Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI,
PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN
PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH
Menimbang
Mengingat
1.
Undang-Undang
Nomor
21
Tahun
2011
tentang
Tahun
2011
Nomor
111,
Tambahan
Undang-Undang
Nomor
40
tahun
2014
tentang
PERATURAN
OTORITAS
JASA
KEUANGAN
TENTANG
PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
ASURANSI
REASURANSI,
DAN
SYARIAH,
PERUSAHAAN
REASURANSI SYARIAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
ini
yang
dimaksud dengan:
1.
syariah,
perusahaan
reasuransi,
dan
asuransi
dan
pemegang
polis,
yang
memberikan
penggantian
kepada
tertanggung
pemegang
polis,
dalam
rangka
pengelolaan
timbul,
kehilangan
keuntungan,
atau
peserta
pada
atau
pembayaran
hidupnya
peserta
yang
dengan
pertanggungan
atau
pengelolaan
risiko,
asuransi
konsultasi
dan
atau
produk
keperantaraan
asuransi
asuransi,
syariah,
asuransi
Usaha
Asuransi
Umum
adalah
usaha
jasa
tertanggung
atau
pemegang
polis
karena
-46.
Usaha
Asuransi
Jiwa
adalah
usaha
yang
pembayaran
kepada
pemegang
polis,
dalam
ditetapkan
perjanjian,
dan/atau
yang
besarnya
didasarkan
pada
telah
hasil
pengelolaan dana.
7.
8.
Usaha
Asuransi
Umum
Syariah
adalah
usaha
Usaha
Asuransi
Jiwa
Syariah
adalah
usaha
peserta,
atau
pembayaran
lain
kepada
oleh
perusahaan
asuransi
syariah,
Reasuransi
adalah
perusahaan
yang
Asuransi
yang
Umum
melaksanakan
Syariah
adalah
kegiatan
Usaha
melaksanakan
kegiatan
Usaha
Reasuransi
Syariah.
17. Perusahaan Asuransi adalah Perusahaan Asuransi
Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa.
18. Perusahaan
Asuransi
Syariah
adalah
perusahaan
perasuransian
berdasarkan
fatwa
yang
badan
hukum
maupun
yang
tidak
pemegang
polis,
tertanggung,
atau
kontribusi
para
peserta,
yang
mekanisme
Saham
Pengendali
yang
selanjutnya
b.
namun
dibuktikan
telah
yang
bersangkutan
melakukan
dapat
pengendalian
langsung
mempunyai
kemampuan
untuk
mempengaruhi
tindakan
direksi,
dewan
pengurusan
sebagaimana
dimaksud
dalam
atau
yang
setara
dengan
Direksi
bagi
dimaksud
dalam
undang-undang
bagi
Perusahaan
berbentuk
badan
hukum
bagi
Perusahaan
berbentuk
badan
hukum
memperoleh
lisensi
dari
Badan
Nasional
Perusahaan
Asuransi
atau
Perusahaan
adalah
perbuatan
hukum
yang
karena
hukum
kepada
Perusahaan
yang
adalah
asosiasi
Umum,
dari
Perusahaan
Perusahaan
Usaha
Asuransi
Jiwa,
dimaksud
dalam
undang-undang
perseroan terbatas;
b.
koperasi; atau
c.
usaha bersama yang telah ada pada saat UndangUndang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
diundangkan.
Bagian Kedua
Kepemilikan
Pasal 3
(1)
yang
secara
langsung
atau
tidak
- 10 b.
induk
perusahaannya
yang
salah
bergerak
di
satu
bidang
anak
Usaha
Badan
hukum
Indonesia
yang
telah
melakukan
(4)
serta
sebagaimana
Perusahaan
kepemilikan
dimaksud
warga
pada
Perasuransian
ayat
negara
asing
(2)
dalam
berpedoman
kepada
belum
memenuhi
ketentuan
sebagaimana
perubahan
kepemilikan
melalui
- 11 Undang-Undang
Nomor
40
Tahun
2014
tentang
Perasuransian.
(2)
telah
kepemilikan
melakukan
kepada
warga
upaya
pengalihan
negara
Indonesia
menyesuaikan
dengan
batas
maksimum
menyusun
rencana
tindak
dalam
rangka
Rencana
tindak
penyesuaian
dengan
kepemilikan
dan/atau
badan
hukum
Indonesia
Rencana
tindak
penyesuaian
kepemilikan
secara
dan/atau
sebagaimana
badan
dimaksud
pada
hukum
ayat
Indonesia
(2)
wajib
(7)
OJK
berwenang
melakukan
meminta
perbaikan
atas
Perusahaan
rencana
untuk
tindak
- 12 (8)
Perusahaan
hanya
dapat
melakukan
perubahan
Perusahaan
wajib
menyampaikan
pelaksanaan
b.
reasuransi,
reinsurance,
atau
kata
yang
d.
mencirikan
kegiatan
dari
Perusahaan
Reasuransi Syariah.
(2)
(3)
- 13 (4)
OJK
berwenang
mengubah
meminta
nama
Perusahaan
Perusahaan
Perusahaan
tidak
sesuai
untuk
apabila
dengan
nama
ketentuan
saat
pendirian
Rp150.000.000.000,00
(seratus
paling
lima
sedikit
puluh
miliar
rupiah).
(2)
saat
pendirian
paling
sedikit
pada
saat
pendirian
paling
sedikit
pada
saat
Rp175.000.000.000,00
pendirian
(seratus
paling
tujuh
sedikit
puluh
lima
miliar rupiah).
(5)
(1)
Pasal 7
Bagi
2. pemegang saham Perusahaan yang berbentuk
badan hukum Indonesia, jumlah penyertaan langsung
pada Perusahaan ditetapkan paling tinggi sebesar
ekuitas pemegang saham.
- 14 (2)
Bagi
3. pemegang saham yang berbentuk badan hukum
asing, jumlah penyertaan langsung pada Perusahaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh
persen) dari ekuitas pemegang saham.
(3)
Ketentuan
4.
jumlah penyertaan langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pemegang
saham
Perusahaan
yang
merupakan
lembaga
Bagi
1.
lembaga
keuangan
yang
berada
dalam
perundang-undangan
yang
mengatur
Jumlah
2.
penyertaan langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dipenuhi pada saat
badan
usaha
atau
lembaga
yang
bersangkutan
melakukan:
a.3. penyetoran modal pendirian Perusahaan;
b.4. perubahan
pemegang
saham
Perusahaan;
dan/atau
c.5. penambahan modal disetor Perusahaan.
(6)
Pemegang
6.
saham yang berbentuk badan hukum asing
harus memiliki rating sekurang-kurangnya A atau yang
setara dengan itu dari lembaga pemeringkat yang
diakui secara internasional.
BAB III
PERIZINAN USAHA
Bagian Kesatu
Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Usaha
Perusahaan
Asuransi
Jiwa,
Perusahaan
Asuransi
(3)
(1)
(2)
Pengajuan
permohonan
izin
usaha
sebagaimana
2.
3.
permodalan;
4.
kepemilikan; dan
5.
Direksi
dan
anggota
Dewan
- 16 Komisaris;
dan perubahan anggaran dasar terakhir (jika ada)
disertai dengan bukti pengesahan, persetujuan
dan/atau surat penerimaan pemberitahuan dari
instansi berwenang;
b.
susunan
organisasi
yang
dilengkapi
dengan
setoran
tunai
dan
fotokopi
bukti
Asuransi
atau
Perusahaan
Reasuransi; atau
2.
Perusahaan
Asuransi
Syariah
atau
laporan
awal
Dana
Jaminan
beserta
bukti
daftar
pemegang
saham
berikut
rincian
owner,
dan
daftar
daftar Pengendali;
g.
b)
fotokopi
nomor
pokok
wajib
pajak
Pemberitahuan
Pajak
(NPWP);
c)
fotokopi
Surat
pemegang
saham
orang
perseorangan;
d)
foto
berwarna
yang
terbaru
dari
yang
surat
pernyataan
2)
dan
kejahatan
keuangan;
3)
4)
tidak
pernah
dihukum
karena
jasa
keuangan
dan/atau
tidak
pernah
dihukum
karena
dinyatakan
pailit
keputusan
berdasarkan
izin
usahanya
karena
bertanggung
kelangsungan
dalam
jawab
usaha
atas
Perusahaan
pengendaliannya,
bagi
Pengendali;
2.
persetujuan,
atau
c)
masing-masing
kepemilikan
saham;
d)
e)
surat
pernyataan
direksi
atau
yang
2)
dan
kejahatan
keuangan;
3)
4)
(DTL)
di
sektor
jasa
keuangan;
5)
tidak
pernah
dihukum
karena
jasa
keuangan
dan/atau
bersalah
yang
menyebabkan
suatu
perseroan/perusahaan
dinyatakan
pailit
keputusan
berdasarkan
pengadilan
yang
mempunyai
izin
usahanya
karena
g)
3.
negara
Republik
Indonesia
untuk
pendirian Perusahaan;
4.
pemerintah
Peraturan
daerah,
Daerah
dilampiri
mengenai
dengan
penyertaan
i.
laporan
posisi
keuangan
awal/pembukaan
perusahaan;
j.
- 21 1.
daftar aset;
2.
domisili
dari
instansi
yang
4.
5.
6.
