protein dan albumin darah dalam batas normal
Suhu bayi stabil
Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Akral hangat Observasi turgor kulit.
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah
Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
Observasi dan catat toleransi minum
Timbang berat badan setiap hari
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu
Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
Ganti popok bila basah
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
6.
7.
8. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia
Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik Perfusi jaringan baik
Tekanan darah normal

Pengisian kembali kapiler <2>


Akral hangat dan tidak sianosis
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Kesadaran composmentis
Tidak ada injuri
Kriteria :
Kesadaran composmentis
Gerakan aktif dan terkoordinasi
Tidak ada kejang ataupun twitching
Tidak ada tangisan melengking
Hasil USG kepala dalam batas normal
Bayi tidak terinfeksi
Kriteria :
Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Darah rutin normal Ukur tekanan darah kalau perlu
Observasi warna dan suhu kulit
Observasi pengisian kembali kapiler
Observasi adanya edema perifer
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
Cegah terjadinya hipoksia
Ukur saturasi oksigen
Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
Observasi tangisan bayi
Observasi adanya kejang
Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
Ukur lingkar kepala kalau perlu
Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala
Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
9.
10.
11. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang
kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif
Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut
untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS Integritas kulit baik
Kriteria :
Tidak ada rash
Tidak ada iritasi
Tidak plebitis
Persepsi dan sensori baik
Kriteria :
Bayi berespon terhadap stimulus

Koping keluarga efektif


Kriteria :
Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.
Pengetahuan ortu bertambah
Orang tua dapat merawat bayi di rumah Lakukan perawatan tali pusat
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
Kolaborasi pemberian antibiotika
Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor
Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang
lembut
Memberikan rangsang cahaya pada mata
Kurangi suara monitor jika memungkinkan
Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot
Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara
memandikan
Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat
bayinya
Diposkan oleh risda nadeak di 20:02

Das könnte Ihnen auch gefallen