Sie sind auf Seite 1von 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anthrax atau radang limpa adalah penyakit menular terutama
menyerang binatang herbivora, tetapi juga menyerang semua mamalia
termasuk manusia dan beberapa spesies unggas. Manusia juga rentan terhadap
infeksi, meskipun tidak serentan hewan pemamah biak. Anthrax merupakan
salah satu zoonosis yang penting dan sering menyebabkan kematian pada
manusia. Penyakit Anthrax tidak hanya penting pada industri peternakan,
tetapi juga penting dalam populasi kehidupan binatang liar dan manusia,
terutama mereka yang tertular melalui pekerjaan.
Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman
penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung.
Selama tahun 1899 - 1900 di daerah Karesidenan Jepara tercatat sebanyak 311
ekor sapi terserang anthrax, dari sejumlah itu 207 ekor mati. Pada tahun 1975,
penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Kemudian, 1976-1985, anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan
4.310 ekor ternak mati. Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap
tahun ada kejadian anthrax di Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa
manusia. Akhir-akhir ini diberitakan media elektronik maupun cetak, 6 orang
dari Babakan Madang meninggal dunia gara-gara memakan daging yang
berasal dari ternak sakit yang diduga terkena anthrax. Kejadian ini telah
mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil langkah proaktif untuk
meneliti kejadian ini agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.
Di Indonesia Anthrax menyebabkan banyak kematian pada ternak, kehilangan
tenaga kerja di sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan daging dan kulit
karena ternak tidak boleh dipotong. Kerugian ditaksir sebesar dua milyar
rupiah setiap tahun.
Penyakit Anthrax dilaporkan bersifat perakut, subakut dan jarang
dalam bentuk kronis. Penyakit ini biasanya bersifat akut atau perakut pada
pelbagai jenis ternak (pemamah biak, kuda, babi dan sebagainya), yang

disertai dengan demam tinggi dan disebabkan oleh Baccillus anthracis.


Biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan jaringan bersifat septisemi,
timbulnya infiltrasi serohemoragi pada jaringan subkutan dan subserosa, dan
pembengkakan akut limpa. Berbagai jenis hewan liar ( rusa, kelinci, babi
hutan dan sebagainya ) dapat pula terserang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit anthrax?
2. Bagaimana mekanisme infeksi yang terjadi dari penyakit anthrax?
3. Bagaimana gejala gejala klinis dari penyakit anthrax?
4. Bagaimana cara penularan dari penyakit athrax?
5. Bagaimana perubahan secara patologis penyakit anthrax?
6. Bagaimana cara pencegahan, pengendalian serta cara penanggulangan dari
penyakit anthrax?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penyakit anthrax
2. Untuk mengetahui mekanisme infeksi yang terjadi dari penyakit anthrax
3. Untuk mengetahui gejala-gejala klinis dari penyakit anthrax
4. Untuk mengetahui cara penularan penyakit athrax
5. Untuk mengetahui perubahan secara patologis dari penyakit anthrax
6. Untuk mengetahui cara pencegahan, pengendalian serta cara
penanggulangan dari penyakit anthrax

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Anthrax
Anthrax atau radang limpa adalah penyakit menular terutama
menyerang binatang herbivora, tetapi juga menyerang semua mamalia
termasuk manusia dan beberapa spesies unggas. Manusia juga rentan terhadap
2

infeksi, meskipun tidak serentan hewan pemamah biak. Anthrax merupakan


salah satu zoonosis yang penting dan sering menyebabkan kematian pada
manusia. Penyakit Anthrax tidak hanya penting pada industri peternakan,
tetapi juga penting dalam populasi kehidupan binatang liar dan manusia,
terutama mereka yang tertular melalui pekerjaan.
Anthrax merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan
oleh bakteri Bacillus anthracis. Klasifikasi ilmiah dari bakteri Bacillus
anthracis adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Bacteria

Pylum

: Firmincutes

Class

: Bacilli

Order

: Bacillales

Family

: Bacillaleae

Genus

: Bacillus

Species

: Bacillus anthracis

Bakteri Bacillus anthracis yang sangat ganas dan sulit diberantas


karena merupakan Soil Bomed Disease atau penyakit dari tanah. Bacillus
anthracis yang berbentuk persegi panjang berderet (bila dilihat dengan
mikroskop) seperti gandengan kereta api ini dapat membentuk spora dan dapat
hidup berpuluh-puluh tahun di dalam tanah. Di dalam tubuh penderita,
Bacillus anthracis terdapat di dalam darah dan organ-organ dalam terutama
limpa. Itu sebabnya penyakit ini dikenal dengan sebutan radang limpa.
Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6
m, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif
dan bersifat aerob, berkapsul dan tahan asam, dinding sel bakteri merupakan
polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa dan
eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF),
dan Edema Factor (EF)

Siklus hidup bakteri Bacillus anthracis :


Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu
fase vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus
anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam
menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema
toxin dan lethal toxin.
1. Fase Vegetatif
Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5
mikrometer. Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau
hewan memamah biak) atau keadaan lingkungan yang memungkinkan
spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase
berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk
vegetatif bakteri antraks memenuhi darah. Bentuk vegetatif biasa keluar
dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung, mulut, anus, atau
pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi
di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif).
Jika kemudian dalam fase tertidur itu berkontak dengan oksigen di udara
bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi).
Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau serangga pengisap
darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa juga
terbawa serangga yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian
dapat menularkan bakteri itu ke inang lainnya, hingga menyebabkan
antraks kulit.
2. Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama
fase ini bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga
dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya.

Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk
melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan
ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu
terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan,
atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks
memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.
Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit,
melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan,
hal ini dapat menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti
anthrax kulit, anthrax saluran pernapasan, anthrax saluran pencernaan
dan dapat sampai ke otak yang disebut anthrax otak/meningitis.
Sebetulnya Bacillus anthracis sendiri tidak begitu tahan terhadap suhu
tinggi dan bermacam desinfektan, namun mereka mudah sekali membentuk
spora yang tahan kekeringan dan mumpu hidup lama di tanah yang basah,
lembab atau di daerah yang sering tergenang air. Itu sebabnya, ternak yang
mati karena anthrax dilarang diseksi (bedah mayat) atau dipotong untuk
menghindari Bacillus anthracis berubah menjadi spora dan tersebar ke manamana oleh angin, air, serangga dan mencemari tanah. Sekali tanah tercemar
spora, maka spora di tanah tersebut sangat berbahaya dan suatu saat dapat
menyebabkan penyakitnya muncul kembali.
2.2 Mekanisme Infeksi
Sel masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian
diserang oleh sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora
aktif dan mulai berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu :
Edema Toxin meupakan racun yang menyebabkan makrofag tidak dapat
melakukan fagositosis pada bakteri dan Lethal Toxin merupakan racun yang
memaksa makrofag mensekresikan TNF-alpha dan interleukin-1-beta yang
menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian, selain itu racun ini dapat
menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang dihasilkan oleh Bacillus
anthracis mengandung 3 macam protein, yaitu : antigen pelindung, faktor
edema, dan faktor mematikan. Racun memasuki sel tubuh saat antigen
pelindung berikatan dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk

kompleks, kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di


dalam sel faktor edema dan faktor mematikan lepas dari endositosis.

2.3 Gejala-Gejala Klinis


Gejala klinis sangat bervariasi tergantung dari subtipe virus, spesies,
umur. Ada beberapa bentuk penyakit anthrax pada ternak, yaitu per akut, akut
dan kronis.
1. Bentuk per akut
Jalannya penyakit sangat mendadak dan segera terjadi kematian
akibat pendarahan di otak. Gejala tersebut berupa sesak napas, gemetar,
kemudian ternak roboh dan mati. Disamping itu, terkadang ternak itu terus

mati sebelum nampak tanda-tanda bahwa ia sakit. Dan kerap kali diagnosa
ditentukan setelah mati, yaitu terjadi pembesaran limpa membengkak 2-4
kali dari ukuran normal.
2. Bentuk akut (pada sapi, kuda, kambing dan domba)
Mula-mula demam, gelisah, kemudian terjadi depresi, sukar
bernapas, detak jantung cepat tetapi lemah, kejang dan penderita segera
mati, dengan dibarengi keluar cairan berdarah dari lubang ataupun mulut.
Selama penyakitnya berlangsung, demamnya dapat mencapai 41-42C,
ruminasi berhenti, produksi susu berkurang, pada ternak yang sedang
bunting mungkin terjadi keguguran. Dari lubang-lubang kumlah mungkin
keluar ekskreta berdarah. Gejala Anthrax akut pada kuda dapat berupa
demam, kedinginan, kolik yang berat, tidak ada nafsu makan, depresi
hebat, otot-otot lemah, mencret berdarah, bengkak di daerah leher, dada,
perut bagian bawah dan dibagian kelamin luar.
Pada kuda Anthrax biasanya menyebabkan kolik, mungkin karena
torsil intestinal atau invaginasi, tidak disertai akumulasi tinja dan gas.
Sering juga disertai busung di daerah leher, dada, bahu dan pharynx.
Busung tersebut berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan oleh
purpura hemorrhagica, karena perkembangannya cepat, ada rasa nyeri,
demam tinggi dan perbedaan lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terdapat
tetapi selalu mengalami sesak nafas dan kebiruan. Penyakit tersebut
biasanya berakhir 8-36 jam, atau kadang-kadang sampai 3-8 hari.
Pada sapi, gejala-gejala permulaan kurang jelas kecuali demam
tinggi sampai 42C. Biasanya sapi-sapi tersebut terus digembalakan atau
dikerjakan. Dalam keadaan serupa itu sapi dapat mendadak mati
dikandang, dipadang gembalaan atau saat sedang dipekerjakan.
Penyakit ini ditandai dengan gelisah, waktu sedang menguyah
menanduk benda-benda keras, kemudian dapat diikuti oleh gejala-gejala
penyakit umum seperti hewan menjadi lemah, panas, tubuh tidak merata,
paha gemetar, rasa nyeri meliputi pinggang, perut atau seluruh badan.
Nafsu makan tidak ada. Sekresi susu dan ruminasi berhenti. Perut agak
kembung. Pada puncak penyakit darah keluar melalui dubur, mulut lubang

hidung dan kemihnya bercampur darah. Pada beberapa kasus terdapat


bungkul-bungkul keras berisi cairan jernih atau nanah, pada selaput lendir
mulut terdapat bercak-bercak, lidah bengkak dan kebiruan, serta ludah
keluar dari mulut. Kadang-kadang terdapat Anthrax pharyngeal primer.
3. Bentuk Kronis
Umumnya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang terjadi juga
pada jenis ternak lain.Gejalanya ditandai dengan adanya lepuh-Iepuh lokal
yang terbatas pada lidah dan tenggorokan, serta leher bengkak. Anthrax
bentuk kronis biasanya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang juga
terdapat pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi-lesi lokal yang terbatas
pada lidah dan tenggorokan. Pada satu kelompok babi yang mendapat
infeksi, beberapa babi diantaranya mungkin mati karena Anthrax akut
tanpa menunjukkan gejala penyakit sebelumnya. Beberapa babi yang lain
menunjukkan pembengkakan yang cepat pada tenggorokan, yang pada
beberapa kasus menyebabkan kematian karena lemas. Kebanyakan babi
didalam kelompok tersebut menderita Anthrax kronis yang ringan, yang
berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut disembelih, pada
kelanjar limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi Anthrax. Anthrax kutan
ditandai dengan pembengkakan di macam-macam tempat di bagian tubuh.
Gambaran klinik sebagai tersebut di atas berbeda-beda, bergantung pada
perluasan penyakit dan jenis hewan yang terkena.
Gejala-gejala umum Anthrax berupa pembengkakan didaerah leher,
dada, sisi lambung, pinggang, dan alat kelamin luar. Pembengkakan tersebut
berkembang dengan cepat dan meluas, bila diraba-raba panas, konsistensinya
lembek atau keras, sedang kulit didaerah tersebet normal atau terdapat luka
yang mengeluarkan eksudat cair yang berwarna kuning muda. Pembengkakan
pada leher sering melanjut menyebabkan pharyngtis dan busung glottis,
menyebabkan sesak nafas yang memberatkan penyakit. Pada selaput lendir
rektum terdapat pembengkakan berupa bungkul-bungkul. Pembengkakan
serupa itu juga dapat terjadi karena infeksi pada waktu eksplorasi rektal atau
pengosongan isi usus.

Pada beberapa kasus terjadi buang air sukar dan nyeri, tinja bercampur
darah, yang berwarna merah hitam dan jaringan nekrotik yang mengelupas.
Kadang-kadang terdapat penyembulan rektum. Daerah perineum bengkak.
Selaput lendir panas. Pada selaput lendir panas. Pada selaput lendir vagina
sering terdapat busung gelatin.
Anthrax kulit primer maupun sekunder jarang terdapat. Penyakit ini
biasanya berakhir setelah 10-36 jam, kadang-kadang sampai 2-5 hari. Anthrax
kronis dapat pula terjadi pada sapi yang berlangsung selama 2-3 bulan.
Hewan-hewan yang menderita penyakit akan menjadi kurus dengan cepat.

Pada domba dan kambing, biasanya bentuk perakut dengan perubahanperubahan apopleksi serebral, hewan-hewan yang terserang tiba-tiba
pusing, berputar-putar, gigi gemetar dan mati hanya dalam beberapa menit
setelah darah keluar dari lubang-lubang tubuh. Pada kasus yang kurang
cepat, penyakit tersebut hanya berlangsung selama beberapa jam, dengan
tanda-tanda : gelisah, berputar-putar, respirasi berat dan cepat, jantung
berdebar-debar, tinja dan kemihnya berdarah. Ludah keluar dari mulut dan
terjadi konvulsi. Busung dan enteritis jarang terdapat.

Pada babi, gejala penyakitnya berupa demam dan pharyngtis dengan


pembengkakan didaerah subparotidea dan larynx yang berlangsung cepat
(Anthraxangana). Pembengkakan tersebut dapat meluas dari leher sampai
dahi muka dan dada, menyebabkan kesulitan makan dan bernafas. Selaput
lendir kebiruan, pada kulit terdapat noda-noda merah, mencret, disfagia,
muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas.
Pada kasus tanpa pembengkakan leher, gejala penyakitnya mungkin hanya
berupa lemah, tidak ada nafsu makan dan menyedirikan. Pada Anthrax
lokal atau kronis, hewannya sering tampak normal.

Pada anjing dan pemakan daging ( carnivora ) lainnya, gejala penyakit


berupa gastroenteritis dan pharyngitis, tetapi kadang-kadang hanya
demam. Setelah makan daging yang mengandung kuman Anthrax, bibir
dan lidah menjadi bengkak, atau timbul bungkul-bungkul pada rahang
atas. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi umum melalui erosi pada selaput
lendir kerongkongan.

Pada manusia, sering ditemukan bentuk ( kutan ) serangannya bersifat


lokal, dapat juga disebut Anthrax lokal. Pada luka tersebut terjadi rasa
nyeri,

yang diikuti dengan

pembentukan bungkul

merah

pucat

(karbongkel) yang berkembang jadi kehitaman dengan cairan bening


berwarna merah. Bila pecah akan meninggalkanjaringan nekrotik.
Bungkul berikutnya muncul berdekatan. Jaringan sekitarnya tegang,
bengkak dengan warna merah tua pada kulit sekitarnya. Bila dalam waktu
bersamaan gejala demam muncul, infeksi menjadi umum ( generalis ) dan
pasien mati karena septisemi.
Bentuk usus ( intestinal ) sering disertai haemoragik, kenyerian yang
sangat didaerah perut, muntah-muntah, kaku dan berakhir dengan kolaps dan
mati. Pada bentuk infeksi lewat pernafasan, terjadi pleuritis dan bronchopneumoni. Bentuk gabungan juga bisa terjadi. Setelah infeksi usus kemudian
muncul kebengkakan bersifat busung di bagian tubuh yang lain.
2.4 Cara Penularan
Bacillus anthracis tidak berpindah langsung dari ternak satu ke ternak
yang lain, tapi biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan,
perkakas kandang atau dari tanah (rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap
paling penting dan berbahaya. Spora yang ada di dalam tanah bisa naik ke atas
oleh pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang kemudian dimakan ternak
bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam kulit, apabila
hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan
menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit
anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dari
tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat
menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara
penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah
mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat
mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.

10

Pada manusia, spora anthrax dapat masuk baik Icwat mulut karena
makan bahan makanan (daging) yang tercemar ataupun lewat kulit yang
terluka atau bekas gigitan serangga. Oleh karena itu, ternak yang terkena
penyakit anthrax dilarang keras untuk dipotong dan dikonsumsi. Selain itu,
spora juga dapat masuk ke tubuh manusia lewat pernapasan, yang dapat
menyebabkan penderita mengalami radang paru-paru. Hal inilah sekarang
yang menjadi berita dunia, karena orang yang tidak bertanggung jawab
(teroris) menyebarkan spora anthrax melalui surat atau cara-cara lainnya.
2.4 Patologis Anatomis
Perubahan patologi anatomi terhadap hewan yang terkena anthrak
adalah keluar darah berwarna gelap (merah tua-hitam) dari lubang-lubang
kumlah seperti dubur, hidung, mulut, terjadi pembengkakan di daerah leher,
dada dan sisi lambung, pinggang dan alat kelamin luar. Selain itu jika hewan
yang

menderita

anthrak

dilakukan

nekropsi

maka

akan

terlihat

peradangan/pembengkakan pada limpa. Hewan yang dicurigai anthrax


sebaiknya tidak dilakukan nekropsi.
Makroskopis : pada hewan

Makroskopis : pada Manusia

11

Umumnya di daerah terbuka seperti muka, leher, lengan dan tangan


ditemukan kelainan berupa papel, vesikel yang berisi cairan dan jaringan
nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering
yang disebut eschar ( pathognomonik ) disekitar ulkus, sering didapatkan
eritema dan edema. Pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk
(non pitting) bila ditekan, disebut juga malignant pustule.
Bersifat lokal, timbul bungkul merah pucat (karbunkel) yang
berkembang menjadi kehitaman dengan cairan bening berwarna merah.
Bungkul dapat pecah (koreng) dan akan muncul bungkul lain disekitarnya.
Jaringan disekitar bungkul tegang, bengkak dengan warna merah tua pada
kulit sekitar, kematian (septikemia)
Mikroskopis :

(Anthrax Inhalasi pada Monyet)

Gram-positif bakteri antraks (batang


ungu) pada contoh cairan cerebrospinal.
Jika ada sebuah spesies bakteri Gramnegatif akan muncul pink. (Sel-sel lainnya
adalah sel-sel darah putih).

Pemeriksaan mikroskopis sediaan ulas darah perifer adalah cara yang


sederhana dan tepat, bilamana hewan masih dalam keadaan sakit atau baru saja
mati, selama belum terjadi pembusukan. Kumannya berbentuk batang besar,
Gram positif, biasanya tersusun tunggal, berpasangan atau berantai pendek.
Tidak terdapat spora. Dengan pewarnaan yang baik dapat dilihat adanya
selubung (kapsel).
2.5 Cara Pencegahan, Pengendalian serta Penanggulangan dari Penyakit
Anthrax
2.5.1 Pencegahan

12

Semua ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan kuda) harus
divaksin secara teratur. Mintalah bantuan petugas Dinas Peternakan
setempat atau Dokter hewan terdekat.
Jagalah kebersihan dan kesehatan kandang, dengan selalu membersihkan
kotoran dan desinfektasi, serta upaya penghapusan hama penyakit.
Berilah makanan dalam jumlah cukup dan bermutu (bergizi).
Bagi ternak besar (kerbau dan sapi), jangan terlalu dipaksakan kerja berat.
Keletihan dan kurang makan dapat mempermudah berjangkitnya wabah
penyakit anthrax.
2.5.2 Pengendalian
Menurut Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Hewan Menular tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit
ini terdiri dari :
1. Pengobatan
Pemberian antibiotik seperti Penisilin G, Penisilin-Streptomisin
ataupun Oksitetrasiklin pada hewan tersangka atau positif terkena
antraks selama 4-5 hari berturut-turut.
2. Isolasi hewan
Isolasi dilakukan pada hewan tersangka dan yang positif
terkena antraks. Dan disediakan lubang untuk menampung kotorannya.
3. Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan di daerah tertular, daerah terancam I
(daerah sekitar daerah tertular) dan daerah terancam II (daerah sekitar
daerah terancam I). Vaksin yang paling umum di seluruh digunakan
dikembangkan oleh Sterne strain 34F2, yang tidak dapat membentuk
kapsul. Strain lainnya adalah strain 55 yang digunakan di eropa tengah
dan timur. Vaksin antraks ini terkadangmenyebabkan efek samping
pada kambing dan ilama, yang kemungkinan berhubungan dengan
penggunaan

saponin

sebagai

ajuvan.

Vaksin

ini

tidak

direkomendasikan untuk hewan bunting dan pada tidak boleh dipotong


selama dua hingga tiga minggu sesudah divaksin. Hewan yang

13

divaksin tidak boleh diberikan antibiotik selama satu minggu sebelum


dan setelah vaksinasi.
4. Desinfeksi
Penyemprotan atau perendaman desinfektan di lokasi hewan
yang positif terkena antraks, alat-alat yang kontak dengan hewan,
kandang, lokasi hewan dikubur.
5. Pengawasan lalu lintas hewan
Hewan dilarang keluar dari daerah wabah dan pada lokasi
isolasi dilarang untuk memasukan hewan.
6. Penanganan bangkai
Hewan dikubur dalam lubang minimal sedalam 2 meter,
sebelum bangkai dikubur, disiram dulu dengan minyak tanah lalu
dibakar kemudian baru ditimbun dengan tanah, kemudian disiram
dengan desinfektan.
2.5.3 Cara Penanggulangan Penyakit
Terhadap Temak yang Sehat

Ternak yang sehat, tapi tinggal sekelompok dengan yang sakit diberi
suntikan serum atau antibiotik, dan setelah kurang lebih 5 hari baru
divaksin.

Ternak yang sehat, 5-10 km dari daerah yang tercemar (pusat wabah)
penyakit diadakan vaksinansi.

Terhadap Temak yang Sakit

Pisahkan segera dari ternak yang sehat.

Pengobatan

dengan

serum

dan

atau

kombinasi

antibiotik

(penicillium, Streptomycin,Oxitetracyclin, Chloramphenicol) atau


terapi (Sulametazine, Sulafanilamide, Sulafapyridin dan lain-lain).

Setelah penderita sembuh dapat divaksinasi.

Bagi ternak yang sudah mati akibat anthrax, dibakar, diberi


desinfektan kemudian dikubur. Sedangkan bangkai yang sudah
terlanjur dikubur, tanahnya dibuka kembaIi, tanah galian diberi

14

desinfektan dan kapur, serta bangkai dibakar, kemudian kuburan


kembali ditutup.

Susu yang berasal dari ternak sa kit harus dimusnahkan, dibuang


dengan dicampur larutan formalin.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anthrax merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan
oleh bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis terdapat di dalam darah dan
organ-organ dalam terutama limpa dan dapat hidup berpuluh-puluh tahun pada
tanah. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase

15

vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus


anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Sel
masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian diserang oleh
sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora aktif dan mulai
berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu : Edema Toxin dan
Lethal Toxin. Ada beberapa bentuk penyakit anthrax pada ternak, yaitu per
akut, akut dan kronis. Bacillus anthracis masuk ke dalam tubuh ternak
bersama makanan, perkakas kandang atau dari tanah (rumput). Perubahan
patologi anatomi terhadap hewan yang terkena anthrak adalah keluar darah
berwarna gelap (merah tua-hitam) dari lubang-lubang kumlah. Sehingga perlu
dilakukan perlakuan berupa pencegahan dan pengobatan bagi hewan yang
terkena anthrax.
3.2 Saran
Semoga makalah yang berjudul ANTHRAX dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa khususnya kedokteran hewan. Dengan adanya makalah ini
semoga mahasiswa kedokteran hewan mampu mengetahui tentang penyakit
anthrax pada hewan yang dapat menular pada manusia dan mengetahui baik
gejala klinis serta perubahan patologi. Kami harapkan makalah ini bukanlah
satu-satunya sumber informasi, karena masih banyak sumber informasi yang
membahas tentang penyakit anthrax.

DAFTAR PUSTAKA
Boston, MA 02114-2696 Children And Antrax : A fact Sheet For Clinicion, Nov 7
Th, 2001, U.S Deparrtment Of Health and Human Services, CDC, Atlanta.
Departement of Medicine, Bullfinch 127, Massachusetts Generak HospitL,
55Fruit

St,

16

Laporan Tahunan Hasil Peyidikan Penyakit Hewan di Indonesia Periode


Tahun 1983-1984.1985.Direktorat Kesehatan Hewan : Jakarta.
Priyonggo, Reko.,2005,Jurnal : Mewaspadai Penyakit Anthraks.
Schnurrenberger, Paul, R and William, T, Hubbert. 1991. Ikhtisar Zoonosis.
Penerbit ITB : Bandung.
Seddon, H,R. 1965. Disease of Domestic Animal in Australia part 5 Bacterial
Diseases Volume I.Department Of Health. Commonwalth Of Australia.
Soedarto. 2003. Zoonosis Kedokteran. Airlangga University Press: Surabaya.
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Penerbit
Kanisius : Yogyakarta.
Subronto. Ilmu Penyakit Ternak (mamalia)I. Gadjah Mada Univesity Press:
Yogyakarta.
Sumber Halaman 19-26 2000.Pemberantasan Penyakit Menular James Chin,
MD, MPH Editor Editor Penterjemah : Dr. I NYOMAN
Yatim, Faisal., 2004, Macam-Macam Penyakit Menular Dan Pencegahannya, 8086, Pustaka Populer Obor, Jakarta.

17

Das könnte Ihnen auch gefallen