7.
uraian
tentang
infrastruktur
mendukung
sistem
administrasi
pengelolaan
penyiapan
dan
data
dan
yang
penyampaian
2.
untuk
mewujudkan
rencana
dimaksud; dan
3.
semesteran
mendasarinya,
dimulai
serta
sejak
asumsi
yang
Perusahaan
m.
n.
o.
p.
dengan
contoh
polis
yang
akan
digunakan;
q.
sumber
daya
manusia
untuk
komposisi
permodalan,
susunan
anggota
dalam
peraturan
perundang-
program
pendidikan
dan
t.
(3)
- 23 utama Perusahaan.
(4)
Ketentuan
mengenai
penilaian
kemampuan
dan
Jasa
Keuangan
mengenai
penilaian
(2)
Izin
usaha
sebagai
Perusahaan
Asuransi
Umum
Reasuransi
Syariah
sebagaimana
b.
konversi
dari
Perusahaan
Asuransi
menjadi
Reasuransi
menjadi
Perusahaan
- 24 Pasal 11
(1)
(2)
(1)
menggunakan
format
sebagaimana
Asuransi
Syariah
atau
Perusahaan
b.
bukti
pengesahan
Dewan
Syariah
Nasional
- 25 c.
pedoman
sesuai
pelaksanaan
syariah,
manajemen
yang
keuangan
sekurang-kurangnya
yang
sekurang-kurangnya
mengatur
bukti
pendukung
diperkerjakan
bahwa
memiliki
tenaga
keahlian
ahli
di
yang
bidang
dipasarkan
yang
sekurang-kurangnya
meliputi:
1.
2.
dan
proyeksi
underwriting,
bagi
cara pemasaran;
4.
5.
- 26 Pasal 13
(1)
(2)
b.
c.
memindahkan
portofolio
pertanggungan
kepada
dari
Perusahaan
Perusahaan
Reasuransi
Reasuransi
Syariah
menjadi
sebagaimana
oleh
Direksi
kepada
OJK
dengan
yang
merupakan
bagian
yang
tidak
- 27 (2)
Pengajuan
permohonan
izin
usaha
konversi
b.
2.
pemberitahuan
dari
instansi
berwenang;
c.
d.
bukti
lulus
penilaian
bagi
pihak
utama
Perusahaan;
e.
f.
pedoman
sesuai
pelaksanaan
syariah
manajemen
yang
keuangan
sekurang-kurangnya
yang
sekurang-kurangnya
mengatur
- 28 h.
bukti
pendukung
diperkerjakan
bahwa
memiliki
tenaga
keahlian
ahli
di
yang
bidang
bukti
pengesahan
Dewan
Syariah
Nasional
dipasarkan
yang
sekurang-kurangnya
meliputi:
1.
2.
dan
proyeksi
underwriting
bagi
cara pemasaran;
4.
5.
k.
2.
untuk
dimaksud; dan
mewujudkan
rencana
- 29 3.
semesteran
mendasarinya,
dimulai
serta
asumsi
sejak
yang
Perusahaan
investasi
peserta
pada
perusahaan
induknya; atau
b.
(2)
(1)
saat
pendirian
paling
kurang
Ekuitas
Perusahaan
Pemisahan
pada
saat
Reasuransi
pendirian
Syariah
paling
hasil
kurang
- 30 (3)
dimaksud
pada
ayat
(1)
wajib
Ekuitas
Perusahaan
Reasuransi
Syariah
hasil
izin
usaha
Perusahaan
Asuransi
Syariah
b.
Perusahaan
Asuransi
Syariah
atau
(3)
(4)
Permohonan
untuk
memperoleh
persetujuan
menggunakan
format
sebagaimana
b.
c.
d.
(5)
(6)
(1)
Pendirian
Perusahaan
Asuransi
Syariah
atau
(3)
Perusahaan
Reasuransi
Syariah
baru
menggunakan
format
sebagaimana
b.
akta pemisahan;
c.
dokumen
pemenuhan
ketentuan
ekuitas
(6)
(7)
Dalam
hal
OJK
memberikan
persetujuan
atas
- 33 Pasal 20
(1)
(2)
(3)
kewajiban
Unit
Syariah
kepada
Perusahaan
b.
- 34 (4)
Berdasarkan
pelaporan
pelaksanaan
Pemisahan
(2)
Dalam
rangka
memberikan
persetujuan
atau
penelitian
atas
kelengkapan
dokumen
analisis
kelayakan
atas
rencana
kerja
d.
analisis
pemenuhan
ketentuan
peraturan
OJK
dapat
melakukan
peninjauan
ke
kantor
melengkapi
persyaratan
paling
lama
10
- 35 (5)
surat
permintaan
kelengkapan
dokumen
Penolakan
atas
permohonan
izin
sebagaimana
(1)
(2)
Ketentuan
mengenai
pencairan
Dana
Jaminan
Otoritas
Jasa
keuangan
Keuangan
Perusahaan
mengenai
Asuransi,
(2)
(3)
tercantum
dalam
Lampiran
yang
bukti
kegiatan
dilakukan
pertanggungan
oleh
Perusahaan
Perusahaan
Asuransi
yang
Asuransi
Syariah
atau
telah
atau
bukti
Reasuransi
atau
Perusahaan
tenaga
kerja
asing
yang
dan/atau
Dewan
Komisaris
berkewarganegaraan asing.
BAB IV
PEMEGANG SAHAM PENGENDALI DAN PENGENDALI
Bagian Kesatu
Pemegang Saham Pengendali
Pasal 24
(1)
Asuransi
Jiwa,
(satu)
Perusahaan
- 37 Pasal 25
(1)
(2)
Dalam
rangka
dimaksud
memenuhi
dalam
Pasal
24
ketentuan
ayat
sebagaimana
(1),
PSP
dapat
melakukan:
a.
b.
peleburan
Perusahaan
yang
berada
dalam
pengendaliannya;
c.
Perusahaan
yang
berada
dalam
(3)
Perusahaan
yang
dimiliki
oleh
PSP
yang
belum
rangka
menyesuaikan
dengan
ketentuan
penyesuaian
dengan
ketentuan
tersebut.
(4)
Rencana
tindak
memuat
cara
penyesuaian,
tahapan
Rencana
tindak
penyesuaian
dengan
ketentuan
(7)
OJK
berwenang
melakukan
meminta
perbaikan
atas
Perusahaan
rencana
untuk
tindak
(1)
(2)
Pihak
yang
dikategorikan
sebagai
Pengendali
(3)
a.
b.
- 39 (4)
Pengendali
wajib
kelangsungan
ikut
bertanggung
usaha
jawab
Perusahaan
atas
dalam
pengendaliannya.
(5)
(6)
oleh
menetapkan
Perusahaan,
Pengendali
di
OJK
berwenang
luar
Pengendali
bulan
setelah
Peraturan
Otoritas
Jasa
b.
(1)
(2)
Untuk
memperoleh
dimaksud
pada
ayat
persetujuan
(1),
sebagaimana
Perusahaan
wajib
disertai
dengan
alasan
berhenti
menjadi
- 40 Pengendali.
(3)
Dalam
hal
Perusahaan
Pengendali,
maka
hanya
untuk
memiliki
memperoleh
(satu)
persetujuan
Dalam
terhadap
memberikan
persetujuan
permohonan
yang
atau
penolakan
disampaikan,
OJK
(6)
(1)
(2)
- 41 Pasal 30
(1)
melakukan
sebagian
kegiatan
usahanya
(1)
(2)
Unit
Syariah
dari
Perusahaan
Reasuransi
harus
jumlah
modal
disetor
minimum
Perusahaan
Reasuransi
Syariah
sebagaimana
atau
Perusahaan
Reasuransi
dan
- 42 Bagian Ketiga
Izin Pembentukan Unit Syariah
Pasal 32
(1)
(1)
wajib
terlebih
dahulu
memperoleh
izin
dimaksud
Perusahaan
harus
pembentukan
unit
pada
ayat
mengajukan
syariah
kepada
(1),
Direksi
permohonan
OJK
dengan
2)
3)
pemberitahuan
dari
instansi
berwenang;
b.
surat
keputusan
Direksi
Perusahaan
yang
disertai
dengan
besaran
jumlah
- 43 c.
d.
2.
3.
4.
e.
2.
f.
g.
- 44 2.
untuk
mewujudkan
rencana
dimaksud; dan
3.
kegiatan
laporan
operasional
posisi
serta
keuangan
dan
b.
analisis
kelayakan
atas
rencana
kerja
analisis
pemenuhan
ketentuan
peraturan
(3)
Penolakan
atas
dimaksud
pada
permohonan
ayat
(2)
izin
disertai
sebagaimana
dengan
alasan
penolakan.
Pasal 34
(1)
melakukan
kegiatan
usaha
perasuransian
Unit
Syariah
wajib
menyampaikan
laporan
menggunakan
format
sebagaimana
b.
(1)
(2)
(1)
- 46 (2)
(3)
b.
memiliki
keahlian,
pelatihan,
dan/atau
perubahan
pimpinan
unit
syariah
Perusahaan
yang
memiliki
Unit
Syariah
dapat
- 47 (2)
keputusan
mengenai
penerimaan
atau
memenuhi
ketentuan
mengenai
kesehatan
c.
(1)
(2)
terpisahkan
dari
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan ini.
Pasal 40
(1)
keputusan
penolakan
mengenai
pertanggungan
dan/
penerimaan
atau
atau
keputusan
dahulu
memberitahukan
kepada
peserta
mengenai:
a.
b.
- 48 (2)
keputusan
penolakan
mengenai
pertanggungan
penerimaan
dan/atau
atau
keputusan
pusat
unit
syariah
untuk
menangani
(4)
oleh
menggunakan
dalam
Direksi
format
Lampiran
11
yang
Perusahaan
dengan
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
tidak
pertanggungan
dan/
atau
keputusan
(2)
- 49 terlebih
dahulu
memberitahukan
kepada
Debitur
mengenai:
(3)
a.
b.
(1)
Perusahaan
Reasuransi
Asuransi
yang
mengajukan
atau
memiliki
permohonan
Perusahaan
Unit
Syariah
penutupan
Unit
Syariah; atau
b.
(2)
(3)
(1)
huruf
b,
dilakukan
dengan
memenuhi
ketentuan:
a.
Unit
Syariah
tidak
melakukan
kegiatan
Unit
Syariah
tidak
melakukan
kegiatan
- 50 (4)
(1)
menghentikan
seluruh
kegiatan
usaha
Unit
Syariah;
b.
salah
satunya
mempunyai
peredaran
tercatat
dalam
laporan
keuangan
Unit
Syariah.
(2)
(1)
secara
jelas
pemisahan
fungsi
Perusahaan
wajib
memiliki
satuan
kerja
yang
- 51 menangani fungsi:
a.
b.
aktuaria;
c.
d.
pemasaran;
e.
f.
g.
kepatuhan;
h.
i.
(3)
(4)
dan
ayat
(2)
harus
mencerminkan
adanya
atas
masing-masing
fungsi
sebagaimana
informasi
yang
dipertanggungjawabkan
akurat
dalam
keputusan.
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA
dan
dapat
pengambilan
- 52 Bagian kesatu
Sertifikasi
Pasal 45
Direksi dan pejabat 1 (satu) tingkat di bawah Direksi yang
membawahkan fungsi manajemen risiko wajib memiliki
sertifikat
keahlian
di
bidang
manajemen
risiko
dari
(2)
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
jangka
waktu
untuk
proyek
atau
program
(4)
b.
aktuaris; atau
c.
konsultan.
b.
pemasaran;
- 53 c.
keuangan
termasuk
pengelolaan
investasi;
dan/atau
d.
(5)
sistem informasi.
b.
c.
memenuhi
ketentuan
perundang-undangan
di
bidang ketenagakerjaan.
Pasal 47
(1)
(2)
dimaksud
pada
ayat
(1)
wajib
terpisahkan
dari
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan ini.
(3)
b.
rencana
program
pendidikan
dan
pelatihan
- 54 dipekerjakan; dan
c.
(1)
lama
20
(dua
puluh)
hari
kerja
setelah
kerja
asing
(1)
harus
dipekerjakan.
(2)
Pelaporan
pengangkatan
sebagaimana
dimaksud
disampaikan
oleh
tenaga
pada
Direksi
ayat
kepada
OJK
dengan
melampirkan:
a.
b.
c.
(1)
(2)
(1) Perusahaan
wajib
menyelenggarakan
program
Syariah,
Perusahaan
Reasuransi,
dan
memiliki
sertifikat
keahlian
asuransi
umum
memiliki
pengalaman
kerja
dalam
bidang
tidak
sedang
dalam
pengenaan
sanksi
dari
pengangkatan
dan
Asosiasi profesinya.
Pasal 52
(1)
Perusahaan
harus
melaporkan
- 56 (2)
b.
c.
daftar
riwayat
dilengkapi
pas
hidup
foto
yang
disertai
berwarna
yang
dengan
terbaru
(2)
b.
memiliki
pengalaman
kerja
dalam
bidang
- 57 c.
tidak
sedang
dalam
pengenaan
sanksi
dari
Asosiasi profesinya.
Bagian Ketiga
Tenaga Ahli Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan
Reasuransi Syariah
Pasal 54
(1)
wajib
mempekerjakan
tenaga
ahli
dalam
memiliki
kualifikasi
sebagai
ahli
manajemen
memiliki
pengalaman
kerja
dalam
bidang
tidak
sedang
dalam
pengenaan
sanksi
dari
Asosiasi profesinya.;
Bagian Keempat
Tenaga Ahli Pada Kantor di Luar Kantor Pusat
Pasal 55
(1)
Syariah,
Perusahaan
Reasuransi,
dan
- 58 a.
b.
memiliki
pengalaman
kerja
dalam
bidang
tidak
sedang
dalam
pengenaan
sanksi
dari
(1)
aktuaris
dalam
merangkap
jabatan
sebagai
Direksi
pada
Perusahaan.
(3)
b.
c.
yang
menyatakan
bahwa
yang
Asuransi
Jiwa
dan
Perusahaan
- 59 d.
(1)
(2)
(2)
Pelaporan
pengangkatan
dan/atau
pemberhentian
oleh
Direksi
format
Lampiran
14
yang
kepada
OJK
sebagaimana
merupakan
dengan
tercantum
bagian
tidak
fotokopi
sertifikat
keahlian
dari
Lembaga
Sertifikasi Profesi;
b.
- 60 c.
daftar
riwayat
dilengkapi
hidup
pas
foto
yang
disertai
berwarna
yang
dengan
terbaru
(1)
(2)
(1)
mengenai
pertanggungan
penerimaan
dan/atau
klaim
atau
setiap
penolakan
saat
wajib
memenuhi
ketentuan
mengenai
kesehatan
c.
(2)
Dalam
hal
Perusahaan
tidak
dapat
memenuhi
penghentian
sementara
kegiatan
- 61 operasional
sampai
dengan
dipenuhi
persyaratan
Perusahaan
Syariah,
Asuransi,
perusahaan
Perusahaan
reasuransi,
atau
Asuransi
perusahaan
kewenangan
untuk
membuat
keputusan
dapat
dilaksanakan
oleh
Perusahaan
atau
Perusahaan
wajib
melaporkan
setiap
pembukaan
tersebut
beroperasi
dengan
menggunakan
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan
dari
b.
instansi
berwenang
yang
paling
kurang
d.
- 62 (4)
(1)
mengenai
pertanggungan
penerimaan
dahulu
penerimaan
dan/
atau
atau
atau
penolakan
keputusan
mengenai
penolakan
memberitahukan
klaim
wajib
kepada
terlebih
tertanggung
mengenai:
a.
b.
(2)
Prosedur
penyelesaian
hak
dan
kewajiban
berdasarkan
undangan
dan
peraturan
memperhatikan
perundangkepentingan
tertanggung.
Pasal 64
(1)
keputusan
mengenai
penolakan
pertanggungan
mengenai
penerimaan
dan/
atau
penerimaan
atau
atau
keputusan
penolakan
klaim
- 63 memiliki
kewenangan
untuk
membuat
keputusan
diajukan
menggunakan
dalam
oleh
format
Lampiran
Direksi
16
yang
Perusahaan
sebagaimana
merupakan
dengan
tercantum
bagian
tidak
b.
(1)
pertanggungan
dan/
atau
keputusan
diajukan
menggunakan
dalam
oleh
format
Lampiran
Direksi
17
yang
Perusahaan
sebagaimana
merupakan
dengan
tercantum
bagian
tidak
- 64 BAB X
KEANGGOTAAN DI ASOSIASI
Pasal 66
(1)
(2)
(3)
Untuk
mendapatkan
persetujuan
sebagaimana
tertulis
kepada
OJK
yang
dilampiri
dengan:
(4)
a.
b.
struktur kepengurusan;
OJK
dapat
menugaskan
atau
mendelegasikan
(2)
(3)
Agen
asuransi
yang
wajib
terdaftar
di
OJK
Untuk
terdaftar
menyampaikan
Asosiasi.
di
OJK,
permohonan
Agen
Asuransi
pendaftaran
wajib
kepada
- 65 (5)
Asosiasi
melakukan
pendaftaran
Agen
Asuransi
OJK
dalam
Keputusan
Anggota
Dewan
Komisioner.
(7)
(8)
paling
lama
pada
tanggal
20
bulan
berikutnya.
Pasal 68
OJK memiliki akses terhadap data Agen Asuransi yang
dikelola oleh Asosiasi.
Pasal 69
(1)
Untuk
dapat
bekerja
sama
dengan
Perusahaan
(3)
a.
b.
koperasi.
pada
ayat
(1)
harus
menyampaikan
akta
pendirian
badan
usaha
yang
dilampiri
- 66 sertifikasi keagenan.
(4)
OJK
menyampaikan
bukti
tanda
terdaftar dalam
Lembaga
Sertifikasi
Profesi
bidang
perasuransian
atau
instansi
lain
yang
ditunjuk
c.
(1)
Setiap
perubahan
kepemilikan
Perusahaan
wajib
b.
pengambilalihan; dan/atau
c.
- 67 (3)
Perubahan
kepemilikan
Perusahaan
sebagaimana
Perusahaan
Asuransi
atau
Perusahaan
(4)
Dalam
hal
dimaksud
perubahan
pada
ayat
kepemilikan
yang
penyertaan
langsung
kepemilikan
(1)
sebagaimana
merupakan
perubahan
mengakibatkan
oleh
pihak
terdapatnya
asing
di
dalam
yang
perusahaan
induk
perusahaannya
memiliki
usaha
sejenis
atau
yang
salah
satu
anak
bergerak
di
bidang
Usaha
yang
bergerak
di
bidang
Usaha
dalam
menyebabkan
ayat
perubahan
(1)
sepanjang
tidak
pengendalian
pada
Perusahaan tersebut.
Pasal 72
(1)
Perusahaan
yang
akan
melakukan
perubahan
mengenai
modal
disetor
sebagaimana
Perusahaan
yang
akan
melakukan
perubahan
mengenai
penyesuaian
modal
disetor
Untuk
memperoleh
persetujuan
sebagaimana
persetujuan
format
Lampiran
18
yang
kepada
OJK
sebagaimana
merupakan
dengan
tercantum
bagian
tidak
b.
data
calon
pemegang
saham
sebagaimana
d.
e.
2.
pihak
asing
Indonesia
yang
yang
dibuat
paling
dalam
kurang
- 69 (2)
Dalam
rangka
memberikan
persetujuan
atau
penelitian
atas
kelengkapan
dokumen
analisis
kelayakan
rencana
perubahan
kepemilikan;
c.
d.
analisis
pemenuhan
ketentuan
perundang-
(1)
tanggal
diterimanya
bukti
persetujuan
Pelaporan
perubahan
kepemilikan
sebagaimana
OJK
sebagaimana
dengan
tercantum
menggunakan
dalam
format
lampiran
19
yang
b.
bukti
penambahan
modal
berupa
foto
copy
Perusahaan
berbentuk
badan
hukum
perseroan
Perusahaan
berbentuk
badan
hukum
koperasi
lama
15
(lima
belas)
hari
kerja
setelah
Dalam
hal
memerlukan
perubahan
anggaran
persetujuan
dari
dasar
tidak
instansi
yang
Perubahan
dimaksud
anggaran
pada
ayat
perubahan:
a.
nama Perusahaan;
dasar
(1)
tertentu
atau
ayat
sebagaimana
(2)
meliputi
- 71 b.
maksud
dan
tujuan
serta
kegiatan
usaha
Perusahaan;
c.
perubahan
tempat
kedudukan
kantor
pusat
Perusahaan;
d.
e.
f.
(5)
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan
dari
yang
berbentuk
badan
hukum
perseroan terbatas;
b.
c.
(6)
Pelaporan
perubahan
maksud
dan
tujuan
serta
tercantum
dalam
Lampiran
yang
perubahan
anggaran
dasar
serta
bukti
format
Lampiran
terpisahkan
22
yang
dari
sebagaimana
merupakan
Peraturan
OJK
tercantum
bagian
ini,
tidak
dilampiri
dokumen:
a.
yang
berbentuk
badan
hukum
perseroan terbatas;
b.
c.
(8)
modal
disetor
minimum
dan/atau
format
Lampiran
23
yang
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
tidak
- 73 a.
setoran tunai;
b.
c.
d.
dividen saham.
format
Lampiran
terpisahkan
24
yang
dari
sebagaimana
merupakan
Peraturan
tercantum
bagian
OJK
ini,
tidak
dilampiri
dokumen:
a.
surat
instansi
penerimaan
berwenang
pemberitahuan
dari
Perusahaan
yang
bagi
dan
dilegalisasi
oleh
bank
oleh
akuntan
publik
sebelum
Disetor
dilakukan
dalam
bentuk
dan/atau
laporan
keuangan
terakhir,
rencana
bisnis
langkah
(business plan)
Perusahaan
dan
dalam
langkah-
penggunaan
perubahan
status
Perusahaan
yang
format
Lampiran
25
yang
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
tidak
anggota Direksi;
b.
c.
- 75 (2)
dan/atau
anggota
Dewan
Pengawas
harus
menggunakan
format
26
sebagaimana
b.
surat
instansi
penerimaan
berwenang
bagi
pemberitahuan
dari
Perusahaan
yang
Perusahaan
wajib
melaporkan
perubahan
alamat
format
Lampiran
27
yang
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
tidak
b.
- 76 BAB XIV
PENGGABUNGAN DAN PELEBURAN
Pasal 78
(1)
(2)
Penggabungan; atau
b.
Peleburan.
(1)
wajib
menyampaikan
rencana
pelaksanaan
atau
Peleburan
tersebut
tidak
format
Lampiran
28
yang
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
tidak
b.
c.
rencana
daftar
kepemilikan
sebagaimana
e.
f.
g.
h.
struktur
organisasi
hasil
Penggabungan
atau
persetujuan
atau
Pelaburan.
(4)
Dalam
rangka
memberikan
penelitian
atas
kelengkapan
dokumen
c.
- 78 Direksi;
d.
analisis
pemenuhan
ketentuan
peraturan
Perusahaan
yang
menerima
Penggabungan
wajib
persetujuan
atau
pemberitahuan
menggunakan
format
29
sebagaimana
b.
c.
(3)
puluh)
diterimanya
hari
kerja
terhitung
persetujuan
atau
sejak
tanggal
pemberitahuan
menggunakan
format
30
sebagaimana
- 79 dengan:
a.
b.
c.
(5)
Dalam
rangka
pelaporan
penggabungan
atau
kantor
sebelumnya
di
luar
dimiliki
kantor
oleh
pusat
Perusahaan
yang
yang
dimaksud
menggunakan
format
dalam
Lampiran
pada
31
yang
ayat
(5),
sebagaimana
merupakan
harus
tercantum
bagian
tidak
b.
bukti
kepemilikan
atau
penguasaan
gedung
kantor.
(7)
melakukan
penelitian
atas
kelengkapan
dan
- 80 ayat (2);
b.
mencabut
izin
usaha
Perusahaan
yang
Penggabungan
sebagaimana
dimaksud
Berdasarkan
pelaporan
peleburan
sebagaimana
melakukan
penelitian
atas
kelengkapan
dan
mencabut
izin
usaha
Perusahaan
yang
meleburkan diri;
c.
d.
(9)
dimaksud
pada
ayat
(8)
huruf
- 81 tertulis.
(11) Sebelum
persetujuan
izin
usaha
sebagaimana
(2)
(3)
b.
pailit;
c.
d.
ayat
(2)
huruf
wajib
terlebih
dahulu
Prosedur
penyelesaian
kewajiban
Perusahaan
- 82 berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
(5)
Perusahaan
yang
dicabut
izin
usahanya
wajib
Setelah
dilakukan
pencabutan
izin
usaha,
OJK
(2)
format
32
sebagaimana
tercantum
dokumen
yang
menjadi
dasar
ditetapkannya
izin usaha.
(1)
tercantum
bagian
dalam
lampiran
yang
tidak
terpisahkan
dari
yang
b.
(3)
(1)
Perusahaan
yang
tidak
memenuhi
ketentuan
- 84 ayat (3), Pasal 44 ayat (5), Pasal 44 ayat (6), Pasal 45,
Pasal 46 ayat (5), Pasal 47 ayat (1), Pasal 47 ayat (2),
Pasal 48 ayat (1), Pasal 49 ayat (1), Pasal 50, Pasal 51
ayat (1), Pasal 53 ayat (1), Pasal 54 ayat (1), Pasal 55
ayat (1), Pasal 56 ayat (1), Pasal 57 ayat (1), Pasal 58
ayat (1), Pasal 60 ayat (1), Pasal 62 ayat (1), Pasal 63,
Pasal 64 ayat (1), Pasal 65 ayat (1), Pasal 66 ayat (1),
Pasal 67 ayat (1), Pasal 67 ayat (2), Pasal 67 ayat (3), ),
Pasal 67 ayat (4), Pasal 70, Pasal 71 ayat (1), Pasal 71
ayat (5), Pasal 72, Pasal 74 ayat (1), Pasal 75 ayat (1),
Pasal 75 ayat (2), Pasal 76 ayat (1), Pasal 77 ayat (1),
Pasal 79 ayat (1), Pasal 80 ayat (1), Pasal 80 ayat (3),
Pasal 80 ayat (5), Pasal 80 ayat (11), Pasal 81, Pasal 82
ayat (3), Pasal 82 ayat (4), Pasal 82 ayat (5), Pasal 83
ayat (1), dan/ atau Pasal 84 ayat (1), Peraturan OJK ini
dikenakan sanksi administratif berupa:
a.
peringatan tertulis;
b.
c.
(2)
(3)
di
bawah
direksi,
pada
Perusahaan
Perasuransian.
(4)
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
ini
dalam
Pasal
ayat
(1)
sepanjang
tidak
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
ini
dengan
jenis
diselenggarakannya
dan
lini
sebagaimana
usaha
yang
dimaksud
dalam
yang
diselenggarakannya
sebagaimana
pada
menyesuaikan
saat
POJK
ketentuan
ini
diundangkan
larangan
merangkap
wajib
jabatan
Republik
426/KMK.06/2003
Indonesia
tentang
Perizinan
Nomor
Usaha
dan
sanksi
administratif
sebagaimana
- 87 Pasal 93
Dalam hal Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
prosedur dan tata cara pengenaan sanksi administratif dan
pemblokiran kekayaan perusahaan perasuransian belum
diundangkan, maka ketentuan mengenai prosedur dan tata
cara pengenaan sanksi administratif mengacu kepada
Peraturan Pemerintah mengenai penyelenggaraan usaha
perasuransian.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 94
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku,
ketentuan
mengenai
perizinan
usaha
dan
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
MULIAMAN D. HADAD
- 88 -
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR