Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka yang berisi tentang kajian
teori dari variabel yang diteliti serta penelitian terdahulu. Bab ini juga membahas
kerangka pemikiran yang berisi tentang uraian dari masing-masing variabel dan skema
kerangka pemikiran. Pada akhir bab ini akan menguraikan mengenai hipotesis dari
penelitian.
2.1.
Kajian Pustaka
b.
Penyusunan Anggaran yaitu suatu proses tindak lanjut dari perencanaan anggaran,
dimana angka-angka akan dibakukan sesuai dengan nota kesepakatan KUA dan PPA
yang telah dibuat oleh Gubernur dengan persetujuan DPR. Masing-masing SKPD
akan membuat RKA-SKPD di bawah pengendalian PPKD kemudian akan
dilakukan kompilasi RKA-SKPD menjadi Raperda APBD.
c.
dana
sampai
dengan pelaksanaannya
melalui
otorisasi
dan
e.
Pertanggungjawaban
yaitu
kewajiban
Pemerintah
untuk melaksanakan
efisien,
efektif,
transparan
dan
penyalahgunaan yang cukup tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan aset daerah
dalam bentuk keuangan daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi karena
struktur dan bentuk APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD
sebelum implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Disamping itu, anggota dewan memiliki
kewenangan yang cukup luas dalam penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana
dinyatakan dalam kedua undang-undang tersebut, yaitu penyusunan maupun revisi
APBD
Daerah.
2.1.2. Kinerja
Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
individu atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode
tertentu. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance)
karyawan, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja
karyawannya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Budaya
organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke
arah perkembangan yang lebih baik. Di sisi lain, kemampuan pemimpin dalam
menggerakkan dan memberdayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja.
Menurut Rasul (2008:9), kinerja merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas
serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen-divisi- divisi yang ada
dalam organisasi. Dari sudut pandangan organisasi yang berorientasi pada peningkatan
laba kinerja dibagi dalam dalam dua bentuk, yaitu pertama kinerja ekonomis adalah
kinerja yang ditekankan pada seberapa jauh organisasi sebagai lembaga ekonomis
mampu menghasilkan laba yang telah ditetapkan (pengelolaan keuangan) agar dapat
dicapai visi dan misi organisasi dan yang kedua kinerja manajemen adalah kinerja yang
memperlihatkan kemampuan manajemen dalam menyelenggarakan proses, perencanaan,
pengendalian dan pengorganisasian terhadap kegiatan keseharian organisasi dalam suatu
kerangka besar pencapaian visi organisasi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, pasal 1 ayat 35, kinerja
adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau dicapai sehubungan dengan
penggunaan keuangan dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Kinerja merupakan
gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
visi
Sulistiyani
dan
Rosidah
(2003 :
223)
kinerja
seseorang
merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari
hasil kerjanya. Menurut Whitmore (1997 : 104) kinerja adalah pelaksanaan fungsifungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu
pameran umum ketrampilan. Menurut Cushway (2002 : 198) kinerja adalah
menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan.
Menurut Rivai dan Basri ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah
merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Lebih lanjut Rivai menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau tingkatan
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. kinerja tidak berdiri
sendiri tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan kompensasi, dipengaruhi oleh
ketrampilan, kemampuan dan sifat sifat individu. Dengan kata lain kinerja ditentukan
oleh kemampuan, keinginan dan lingkungan. Oleh karena itu agar mempunyai kinerja
yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan
mengetahui pekerjaannya serta dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara
pekerjaan dan kemampuan.
Menurut Mathis dan Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira
(2002 :78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan karyawan. Menurut Mangkunegara (2000 : 67-68) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja seseorang ialah : (1) Faktor kemampuan, secara umum
kemampuan ini terbagi menjadi 2 yaitu kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality
(knowledge dan skill). (2) Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam
menghadapi situasi kerja.
Menurut Rasul (2008:332) kinerja merupakan suatu kondisi yang harus
diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi
organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional. Keberhasilan kinerja keuangan selama ini dilihat dari bagaimana unit
organisasi tersebut menghabiskan anggaran yang diterimanya, melalui otonomi
daerah, pemerintah daerah akan menjadi manager yang secara mandiri mengelola
keuangan daerah untuk mencapai peningkatan kinerja kearah
yang diinginkan
dalam
pelaku
yang
secara
langsung
dalam
Karena
upaya
manusialah
Tanpa Sumber Daya Manusia yang baik tidak mungkin suatu bangsa bisa berkembang
dan mampu bersaing.
Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia perlu dibedakan antara
pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian Sumber Daya Manusia secara makro
adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam
batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah
memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun memperoleh pekerjaan. Di
samping itu Sumber Daya Manusia secara makro berarti juga penduduk yang
berada dalam usia produktif, meskipun karena berbagai sebab dan/atau masalah masih
terdapat yang belum produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat di
masyarakatnya.
Sumber Daya Manusia dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau
orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil,
pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Sedang secara lebih khusus
Sumber Daya Manusia dalam arti mikro di lingkungan sebuah organisasi/perusahaan
pengertiannya dapat dilihat dari tiga sudut:
a.
Sumber Daya Manusia adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset
organisasi yang dapat dihitung jumlahnya.
b.
Sumber Daya Manusia adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi.
c.
Manusia sebagai sumber daya adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, sebagai penggerak organisasi berbeda dengan sumber daya lainnya. Nilainilai kemanusiaan yang dimilikinya mengharuskan Sumber Daya Manusia
diperlakukan secara berlainan dengan sumber daya lainnya.
d.
Di
antaranya
dalam
bentuk
memberikan
kesempatan
untuk
tersebut,
yang
menyangkut kemampuan nonfisik (kecerdasan dan mental). Oleh sebab itu untuk
kepentingan percepatan suatu pembangunan di bidang apapun, maka peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan suatu persyaratan utama. Kualitas Sumber
Daya Manusia ini menyangkut dua aspek juga, yakni aspek fisik, dan aspek nonfisik
aspek
tersebut.
Untuk
meningkatkan
kualitas
manusia.
Mengingat
faktor
(principal)
yang
memiliki
hak
dan
wewenang untuk
meminta
karakter yang berbeda dari masing masing individu,yang dituangkan dalam bentuk
penyatuan pandangan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber Daya Manusia yang
berkualitas mendukung kinerja organisasi
strategis,
harmonis
misi organisasi.
dalam
menciptakan
hubungan
yang
arti
talenta.
sama
sekali
dengan
seseorang bisa mengelurkan sumber daya fisik, mental dan spiritual tambahan yang bisa
diperoleh, sebaliknya tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit
terlaksana.
Komitmen adalah kebulatan tekad bersama, untuk mengatasi masalah sulit
bersama-sama. Komitmen adalah segala upaya perencanaan dan pelaksanaan terhadap
rencana-rencana secara berkualitas untuk memperoleh kepastian pencapaian target
sasaran. Menurut Hoesada (2011:26) komitmen adalah tentang sikap konsistensi dan
serius dalam sebuah periode jangka panjang. Komitmen adalah penyatuan berbagai
tugas pokok dan fungsi, lebur menuju satu kesatuan dan komitmen terdiri dari
hubungan
tersebut
mengakibatkan individu bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu
demi merefleksikan hubungan bagi tercapainya tujuan organisasi.
Lebih lanjut ia mendefinisikan Komitmen Organisasi sebagai suatu orienttasi
individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi dan keterlibatan. Jadi
Komitmen Organisasi mendefinisikan unsur orientasi hubungan antara individu dengan
organisasinya. Orientasi
hubungan
tersebut
mengakibatkan
individu
bersedia
memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan hubungan bagi
tercapainya tujuan organisasi.
Komitmen Organisasi meliputi kemauan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi yang ditandai dengan kesetiaan pada organisasi
atau perusahaan, kemampuan yang kuat berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan
dengan ikut mendukung kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan sasaran organisasi serta
adanya penerimaan nilai, tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Schultz dan Ellen (1994:127) komitmen organisasi dipengaruhi oleh
faktor-faktor personal dan operasional. Faktor personal yang mempengaruhi Komitmen
Organisasi adalah sikap yang positif terhadap rekan kerja, sedangkan faktor-faktor
operasional yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi antara lain pengayaan tugas,
pekerjaan, otonomi dan kesempatan untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki.
Lebih lanjut mereka juga menyatakan ada tiga komponen penting dari komitmen
organisasi, komponen tersebut adalah penerimaan nilai dan tujuan dari organisasi,
keinginan untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan melakukan tugas denagn baik,
dan memiliki keinginan kuat untuk tetap berada didalam organisasi. Semakin tinggi
karyawan merasa harapan mereka dapat dicapai oleh organisasi, semakin patuh
pula mereka terhadap organisasi.
Dengan komitmen yang diberikan, diharapkan kinerja dari karyawan akan
meningkat, sebagaimana menurut Luthans (2006:95) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai sebuah sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan kepada
organisasi dan merupakan suatu proses berkelanjutan dimana anggota organisasi
mengungkapkan perhatian mereka terhadap organisasi, terhadap keberhasilan organisasi
serta kemajuan yang berkelanjutan. Porter dan Smith (Temaluru, 2001:473) komitmen
organisasi sebagai sifat hubungan antara pekerja dan organisasi yang dapat dilihat dari
keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tersebut, kesediaan untuk menjadi
sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut dan kepercayaan dan penerimaan
yang kuat terhadap nilai nilai dan tujuan organisasi.
Menurut Tanajaya dan Noegroho (1995:8) Hadirnya komitmen dalam diri
karyawan akan memberikan keuntungan bagi organisasi, seperti mendapat dukungan
optimal
dari
para
karyawan
dan
mengurangi
ongkos
dalam pemeliharaan
SDM.. Hal ini berarti bahwa apabila pegawai/karyawan telah bertekad untuk bekerja
penuh di dalam suatu organisasi, pegawai/karyawan sebagai sumber daya manusia
didalamnya dipastikan akan memberikan kontribusi penuh dalam perjalanan organisasi
tersebut. komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau
talenta. Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan
sumber daya fisik, mental dan spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya
tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit terlaksana, karena dengan
adanya komitmen dalam diri seseorang untuk berada dalam suatu organisasi berarti
sanggup untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan seseorang
kepadanya.
2.1.5. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor dalam mendukung kelancaran administrasi
perkantoran. Antara pimpinan dan bawahan harus memiliki komunikasi yang baik dan
lancar. Pimpinan mengawasi bawahannya. Komunikasi adalah media yang digunakan
untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab yang diberikan sebagai pengelola keuangan daerah pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sama halnya dengan pengelolaan keuangan daerah di
suatu SKPD, komunikasi harus berjalan baik dan lancar antara Pengguna Anggaran
dengan bawahannya baik itu Pejabat Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat
atau lembaga eksekutif adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pengawasan adalah salah satu unsur yang menjiwai seluruh aspek dalam pengelolaan
keuangan dan suatu yang terlibat seluruh tahap dalam anggaran karena salah satu fungsi
anggaran adalah sebagai instrumen pengawasan. Menurut Indische Compslahiliteitwet
(ICW) dalam Halim (2007:52), pengawasan keuangan daerah adalah segala tindakan
untuk menjamin agar pengelolaan keuangan daerahberlangsung sesuai dengan rencana,
aturan-aturan dan tujuan yang telah disepakati. Jika anggaran daerah dikaitkan dengan
pengawasan maka pengawasan adalah segala kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan pendapatan daerah, pengeluaran belanja daerah sesuai dengan rencana,
aturan dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Bohari (2000:4) pengawasan adalah
kegiatan penilaian terhadap suatu organisasi dengan tujuan agar organisasi tersebut
melaksanakan tugasnya serta fungsinya dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Teknik pengawasan yang lazim dilaksanakan adalah pemeriksaan, yaitu
kegiatan untuk menilai apakah hasil pelaksanaan telah sesuai dengan yang seharusnyadan
untuk mengidentifikasikan temuan terhadap penyimpangan dan hambatan.
Pengawasan merupakan salah satu dari kegiatan manajemen pemerintah.
Pengawasan merupakan suatu fungsi yang didalamnya termasuk mengendalikan
pelaksanaan agar sesuai dengan rencana, mengukur hasil dibandingkan dengan target atau
rencana, melakukan tindakan atas terjadinya penyimpangan dan menyusun feed-back
demi penyempurnaan dimasa yang akan datang (Nawawi, 2013:38).
Pengawasan keuangan daerah sesungguhnya merupakan bagian integral dari
pengelolaan keuangan negara secara keseluruhan. Bila dikaitkan dengan siklus anggaran,
maka
pengawasan
keuangan
negara
meliputi
tahap
penyusunannya,
tahap
Fungsi dari sebuah pengawasan yang baik adalah berupa hasil atau masukan yang
kritis dan konstruktif, apa adanya dan objektif. Hasil pengawasan ini yang kemudian akan
digunakan sebagai bahan oleh pihak manajemen pemerintah sebagai pengambil
keputusan (policy making process) untuk perumusan dan perencanaan suatu kegiatan
berikutnya. Begitu seterusnya seperti sebuah siklus yang terus berputar, sehingga tidak
jelas lagi yang mana yang disebut ujung dan pangkal (Nawawi, 2013: 38).
Pengawasan tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan
ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun
penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari
waktu ke waktu. Pengawasan bukan bertujuan untuk mencari-cari kesalahan atau mencari
siapa yang salah.
Griffin (2004:45) menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari fungsi
pengawasan. Keempat tujuan tersebut adalah adaptasi lingkungan, meminimalkan
kegagalan, meminimalkan biaya, dan mengantisipasi kompleksitas dari organisasi.
Kemudian Bohari (2000:4) menjelaskan tujuan utama pengawasan ialah untuk
memahami apa yang salah demi perbaikan dimasa datang, dan mengarahkan seluruh
kegiatan-kegiatan dalam rangka pelaksanaan daripada suatu rencana sehingga dapat
diharapkan suatu hasil yang maksimal.
Dengan demikian, untuk dapat merealisasi tujuan utama tersebut, maka
pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuanpenemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu
ataupun waktu-waktu yang akan datang. Pengawasan intern dapat memberikan dukungan
terhadap responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas Pemerintah. Semakin baik
pengawasan intern yang dilaksanakan akan memberikan dampak semakin baik kinerja
Pemerintah daerah yang dicapai.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
Sebagai pembanding dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian
terdahulu :
1. Gunawan Azmi (2015) tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Kualitas
Sumber Daya Manusia dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pengelolaan
Keuangan Daerah di Lingkugan Pemerintah Aceh, penelitian ini menyimpulkan
bahwa kejelasan sasaran anggaran, kualitas sumber daya manusia dan komitmen
organisasi secara bersama-sama dan sendiri-sendiri berpengaruh terhadap kinerja
pengelolaan keuangan daerah.
2. Muhammad Syawalid (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Budaya Kerja,
Kemampuan dan Komitmen Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil dan Dampaknya
pada Kinerja Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Jaya , dengan variabel independen
adalah Budaya Kerja, Kemampuan dan Komitmen sedangkan variabel dependen
adalah Kinerja Pegawai Negeri Sipil serta Kinerja Sekretariat Daerah sebagai variabel
intervening. Penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya kerja, kemampuan,
komitmen, kinerja pegawai dan kinerja organisasi sudah berjalan dengan baik. Hasil
penelitian juga membuktikan bahwa budaya kerja, kemampuan dan komitmen baik
secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai, kemudian budaya kerja, kemampuan dan komitmen baik secara simultan
maupun parsial juga berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kinerja pegawai juga
mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja organisasi serta adanya pengaruh
tidak langsung budaya kerja, kemampuan dan komitmen baik secara simultan maupun
parsial terhadap kinerja organisasi melalui kinerja pegawai pada Sekretariat Daerah
Reza
Kesuma
(2015)
melakukan
penelitian
tentang
Pegaruh Gaya
Pengelolaan
Keuangan
Satua
Kerja
Perangkat
Daerah
Kota
Lhokseumawe,
7. Fadri Yanti (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemahaman Atas Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Pengawas Fungsional Terhadap Efektivitas
Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah
Aceh), hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman atas sistem akuntansi
keuangan daerah dan peran pengawas fungsional secara bersama-sama berpengaruh
terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh, (2)
pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap
efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh, dan (3) peran
pengawas fungsional berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan
daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh.