Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Halaman Judul
BAB I WATER TREATMENT PLANT ......................................................................................... 1
1.1 PENGENALAN WATER TREATMENT PLANT ....................................................................... 1
1.1.1 Pengertian Water Treatment Plant.................................................................................. 1
1.1.2 Proses Water Treatment Plant di PT. PJB UP. Gresik.................................................. 2
BAB II HIDROGEN PLANT ........................................................................................................... 14
2.1 PENGENALAN HYDROGEN PLANT.................................................................................... 14
2.2 PENGERTIAN HYDROGEN PLANT ..................................................................................... 14
2.3 PROSES HYDROGEN PLANT ................................................................................................ 15
2.4 SISTEM OPERASI PADA HYDROGEN PLANT ................................................................. 21
2.4.1 Deskripsi Operasi ........................................................................................................... 21
2.4.2 Initial Start Up................................................................................................................. 24
2.4.3 Start Mode ....................................................................................................................... 25
2.4.4 Run Mode ........................................................................................................................ 25
2.4.5 Standby Mode.................................................................................................................. 26
2.4.6 Normal Operasi .............................................................................................................. 26
2.4.7 Shutdown......................................................................................................................... 27
2.5 PERAWATAN PADA HYDROGEN PLANT ........................................................................ 28
BAB III CHLORINATION PLANT .............................................................................................. 30
3.1 PENGENALAN CHLORINATION PLANT ......................................................................... 30
3.1.1 Proses Chlorination Plant .............................................................................................. 31
3.1.2 Prewater Treatment Plant .............................................................................................. 33
3.1.3 Seawater Strainers .......................................................................................................... 33
3.1.4 Seaclor System ................................................................................................................. 34
3.1.5 Hydrogen Degassing & Dilution .................................................................................... 35
3.1.6 Electrolyzer Cleaning System ........................................................................................ 35
BAB I
WATER TREATMENT PLANT
1.1.
menyediakan air pengisi boiler dalam sebuah powerplant. Water treatment plant merupakan bagian
dari sistem pengolahan air dalam pembangkit. Air yang dihasilkan oleh bagian pengolah air
digunakan sebagai air penambah (make-up water) dalam siklus pembangkit, pendingin peralatan,
(seperti: pelumas turbin, pompa-pompa kapasitas besar, kompresor, dll), sebagai bahan baku pada
hydrogen dan chlorination plant, serta untuk kebutuhan sehari-hari (utilitas) atau biasa disebut
service water.
laut mengalami beberapa filtrasi hingga kandungan logamnya berkurang dan menjadi air tawar.
Demineralized water merupakan hasil dari proses demineralisasi. Pada proses demineralisasi, air
tawar hasil proses desalinasi atau proses reverse osmosis mengalami pemurnian pada mixed bed.
Di dalam mixed bed, air mengalami pertukaran ion sehingga dihasilkan produk air murni (H2O)
sebagai air pengisi boiler.
Pre treatment
External treatment merupakan proses awal pengolahan air laut yang bertujuan untuk
menyaring sampah-sampah yang terbawa air laut. Pada sea water inlet terdapat jala-jala yang
ditujukan untuk menyaring sampah-sampah yang berukuran relative besar. Pada ujung sea
water inlet (Circulating Water Pump House) diinjeksikan chlorine dengan kadar 0,1 ppm (part
per million). Penginjeksian chlorine ini bertujuan untuk membuat biota-biota laut yang sangat
kecil menjadi pingsan dan tidak menempel pada pipa-pipa. Biota laut yang menempel pada
pipa-pipa akan menyebabkan pengerakan. Proses penginjeksian chlorine dilakukan secara
kontinyu.
Gambar 1.3. Sampah dan biota laut yang menempel pada jala-jala
2
Air laut yang telah difilter dengan menggunakan jala-jala masih mengandung sampahsampah kecil, agar tidak membuat kotor, menyumbat pipa, dan bahkan merusak alat-alat yang
berhubungan langsung dengan air laut maka air laut dilakukan filtrasi dengan menggunakan
bar screen dan traveling band screen.
Bar Screen
Bar screen atau saringan kasar berfungsi untuk menyaring sampah atau kotoran
berukuran relative besar, terutama potongan-potongan kayu, daun, plastik, dan kotoran sejenis.
Bar screen harus dibersihkan secara rutin, terutama apabila kotorannya terlalu banyak. Kotoran
pada bar screen yang berlebihan akan menyebabkan debit air laut yang dipompa oleh CWP
pump menjadi berkurang, berkurangnya debit air laut akan menyebabkan turunnya debit air
pendingin pada condenser. Berkurangnya debit air pendingin pada condenser akan
menyebabkan turunnya tekanan vacuum pada condenser dan berakibat berkurangnya daya yang
dapat dibangkitkan oleh PLTU.
Pembersihan bar screen dilakukan secara manual, yaitu dengan diangkat dan
dibersihkan dengan menggunakan tangan. Kotoran yang ada diangkat dan dibuang kemudian
bar screen dibuka dan dibersihkan dengan menggunakan kain lap katun. Apabila sudah bersih,
bar screen dapat dipasang kembali.
Proteksi yang dilakukan pada bar screen berupa sacrificial anode yakni dengan
menggunakan Al anode dan Zn anode. Al atau Zn yang termakan oleh korosi sedangkan
material baja besi (Fe) tidak termakan.
3
Travelling screen
Traveling screen atau saringan putar berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran yang
lolos dari bar screen. Saringan putar ini dapat dibersihkan secara otomatis dengan
menggunakan spray water yang dihasilkan dari screen wash pump dan dikontrol dengan
timer.Perbedaan tinggi permukaan air sebelum dan setelah saringan dapat diatur dengan
menggunakan timer, salah satu yang mana tercapai terlebih dahulu.
Travelling band screen juga dilengkapi dengan proteksi katodik sama seperti bar screen
yaitu aluminium anode yang dipasang pada frame.
b.
Desalination plant
Desalination plant merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mengolah air laut
menjadi air tawar yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi PLTU dengan sistem
penguapan. Air tawar ini yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi di unit PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Di dalam unit PLTU UP Gresik peran desalination plant
sangat diperlukan untuk menyediakan kebutuhan air yang akan digunakan untuk keperluan
lain :
1)
Boiler/ketel PLTU UP Gresik (kebutuhan air PLTU unit 1,2,3,4, kurang lebih 650
ton/hari)
2)
Pendingin mesin/peralatan
3)
Pemadam kebakaran
4)
tekanan udara pada ruang pengolahan air (chamber/stage) yang lebih dikenal dengan vacuum.
Dengan menurunnya tekanan udara pada chamber/stage, air laut tidak harus menunggu 100oC
untuk menguap dan mendidih. Untuk membuat vacuum pada ruang chamber dilakukan dengan
cara men-spray uap ke ruang chamber, dan uap ini nantinya akan keluar bersama udara.
Proses Desalination Plant
1)
Air laut dipompa oleh sea water pump dan difilter kemudian diinjeksi anti foam untuk
mencegah terjadinya buih dan diinjeksi anti scaling untuk mencegah terjadinya
pengerakan. Kemudian air laut dialirkan menuju tube stage terakhir sampai ke tube
stage yang pertama.
2)
Selanjutnya air laut masuk ke brine heater untuk dipanaskan dengan temperature
antara 96oC sampai 110oC kemudian masuk ke stage no.1 hingga stage no.30.
4
3)
Pada waktu tersebut terjadi proses penguapan, karena adanya vacuum uap tersebut
tertarik ke atas lebih cepat dan menyentuh pipa-pipa
pipa pa diatasnya yang dialiri oleh air
laut yang temperaturnya lebih dingin sehingga terjadi kondensasi dan dinamakan
distillate water.
4)
Air laut yang tidak menguap dipompa dengan blowdown pump kemudian
dikembalikan atau dibuang ke laut.
5)
Untuk menghindari carry over antara penampungan air kondensasi dengan air laut
dipasang demister. Hasil air kondensasi ditampung dan mengalir ke chamber distillate
water, selanjutnya dipompa oleh distillate water pump menuju ke raw water modif
tank kemudian ditampung di raw wate
water tank (RWT).
6)
Steam yang memanaskan brine heater diambilkan dari unit PLTU, kondensasi steam
di brine heater dinamakan condensate water.
7)
Condensate water dari brine heater dipompa dengan menggunakan condensate pump
dan dialirkan kembali masuk ke evaporator stage no.1 sisi distillate water untuk
selanjutnya dipompa oleh distillate water pump dan ditampung di raw water modif
tank.
Sea water pump, adalah pompa yang berfungsi sebagai penyedia air laut yang akan
diproses di desalination plant dan juga dipakai untuk proses vacuum unit.
2)
Starting ejector, adalah peralatan yang berfungsi untuk menghisap udara atau
membuang gas-gas yang ada didalam chamber untuk mempercepat proses penguapan
air laut.
3)
Condensate pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa air kondensasi dari
brine heater.
4)
Distillate water pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa air hasil dari
proses desalination plant (distillate water) untuk dimasukkan ke RWT (Raw Water
Tank)
5)
Blow down pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa sisa air laut yang
tidak bisa menguap (tidak bisa diproses lagi) untuk dibuang ke laut lagi.
6)
Chemical injection pump, adalah pompa yang berfungsi untuk menginjeksikan bahan
kimia anti foam dan anti scaling.
Air laut panas (brine heater) tersebut pada ruangan evaporator dikondensasikan dengan
bantuan alat pembuat vacuum yang disebut ejector, sehingga terjadi perubahan fase dari fase
uap menjadi fase air yang dinamakan air distillate.
Pada brine heater terjadi perubahan fase uap ke fase air yang dinamakan air condensate,
sebagian air condensate dipompa dan disemprotkan dalam bentuk spray pada auxiliary steam
brine heater yang bertujuan untuk menjaga temperatur auxiliary steam.
berkembangnya biota laut atau kerang pada tube, pengerakan (scaling), korosi, dan foaming
(pembusaan).
Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang paling banyak menimbulkan kerugian,
karena terjadi pada pipa-pipa brine heater. Akibatnya dapat terjadi penurunan produk, karena
menurunnya kapasitas pertukaran panas. Selain itu terjadi proses korosi dibawah deposit (kerak).
Pengerakan dapat terjadi karena adanya kandungan bahan mineral tertentu pada air laut dan
adanya reaksi kimia selama proses penguapan (evaporasi). Proses pengerakan dapat diatasi dengan
membatasi temperature brine dan menambah bahan kimia inhibitor yang berfungsi mencegah
terjadinya pengerakan. Kedua cara tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan.
Reaksi primer :
2HCO3
H2O + CO3-
2OH + CO2
Mg+2 + 2OH
Mg(OH)2 (Brucite)
Reaksi sekunder :
(mengendap)
Ca+2 + CO3-
CaCO3 (mengendap)
Ca2+2 + SO4-
CaSO4 (Anhydrite)
Anhydrite biasanya tidak menimbulkan masalah dan kurang larut pada temperature tinggi,
tapi memerlukan waktu yang lama untuk mengendap atau membentuk kerak.
Hemydrate (CaSO4 x 0,5H2O) mengendap seketika begitu terbentuk dan paling sering
ditemukan pada kerak evaporator
mencapai titik jenuhnya pada temperature tinggi. Kedua, pembentukan inti kristal (nucleation). Dan
ketiga, pertumbuhan kristal. Pada tahap ketiga ini anion dan kation bergerak secara diffusi menuju
inti kristal dan bergabung dalam lattice atau terjadi pertumbuhan kristal.
:
CL-
= <1000 ppb
c.
Demineralalization
Air murni yang merupakan produk akhir dari desalination ataupun reverse osmosis
plant, kemurniannya belum 100% karena masih mengandung polutan-polutan garam
8
diantaranya CO3. Selain itu masih mengandung basa yang tidak stabil, diantaranya NH4OH,
yang selalu terbawa uap air dalam proses distilasi. Selain itu, masih terbawa garam-garam
akibat proses carry over diantaranya SiO2 dan NaCl.
Pada destilate water tersebut harus dilakukan treatment lagi, dengan harapan agar gasgas yang terbawa air distillate sebagian dapat menguap. Caranya dengan memasukkan bahan
baku ke dalam storage tank atau raw water tank, hingga mendekati suhu ambient (dari 40oC
hingga dibawah suhu 30oC). Demineralisasi ialah proses penghilangan mineral-mineral yang
terlarut di dalam air, umumnya mempergunakan media penukar ion yang dibedakan atas
muatan listrik yang terkandung di dalamnya menjadi penukar kation dan penukar Anion. Hasil
dari demineralisasi akan dihasilkan air murni H2O.
Jenis penukar ion :
+ Ca(HCO3)2
(R-Ca) + 2H2CO3
(R-H2)
+ Mg(HCO3)2
(R-Mg) + 2H2CO3
(R-H2)
+ CaSO4
(R-Ca) + H2CO4
(R-H2)
+ MgSO4
(R-Mg) + H2SO4
(R-H2)
+ MgCl2
(R-Mg) + 2HCl
(R-H2)
+ 2NaCl
(R-Na2) + 2HCl
(R-H2)
+ Na2SiO3
(R-Na2) + H2SiO3
+ H2SO4
(R-SO4) + 2H2O
(R-OH)
+ HCl
(R-Cl) + H2O
(R-OH) 2
+ H2CO3
(R-CO3) + 2H2O
(R-OH) 2
+ H2SiO3
(R-SiO3) + 2H2O
(a)
(b)
Indikasinya
adalah nilai
conductivity. Apabila nilai conductivity menunjukkan nilai 0,9 harus segera dilaksanakan
regenerasi. Sering tidaknya proses regenerasi tergantung kualitas raw water,, yaitu kandungan
polutan pada proses destilasi dan prose alami. Apabila raw water banyak mengandung polutan,
mungkin tidak sampai 1 minggu harus sudah diregenerasi. Nilai conductivity raw water harus
dibawah 25, apabila conductivity mencapai 25 regenerasi lebih cepat dila
dilaksanakan
ksanakan sedangkan
bila conductivity masih 10, regenerasi biasanya masih lama. Pada musim hujan polutan
polutanpolutan yang terbawa berjumlah banyak antara lain CO2, ammonia, dan polutan yang berasal
dari pabrik-pabrik disekitar lingkungan.
Apabila conductivity naik,
aik, otomatis valve akan memerintahkan untuk tidak memasukkan
produk lagi akan tetapi dibuang. Sebenarnya conductivity yang diijinkan adalah 1, tetapi di
setting menjadi 0,9 untuk melindungi sistem apabila sistem kontrol tidak dapat bekerja
sempurna. Apabila
la conductivity mencapai 0,8 maka operator harus waspada, dan bila naik
menjadi 0,9 harus langsung dihentikan untuk dilakukan regenerasi kembali.
Proses regenerasi diatur oleh sistem kontrol yang bekerja secara otomatis, dan
memberikan indikasi bahwa cycle regenerasi bekerja sesuai spesifikasi. Apabila diperoleh
kualitas hasil yang jelek atau terjadi kelainan, akan dilakukan regenerasi secara manual.
Artinya bila produk dari hasil regenerasi setelah diukur ternyata conductivity masih tinggi,
11
perlu dilakukan regenerasi secara manual. Proses regenerasi secara manual urutan-urutannya
urutan
bisa dilompati dan waktunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
NO PERMASALAHAN
PENYEBAB
LANGKAH ANTISIPASI/
Desal trip (tekanan Gangguan boiler dan Amati presure steam inlet desal, lakukan
steam terlalu tinggi Auxiliary steam
pengaturan auto, jika tidak lakukan
atau terlalu rendah).
pengontrolan secara manual.
3.
Alarm sea
flow low
8.
Shut
down
dan
lakukan
penggantian zink catodik yang
baru.
10.
pH
air
produk Unsur halogenida dan
destilat rendah
karbonat ikut terbawa
pada uap
13
BAB II
HYDROGEN PLANT
2.1
Hidrogen adalah gas tak berwarna, ringan dan dapat dipakai untuk pembuatan amonia,
methanol, dan perhidrol. Hidrogen juga dapat dipakai sebagai bahan hidrogenerasi minyak nabati
dan bahan bakar roket, tidak bersifat toksik (aspiksian biasa), tetapi dalam udara amat mudah
terbakar atau meledak karena pengaruh panas.
Pada unit PLTU, gas hydrogen diproduksi dalam hydrogen plant dan berfungsi sebagai
pendingin generator. Penghirupan gas hydrogen pada manusia tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, kecuali sesak napas karena terjadi kekurangan oksigen. Gas hydrogen berbahaya apabila
kadar oksigennya tinggi (>18%) dalam ruang terbuka. Bahaya aspiksian rendah karena berat jenis
hydrogen jauh lebih rendah daripada udara. Sifat dari gas hydrogen antara lain :
1)
Amat mudah meledak karena panas, nyala api, atau panas akibat sinar matahari, demkian
juga bila kontak dengan udara, oksigen, dan chlor.
2)
3)
4)
Gas bertekanan tinggi atau termampatkan mudah terbakar aliran cepat dari nozel atau
lubang akan menyala dengan sendirinya.
Penjelasan singkat berikut merupakan hydrogen plant pada PT. PJB UP. Gresik. Hydrogen
plant pada PT. PJB UP. Paiton dan yang lain tidak dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan
hydrogen plant pada unit pembangkit yang lain mempunyai prinsip kerja yang hampir sama, yang
membedakan adalah spesifikasi teknik seperti tekanan, temperatur, laju aliran, dan lain-lain.
2.2
generator yang menghasilkan keluaran listrik yang sesuai. Generator merupakan mesin konversi
energi yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Proses pengkonversian dari
energi mekanis (gerak) menjadi energi listrik akan timbul panas akibat dari GGL induksi kumparankumparan dalam generator. Panas yang timbul harus dijaga pada suhu sekitar 50oC hingga 75oC.
Panas yang berlebihan pada generator akan mengurangi efisiensi kinerja dari generator.
14
Selainmengurangi efisiensi kinerja generator, panas berlebih juga akan menyebabkan kerusakan
pada generator seperti terbakarnya kumparan-kumparan pada stator.
Ada tiga jenis pendingin generator yang biasa digunakan yakni udara, hidrogen, dan air.
Pemilihan jenis pendingin yang digunakan didasarkan pada kapasitas generator. Udara digunakan
sebagai pendingin generator kapasitas rendah yakni dibawah 100 MW, sedangkan hidrogen
digunakan sebagai pendingin generator kapasitas menengah yakni daya antara 100 MW hingga 700
MW. Air digunakan sebagai pendingin hidrogen dengan kapasitas tinggi yakni diatas 700 MW.
Tabel 2.1. Properties dari Beberapa Jenis Pendingin (Coolants)
2.3
dan power supply. Hidrogen generator terdiri dari peralatan mekanikal dan sistem perpipaan
pendukung proses elektrolisis. Sistem kontrol dan instrument terletak didekat generator. Panel
15
kontrol menunjukkan kondisi proses dan data informasi untuk efisiensi dari sistem oper
operasi. Power
supply terdiri dari peralatan-peralatan
peralatan untuk mengubah input power AC menjadi power DC pada
proses elektrolisis. Power supply pada pemasangannya terpisah dari hydrogen generator.
Proses pada hidrogen plant memerlukan air demineralisasi sebagai bahan baku, nitrogen
sebagai pembersih awal, dan air pendingin untuk membuang panas akibat proses elektrolisis.
Dengan inputan awal, sistem akan menghasilkan hidrogen pada 100 PSIG (7.0 kg/cm2). Pada proses
elektrolisis akan dihasilkan dua produk yakni hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Oksigen yang
dihasilkan dibuang ke udara, oksigen yang dihasilkan rata
rata-rata
rata 1,5 kali dari hidrogen yang
dihasilkan. Generator pada sistem hidrogen yang lengkap harus memil
memiliki supplying
supply
feedwater,
nitrogen, cooling water,, electrical power input, dan sistem perpipaan untuk mendistribusikan gas
hidrogen dan memisahkan antara hidrogen dan oksigen ke udara.
Terdapat perbedaan sistem hidrogen plant pada PLTU dan PLTGU. Pada PLTGU memiliki
sistem plant yang lebih rumit daripada hidr
hidrogen
ogen plant pada PLTU. Hidrogen plant pada PLTGU
dilengkapi sistem kompressor, gas holder, dan lain
lain-lain.
lain. Tekanan gas hidrogen pada PLTGU jauh
lebih besar daripada tekanan gas hidrogen pada PLTU. Tekanan gas hidrogen pada PLTGU 26
kg/cm2.
16
Proses pada hidrogen plant diawali dengan elektrolisis air murni pada elektrolizer. Proses
elektrolisa pada air murni memiliki efesiensi yang sangat rendah, hal ini dikarenakan air memiliki
konstanta ionisasi yang rendah. Untuk meningkatkan efisiensi dari elektrolisa ditambahkan KOH
dalam air. KOH digunakan sebagai katalis yang mempercepat proses elektrolisa. Hasil dari proses
elektrolisa akan dihasilkan gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Gas hidrogen yang dihasilkan
dari elektrolisis akan dipisahkan dari titik air oleh mist separator. Setelah dipisahkan dari titik air,
gas hidrogen akan disimpan pada gas holder.
KOH reservoir
Electrolysis module
17
Hidrogen plant didesain untuk bekerja secara otomatis. Ketika kondisi operasi awal
dilakukan dengan sistem pada tekanan rendah, secara otomatis sistem akan melakukan proses start
up secara bertahap hingga tekanan siap untuk menyalurkan gas. Produksi gas rata-rata tergantung
dari kebutuhan sistem hingga mencapai kapasitas produksi maksimum dari generator. Apabila
penyaluran gas hidrogen tidak diperlukan, sistem akan kembali ke tekanan pada saat kondisi stand
by dimana gas telah siap untuk disalurkan. Semua parameter penting harus dipantau secara terus
menerus. Sebagai contoh ketika kondisi operasi menyimpang dari batas yang telah ditentukan,
sistem akan shutdown secara otomatis. Jika sistem hydrogent plant dalam keadaan mati, sistem
akan kembali pada tekanan awal dimana sistem start up.
Hydrogen plant telah didesain untuk bekerja pada kondisi aman dan reliable. Meskipun
preventive maintenance juga sangat penting dilakukan untuk menjaga reliability sistem. Ketika
terjadi masalah pada sistem hidrogen, sistem kontrol akan memberitahukan penyebab dan letak
bagian yang mengakibatkan sistem hydrogen plant mengalami shutdown.
ELECTROLYTE
Elektrolisis pada air murni sangat tidak efisien, hal ini disebabkan konstanta ionisasi sangat
rendah dan hambatan elektrik relatif besar. Elektrolisis dari alkaline water menggunakan aqueous
alkaline kuat untuk mendapatkan ion (OH-) dan meminimalkan hambatan elektrik antar electrode.
Ketika tegangan diberikan dan arus DC mengalir antara dua elektrode, terjadi reaksi
electrochemical pada kedua elektrode.
Reaksi kimia pada anode
4OH- O2 + 2H2O + 4EReaksi kimia pada katode
4H2O + 4E- 2H2 + 4OHReaksi keseluruhan
2H2O 2H2 + O2
Laju reaksi rata-rata berbanding lurus dengan pertambahan arus yang mengalir diantara dua
elektrode. Untuk memudahkan terjadinya reaksi kimia antara dua electrode digunakan KOH,
dimana 25 persen beratnya adalah potassium hydroxide. Specific gravity adalah 1,236 pada suhu
20oC.
Electrolysis module
Peralatan utama dari generator hidrogen adalah modul elektrolisis. Modul elektrolisis
merupakan tempat terjadinya proses pemisahan H2O menjadi komponen penyusunnya. Modul
18
elektrolisis terlihat sederhana pada bagian luar tetapi proses yang terjadi didalamnya sangat
komplek. Penyusunan modul membutuhkan toleransi yang sangat kecil dan membutuhkan
peralatan khusus untuk perakitan maupun pembongkaran.
Modul elektrolisis tersusun dari electrolysis cells dimana hidrogen dan oksigen
diproduksi pada permukaan elektrode yang terpisah. Setiap elektrolisis cell terdiri dari sebuah
elektrode hidrogen dan flow screen, sebuah membran, dan sebuah elektrode oksigen dan
flowscreen oksigen. Elektrode setiap cell dipisahkan oleh sebuah porous matrix material
saturated. Ketika matrix material dalam keadaan basah akan menghasilkan membran penahan
yang mencegah timbulnya gas dari recombining. Cell tipis didalam modul dihubungkan
dihubungkan dengan tegangan listrik menggunakan plat bipolar.
diantara dua plat besar dengan menggunakan 16 tie rods sebagai pemisah.
Subsistem Elektrolit
Elektrolit bersirkulasi secara kontinyu dalam sistem loop perpipaan. Perputaran siklus
meliputi reservoir, filter, circulating pump, heat exchanger, flow switch, temperatur sensor, dan
modul. Sirkulasi dari elektrolit memungkinkan untuk menyuplai air secara terus menerus ke
tiap cell dalam modul elektrolisis sementara air menghilangkan panas dari proses. Oksigen
yang diproduksi ditiap cell dibawa oleh elektrolit dan dipisahkan di reservoir. Elektrolit
didinginkan didalam heat exchanger dan padatan yang terbawa dihilangkan dalam filter. Flow
switch dan sensor temperatur digunakan untuk memonitor laju aliran elektrolit beserta
temperaturnya. Sistem akan mati ketika laju aliran elektrolit rendah maupun temperatur
elektrolit tinggi.
Pompa KOH
Elektrolit dapat bersirkulasi karena dipompa oleh pompa sentrifugal yang dikopling
secara elektromagnet. Pompa centrifugal digunakan karena dapat digunakan untuk operasi
secara kontinyu dan dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan kopling magnetik antara
motor pompa dengan impeler pompa dapat menghindarkan dari kebocoran ketika beroperasi
dengan menghilangkan rotating seals pada poros pompa. Seluruh komponen dari pompa terbuat
dari stainless steel kecuali permukaan bantalan. Bantalan dari impeller terpbuat dari campuran
carbon dengan thermoplastic yang berputar pada poros keramik. Diperlukan inspeksi secara
berkala pada permukaan bantalan dalam melakukan preventive maintenance. Laju aliran
19
nominal dari KOH antara 8 hingga 11 GPM tergantung dari ukuran modul elektrolisis dan
kondisi dari filter elektrolit.
KOH Reservoir
Reservoir merupakan tempat penyimpanan KOH berupa stainless steel pressure vessel.
Tiga buah clamp pada bagian atas dan bawah menyediakan tempat untuk level sensor dan filter
dalam reservoir. Reservoir terletak diatas dari pompa KOH mensuplai kebutuhan pada waktu
start up pompa dan operasi. Oksigen dan elektrolit yang kembali dari modul elektrolisis
dipisahkan pada KOH reservoir. Make up feedwater pada sistem ditambahkan pada bagian
KOH reservoir.
Heat exchanger
Heat exchanger yang digunakan bertipe sheel and tube dan terbuat dari stainless steel.
Elektrolit melewati bagian shell dan pendingin air berada pada sisi pipa. Pengaturan besar
perpindahan panas diatur dengan pengaturan besar laju aliran pendingin yang divariasikan.
Laju aliran air divariasikan berdasarkan temperature regulating valve (BV1).
KOH Filter
Filter elektrolit berada pada bagian bawah dari KOH reservoir. Filter tersusun dari
catridge stainless steel. Catridge dapat menghilangkan partikel pengotor hingga 150 mikron.
KOH filter menjaga elektrolit subsistem dari kotoran-kotoran yang dapat mengurangi
produktifitas sistem. Diperlukan pembersihan atau penggantian KOH filter secara berkala
sebagai bagian dari perawatan sistem.
Matrix Barrier
Pada bagian bawah hydrogen condensat trap terdapat matrix barrier. Matrix barrier
mengijinkan condensate dari hydrogen trap kembali ke elektrolit reservoir dan mencegah aliran
hydrogen kembali ke reservoir.
DC Power supply
Power supply terletak terpisah dari generator hydrogen. Power supply mengeluarkan
power DC dengan arus hingga 300 ampere DC. AC to DC converter mengeluarkan sebuah
gelombang penuh, dengan full control bridge rectifier. Sebuah constant current regulator
20
digunakan untuk menjaga arus keluaran DC dan kurang lebih 1 persen arus rata-rata. Sebuah
voltmeter dan amperemeter diletakkan pada panel depan untuk menunjukkan tegangan dan arus
DC yang bekerja pada modul elektrolisis. Pada power supply juga terdapat beberapa komponen
pendukung seperti transformer yang mensuplai 115 AC untuk daya control generator dan
power pompa.
2.4
Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi
pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem
operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih
lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di
perpustakaan masing-masing pembangkit listrik.
start ataupun mode run, masalah yang timbul harus diperiksa dan diperbaiki sebelum melakukan
restart pada sistem. Panduan troubleshooting setiap kondisi shutdown terdapat pada layer
touchscreen.
Piping and Instrument Diagram (P&ID) diatas menunjukkan kondisi proses dan piping yang
ada dilapangan. Dari diagram diatas menunjukkan laju aliran dari feedwater, pendingin, oksigen,
dan hydrogen. Feedwater yang berupa air demineralisasi (produk dari water treatment plant)
dipompa oleh feedwater pump menuju KOH reservoir. Didalam KOH reservoir, feedwater
dicampur dengan KOH untuk mempercepat proses elektrolisis dari air murni. Hal ini dikarenakan
konduktifitas dari air murni sangat rendah sehingga diperlukan katalis tambahan berupa KOH.
Feedwater yang telah ditambahkan KOH dipompa oleh KOH pump menuju elektrolisis
modul dengan dilewatkan pada heat exchanger terlebih dahulu. Didalam elektrolisis modul,
feedwater yang bersusunan kimia H2O dielektrolisa menjadi hydrogen (H2) dan oksigen (O2).
Oksigen yang dihasilkan berwujud gas dan dialirkan kembali ke KOH reservoir. Dari KOH
reservoir, oksigen dialirkan pada oksigen condenser untuk menjadikan menjadi cair dan
dikeluarkan melalui oksigen vent.
22
Flow aliran dari hydrogen yang dihasilkan oleh elektrolisis module didinginkan oleh
hydrogen condenser untuk kemudian ditransportasikan hydrogen tank.. Apabila gas hydrogen dalam
keadan basah, maka gas hydrogen harus dikeringkan dahulu pada dryer dan di
difilter
filter. Gas hydrogen
yang telah dikeringkan dan difilter dialirkan ke tabung
tabung-tabung
tabung penyimpan hydrogen.
Gambar 2.
2.6. Hidrogen Tank
Gambar 2.7.
2. Generator Listrik
23
2.4.2
Initial Start up
Untuk menjamin keamanan operasi selama kondisi start up dari generator, beberapa
prosedur dasar harus dilengkapi. Prosedur dasar ini memastikan bahwa penyebab kondisi shutdown
telah dilakukan perbaikan selama shutdown.
shutdown. Prosedur yang harus dilengkapi sebelu
sebelum initial startup
adalah sebagai berikut
1) System pressure test
2) External module inspection
3) Module retorque
4) Electrolyte fill or check
5) Feedwater pump priming
25
generator akan menghasilkan produksi maksimum dan tekanan system diijinkan untuk turun ke set
point dari back pressure regulator (BPR2).
Voltage Range
HM 50
66 -72
HM 100
123 135
HM 125
146 162
HM 150
176 - 195
HM 200
230 - 254
Ketika system beroperasi, temperature KOH keluar dari heat exchanger (TC1) harus dijaga
pada temperature KOH yang diizinkan. Temperatur KOH yang diizinkan antara 60oC hingga 65oC.
Feedwater system akan menambahkan air selama operasi normal. Feedwater ditambahkan secara
periodic kedalam reservoir ketika dibutuhkan dan diindikasikan dengan menyalanya slot 1 input
LED 3 dan slot 2 output LED 1 dan 3. Penambahan feedwater diindikasikan dengan representasi
pengisian selama 30 detik pada layar touch screen. Frekuensi penambahan feedwater tergantung
konsumsi dari generator hydrogen.
26
2.4.7 Shutdown
Parameter operasi kritis dari generator hydrogen harus selalu dipantau dan dijaga pada
kondisi operasi yang aman dan reliable. Ada 17 kondisi yang dapat menyebabkan system shutdown
ketika sedang beroperasi. Ketika system mengalami shutdown, inspeksi dan perbaiki penyebab
shutdown system sebelum melakukan start up. Berikut ini merupakan penyebab system shutdown.
Alarm Input
Set Point
TC2
85oC
LS2
LS1
90 sec
FS1
10 lpm
27
High H2 pressure
PT1
120 psig
Low H2 pressure
PT1
49 psig
High O2 pressure
PT2
115 psig
Low O2 pressure
PT2
39 psig
PT1 PT2
3 psig
PT1
5 psig
TC3 TC4
200oC
FQM
200k ohms-cm
PLC
TC4
50oC
TC4
5oC
2.5
Prosedur perawatan serta kalibrasi yang terjadwal dan teratur diperlukan untuk memastikan
bahwa system beroperasi secara aman dan reliable. Pada sub-bab ini akan dibahas secara ringkas
perawatan-perawatan kecil yang dilakukan pada hydrogen plant.
3 months
Electrolyte check
6 months
Electrolyte change
External module inspection
Internal module inspection
Feedwater filter replacement
Cooling water strainer maintenance
12 months
Module retorque
KOH filter replacement
Matrix barrier replacement
KOH pump inspection
28
Ada empat cara pencegahan secara umum yang harus dilakukan sebelum menjalankan
hydrogen plant.
1) Selalu matikan sumber listik pada posisi off pada facility breaker. Power supply circuit
breake dari converter AC ke DC dalam kondisi on line ketika system dalam posisi off pada
power supply contactor control switch. Bagian listrik yang rusak dapat memungkinkan daya
DC ke generator gas ketika unit sedang dimatikan.
2) Biarkan system mendingin sampai suhu kamar. Subsistem elektrolit beroperasi pada
peningkatan suhu yang dapat menyebabkan system terbakar.
3) Pastikan bahwa tekanan pada system hydrogen dan oksigen pada tekanan nol. Kegagalan
operasi dapat disebabkan adanya gas yang terperangkap dalam system.
4) Tindakan pencegahan keamanan yang memadai harus diamati ketika menangani KOH.
Solusinya adalah dengan selalu waspada terhadap bahaya KOH yakni iritasi parah terhadap
kulit dan mata.
29
BAB III
CHLORINATION PLANT
3.1.
Chlorine merupakan suatu gas yang digunakan atau diinjeksikan dalam sistem air pendingin
pada pembangkit listrik. Penginjeksian chlorine bertujuan untuk melemahkan atau mencegah biotabiota laut agar tidak berkembang biak didalam sistem air pendingin. Metode pencampuran gas
chlorine ke dalam air (sistem air pendingin) dengan cara diinjeksikan disebut chlorinasi.
Chlorine digunakan dalam bentuk natrium hypochloride (NaOCl). NaOCl dihasilkan dari
metode elektrolisis (air laut direaksikan dengan arus listrik DC). Chloropac merupakan unit
pembangkit sodium hypochloride (NaOCl). Sodium hypochloride didapat dari air laut yang
direaksikan dengan arus listrik DC (elektrolit).
Reaksi yang terjadi ketika air laut direaksikan dengan arus listrik DC adalah
NaCL + H2O NaOCl + H2
30
PLTGU Gresik memiliki 3 unit chlorination plant yang digunakan untuk melayani 3 blok
PLTGU. Dari tiga unit chlorination plant, dua unit beroperasi dan satu unit dalam kondisi standby.
Kapasitas setiap unit dari chlorination plant adalah 112 Kg/HR CL/generator cell.
Air laut yang dipompa oleh circulating water pump di saring dengan menggunakan strainer.
Setelah disaring dengan menggunakan strainer, air laut masuk kedalam modul generating cell.
Didalam Modul generating cell, air laut di elektrolisa dengan menggunakan arus DC. Hasil proses
elektrolisa dengan menggunakan modul generating cell adalah sodium hypochlorite (NaOCl)) dan
gas H2. Gas H2 disimpan dalam degas tank sedangkan sodium hypochlorite disimpan dalam sodium
hypochlorite tank.
Gas hydrogen (H2) merupakan gas yang sangat mudah terbakar pada udara bebas. Sehingga
diperlukan tempat penyimpannan khusus yakni dengan menggunakan degas tank. Penjelasan
singkat berikut merupakan chlorination plant pada PT. PJB UP. Gresik. Chlorination plant pada PT.
PJB UP. Paiton dan yang lain tidak dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan Chlorination plant
pada unit pembangkit yang lain mempunyai prinsip kerja yang hampir sama, yang membedakan
adalah spesifikasi teknik seperti tekanan, temperatur, laju aliran, dan lain-lain.
Ketika dilewati arus listrik secara langsung cairan sodium chloride (NaCl) dimana tersusun dari
unsur Na+ dan Cl- terjadi reaksi sebagai berikut
Free chlorine dihasilkan pada anoda
Cl- + 2e- Cl2
Hydrogen dihasilkan pada katoda
2H2O + 2e 2OH- + H2
Ion OH- mengalir dari daerah katoda dan bereaksi dengan Na+ dan Cl2 pada daerah anoda
dan menghasilkan sodium hypochloride NaClO. Reaksi keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut
2NaOH + Cl2 2NaClO + H2
Produk dari elektrokimia dan reaksi kimia yang terjadi pada electroglyzer adalah sodium
hypochlorite dan gas hidrogen. Laju hasil sodium hypochlorite memiliki hubungan yang linear
dengan arus DC yang diberikan oleh rectifier kedalam electrolyzer module dan kadar garam dalam
air laut.
Reaksi lain, baik kimia maupun elektrokimia berperan dalam reaksi dasar seperti
dekomposisi dari hypochlorite menjadi chloride, anodic oxidation dari hypochlorite menjadi
chlorate, reduksi katodik dari hypochlorite menjadi chloride dan evolusi anodic pada oksigen. Lebih
32
lanjut, beberapa kation yang terdapat pada air laut (seperti calcium, magnesium, dan mineral lain)
dari hydroxides dan endapan carbonates yang terbawa aliran air laut dalam electrolyzer.
Reaksi lain ini mengurangi efesiensi dari arus listrik, seperti jumlah energi listrik aktual
yang dibutuhkan untuk menghasilkan hypochloride lebih besar daripada kebutuhan teoritis dengan
pendekatan 10%.
Aliran dari larutan air ditentukan dari level tangki. Ketika level tangki tinggi maka laju
aliran air akan dihentikan. Ketika level tangki low maka akan dilakukan pengisian ulang pada
tangki. Laju aliran air diatur dengan menggunakan katup yang dikendalikan dengan solenoid. Suplai
air dipantau dengan menggunakan flow meter.
33
Sistem backwash terdiri atas poros yang digerakkan oleh motor listrik melalui reducer dan
diletakkan pada sumbu vertical strainer dan berada dari atas hingga bawah strainer.
34
kontinyu, satu dari seaclor beroperasi. Jika terjadi permintaan secara mendadak oleh operator maka
seaclor sistem yang kedua akan bekerja juga bersamaan dengan booster dan dosing pump.
35
pembersihan hingga konsentrasi HCl turun menjadi 2,5% hingga 3%. Oleh sebab itu konsumsi
hydrochloric acid sangat sedikit dan tidak significant dalam biaya operasi dari pembangkit.
b.
DC current control
Rectivier menyediakan automatic electronic control yang menstabilkan nilai arus DC
dengan akurasi +/-1% dari arus penuh. Regulator membandingkan sinyal ini dengan sinyal
referensi yang dapat diatur pada range 20% hingga 100% dari arus penuh.
36
3.2.
Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi
pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem
operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih
lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di
perpustakaan masing-masing pembangkit listrik.
Buka semua katup venting dari jalur air laut, seawater strainer, dan jalur utama seawater
generators.
Penuhi dengan pelan-pelan lamella clarifier dan tangki penampungan air laut.
Setelah level tangki mencukupi, start up satu dari booster pumps dan tutup secara
manual katup discharge.
Buka secara perlahan katup discharge dan penuhi sistem hingga hypochlorite storage
tank.
Setelah level tangki mencukupi, start up satu dari doosing pumps dan tutup secara
manual katup discharge.
Buka secara pelan katup discharge secara manual dan penuhi outlet dari jalur dosing.
Tutup semua katup venting secara bersamaan dan pipa-pipa telah dibersihkan.
3.2.2 Start up
Buka katup kontrol inlet air laut hingga 50% dan pilih ke kontrol otomatis.
Ketika tangki degassing hydrogen terisi sekitar 40%, nyalakan satu dosing pump.
Buka katup pengatur level hingga 50% dan pilih ke kontrol otomatis.
37
Set dan atur laju aliran ke cooling water intake chambers dengan katup kontrol aliran
tipe manual diafragma.
Dengan kondisi aliran yang stabil, nyalakan transformer/rectifier dan tingkatkan arus DC
pada internal tertentu sesuai dengan beban yang dibutuhkan.
3.2.3 Shutdown
Pilih katup kontrol level pada manual operasi dan secara perlahan posisikan katup pada
posisi tertutup.
Pilih katup kontrol level ke kontrol manual dan posisikan ke kondisi tertutup.
Elevation
: Sea level
Temperaturr (ambient)
Maximum
: 40oC
Humidity
-
Maximum
: 100%
Maximum
: 32,5oC
Minimum
: 27oC
Design
: 30oC
Analysis
-
: 45.000
Suspended mater
Plant installation
38
Rectifier
Local control panel
MCC
Seaclor hypochlorite generator
Other equipment
: outdoor
Area of classification
Plant design
Seawater flow rate to be chlorinated
Total flow rate
3.3.
: 67.320 m3/h
Berikut ini merupakan peralatan-peralatan dalam chlorination plant yang harus dilakukan
inspeksi. Jika terdapat kerusakan atau peralatan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya segera
perbaiki atau ganti.
Day
Kebocoran (generator)
Every
Every Every 6
3 days
week
months
pump discharge)
Control panel indicator lights & alarm lights
(testing)
Fungsi dari seluruh instrument
through 120T
Module low flow switch
X
39
BAB IV
WASTE WATER TREATMENT PLANT
4.1.
Sejak beroperasinya PLTU unit I dan II (tahun 1981) PLN sector Gresik dengan kapasitas
masing-masing 100 MW dan menggunakan bahan bakar residu maksimal 1000 Kl setiap hari, telah
dilengkapi alat penetral limbah (neutralizing pit). Dengan kelengkapan peralatan tersebut praktis
dampak lingkungan dari pengaruh polusi PLTU Unit I dan II tidak ada, baik terhadap masyarakat
maupun ekosistem.
Seiring dengan peningkatan pembangunan di Jawa Timur khususnya sector industri,
meningkat pula permintaan akan tenaga listrik. Untuk memenuhi hal tersebut sejak tahun 1985 telah
dibangun lagi 2 unit PLTU dengan kapasitas 2 x 200 MW dan pemakaian bahan bakar residu
maksimal 2200 Kl per hari. Sejalan dengan keberadaan unit-unit tersebut, maka sejak tahun 1988 di
PLTU Gresik telah dilengkapi satu unit pengolah air limbah (waste water treatment) dengan
kapasitas 340.000 m3/Th untuk keperluan pengolahan air limbah 4 unit PLTU.
Peralatan tersebut penting sekali guna perlindungan lingkungan terhadap pencemaran air
limbah sesuai dengan standart yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-02/MENKLH/I/1988, tanggal 19 Januari 1988,
perihal Pedoman Penetapan Baku Lingkungan, sebagai berikut :
4.2.
o pH
: 6-9
o SS/Suspended Solid
: 100 ppm
: 40 ppm
o Fe/besi
: 1 ppm
sehingga bakteri anaerob dapat hidup dengan baik tanpa terjadi pembusukan atau pencemaran,
sedang bakteri coli yang terdapat pada air buangan diinjeksi larutan sodium hyphochlorite yang
berfungsi sebagi desinfektan.
4.3.
treatment plant sebelum dibuang terlebih dahulu diolah dengan sistem pengolah air limbah dengan
tahapan proses peralatan sebagai berikut :
4.3.1 Waste Water Storage Pond
Semua air limbah ditampung pada Waste Water Storage Pond dan dilakukan proses agitasi
dengan atomizing air untuk memperoleh kualitas air limbah yang merata serta memperbaiki
Chemical Oxydation Demand (COD). Selanjutnya air limbah dialirkan ke pH control
oxydation pit.
4.3.2 pH Control Oxydation Pit
Pada peralatan ini air limbah mengalami proses Neutralizing secara otomatis dengan
menambahkan NaOH atau HCl untuk memperoleh pH sesuai persyaratan 6,5 8,5. Selain itu
ditambahkan pula coagulant FeCl3.12H2O untuk mengabsorbsi suspended solid yang
kemudian akan dibentuk menjadi gumpalan (Floc) pada proses selanjutnya di mixing pit.
4.3.3 Mixing Pit
Air limbah ditambah lagi dengan coagulant aid hiset P713 untuk mengefektifkan
pembentukan Flocs dari suspended solid dan partikel lain melalui proses mixing dengan
sistem mechanical agitation. Selanjutnya air limbah yang mengandung floac dipompa ke
42
coagulant sedimentation tank. Namun apabila pH air limbah belum memenuhi standart,
maka melalui valve secara otomatis air limbah akan dikembalikan ke waste water storage
pond untuk diproses ulang.
4.3.4 Coagulant Sedimentation Tank
Suspended solid berbentuk Floc dipisahkan dengan air limbah. Floc diendapkan ke dasar tank
dan selanjutnya dialirkan ke Sludge Enrichment Tank. Sedangkan air limbah dari Coagulant
Sedimentation Tank dialirkan ke Clear Water Pit.
4.3.5 Sludge Enrichment Tank
Pada Sludge Enrichment Tank limbah lumpur diaduk pelan-pelan dengan scraper dan
kemudian dipompa ke sludge storage pond sebagai tempat penampungan lumpur. Bila sludge
storage pond sudah penuh, lumpur dibuang pada tempat yang telah ditentukan.
4.3.6 Clear Water Pit
Clear Water Pit adalah sebagai penampungan air limbah yang sudah dipisahkan dengan
lumpur, dan selanjutnya dipompa ke filter. Setelah keluar dari filter, air limbah yang sudah
jernih dan tidak berbau akan diproses pada neutralizing pit dan purified waste water.
4.3.7 Neutralizing Pit
Pada peralatan ini dilakukan control pH lagi dengan menambahkan HCl atau NaOH melalui
control valve. Apabila pH belum memenuhi persyaratan maka air limbah akan dialirkan
kembali ke waste water storage pond untuk diproses ulang. Air limbah yang sudah memenuhi
syarat lingkungan hidup akan dikumpulkan pada purified waste water dan selanjutnya dibuang
ke laut.
4.4.
Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi
pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem
operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih
lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di
perpustakaan masing-masing pembangkit listrik.
menuju unit neutralising pit. Didalam neutralising pit juga terdapat blower yang akan mencampur
air limbah yang masuk dan akan dipompa ke dalam pH control and oxydation pit. Luapan air
limbah dari sludge enrichment tank dan luapan dari sludge storage pond juga dikumpulkan dalam
unit neutralising pond.
Pada pH control and oxydation pit, baik hydrochloric acid maupun caustic soda
ditambahkan untuk mengontrol pH kedalam batas maksimum sebagai coagulant dan proses
sedimentasi. Blower dari waste water storage pond juga digunakan disini untuk memastikan
terjadinya pencampuran kimia yang seragam dan mengoksidasi logam hydroxide yang terkandung
dalam air limbah.
Air limbah meluap kedalam mixing pit. Dengan penambahan coagulant dan coagulant aid,
sejumlah Flocs (lumpur) terbentuk dan suspended solid terperangkap dalam Flocs. Pencampuran
dalam pH control dan oxydation pit dilakukan oleh electric agitator.
Setelah melalui pH control and oxydation pit, air limbah mengalir kedalam coagulant dan
sedimentation tank karena adanya gaya grafitasi. Flocs dalam air limbah akan mengendap pada
bagian dasar sementara air akan mengalir pada clear water pit. Sedimentasi dari Flocs
dikumpulkan pada bagian dasar. Sebuah scrapper akan memindahkan lumpur ke tengah untuk
mempermudah pembersihan.
Pompa lumpur coagulant dan sedimentasi akan mentransfer sedimen ke dalam sludge
enrichment tank. Didalam sludge enrichment tank, lumpur semakin lama akan menebal karena
44
adanya gaya grafitasi. Bagian lumpur yang tidak dapat mengendap akan meluap dan kembali ke
unit neutralising pit.
Sccraper lain pada sludge enrichment tank juga digunakan untuk mengumpulkan lumpur
dari tengah dan dipompa kedalam sludge storage pond. Didalam sludge storage tank, lumpur
dikumpulkan hingga pekat. Kelebihan air akan dipompa kembali kedalam unit netalising pit.
Setelah melewati proses ini, suspended solid dipindahkan kedalam lahan kosong oleh
pemilik untuk reklamasi lahan. Untuk air limbah dari coagulant and sedimentation tank,
dikumpulkan ke dalam clear water pit sebelum dipompa melewati pressure filter. Didalam
coagulant dan sedimentation tank, air limbah melewati dua media (anthracite dan pasir) untuk
menghilangkan suspended solid kecil yang terbawa dari sedimentation tank. Air yang telah disaring
dikumpulkan dalam neutralising pit. Backwashing telah dilakukan oleh udara dan air. Air disuplai
dari purified waste water pit.
Didalam neutralising pit, pH dari air limbah disesuaikan pada range yang telah ditentukan
dengan penginjeksian dilute hydrochloric acid atau dilute caustic soda. pH dari air limbah yang
mengalami perlakuan akhir dipompa keluar dari pit. Apabila pH tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan maka air limbah akan secara otomatis disirkulasikan kembali ke waste water storage
pond atau unit netralising pit. Apabila air memiliki pH yang telah sesuai, air akan dialirkan kedalam
purified waste water pit untuk digunakan backwashing dari filter. Air limbah yang telah mengalami
perlakuan akan dialirkan ke laut.
Caustic soda dan hydrochloric acid disimpan respective concentrated chemical tank. Setiap
tanki memiliki pompa transfer untuk memompa bahan kimia ke dalam tanki pengencer (respective
dilute chemical tank). Di dalam tangki pengencer, bahan kimia diencerkan sebelum ditambahkan
dalam pH control & oxidation pit atau neutralising pit.
Sebagai coagulant dan bahan penolong coagulant, bahan kimia disiapkan didalam masingmasing tangki dengan menggunakan mixer, dan pompa injeksi digunakan untuk menginjeksikan
bahan kimia kedalam pH control & oxidation pit.
Coagulant Tank
- Monitor level didalam tangki setiap 8 jam.
- Ketika alarm berbunyi menandakan level dalam keadaan low, siapkan bahan kimia
(operational water treatment, G2, section2).
Coagulant Pump
- Setiap 4 jam, cek kerja dari pompa.
- Setiap 4 jam, cek tekanan discharge pompa.
- Cek % pump stroke dari pompa setiap hari.
Neutralising Pit
- Setiap 4 jam, cek bahwa pompa bekerja.
- Cek juga tekanan keluaran pompa setiap 4 jam.
- Setiap 4 jam, cek pH dalam pit.
- Setiap 4 jam, cek bahwa mixer bekerja.
47
Pressure Filter
- Setiap 4 jam, cek tekanan filter ketika dalam keadaan service/standby/backwash
status.
- Setiap 4 jam, cek tekanan masukan setiap filter yang beroperasi.
- Setiap 4 jam, cek tekanan keluaran setiap filter yang beroperasi.
- Setiap 4 jam, cek flowrate dari setiap filter yang beroperasi.
- Pompa akan mentransfer concentrated acid ke dilute tank hingga level mencapai
level high. Level ini juga akan mengaktifkan service water selenoid valve untuk
membuka sehingga bahan kimia mengalami pengenceran.
- Service water akan mengisi tanki secara kontinyu hingga mencapai level high
didalam dilute tank.
- Kemudian dinyalakan mixer selama 10-15 menit untuk memastikan terjadinya
pencampuran bahan kimia secara sempurna sebelum berhenti.
- NaOH solution dari 10% berat siap digunakan.
Coagulant Tank
- Ketika level dari coagulant tank berada pada level low, sebuah alarm akan berbunyi
pada control panel, memberikan signal operator untuk mengisi kembali coagulant
solution pada tangki.
- Operator harus mengisi kembali tangki dengan membuka secara manual katup agar
service water dapat keluar untuk mengencerkan serbuk coagulant.
- Ketika level air mencapai tanda yang telah ditentukan pada level gauge, katup harus
ditutup secara manual.
- Kemudian mixer akan mencampur bahan kimia secara tepat.
- Ukur jumlah dari FeCl3 yang akan mengisi 80% dari tangki.
- Tuangkan bahan kimia secara pelan ketika mixer bekerja hingga bahan kimia habis.
- Pastikan bahwa bahan kimia tercampur dengan baik sebelum menghentikan mixer.