Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kolesterol
koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular (Almatsier,
2009).
Sumber dari kolesterol tubuh adalah baik dari sintesis kolesterol pada selsel tubuh, terutama hati, dan juga dari asupan diet terutama produk hewani seperti,
putih telur, daging merah, dan mentega (Sherwood, 2007).
VLDL
oleh
kolesteril
ester
terdapat
biasanya
pada
dysbetalipoproteinemia familial yang terdapat pada homozigositas untuk Apo E2. Genotip Apo E dapat ditentukan oleh analisa PCR. Imunoasay yang berguna
secara klinis tersedia untuk Apo B dan Lp(a) (Malloy dan Kane, 2011).
Tabel 2.1. Klasifikasi kolesterol total , kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan
trigliserida (Adam, 2006).
Normal
200-239
Mengkhawatirkan
>240
Tinggi
Kolesterol LDL
<100
Optimal
100-129
Sub Optimal
130-159
Mengkhawatirkan
160-189
Tinggi
>190
Sangat Tinggi
Kolesterol HDL
>60
Tinggi
41-59
Mengkhawatirkan
<40
Rendah
Trigliserida
<150
Normal
150-199
Ambang tinggi
200-499
Tinggi
>500
Sangat Tinggi
2.2.
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik)
akibat akumulasi beberapa bahan seperti lipid-filled macrophages (foam cells),
massive extracellular lipid dan plak fibrous yang mengandung sel otot polos dan
kolagen. Perkembangan terkini menjelaskan aterosklerosis adalah suatu proses
inflamasi/infeksi, dimana awalnya ditandai dengan adanya kelainan dini pada
lapisan endotel, pembentukan sel busa dan fatty streks, pembentukan fibrous cups
dan lesi lebih lanjut, dan proses pecahnya plak aterosklerotik yang tidak stabil
(Departemen Kesehatan, 2006).
Pada saat ini, proses terjadinya plak aterosklerosis dipahami bukan proses
sederhana karena penumpukan kolesterol, tetapi telah diketahui bahwa disfungsi
endotel dan proses inflamas juga berperan penting. Proses pembentukan plak
dimulai dengan adanya disfungsi endotel karena faktor-faktor tertentu. Pada
tingkat seluler, plak terbentuk karena adanya sinyal-sinyal yang menyebabkan sel
darah, seperti monosit, melekat ke lumen pembuluh darah (Kleinschmidt, 2006).
Banyak sekali penelitian yang membuktikan bahwa inflamasi memegang
peranan penting dalam proses terjadinya aterosklerosis (Departemen Kesehatan,
2006). Beberapa faktor resiko koroner akut berperan dalam prosees aterosklerosis,
antara lain hipertensi, hiperkolesterolemia, diabtes dan merokok (Myrtha, 2012).
Perjalanan proses aterosklerosis (initiation, progression dan complication
pada plak aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda bahkan
dikatakan juga sejak usia anak-anak sudah terbentuk bercak-bercak garis lemak
(fatty streaks) pada permukaan lapis dalam pembuluh darah, dan lambat-laun pada
usia tua dapat berkembang menjadi bercak sklerosis (plak atau kerak pada
Kesehatan, 2006). Dari sumber lain di katakan, tedapat 2 macam trombus yang
dapat terbentuk, yaitu trombus putih yang merupakan bekuan kaya trombosit,
trombus ini hanya menybabkan oklusi sebagian. Dan trombus merah yang
merupakan bekuan yang kaya fibrin, terbentuk karena aktivasi kaskade koagulasi
dan penurunan perfusi pada arteri, bekuan ini bersuperimposisi dengan trombus
putih, menybabkan terjadinya oklusi total (Kumar dan Cannon, 2009)
Komponen- komponen yang berperan dalam proses trombosis adalah
dinding pembuluh darah, aliran darah dan darah sendiri yang mencakup platelet,
sistem koagulasi, sistem fibrinolitik, dan antikoagulan alamiah (Ismantri, 2009).
Patogenesis terkini SKA menjelaskan, SKA disebabkan oleh obstruksi dan
oklusi trombotik pembuluh darah koroner, yang disebabkan oleh plak
aterosklerosis yang vulnerable mengalami erosi, fisur, atau ruptur. Penyebab
utama SKA yang dipicu oleh erosi, fisura, atau rupturnya plak aterosklerotik
adalah karena terdapatnya kondisi plak aterosklerotik yang tidak stabil
(vulnerable atherosclerotic plaques) dengan karakteristik; lipid core besar,
fibrous cups tipis, dan bahu plak (shoulder region of the plague) penuh dengan
aktivitas sel-sel inflamasi seperti sel limfosit T dan lain-lain. Tebalnya plak yang
dapat dilihat dengan persentase penyempitan pembuluh koroner pada pemeriksaan
angiografi koroner tidak berarti apa-apa selama plak tersebut dalam keadaan
stabil. Dengan kata lain, risiko terjadinya ruptur pada plak aterosklerosis bukan
ditentukan oleh besarnya plak (derajat penyempitan) tetapi oleh kerentanan
(vulnerability) plak (Muchid et al, 2006).
Erosi, fisura, atau ruptur plak aterosklerosis (yang sudah ada dalam
dinding arteri koronaria) mengeluarkan zat vasoaktif (kolagen, inti lipid,
makrofag dan tissue factor) ke dalam aliran darah, merangsang agregasi dan
adhesi trombosit serta pembentukan fibrin, membentuk trombus atau proses
trombosis. Trombus yang terbentuk dapat menyebabkan oklusi koroner total atau
subtotal. Oklusi koroner berat yang terjadi akibat erosi atau ruptur pada plak
aterosklerosis yang relatif kecil akan menyebabkan angina pektoris tidak stabil
dan tidak sampai
biasanya
2.3.
Kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan problema yang serius karena
merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit
jantung koroner di samping faktor lainnya yaitu tekanan darah tinggi dan merokok
(Ganong, 2002).
Karena kadar kolesterol yang tinggi dapat mengganggu kesehatan bahkan
mengancam kehidupan manusia maka perlu kiranya dilakukan penanggulangan
untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Salah satu usaha yang paling baik
adalah menjaga agar makanan yang kita makan sehari-hari rendah kolesterol
(Anwar, 2004).
1. Kolesterol Total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah < 200mg/dl, bila >200
mg/dl berarti risiko meningkat. Bila kadar kolesterol darah berkisar antara 200239 mg/dl, tetapi tidak ada faktor risiko lainnya, maka biasanya tidak perlu
penanggulangan yang serius. Akan tetapi bila dengan kadar tersebut didapatkan 2
faktor risiko lainnya, maka perlu pengobatan yang intensif seperti halnya
penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi atau >240 mg/dl (Anwar, 2004).
Perubahan asupan asam-asam lemak dri makanan dapat mengubah kadar
kolesterol darah total dengan mempengaruhi satu atau lebih mekanisme yang
melibatkan keseimbangan kolesterol. Kadar kolesterol darah cenderung
meningkat oleh ingesti asam-asam lemak jenuh yang terutam terdapat di lemak
hewan dan minyak tumbuhan tropis. Asam-asam lemak ini merangsang sintesis
kolesterol dan menghambat perubahannya menjadi garam-garam empedu
(Sherwood, 2001).
2. LDL Kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol
yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol), karena kadar LDL
kolesterol yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah.
Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko SKA
daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL kolesterol > 130 mg/dl akan
meningkatkan risiko. Kadar LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan
dengan diet (Anwar, 2004).
Bukti yang mengisyaratkan bahwa kecenderungan mengalami aterosklerosis
secara bermakna meningkat jika kadar LDL meningkat. Pada salah satu penyakit
herediter, para pengidapnya tidak memiliki gen untuk membentuik protein
reseptor LDL. Karena sel-sel mereka tdiak dapat menyerap LDL dari darah.
Konsentrasi lipoprotein yang banyak mengandung kolesterol ini sangat meningkat
( Sherwood, 2001).
3. HDL Kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol
yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah
penebalan
dinding
pembuluh
darah
atau
mencegah
terjadinya
proses
aterosklerosis. Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar resiko
(Wardani, 2011).
Juga terdapat hubungan terbalik antara kadar HDL dengan penyakit
jantung koroner sehungga rasio kolesterol LDL : HDL merupakan parameter
prediktif yang penting (Botham, 2009). Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan
dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok
(Anwar, 2004).
Beberapa faktor yang diketahui untuk menurunkan kadar aterosklerosis
dapat dikaitakan dengan kadar HDL. Sebagai contoh, merokok menurunkan kadar
HDL, dan kadar HDL lebih tinggi pada individu yang berolahraga secara teratur.
Selain itu wanita pramenopause, yang insidens penyakit jantung aterosklerotiknya
lebih rendah daripada pria berusia setara, memiliki konsentrasi HDl yang lebih
tinggi, mungkin karena pengaruh hormon seks wanita, estrogen. Setelah produksi
estrogen berhenti saat menopause, insiden penyakit jantung pada wanita setara
dengan insiden pada pria (Sherwood, 2001).
5. Kadar Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan
berbagai organ dalam tubuh. Dari sudut ilmu kimia trigliserida merupakan
substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Trigliserida
dalam tubuh digunakan untuk menyediakan energi berbagai proses metabolisme.
Fungsi lipid ini mempunyai peranan yang hampir sama dengan karbohidrat yaitu
memberi energi untuk tubuh (Guyton dan Hall, 2007).
Trigliserid merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak
yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar
trigliserida yang tinggi merupakan faktor risiko. Kadar trigliserida perlu diperiksa
pada keadaan sebagai berikut yaitu bila kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada
PJK, ada keluarga yang menderita PJK <55 tahun, ada riwayat keluarga dengan
kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas (Anwar, 2004).
Profil lemak yang normal adalah sebagai berikut, kadar kolesterol darah
dibawah 200 mg/dl, kadar kolesterol LDL dibawah 150 mg/dl, kadar kolesterol
HDL diatas 35 mg/dl, dan kadar trigliserida dibawah 200 mg/dl. Hal yang juga
tidak kalah pentingnya adalah rasio kolesterol LDL dan kolesterol HDL yang
kurang dari 3,5. Kadar kolesterol HDL yang rendah seringkali dijumpai
bersamaan dengan kadar trigliserida yang tinggi Jika kadar kolesterol total kurang
dari 200 mg/dl, maka seseorang dikatakan beresiko rendah terhadap penyakit
jantung. Sementara total kolesterol antara 200-239 mg/dl, maka dia beresiko
terserang penyakit jantung, dan jika total kolesterol lebih dari 240 mg/dl, maka
termasuk yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung. Kolesterol low density
lipoprotein cholesterol (LDL) yang merupakan kolesterol buruk harus diturunkan
kadarnya dengan diet rendah kolesterol. Hal ini misalnya, mengurangi kuning
telur, jeroan, udang, dan goreng-gorengan. Sebaliknya kolesterol baik atau high
density lipoprotein cholesterol (HDL) justru ditingkatkan kadarnya dengan cara
berolahraga, berhenti merokok, makan ikan laut, dan sebagainya.