Sie sind auf Seite 1von 31

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI

PENDENGARAN
D
I
S
U
S
U
N
O LE H:
SR.ARNOLFINE SINAGA KSFL

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


PRODI NERS TAHAP AKADEMIK KEPERAWATAN
T. A. 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan suatu penugasan dari
perkuliahan riset.
Penulis tidak lupa mengucapakan terimakasih kepada dosen Mata Kuliah Riset Pomarida
SKM yang telah memberikan kesempatan untuk menambah tugas karena keterlambatan tugas
saya.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, demikian pula isi makalah ini. Atas perhatian
diucapkan terimakasih.

Medan,01 Sepetember 2016


PENULIS

SR.Arnolfine Sinaga KSFL

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I : PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang

BAB II : TINJAUAN TEORI


II. 1. Konsep Medis

II. 1. A. Pengertian Skizofrenia

II. 1. B. Etiologi

II. 1. C. Tipe Skizofrenia

II. 1. D. Gejala Positif dan Gejala Negatif Skizofrenia...

II. 1. E. Penatalaksanaan Skizofrenia..

II. 2. Konsep Keperawatan

II. 2. A
II. 2. B
II. 2. C
II. 2. D
II. 2. E
II. 2. F
II. 2. G

Pengertian Halusinasi

Etiologi

Tanda dan Gejala Halusinasi

Jenis dan Isi Halusinasi

Pengkajian Keperawatan
Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

7
7
9
10
11
12
13

BAB III : PROSES KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI: HALUSINASI DENGAR
III.1
III.2
III.3
III.4
III.5

Pengkajian

15
Diagnosa Keperawatan...
Intervensi Keperawatan..
Implementasi Keperawatan.
Evaluasi dan Dokumentasi Keperawatan

15
15
18
26

BAB IV : PENUTUP
IV.1
IV.2

Kesimpulan
Saran

.....
.

28
28

DAFTAR PUSTAKA

29

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera
tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social
dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress
(misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang
penting) (Videbeck, 2008)
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi

adalah

hilangnya

kemampuan

manusia

dalam

membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara
(Kusumawati dan Hartono).
BAB II
TINJAUAN TEORI
II. 1. KONSEP MEDIS

A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu disebut sebagai
skizofrenia (Videbeck, 2008)
B. Etiologi
Ahli teori interpersonal berpendapat bahwa skizofrenia muncul akibat hubungan
disfungsional pada masa kehidupan awal dan masa remaja. Satu teori yang popular
mengatakan bahwa skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas berlebihan, terlalu protektif,
atau tidak perhatian secara emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol. Tidak
ada satupun teori interpersonal ini yang terbukti benar, tetapi walaupun penelitian ilmiah
terbaru menemukan jawaban tentang penyebab neurologis/neurokimia, banyak individu
masih percaya bahwa skizofrenia terjadi akibat disfungsi pengasuh anak atau dinamika
keluarga
Banyak orangtua atau anggota keluarga individu yang terdiagnosis skizofrenia
menderita karena apa yang mereka lakukan salah atau apa yang mereka dapat lakukan
untuk membantu mencegah penyakit tersebut (Sheila, 2008)
Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukan bahwa skizofrenia adalah akibat dari
suatu tipe disfungsi otak. Pada tahun 1970-an penelitian mulai berfokus pada sebab-sebab
neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih menjadi focus utama penelitan dan teori saat
ini. Teori neurokimia/neurologis didukung oleh efek anti psikotik yang membantu
mengontrol gejala psikotik dan alat pencitraan saraf seperti: Computed Tomography (CT)
yang menunjukan bahwa struktur dan fungsi otak individu yang mengalami skizofrenia
berbeda.
a. Teori biologi
- Factor genetic
Berfokus pada keluarga terdekat seperti orangtua, saudara kandung, dan
anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara
-

genetic.
Factor neuroanatomi dan neurokimia,

Penelitian menunjukan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki


jaringan otak yang relative lebih sedikit; hal ini dapat memperlihatkan suatu
kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya.
Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan system
neurotransmitter otak pada individu penderita skizofrenia. Tampaknya terjadi
malfngsi pada jaringan neuron yang mentransmisikan informasi berupa sinyalsinyal listrik dari sel saraf melalui aksonnya dan melewati sinaps ke reseptor
-

pasca sinaptik di sel-sel saraf yang lain.


