Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
a.
Pengkajian Keperawatan
a)
Identitas Pasien/demografi
1.
Nama
2.
Umur
3.
Jenis kelamin
4.
Pekerjaan
b)
Keluhan utama
1.
Demam
2.
3.
Palpitasi
4.
Sesak napas
c)
Vital Sign
TD, S, N, RR
d)
Kasadaran
e)
Pengkajian perkebutuhan
Aktivitas / istirahat
Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama
gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
3.
Eleminasi
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan
menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5.
Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ;
pernapasan dangkal.
6.
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi
thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system
immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
7.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat
parenteral.
b.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan miocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan
curah jantung.
3.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
c.
Perencanaan Keperawatan
1.
Nyeri Akut
a)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien, nyeri dapat terkontrol
dan/atau berkurang.
b)
Hasil (NOC)
1)
Tingkat Kenyamanan : Tingkat persesif positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2)
3)
c)
Intervensi (NIC)
1)
Pemberian analgesik : penggunaan agens-agens farmakalogis untuk meredakan atau menghilangkan nyeri.
2)
Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
Bantuan analgesik yang dikendalikan oleh pasien (patien controlled analgesia (PCA) : memudahkan
Manajemen sedasi : memberikan sedatif, memantau respon pasien, dan memberikan dukungan fisiologis
Rasional :
1)
tindakan ini dapat mengetahi dan menurunkan ketidak nyamanan fisik dan emosional pasien.
2)
mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu dalam
mengalihkan nyeri.
3)
Tindakan ini membantu mengenal nyeri sesuai dengan skala nyeri yang digambarkan individu.
2.
Intoleransi aktivitas
a)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien memiliki cukup energi untuk
beraktifitas.
b)
Hasil (NOC)
1)
Toleransi aktivitas : respon fisiologis terhadap gerakan yang memakan energi dalam aktivitas sehari-
hari.
2)
Energi psikomotorik : dorongan dan energi individu untuk mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari,
Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari (AKSI) : kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik
yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
c)
Intervensi (NIC)
1)
Manajemen energi : mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan fungsi.
2)
Manajemen alam perasaan : memberi rasa keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan pasien
yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan.
3)
d)
Rasional :
1)
Tindakan ini membantu individu mengembangkan tindakan yang dilakukan dalam guna penghematan
energi.
2)
3)
saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan,