Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDENGARAN
D
I
S
U
S
U
N
O LE H:
SR.ARNOLFINE SINAGA KSFL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan suatu penugasan dari
perkuliahan riset.
Penulis tidak lupa mengucapakan terimakasih kepada dosen Mata Kuliah Riset Pomarida
SKM yang telah memberikan kesempatan untuk menambah tugas karena keterlambatan tugas
saya.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, demikian pula isi makalah ini. Atas perhatian
diucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I : PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
II. 1. B. Etiologi
II. 2. A
II. 2. B
II. 2. C
II. 2. D
II. 2. E
II. 2. F
II. 2. G
Pengertian Halusinasi
Etiologi
Pengkajian Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
7
7
9
10
11
12
13
Pengkajian
15
Diagnosa Keperawatan...
Intervensi Keperawatan..
Implementasi Keperawatan.
Evaluasi dan Dokumentasi Keperawatan
15
15
18
26
BAB IV : PENUTUP
IV.1
IV.2
Kesimpulan
Saran
.....
.
28
28
DAFTAR PUSTAKA
29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera
tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social
dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress
(misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang
penting) (Videbeck, 2008)
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi
adalah
hilangnya
kemampuan
manusia
dalam
membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara
(Kusumawati dan Hartono).
BAB II
TINJAUAN TEORI
II. 1. KONSEP MEDIS
A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu disebut sebagai
skizofrenia (Videbeck, 2008)
B. Etiologi
Ahli teori interpersonal berpendapat bahwa skizofrenia muncul akibat hubungan
disfungsional pada masa kehidupan awal dan masa remaja. Satu teori yang popular
mengatakan bahwa skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas berlebihan, terlalu protektif,
atau tidak perhatian secara emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol. Tidak
ada satupun teori interpersonal ini yang terbukti benar, tetapi walaupun penelitian ilmiah
terbaru menemukan jawaban tentang penyebab neurologis/neurokimia, banyak individu
masih percaya bahwa skizofrenia terjadi akibat disfungsi pengasuh anak atau dinamika
keluarga
Banyak orangtua atau anggota keluarga individu yang terdiagnosis skizofrenia
menderita karena apa yang mereka lakukan salah atau apa yang mereka dapat lakukan
untuk membantu mencegah penyakit tersebut (Sheila, 2008)
Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukan bahwa skizofrenia adalah akibat dari
suatu tipe disfungsi otak. Pada tahun 1970-an penelitian mulai berfokus pada sebab-sebab
neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih menjadi focus utama penelitan dan teori saat
ini. Teori neurokimia/neurologis didukung oleh efek anti psikotik yang membantu
mengontrol gejala psikotik dan alat pencitraan saraf seperti: Computed Tomography (CT)
yang menunjukan bahwa struktur dan fungsi otak individu yang mengalami skizofrenia
berbeda.
a. Teori biologi
- Factor genetic
Berfokus pada keluarga terdekat seperti orangtua, saudara kandung, dan
anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara
-
genetic.
Factor neuroanatomi dan neurokimia,
b. Pertimbangan Budaya
Penting untuk menyadari perbedaaan budaya ketika mengkaji gejala
skizofrenia. Ide yang tampaknya merupakan waham pada suatu budaya seperti
kepercayaan pada hal-hal magis atau sihir, dapat menjadi hal yang umum pada
budaya lain. Di beberapa budaya, halusinasi pendengaran atau penglihatan,
misalnya melihat Bunda Maria atau mendengar suara Tuhan juga dapat menjadi
bagian normal pengalaman keagamaan (Videbeck, 2008).
Dalam suatu penelitian berskala besar yang melibatkan 26.400 klien
psikiatri, Flaskerud dan Hu 1992 menemukan perbedaan signifikan dalam
diagnosis psikiatri yang ditegakan pada klien rawat inap maupun klien rawat
jalan. Klien Amerika-Afrika dan Asia lebih sering didiagnosis skizofrenia dari
pada klien kulit putih (Videbeck, 2008).
Mezzich, Lin dan Hughes (2000) meringkas beberapa perilaku psikotik
yaitu :
- Bouffee delirante, suatu sindrom yang ditemukan di Afrika Barat dan Haiti,
mencakup perilaku agresif yang muncul tiba-tiba, kebingungan yang nyata.
Sindrom ini kadang-kadang disertai halusinasi penglihatan dan pendengaran.
Ghost sickness, adalah orang yang telah meninggal sering kali dilihat oleh
penduduk. Gejalanya meliputi mimpi buruk, kelemahan, merasa da bahaya,
Gejalanya
meliputi
halusinasi
pendengaran
dan
halusinasi
C. Tipe Skizofrenia
Menurut Videbeck (2008) tipe-tipe skizofrenia adalah :
a. Skizofrenia tipe paranoid: ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi korban atau
dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang
berlebihan, perilaku agresif dan bermusuhan.
b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi: ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak
sesuai secara nyata, inkoerensi, asosiasi longgar dan disorganisasi perilaku yang ekstrem.
c. Skizofrenia tipe katatonik: ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam
bentuk tanpa gerakan atau aktivitas atau motorik yang berlebihan, negativism yang
ekstrem, mutivisme, gerakan volunter yang aneh.
d. Skizofrenia tipe tidak dapat dibedakan: ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia
campuran (atau tipe lain) disertai dengan gangguan pikiran, afek dan perilaku.
e. Skizofrenia tipe residual: ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia
sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyrakat, afek datar, serta
asosiasi longgar.
D. Gejala Positif dan Gejala Negatif Skizofrenia
Ada beberapa gejala positif dan negative pada individu penderita skizofrenia (Videbeck,
2008), yaitu:
a. Gejala positif (gejala yang tampak)
- Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi sensori yang
tidak terjadi dalam realitas
Waham : keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar
dalam realitas
Ekopraksia : peniruan gerakan dan gesture orang lain yang dialami klien
Flight of ideas : aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat dari
tersebut.
Asosiasi longgar : pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk
Gagasan rujukan : kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna
(miskin isi)
Afek datar : tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukan emosi atau mood
Afek tumpul : rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas
Anhedonia : merasa tidak senang atau tidak gembira dalam mejalani hidup,
setengah sadar.
Tidak memiliki kemauan : tidak adanya keinginan, ambisi atau dorongan untuk
bertindak melakukan tugas-tugas.
E. Penatalaksanaan Skizofrenia
Menurut Stuart (2006) adapun ringkasan bukti pengobatan untuk skizofrenia yaitu :
1. Obat-obatan antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin, flufenazin, haloperidol,
loksapin, perfenazin, trifluoperazin, tiotiksen, dan tioradizen) terbukti mengurangi gejala
positif skizofrenia dan secara signifikan menurunkan risiko relaps simtomatik dan
dirawat inap ulang. Namun, efek samping neurologis yang serius menyebabkan obat ini
sulit ditoleransi oleh banyak pasien skizofrenia.
Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2006) factor predisposisi meliputi:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitianpenelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
informasi
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak (komunikasi saraf yang
melibatkan elektrolit), yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
Respon adaptif
Respon maladaptif
Pikiran logis
Pikiran kadang menyimpang Gangguan pikiran/waham
Halusinasi
Persepsi akurat
Ilusi
untuk memproses emosi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Reaksi emosional berlebihan Kesulitan
atau kurang
Perilaku sesuai dengan hubungan
sosialatau tak lazim Ketidakteraturan perilaku isolasi sosial
Perilaku aneh
Menarik diri
Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam
Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum
yang berlaku.
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau budaya umum
yang berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum
yang berlaku.
Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya baubauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
2. 5. Pengkajian Keperawatan
a. Jenis dan Isi Halusinasi
Ada lima jenis halusinasi yang umum yaitu :
-
Pendengaran
Penglihatan
Penghiduan
Pengecapan
Perabaan
Biologis
Psikologis
Social budaya
c. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan
otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti inteligensi atau kreativitas yang
tinggi. Orangtua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, financial yang cukup, ketersediaan
waktu dan tenanga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan
(Stuart, 2006)
d. Mekanisme koping.
Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energy untuk kehidupan sehari-hari
e. Perilaku halusinasi.
Isi halusinasi sesuai dengan jenis halusinasi yang dialami pasien
Waktu terjadinya halusinasi
Frekuensi terjadinya halusinasi.
Situasi pencetus atau keadaan yang menimbulkan halusinasi
Respons klien saat halusinasi.
A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi untuk pasien dengan halusinasi dilakukan tidak hanya pada pasien.
Keluarga juga harus mengambil bagian dalam perawatan pasien, karena itu perawat
sebaikanya memberikan beberapa intervensi untuk keluarga. Intervensi untuk pasien
terdiri dari 4 tahap, sementara untuk keluarga ada 3 tahap. Tahapan tersebut dapat dilihat
pada bab selanjutnya.
Menurut Kelliat (2009), adapun intervensi pasien dengang halusinasi yaitu :
Intervensi untuk Pasien
a. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar pasien), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi
1. Menghardik halusinasi
Berikut tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi ; focus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukannya dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
Mendiskusikan aktivitas yang dapat dilakukan pasien
BAB III
PROSES KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DENGAR
III. 1. Pengkajian
1. Data Subjektif :
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar sesuatu yang memerintah atau melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Data Objektif :
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mencondongkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga rapat-rapat
III.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
III.
3. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
Tujuan : - pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
- Pasien dapat mengintrol halusinasinya
- Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Intervensi Keperawatan :
c. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar pasien), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
d. Melatih pasien mengontrol halusinasi
e. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikannya.
Berikut tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien
f. Bercakap-cakap dengan orang lain
Berkurangkah suara-
suaranya? Bagus! Sesuai dengan janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau dimana? Di sini saja?
Tahap kerja
Tahap kedua untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi kalau V mendengar suara-suara langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan V. contohnya begini, tolong saya mulai
dengar suara-suara, jadi tolong ngobrol dengan saya. Atau kalau V lagi di rumah dengan
kakak V, minta tolong saja ke kakak V, kak, V dengar sara-suara itu lagi, ayo ngobrol
dengan V.Begitu V. coba V lakukan lagi yang saya lakukan tadi. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi. Begitu. Bagus! Nah, latih terus ya V.
Di sini V dapat mengajak perawat untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah latihan ini? Jadi, sudah ada berapa cara yang V
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus! Cobalah kedua cara itu kalau V
mendengar sara-suara itu lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam daftar jadwal harian
V? Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah, nanti lakukan sewaktu-waktu jika
suara itu muncul. Besok pagi saya kesini lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga, yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10
pagi? Mau dimana? Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi!
SP 3: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
Tahap orientasi
Selamat pagi V. Bagaimana perasaan V pagi ini?
Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah dilakukan dua cara yang
sudah dilatih itu? Bagaimana hasilnya? Bagus?
Sesuai dengan janji kita, saya akan melatih cara ketiga untuk mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
Mau dimana kita bicara? Baik, kita duduk di ruang tamu saja. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.
Tahap kerja
Apa saja yang biasa V lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
apa? (Terus kaji hingga didapat kegiatannya sampai malam)
Wah, banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini. (Latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali jika V bias lakukan!
Kegiatan ini dapat V lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah kita bercakap-cakap cara yang ketga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang sdah kita latih untuk mecegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian V. coba
lakukan sesuai jadwa ya! (Perawat dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam).
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12? Di ruang makan
ya! Sampai jumpa!
SP 4: Melatih pasien minum obat secara teratur.
Tahap orientasi
Selamat siang V. bagaimana perasaan V siang ini ? apakah usara-suaranya masih
muncul ? apakah sudah digunakan tiga cara yang sudah kita latih? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? apakah tadi pagi sudah minum obat ? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang V minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya V?
Tahap kerja
V, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara itu
berkurang ata hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang V dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang V minum? (Perawat
menyiapkan obat pasien). Ini yang warna oranye (Chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini obat yang berwarna putih (Tpyhexilpendil, THP)
gunanya agar V tetap merasa rileks dan tidak kaku. Sedangakan yang berwarna merah
jambu
(Haloperidol,
HPL)
berguna
untuk
menenangkan
pikiran-pikiran
dan
menghilangkan suara-suara. Semua obat ini diminum iga kali sehari, setiap pukul 7 pagi,
1 siang dan 7 malam. Kalau suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, V akan kambuh dan sulit untuk
kembali seperti semula. Kalau obat habis, V bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. V juga harus teliti saat minum obat-obat ini. Pastikan obatnya benar, artinya
pastikan obat ini benar-benar yang V punya. Jangan keliru dengan obat orang lain. Baca
namaka kemasannya. Pastikan obat diminum dengan benar dengan cara yang benar, yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. V juga harus memperhatikan jumlah obat
berapa sekali minum, dan V juga harus cukup minum 10 gelas setiap hari.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah kita bercakap-cakap mengenai obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mecegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (Jika jawaban
benar). Mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan V. jangan lupa
minta obat pada waktunya pada perawat atau pada orang di rumah jika V sedang di
rumah. Nah, makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah sara-suara yang
sudah kita bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaimana kalau pukul 10 pagi? Sampai
jumpa. Selamat pagi.
2. Keluarga
SP 1: Memberikan pendidikan tentang kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.
Tahap orientasi :
Selamat pagi Bapak/Ibu, saya Elisabeth. Saya perawat yang merawat anak
Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang
anak Bapak/Ibu ?
Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang dapat diberikan kepadanya.
Kita mau diskusi dimana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit?
Tahap kerja:
Masalah apa yang Bapak/Ibu alami dalam merawat V? Apa yang Bapak/Ibu
lakukan?
Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu disebut halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebenaranya tidak ada. Tanda-tandanya bicara dan tertawa
sendiri, atau marah-marah tanpa sebab. Jadi jika anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar
suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Oleh karena itu kita diharapkan dapat
membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara yang dapat Bapak/Ibu lakukan
untuk membantu V agar bisa mengendalikan halusinasi nya. Cara-cara tersebut adalah:
Pertama, di hadapan V jangan membantah atau mendukung halusinasi. Katakan saja
Bapak/Ibu percaya kalau V mendengar suara-suara tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak
mendengar suara-suara itu. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri
karena kala sendirian halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang yang bercakapcakap dengan V. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah bersama.
Terkait dengan kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya dan berikan pujian jika V
berhasil melakukannya. Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam, berwarna oranye namanya CPZ
gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang berwarna putih namanya
THP berfungsi untuk membuat V tenang dan tidak kaku. Yang berwarna merah jambu
namanya LP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat ini harus diminum V tiga kali
sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Obat harus selalu diminum untuk
mencegah kekambuhan. Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi muncul lagi, putus
halusinasi dengan menepuk punggung V. Kemudian suruh V menghardik suara tersebut.
V sudah saya ajarkan bagaimana ara menghardik halusinasi. Sekarang, mari kita latian
memutuskan halusinasi V. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: V,
sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu
datang? Ya, usir suara itu, V! Tutup telinga kamu dan katakana pada saura itu saya tidak
mau dengar! Ucapkan berulang-ulang, V. Sekarang coba Bapak/Ibu praktikan cara yang
baru saya ajarkan.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi V?
Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali empat cara merawat V!
Bagus sekali Pak/Bu! Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktikan cara memutus halusinasi langsung di depan V. Jam berapa kita bertemu?
Baiklah. Sampai jumpa.
SP 2 keluarga: melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan pasien.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk memeperagakan bagaimana cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
Tahap orientasi
Selamat pagi! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ? Apakah Bapak/Ibu masih
ingat bagaimana cara memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu jika sedang mengalami
halusinasi? Bagus!
Sesuai dengan perjanjian, selama 30 menit kita akan latihan bagaimana cara
memutus halusinasi secara langsung di hadapan anak Bapak/Ibu. Mari kita datangi anak
Bapak/Ibu.
Tahap kerja
Selamat pagi V. Bapak/Ibu sangat ingin membantu V mengendalikan suara-suara
yang sering V dengar. Untuk itu Bapak/Ibu dating untuk langsung mempraktikan
memutuskan suara-suara yang V dengar. V, kalau V nanti mendengar suara-suara, bicara
sendiri dan tersenyum-senyum sendiri, Bapak/Ibu akan mengingatkan ya? Sekarang, coba
Bapak/Ibu peragakan cara memutuskan suara-suara yang V dengar sesuai dengan yang
kita latih kemarin. Tepuk punggung V dan suruh V menutup telinga dan menghardik
suara itu. (Perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien).
Bagus sekali! Bagaimana V? senang dibantu sama Bapak/Ibu? Nah, Bapak/Ibu
ingin melihat jadwal harian V. (Pasien memeragakan dan kemudian perawat mendorong
orangtua unutk memebrikan pujian). Baikalah, sekarang saya dan orangtua V ke ruang
perawat dulu. (Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
pada keluarga).
Tahap terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah memutus halusinasi secara langsung di
hadapan anak Bapak/Ibu?
Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakuakan
cara ini jika anak Bapak/Ibu megalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan jadwal
kegiatan V di rumah. Dimana Bapak/Ibu bias? Di tempat ini lagi ya? Baiklah, sampai
jumpa!
SP 3: Membuat rencana pulang bersama keluarga.
Tahap orientasi:
Selamat Bapak/Ibu. Karena V akan pulang maka sesuai janji sekarang kita akan
membicarakan tentang jadwal kegiatan V di rumah.
Bagaimana
Pak/Bu,
selama
Bapak/Ibu
membesuk
apakah
suda
pernah
Nama pasien
Perawat
Ruangan
Petunjuk: berilah tanda checklist () jika pasien mampu melakukan kegiatan di bwah ini!
Tuliskan tanggal supervise!
No
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11.
B
1.
2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
9.
Kemampuan
Pasien
Mengenal jenis halusinasi
Mengenal isi halusinasi
Mengenal waktu halusinasi
Mengenal frekuensi halusinasi
Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi
Menjelaskan respon terhadap halusinasi
Mampu menghardik halusinasi
Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
Membuat jadwal kegiatan harian
Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
Minum obat secara teratur
Keluarga
Menyebutkan pengertian halusinasi
Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami pasien
Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi yang dialami
pasien
Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien
Mengajak pasien bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai jadwal
aktivitas
Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang
tersedia
Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan
terdekat
Tanggal
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan.
Jenis-jenis halusinasi adalaha halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan. Halusinasi disebabkan oleh beberapa factor yaitu
factor biologi, psikolgi dan social budaya.
B. Saran
Melalui makalah ini kelompok mengharapkan agar pengetahuan mengenai
halusinasi sebagai gejala dari skizofrenia dapat diketahui oleh para pembaca. Semoga
makalah ini bermanfaat buat kehidupan pembaca, baik dalam aplikasi praktik di
lingkungan rumah sakit maupun di lingkungan sekitar sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna., Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional
Jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbtan (KDT). 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Gangguan Jiwa / Jenny Marlindawani Purba [et.al]. Medan : USU
Press.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.