Factor imunovirologi
Ada teori popular mengatakan bahwa perubahan patologi otak pada
individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus, atau respon
imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Baru-baru ini para
peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil sebagai kemungkinan penyebab
awal skizofrenia.

b. Pertimbangan Budaya
Penting untuk menyadari perbedaaan budaya ketika mengkaji gejala
skizofrenia. Ide yang tampaknya merupakan waham pada suatu budaya seperti
kepercayaan pada hal-hal magis atau sihir, dapat menjadi hal yang umum pada
budaya lain. Di beberapa budaya, halusinasi pendengaran atau penglihatan,
misalnya melihat Bunda Maria atau mendengar suara Tuhan juga dapat menjadi
bagian normal pengalaman keagamaan (Videbeck, 2008).
Dalam suatu penelitian berskala besar yang melibatkan 26.400 klien
psikiatri, Flaskerud dan Hu 1992 menemukan perbedaan signifikan dalam
diagnosis psikiatri yang ditegakan pada klien rawat inap maupun klien rawat
jalan. Klien Amerika-Afrika dan Asia lebih sering didiagnosis skizofrenia dari
pada klien kulit putih (Videbeck, 2008).
Mezzich, Lin dan Hughes (2000) meringkas beberapa perilaku psikotik
yaitu :
- Bouffee delirante, suatu sindrom yang ditemukan di Afrika Barat dan Haiti,
mencakup perilaku agresif yang muncul tiba-tiba, kebingungan yang nyata.
Sindrom ini kadang-kadang disertai halusinasi penglihatan dan pendengaran.

Ghost sickness, adalah orang yang telah meninggal sering kali dilihat oleh
penduduk. Gejalanya meliputi mimpi buruk, kelemahan, merasa da bahaya,

kehingan nafsu makan, takut, ansietas, penurunan kesadaran.


Locura, mengacu pada psikosis kronis yang dialami orang latin di Amerika
Serikat.

Gejalanya

meliputi

halusinasi

pendengaran

dan

halusinasi

penglihatan, ketidakmampuan mematuhi peraturan social dan kemugkinan


-

melakukan tindak kekerasan.


Reaksi psikotik qi-gong adalah suatu episode akut dan dibatasi waktu yang

ditandai oleh gejala disosiatif, paranoid.


Zar, adalah suatu pengalaman roh-roh memasuki individu lain yang ditemukan
di Etiopia, Somalia, Mesir, Iran, Sudan dan Afrika Utara. Individ yang
kerasukan mungkin tertawa, menangis, berteriak, membentur kepalanya ke
dinding atau bersifat apatis dan menarik diri (Videbeck, 2008).

C. Tipe Skizofrenia
Menurut Videbeck (2008) tipe-tipe skizofrenia adalah :
a. Skizofrenia tipe paranoid: ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi korban atau
dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang
berlebihan, perilaku agresif dan bermusuhan.
b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi: ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak
sesuai secara nyata, inkoerensi, asosiasi longgar dan disorganisasi perilaku yang ekstrem.
c. Skizofrenia tipe katatonik: ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam
bentuk tanpa gerakan atau aktivitas atau motorik yang berlebihan, negativism yang
ekstrem, mutivisme, gerakan volunter yang aneh.
d. Skizofrenia tipe tidak dapat dibedakan: ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia
campuran (atau tipe lain) disertai dengan gangguan pikiran, afek dan perilaku.
e. Skizofrenia tipe residual: ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia
sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyrakat, afek datar, serta
asosiasi longgar.
D. Gejala Positif dan Gejala Negatif Skizofrenia
Ada beberapa gejala positif dan negative pada individu penderita skizofrenia (Videbeck,
2008), yaitu:
a. Gejala positif (gejala yang tampak)
- Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi sensori yang
tidak terjadi dalam realitas

Waham : keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar

dalam realitas
Ekopraksia : peniruan gerakan dan gesture orang lain yang dialami klien
Flight of ideas : aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat dari

satu topik ke topik lain dengan cepat.


Preserverasi : terus menerus membicarakan satu topic atau gagasan; pengulangan
kalimat, kata atau frasa secara verbal, dan menolak untuk mengubah topic

tersebut.
Asosiasi longgar : pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk
Gagasan rujukan : kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna

khusus bagi individu


Ambivalensi : mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak
kontradiktif tentang individu, peristiwa, atau situasi yang sama

b. Gejala negative atau yang samar


- Apati : perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, peristiwa
- Alogia : kecenderunagn berbicara sedikit atau menyampaikan substansi makna
-

(miskin isi)
Afek datar : tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukan emosi atau mood
Afek tumpul : rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas
Anhedonia : merasa tidak senang atau tidak gembira dalam mejalani hidup,

aktivitas dan hubungan


Katatonia : imobilitas karena factor psikologis, kadang kala ditandai oleh periode
agitasi atau gembira; klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan

setengah sadar.
Tidak memiliki kemauan : tidak adanya keinginan, ambisi atau dorongan untuk
bertindak melakukan tugas-tugas.

E. Penatalaksanaan Skizofrenia
Menurut Stuart (2006) adapun ringkasan bukti pengobatan untuk skizofrenia yaitu :
1. Obat-obatan antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin, flufenazin, haloperidol,
loksapin, perfenazin, trifluoperazin, tiotiksen, dan tioradizen) terbukti mengurangi gejala
positif skizofrenia dan secara signifikan menurunkan risiko relaps simtomatik dan
dirawat inap ulang. Namun, efek samping neurologis yang serius menyebabkan obat ini
sulit ditoleransi oleh banyak pasien skizofrenia.

2. Kelompok obat-obat antipsikotik atipikal terbaru (seperti klozapin, risperidon,


olanzopin, quetiapin, ziprasidon) telah menunjukan efektivitas yang dapat dibandingkan
atau lebih baik untuk mengatasi gejala skizofrenia yang secara signifikan menurunkan
resiko gangguan neurologis yang merugikan. Obat-obat ini terutama efektif dalam
mengatasi gejala negative skizofrenia.
Selanjutnya, dalam konsep keperawatan, akan dibahas mengenai halusinasi. Halusinasi
merupakan salah satu gejala positif dari skizofrenia.

II. 2. KONSEP KEPERAWATAN


2. 1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. 2.

Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2006) factor predisposisi meliputi:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitianpenelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.

Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi


yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi
(post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologist maladaptive
meliputi:
- gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak, yang mengatur proses
-

informasi
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak (komunikasi saraf yang
melibatkan elektrolit), yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara

selektif menanggapi stimulus.


b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis beinteraksi dengan
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku (Stuart, 2006)
2. 3.

Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya

memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.


Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.


Perilaku menyerang teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
Menurut Stuart dan Laraia (2008), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif

individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.

Respon adaptif

Respon maladaptif

Pikiran logis
Pikiran kadang menyimpang Gangguan pikiran/waham
Halusinasi
Persepsi akurat
Ilusi
untuk memproses emosi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Reaksi emosional berlebihan Kesulitan
atau kurang
Perilaku sesuai dengan hubungan
sosialatau tak lazim Ketidakteraturan perilaku isolasi sosial
Perilaku aneh
Menarik diri

Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam

maupun di luar dirinya.


Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum

yang berlaku.
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar

individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.


Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak

kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.


Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan

atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau budaya umum

yang berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum

yang berlaku.
Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.


Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi

2. 4. Jenis dan Isi Halusinasi


Menurut Stuart (2006) ada beberapa jenis halusinasi, yaitu :

Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau

menakutkan seperti melihat monster.


Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya baubauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,

kejang, atau dimensia.


Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

2. 5. Pengkajian Keperawatan
a. Jenis dan Isi Halusinasi
Ada lima jenis halusinasi yang umum yaitu :
-

Pendengaran
Penglihatan
Penghiduan
Pengecapan
Perabaan

b. Faktor Penyebab Halusinasi


Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
-

Biologis
Psikologis
Social budaya

c. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan
otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti inteligensi atau kreativitas yang
tinggi. Orangtua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, financial yang cukup, ketersediaan
waktu dan tenanga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan
(Stuart, 2006)
d. Mekanisme koping.
Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energy untuk kehidupan sehari-hari

Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi


Menarik diri (Stuart, 2006)

e. Perilaku halusinasi.
Isi halusinasi sesuai dengan jenis halusinasi yang dialami pasien
Waktu terjadinya halusinasi
Frekuensi terjadinya halusinasi.
Situasi pencetus atau keadaan yang menimbulkan halusinasi
Respons klien saat halusinasi.
A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi untuk pasien dengan halusinasi dilakukan tidak hanya pada pasien.
Keluarga juga harus mengambil bagian dalam perawatan pasien, karena itu perawat
sebaikanya memberikan beberapa intervensi untuk keluarga. Intervensi untuk pasien
terdiri dari 4 tahap, sementara untuk keluarga ada 3 tahap. Tahapan tersebut dapat dilihat
pada bab selanjutnya.
Menurut Kelliat (2009), adapun intervensi pasien dengang halusinasi yaitu :
Intervensi untuk Pasien
a. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar pasien), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi
1. Menghardik halusinasi
Berikut tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi ; focus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukannya dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
Mendiskusikan aktivitas yang dapat dilakukan pasien

Melatih pasien melakukan aktivitas


Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun sampai tidur malam.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Jelaskan kegunaan obat
Jelaskan akibat dari putus obat
Jelaskan cara mendapat obat/berobat
Jelaskan cara meminum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien,
benar dosis, benar cara dan benar waktu)
Intervensi Untuk Keluarga Pasien
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk keluarga pasien halusinasi adalah
sebagai berikut :
a. Diskusikanlah masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan pada keluarga pasien untuk memperagakan cara merawat pasien
halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DENGAR
III. 1. Pengkajian
1. Data Subjektif :
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar sesuatu yang memerintah atau melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Data Objektif :
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mencondongkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga rapat-rapat
III.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

III.

3. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
Tujuan : - pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
- Pasien dapat mengintrol halusinasinya
- Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Intervensi Keperawatan :
c. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi perawat dapat berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar pasien), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
d. Melatih pasien mengontrol halusinasi
e. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikannya.
Berikut tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien
f. Bercakap-cakap dengan orang lain

Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika


pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi ; focus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukannya dengan orang lain.
g. Melakukan aktivitas terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering mencetuskan halusinasi. Oleh
karena itu halusinasi dikontrol dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun
pagi sampai dengan malam. Tahapan intervensinya meliputi :
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
Mendiskusikan aktivitas yang dapat dilakukan pasien
Melatih pasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun sampai tidur malam.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
h. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih
untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering mengalami putus obat sehingga
mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi untuk mencapai keadaan semula
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan. Berikut intervensinya :
Jelaskan kegunaan obat
Jelaskan akibat dari putus obat
Jelaskan cara mendapat obat/berobat
Jelaskan cara meminum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien,
benar dosis, benar cara dan benar waktu)
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan : - keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah
- Keluarga dapat menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk keluarga pasien halusinasi adalah
sebagai berikut :
e. Diskusikanlah masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

f. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi.
g. Berikan kesempatan pada keluarga pasien untuk memeragakan cara merawat pasien
halusinasi langsung di hadapan pasien.
h. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

III. 4. Implementasi Keperawatan


1. Pasien
SP 1: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjalaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.
Tahap Orientasi
Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat Anda. Saya suster Elisabeth. Nama
Anda siapa ? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan V hari ini? Apa keluhan V saat ini?
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini V
dengar, tetapi tidak Nampak wujudnya? Dimana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit?
Tahap Kerja
Apakah V mendengar suara tanpa ada wujudnya ? Apa yang dikatakan suara itu?
Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? Kapan V paling sering
mendengar suara itu ? berapa kali sehari V alami ? Pada keadaan apa suara itu terdengar ?
Apakah pada waktu sendiri?
Apa yang V rasakan pada saat mendengar suara itu ? Apa yang V lakukan saat
mendengar suara itu ? apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang ? bagaimana kala
kita belajar cara-cara mencegah suara-suara itu muncul ?
V, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama dengan
menghardik suara itu. Kedua dengan bercakap-cakap pada orang lain. Ketiga melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat secara teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya
adalah, saat suara itu muncul V bilang pergi sana saya tidak mau dengar. Saya tidak mau
dengar! Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba V peragakan.
Nah, begitu. Bagus! Coba lagi. Ya, bagus! V sudah bisa!
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah memeragakan latihan tadi? Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (masukkan keegiatan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan sehari pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Pukul berapa? Bagaimana
kalau dua jam lagi? Dimana tempatnya?
Baiklah V, sampai jumpa!

SP 2: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang


lain.
Tahap orientasi
Selamat pagi V. bagaimana perasaan V hari ini ? apakah suara-suaranya masih
muncul ? apakah sudah dipakai cara yang sudah kita latih?

Berkurangkah suara-

suaranya? Bagus! Sesuai dengan janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau dimana? Di sini saja?
Tahap kerja
Tahap kedua untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi kalau V mendengar suara-suara langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan V. contohnya begini, tolong saya mulai
dengar suara-suara, jadi tolong ngobrol dengan saya. Atau kalau V lagi di rumah dengan
kakak V, minta tolong saja ke kakak V, kak, V dengar sara-suara itu lagi, ayo ngobrol
dengan V.Begitu V. coba V lakukan lagi yang saya lakukan tadi. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi. Begitu. Bagus! Nah, latih terus ya V.
Di sini V dapat mengajak perawat untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah latihan ini? Jadi, sudah ada berapa cara yang V
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus! Cobalah kedua cara itu kalau V
mendengar sara-suara itu lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam daftar jadwal harian
V? Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah, nanti lakukan sewaktu-waktu jika
suara itu muncul. Besok pagi saya kesini lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga, yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10
pagi? Mau dimana? Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi!
SP 3: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
Tahap orientasi
Selamat pagi V. Bagaimana perasaan V pagi ini?
Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah dilakukan dua cara yang
sudah dilatih itu? Bagaimana hasilnya? Bagus?
Sesuai dengan janji kita, saya akan melatih cara ketiga untuk mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

Mau dimana kita bicara? Baik, kita duduk di ruang tamu saja. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.
Tahap kerja
Apa saja yang biasa V lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
apa? (Terus kaji hingga didapat kegiatannya sampai malam)
Wah, banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini. (Latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali jika V bias lakukan!
Kegiatan ini dapat V lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah kita bercakap-cakap cara yang ketga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang sdah kita latih untuk mecegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian V. coba
lakukan sesuai jadwa ya! (Perawat dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam).
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12? Di ruang makan
ya! Sampai jumpa!
SP 4: Melatih pasien minum obat secara teratur.
Tahap orientasi
Selamat siang V. bagaimana perasaan V siang ini ? apakah usara-suaranya masih
muncul ? apakah sudah digunakan tiga cara yang sudah kita latih? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? apakah tadi pagi sudah minum obat ? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang V minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya V?
Tahap kerja
V, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara itu
berkurang ata hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang V dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang V minum? (Perawat
menyiapkan obat pasien). Ini yang warna oranye (Chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini obat yang berwarna putih (Tpyhexilpendil, THP)
gunanya agar V tetap merasa rileks dan tidak kaku. Sedangakan yang berwarna merah

jambu

(Haloperidol,

HPL)

berguna

untuk

menenangkan

pikiran-pikiran

dan

menghilangkan suara-suara. Semua obat ini diminum iga kali sehari, setiap pukul 7 pagi,
1 siang dan 7 malam. Kalau suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, V akan kambuh dan sulit untuk
kembali seperti semula. Kalau obat habis, V bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. V juga harus teliti saat minum obat-obat ini. Pastikan obatnya benar, artinya
pastikan obat ini benar-benar yang V punya. Jangan keliru dengan obat orang lain. Baca
namaka kemasannya. Pastikan obat diminum dengan benar dengan cara yang benar, yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. V juga harus memperhatikan jumlah obat
berapa sekali minum, dan V juga harus cukup minum 10 gelas setiap hari.
Tahap terminasi
Bagaimana perasaan V setelah kita bercakap-cakap mengenai obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mecegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (Jika jawaban
benar). Mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan V. jangan lupa
minta obat pada waktunya pada perawat atau pada orang di rumah jika V sedang di
rumah. Nah, makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah sara-suara yang
sudah kita bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaimana kalau pukul 10 pagi? Sampai
jumpa. Selamat pagi.
2. Keluarga
SP 1: Memberikan pendidikan tentang kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.
Tahap orientasi :
Selamat pagi Bapak/Ibu, saya Elisabeth. Saya perawat yang merawat anak
Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang
anak Bapak/Ibu ?
Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang dapat diberikan kepadanya.

Kita mau diskusi dimana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit?
Tahap kerja:
Masalah apa yang Bapak/Ibu alami dalam merawat V? Apa yang Bapak/Ibu
lakukan?
Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu disebut halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebenaranya tidak ada. Tanda-tandanya bicara dan tertawa
sendiri, atau marah-marah tanpa sebab. Jadi jika anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar
suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Oleh karena itu kita diharapkan dapat
membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara yang dapat Bapak/Ibu lakukan
untuk membantu V agar bisa mengendalikan halusinasi nya. Cara-cara tersebut adalah:
Pertama, di hadapan V jangan membantah atau mendukung halusinasi. Katakan saja
Bapak/Ibu percaya kalau V mendengar suara-suara tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak
mendengar suara-suara itu. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri
karena kala sendirian halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang yang bercakapcakap dengan V. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah bersama.
Terkait dengan kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya dan berikan pujian jika V
berhasil melakukannya. Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam, berwarna oranye namanya CPZ
gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang berwarna putih namanya
THP berfungsi untuk membuat V tenang dan tidak kaku. Yang berwarna merah jambu
namanya LP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat ini harus diminum V tiga kali
sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Obat harus selalu diminum untuk
mencegah kekambuhan. Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi muncul lagi, putus
halusinasi dengan menepuk punggung V. Kemudian suruh V menghardik suara tersebut.
V sudah saya ajarkan bagaimana ara menghardik halusinasi. Sekarang, mari kita latian
memutuskan halusinasi V. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: V,

sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu
datang? Ya, usir suara itu, V! Tutup telinga kamu dan katakana pada saura itu saya tidak
mau dengar! Ucapkan berulang-ulang, V. Sekarang coba Bapak/Ibu praktikan cara yang
baru saya ajarkan.

Tahap terminasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi V?
Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali empat cara merawat V!
Bagus sekali Pak/Bu! Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktikan cara memutus halusinasi langsung di depan V. Jam berapa kita bertemu?
Baiklah. Sampai jumpa.
SP 2 keluarga: melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan pasien.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk memeperagakan bagaimana cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
Tahap orientasi
Selamat pagi! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ? Apakah Bapak/Ibu masih
ingat bagaimana cara memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu jika sedang mengalami
halusinasi? Bagus!
Sesuai dengan perjanjian, selama 30 menit kita akan latihan bagaimana cara
memutus halusinasi secara langsung di hadapan anak Bapak/Ibu. Mari kita datangi anak
Bapak/Ibu.
Tahap kerja
Selamat pagi V. Bapak/Ibu sangat ingin membantu V mengendalikan suara-suara
yang sering V dengar. Untuk itu Bapak/Ibu dating untuk langsung mempraktikan
memutuskan suara-suara yang V dengar. V, kalau V nanti mendengar suara-suara, bicara
sendiri dan tersenyum-senyum sendiri, Bapak/Ibu akan mengingatkan ya? Sekarang, coba
Bapak/Ibu peragakan cara memutuskan suara-suara yang V dengar sesuai dengan yang

kita latih kemarin. Tepuk punggung V dan suruh V menutup telinga dan menghardik
suara itu. (Perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien).
Bagus sekali! Bagaimana V? senang dibantu sama Bapak/Ibu? Nah, Bapak/Ibu
ingin melihat jadwal harian V. (Pasien memeragakan dan kemudian perawat mendorong
orangtua unutk memebrikan pujian). Baikalah, sekarang saya dan orangtua V ke ruang
perawat dulu. (Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
pada keluarga).
Tahap terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah memutus halusinasi secara langsung di
hadapan anak Bapak/Ibu?
Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakuakan
cara ini jika anak Bapak/Ibu megalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan jadwal
kegiatan V di rumah. Dimana Bapak/Ibu bias? Di tempat ini lagi ya? Baiklah, sampai
jumpa!
SP 3: Membuat rencana pulang bersama keluarga.
Tahap orientasi:
Selamat Bapak/Ibu. Karena V akan pulang maka sesuai janji sekarang kita akan
membicarakan tentang jadwal kegiatan V di rumah.
Bagaimana

Pak/Bu,

selama

Bapak/Ibu

membesuk

apakah

suda

pernah

mempraktikan cara merawat V?


Nah, sekarang mari kita bicarakan jadwal kegiatan V di rumah. Mari kita duduk di
ruang perawat.
Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?
Tahap kerja:
Ini jadwal kegiatan V di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba
Bapak/Ibu lihat, mungkinkah kegiatan ini dilakukan di rumah? Siapa kira-kira akan

memotivasi dan mengingatkan? Pak/Bu jadwal aktivitas V di rumah sakit tolong


dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitasnya maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang selanjutnya dilakukan adalah dengan memperhatikan tingkah laku
yang ditampilkan anak Bapak/Ibu di rumah, misalnya kalau V tetap mendengar suarasuara dan tetap tidak menunjukan perbaikan, menolak meminum obat atau
memperlihatkan keadaan yang membahayakan orang lain. Jika hal itu terjadi segera
hubungi perawat di rumah sakit terdekat.
Tahap terminasi:
Bagaimana Bapak/Ibu, ada yang mau ditanyakan?
Coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat V di rumah!
Bagus! (Jika ada yang lupa diingatkan oleh perawat). Ini saatnya untuk pulang.
Selanjutnya Bapak/Ibu menyelesaikan masalah administrasi. Kami akan mempersiapkan
V untuk pulang.
Terapi Aktivitas kelompok
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
1. TAK orientasi realitas
a. Sesi 1: pengenalan orang
b. Sesi 2: pengenalan tempat
c. Sesi 3: pengenalan waktu
2. TAK stimulasi persepsi
a. Sesi 1 : Mengenal halusinasi
b. Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakuakn tindakan
d. Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
e. Sesi 5 : Mencegah halusinasi dengan mengontrol minum obat.

II. 5. Evaluasi dan Dokumentasi Keperawatan


Setelah tindakan keperawatan, segera dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap masalah
keperwatan halusinasi meliputi kemampuan pasien halusinasi dan keluarganya.

Evaluasi Kemampuan Pasien Halusinasi dan Keluarganya

Nama pasien

Perawat

Ruangan

Petunjuk: berilah tanda checklist () jika pasien mampu melakukan kegiatan di bwah ini!
Tuliskan tanggal supervise!
No
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11.
B
1.
2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
9.

Kemampuan
Pasien
Mengenal jenis halusinasi
Mengenal isi halusinasi
Mengenal waktu halusinasi
Mengenal frekuensi halusinasi
Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi
Menjelaskan respon terhadap halusinasi
Mampu menghardik halusinasi
Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
Membuat jadwal kegiatan harian
Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
Minum obat secara teratur
Keluarga
Menyebutkan pengertian halusinasi
Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami pasien
Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi yang dialami
pasien
Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien
Mengajak pasien bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai jadwal
aktivitas
Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang
tersedia
Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan
terdekat

Tanggal

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan.
Jenis-jenis halusinasi adalaha halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan. Halusinasi disebabkan oleh beberapa factor yaitu
factor biologi, psikolgi dan social budaya.
B. Saran
Melalui makalah ini kelompok mengharapkan agar pengetahuan mengenai
halusinasi sebagai gejala dari skizofrenia dapat diketahui oleh para pembaca. Semoga
makalah ini bermanfaat buat kehidupan pembaca, baik dalam aplikasi praktik di
lingkungan rumah sakit maupun di lingkungan sekitar sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna., Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional
Jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbtan (KDT). 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Gangguan Jiwa / Jenny Marlindawani Purba [et.al]. Medan : USU
Press.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen