Sie sind auf Seite 1von 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya terdapat


berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan hidup juga
merupakan penunjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua
makhluk hidup yang ada. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia
dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Di indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka
pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung
untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi
sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan
tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya alam seharusnya dapat memberikan
akses kepada segenap masyarakat, bukan terpusat pada beberapa kelompok
masyarakat dan golongan tertentu, dengan demikian pola pemanfaatan
sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat,
serta memikirkan dampakdampak yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya
alam tersebut.
Seringkali pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat
luas tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis
sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat
dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi sosial,
administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah
mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang
terjadi di berbagai daerah.
Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis mengenai
dampak tehadap lingkungan. Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan
industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di
banyak daerah antara lain pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak
memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak
aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan
hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan yang


disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak
negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan
mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya
Bogor Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual
kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar
yang terletak disekitar pemukiman warga memiliki dampak positif, seperti
tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL memiliki
tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu
lintas bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut:


bagaimana pengaruh sumber daya manusia (SDM) dan bagaimana tata kerja
peraturan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Pasar PAL.

1.3

Tujuan

Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia


dan tata kerja dari AMDAL terhadap lingkungan pasar PAL. Sedangkan tujuan
khususnya, untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam
mempengaruhi kualitas AMDAL pada pengelolaan lingkungan hidup di pasar PAL.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan peningkatan penggunaan sumber


daya untuk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan hidup manusia. Pembangunan ini merupakan proses dinamis
yang terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem yang akan mempengaruhi
seluruh bagian. Kita tahu bahwa pada era pembangunan dewasa ini, sumber daya
bumi harus dikembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan cara-cara
yang baik dan seefisien mungkin.
Dalam pembangunan, sumber alam merupakan komponen yang penting karena
sumber alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan. Dalam penggunaan
sumber alam tadi hendaknya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara. Acapkali
meningkatnya kebutuhan proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu,
yang kadang-kadang bisa membahayakan kehidupan umat.
Kerugian-kerugian dan perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu
diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu
proyek pembangunan. Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan, ongkosongkos sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat
mungkin tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat sebagai konsumen
hasil pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan
demikian, antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang
diketahui dan diperlukan; akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam
termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito kekayaan alam tersebut.
Bagaimana cara pengelolaannya, apakah secara tradisional atau memakai teknologi
modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada lingkungan, terhadap
memburuknya lingkungan serta kemungkinan menghentikan pengrusakan
lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.
Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau
pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek
pembangunan. Juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih
harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan konkrit yang harus dijawab.
Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi,
maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor
perlindungan lingkungan hidup.
Maka dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang
dapat diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh
sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.

2. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di


alam.
3. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian
alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi
dari sumber alam tersebut.
4. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan
terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.
Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan
penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup,
dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan
kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan
datang (kalau mungkin untuk selamanya).
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian
lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya.
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan,
hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan
lingkungan hingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial
spiritual
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam rangka
menjaga kelestraian lingkungan.
6. Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien
mungkin.

2.2

Aturan Hukum Mengenai Lingkungan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Sedangkan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara

dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Berikut aturan


hukum mengenai Lingkungan Hidup:
1.

Undang-Undang Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,


menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:
a.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain;
b. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup;
c.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya
sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya,
ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan;
d. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan
utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup;
e.
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;
f.
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya;
g.
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup;
h. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang


menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya;
i.
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat
fisik dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang;
j.
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan;
k.

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;

l.
Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain;
m. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain;
n. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan;
o. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; Organisasi lingkungan hidup adalah
kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup;
p. Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan
terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar
yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan;
Pasal 2
Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ber-Wawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan,
hak berdaulat, dan yurisdiksinya.

ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN


Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 5
a.
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c.
Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
a.
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup.
WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 8
a.
Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
Pemerintah.
b. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah:
1) Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
2) Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup,
dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetika;

3) Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau


subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan
sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika;
4) Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
5) Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.
Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
a.
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan
lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
b. Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing,
masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan
perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan
hidup.
c.
Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan
penataan ruang, perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber
daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar
budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
d. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional
pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikoordinasi
oleh Menteri.
Pasal 10
a.

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban:

Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan


tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran
akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
c.
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

d. Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan


lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup;
e.
Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemtif,
preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
f.

Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup;

g.

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup;

h. Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada


masyarakat;
i.
Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang
lingkungan hidup.
2.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR


05 TAHUN 2012 TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK
INDONESIA TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
b. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap zona lingkungan hidup serta menyebabkan
dampak terhadap lingkungan hidup.
c.
Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
d. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup,
yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan


Usaha dan/atau Kegiatan.
e.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
a.
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki Amdal.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c.
Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemrakarsa melakukan penapisan sesuai dengan tata cara
penapisan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
d. Terhadap hasil penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), instansi
lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan
wajib tidaknya rencana Usaha dan/atau Kegiatan memiliki Amdal.
Pasal 3
a.

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan:

1) Di dalam kawasan lindung; dan/atau


2) Berbatasan langsung dengan kawasan lindung, wajib memiliki Amdal.
b. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berbatasan langsung dengan
kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang:
1) Batas tapak proyek bersinggungan dengan batas kawasan lindung; dan/atau
2) Dampak potensial dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan diperkirakan
mempengaruhi kawasan lindung terdekat.
d. Kewajiban memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan
bagi rencana Usaha dan/atau Kegiatan:
1) Eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi;

2) Penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan;


3) Yang menunjang pelestarian kawasan lindung;
4) Yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup;
5) Budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting terhadap lingkungan
hidup; dan
6) Budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat.
Pasal 4
a.

Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:

1) Memiliki skala/besaran lebih kecil daripada yang tercantum dalam Lampiran I;


dan/atau
2) Tidak tercantum dalam Lampiran I tetapi mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan hidup,
3) Dapat ditetapkan menjadi jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal di luar Lampiran I.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan:
1) Pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
dan
2) Tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
c.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan secara tertulis kepada Menteri, oleh:
1) Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
2) Gubernur;
3) Bupati/walikota; dan/atau
4) Masyarakat.
d. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan setelah dilakukan telaahan sesuai kriteria sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5
a.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat
ditetapkan menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki
Amdal, apabila:
1. Dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
2. Berdasarkan pertimbangan ilmiah, ,tidak menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
c.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan secara tertulis kepada Menteri, oleh:
1) Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
2) Gubernur;
3) Bupati/walikota; dan/atau
4) Masyarakat.
d. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL atau
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

3.

Peraturan Pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG


IZIN LINGKUNGAN
4.

Peraturan Gubernur

Menimbang :

a. Bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan yang


wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi
daerah;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas perlu ditetapkan jenis kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan dengan keputusan Gubernur.
Mengingat :
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 (BN no. 5000 hal 1B-12B) tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2) Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang
Penataan Ruang;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (BN No. 6336 hal 8B-15b dst) tentang
Pemerintahan Daerah;
5) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 (BN No. 6372 hal 5B-8B) tentang
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
6) Peraturan Pemrintah Nomor 27 Tahun 1999 (BN No. 6436 hal 1B-9B) tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 (BN No. 6468 hal 1B-9B) tentang
Kewenangan Pemerinytah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-12/MENLH/ 3/94 (BN
No. 5556 hal 3B-5B) tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA :
Jenis usaha /kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Propinsi Jawa Barat.
KEDUA :
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dilakukan bersama oleh instansi
pemberi izin operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah Propinsi

Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten


Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KETIGA :
Pengawasan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin
operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jawa Barat,
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi
setempat, dan instansi terkait lainnya.
KEEMPAT :
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (uPl) Proyek Pemerintah di Propinsi Jawa Barat disusun oleh instansi
yang membidangi kegiatan melalui pemimpin proyek yang bersangkutan.
KELIMA :
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan pengundangan Keputusan ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat.

2.2.

AMDAL

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL


merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat
pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal
yang dikaji dalam proses AMDAL antara lain adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosialekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha atau kegiatan. (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan
hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan
untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha
dan/atau kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :


1.

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-AMDAL).

2.

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

3.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).

4.

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) .

Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah
perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak. Dalam pelaksanaannya,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006.
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 86 Tahun 2002.
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006.
4.

Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.

2.2.1 Prosedur AMDAL


Terdapat empat prosedur dalam penyusunan AMDAL. Prosedur AMDAL terdiri dari :
1.

Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL,
yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau
tidak.
2.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan
yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih
dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.

3.

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping).

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk


menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan). Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75
hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kembali dokumennya.
4.

Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.

2.2.2 Pihak-pihak dalam AMDAL


Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri
dari beberapa dokumen. Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan
dipertimbangkan dan diambil. Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa
suatu rencana usaha atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa
dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun
dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur
dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
1.

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan

hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga


masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang
berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.
3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi
masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

2.2.3 Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL


Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat
AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
1.

Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

2.

Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui.

3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,


kerusakan, pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya.
4.

Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.

5.

Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.

6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk


mempengaruhi lingkungan.
7.

Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara

Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982,


sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari

Peraturan No. 29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses
AMDAL10. Sepanjang awal era 1990 didirikan suatu badan perlindungan lingkungan
pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian Negara Lingkungan, dengan mandat
meningkatkan pelaksanaan.
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi
Pusat atau Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan.
Lebih dari 4000 AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas
bahwa berbagai elemen dari proses tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak
didasarkan pada AMDAL gaya barat. Legislasi AMDAL yang baru yang diberlakukan
pada tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan atas prosedur penapisan,
mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status format EMP
yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas.
Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini
termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan
di dalam BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan
27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral
dibubarkan dan dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara
komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas
keterlibatan publik juga diperkenalkan, sebagaimana halnya juga dengan suatu
rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak
tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai perubahan politis
yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik
dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat
dengan AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang tentang lingkungan
hidup di Amerika Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun
1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C)
dalam undang-undang ini menyatakan, semua usulan legislasi dan aktifitas
pemerintah federal yang besar di perkirakan akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment
(Analisis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida
serta limbah industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka,
serta menurunnya nilai estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los
Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asapkabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang menyelubungi kota, mengganggu
kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan
pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil nitrat (PAN),
nitrogenoksida, dan zat lain lagi.

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya


formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi
pembangunan proyek-proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan
menimbulkan dampak besar dari penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu
usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa
kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap
lingkungan antara lain:
1.

Jumlah manusia yang akan terkena dampak.

2.

Luas wilayah persebaran dampak.

3.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

4.

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.

5.

Sifat kumulatif dampak.

6.

Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible).

Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999
beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek
dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya
perizinan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metodologi Penelitian

Metodologi penilitian merupakan kerangka atau alur penelitian yang akan


dilakukan, sehingga memberikan tahapan yang jelas dan mempersingkat waktu
dalam peneliatian.

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Wawancara

Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya
Bogor Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual
kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar
yang terletak disekitar pemukiman warga memiliki dampak positif, seperti
tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL memiliki
tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu
lintas bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut. Untuk mengetahui
dampak spesifik pada warga sekitar, kami mengadakan wawancara terhadap 6
warga sekitar pasar sebagai narasumber. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara.
1.

Siapa nama dan sudah berapa lama Anda tinggal di sekitar pasar PAL?

a.

Muhtar. Sudah 51 tahun saya tinggal disini.

b.

Eddy. Sudah 25 tahun saya tinggal disini.

c.

Ai Maimunah. Saya tinggal sekitar 22-25 tahun disini.

d.

Nina. 40 tahun saya dan keluarga tinggal disini.

e.

Santi. Sudah 30 tahun saya tinggal disini.

f.

Joko. Tinggal disini sudah lama, sekitar 51 tahun.

2.

Apakah ketika Anda tinggal disini, pasar PAL sudah berdiri?

a.

Belum didirikan. Masih sepi dan hanya ada jalan.

b. Seingat saya,,, belum ada apa-apa disini. Pasar baru berdiri setelah beberapa
tahun saya tinggal disini.
c.

Belum ada.

d.

Belum berdiri pasar disini waktu itu.

e.

Belum ada.

f.

Seingat saya belum ada pasar disini.

3.

Apa perbedaan yang Anda rasakan sebelum dan sesudah Pasar PAL berdiri?

a.
Awalnya saya tidak setuju ketika pasar PAL mau didirikan apalagi dekat dengan
pemukiman warga. Saya membayangkan rumah saya akan terkena polusi bau
setiap harinya dan tidak nyaman. Tetapi, Pasar PAL pada akhirnya berdiri karena
banyak warga yang menyetujui hal itu. Sebelum Pasar PAL tidak berdiri, sekitar
rumah saya sepi. Hanya ramai karena dilalui oleh beberapa mobil yang rumahnya
sekitar sini dan angkutan umum yang memang jalurnya disnini. Tetapi, setelah
pasar PAL berdiri, kondisi di sekitar lingkungan rumah saya menjadi lebih ramai,
karena banyak orang yang lalu lalang membawa kendaraan motor dan mobil,
sehingga jalan lebih sering. Umumnya, ketika melewati pasar, akan tercium bau
yang sangat menyengat. Tetapi, pasar hanya bau di tempat penampungan sampah
atau dekat parkiran motor saja, sedangkan saat memasuki pasar, pasar tidak
sekotor pasar-pasar pada umumnya dan tidak berbau semenyengat di pasar-pasar
lainnya.
b. Sebelum ada pasar PAL, jalanan hanya dilalui oleh angkutan umum dan
kendaraan-kendaraan warga yang tinggal di sekitar pasar. Tetapi sekarang lebih
ramai lagi karena dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang datang ke pasar.
Kelebihannya dari adanya pasar, Saya jadi lebih mudah berbelanja kebutuhan
sehari-hari. Tidak perlu menunggu gerobak sayur lewat dulu, dan di pasar barangbarangnya lebih fresh dan lengkap, sedangkan kalau menunggu gerobak sayur,
barang-barangnya sudah sisa-sisa dan tidak sesegar di pasar.
c.
Yang saya rasakan sebelum ada pasar PAL, sepi. Setelah pasar PAL ada,
jalanan jadi lebih cepat rusak karena sering dilewati truk-truk besar. Tapi, dengan
adanya Pasar PAL, saya tidak hanya menjadi ibu rumah tangga tapi saya juga
mempunyai penghasilan berdagang di Pasar PAL. Jadi, pasar PAL memberikan
lapangan pekerjaan juga untuk saya dan warga-warga disini.
d. Pas belum ada pasar, lingkungan lebih bersih. Setelah ada pasar, lebih banyak
produksi pasar tetapi sampah yang dihasilkan tidak tersebar dimana-dimana. Pihak
pasar tetap melakukan pembersihan tetapi, pembuangannya ditampung di pinggir
jalan dekat kali dan itu memang mengganggu ketika melewatinya.
e.
Kalau dulu suasanya tenang. Hanya ada mobil lalu lalang, tapi sekarang
berisik, dimana-mana ada orang. Mau berangkat kerja ada orang dimana-mana.
Saya malas bertemu banyak orang apalagi yang tidak dikenal.
f.
Saya lebih suka suasana dulu. Karena, lebih fresh udaranya ketika masih pagipagi buta. Tetapi sekarang saya lebih suka dengan adanya pasar PAL disini karena
lebih dekat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena saya sekarang hanya
tinggal bersama istri saya dan kami juga sudah tua.

4.2

Analisis Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap enam sumber akan


dilakukan analisis sesuai undang-undang mengenai lingkungan hidup yaitu undangundang No. 23 tahun 1997. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa setiap
bangunan/usaha yang didirikan harus memperhatikan dan menjaga lingkungan
sekitar serta dapat membantu kesejahteraan umum bagi masyarakat sekitar
bangunan/usaha tersebut.
Hasil wawancara warga sekitar pasar PAL menunjukkan bahwa berdirinya pasar PAL
memberikan dampak tersendiri bagi lingkungan dan warga sekitar. Dampak negatif
bagi lingkungan adalah tercemarnya lingkungan dikarenakan pengelolaan sampah
pasar yang tidak baik. Sementara, bagi warga dirasakan dampak positif dan negatif.
Dampak positif dari pasar PAL adalah terbukanya lapangan kerja baru bagi warga
sekitar. Selain itu, warga mendapat sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sedangkan dampak negatif yang dialami warga adalah menambah
kemacetan lalu lintas dan menimbulkan kebisingan dari para pengunjung pasar.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa pasar PAL belum memenuhi standar undangundang lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, karena meskipun pasar PAL
meningkatkan kesejahteran warga sekitar namun pasar PAL tidak menjaga
lingkungan dengan baik.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Penutup ini berisikan solusi yang diberikan dan diharapkan mampu membantu
memberikan perbaikan terhadap pasar PAL agar memenuhi standar lingkungan
hidup.
1.

Memperbaiki tata letak kios-kios yang terdapat di pasar PAL.

2. Memperbaiki pengelolaan sampah. Sampah-sampah organik dapat


dikumpulkan dan diolah menjadi kompos yang berguna sebagai pendapatan
tambahan sedangkan sampah-sampah non organik diolah menjadi kerajinan
tangan.

Das könnte Ihnen auch gefallen